• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengantar Organisme dan Pengamatan Morfologi Mikroorganisme Menggunakan Mikroskop

N/A
N/A
Nyayu Rizka Fariha

Academic year: 2025

Membagikan "Pengantar Organisme dan Pengamatan Morfologi Mikroorganisme Menggunakan Mikroskop"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

1

1.1. Latar Belakang

Organisme merupakan kumpulan dari beberapa molekul yang saling memengaruhi satu sama lain sehingga sebuah kumpulan tersebut dapat berfungsi dengan stabil dan memiliki sifat hidup. Organisme adalah kumpulan sel-sel yang terbentuk dalam sebuah sistem organ. Sel adalah unit struktural dan fungsional, unit terkecil yang menyusun organisme hidup. Wujud atau bentuk dari organisme dipengaruhi oleh ukurannya, sehingga ada organisme yang dapat dilihat dengan mata langsung atau makroorganisme dan organisme yang tidak dapat dilihat dengan mata secara langsung yaitu mikroorganisme. Makroorganisme adalah jenis organisme yang dapat terlihat jelas dengan mata telanjang atau kasat mata, seperti kucing, tikus, dan sejenisnya. Ukuran mikroorganisme sangat kecil, akan tetapi bagian tubuh dari mikroorganisme tetap tersusun dari sel. Mikroorganisme punya berbagai jenis, diantaranya adalah bakteri, protozoa, virus alga, dan fungi.

Sebagian mikroorganisme ada yang bermanfaat dan sebagian ada yang merugikan.

Organisme yang terdapat di alam memiliki sifat, struktur-struktur, dan morfologi pada tiap individunya. Morfologi pada jenis mikroorganisme ini tidak dapat dilihat dengan cara langsung. Ketidakmampuan mata dalam melihat bagian- bagian tersebut dapat dibantu dengan peralatan yang memungkinkan. Alat yang dapat digunakan untuk mengamati morfologi pada mikroorganisme contohnya adalah mikroskop. Mikroskop sering digunakan dalam penelitian dan pengamatan sel untuk melihat detail yang sangat kecil. Jenis mikroskop yang digunakan dapat disesuaikan dengan objek yang akan diamati, memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi yang akurat dan mendetail tentang struktur sel.

Mikrobiologi adalah kajian ilmu yang berkaitan dengan organisme hidup yang berukuran mikroskopis. Pemahaman mengenai ilmu ini sangat penting untuk mengenali jenis-jenis mikroorganisme dan potensi pemanfaatannya. Alat yang digunakan untuk mengamati objek berukuran mikroskopis ini disebut mikroskop.

Kegiatan praktikum morfologi sel menggunakan alat bantu mikroskop untuk mengamati berbagai objek berukuran kecil. Tujuan dari praktikum morfologi sel, untuk mengamati berbagai bentuk sel dan juga memahami struktur sel bakteri.

(2)

1.2. Rumusan Masalah

1) Apa saja faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada bawang merah?

2) Bagaimana perbandingan pengamatan air comberan menggunakan methylene blue dan tanpa methylene blue?

3) Bagaimana pengaruh arah pemotongan bawang merah terhadap hasil pengamatan morfologi sel?

1.3. Tujuan Percobaan

1) Mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan pada bawang merah.

2) Mengetahui perbandingan pengamatan air comberan menggunakan methylene blue dan tanpa methylene blue.

3) Mengetahui pengaruh arah pemotongan bawang merah terhadap hasil pengamatan morfologi sel.

1.4. Manfaat Percobaan

1) Bagi praktikan, dapat menambah pengetahuan mengenai struktur atau morfologi sel pada organisme hid'up.

2) Bagi peneliti, dapat menjadi pengembangan literatur dalam kajian ilmiah mengenai morfologi sel.

3) Bagi masyarakat, dapat menjadi acuan tentang morfologi sel pada organisme hidup.

1.5. Hipotesis

1) Kondisi yang semakin lembab akan menyebabkan pertumbuhan mikroba seperti sel jamur semakin tinggi (Lisu dkk, 2023).

2) Pengamatan bakteri dengan penambahan methylene blue memunculkan warna biru pada bakteri yang diamati (Shobah dkk, 2023).

3) Arah pemotongan umbi bawang merah akan berpengaruh signifikan terhadap ukuran vakuola dalam sel (Chotimah dkk, 2024).

(3)

3

2.1. Sel dan Molekul Penyusunnya

Penemuan sel diawali dengan ditemukannya mikroskop, dilanjutkan dengan pengamatan Loubert Hooke terhadap benda-benda biologis. Pengamatan tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa benda hayati mempunyai struktur kecil berupa ruang kosong (Kurniati, 2020). Tahun 1838, sel terbukti menjadi makhluk hidup dan bukan merupakan sebuah ruang kosong. Sel-sel ini mengandung sitoplasma berisi cairan, sehingga memunculkan teori bahwa semua makhluk hidup terdiri dari sel. Sel merupakan unit struktural terkecil dari organisme hidup, sel dapat dianggap sebagai bahan penyusun dasar organisme atau organisme hidup.

Sel dapat menjalankan aktivitas kehidupan yang sebagian besar melibatkan reaksi kimia untuk mempertahankan fungsi vital di dalam sel.

Makhluk hidup sebagian besar berbentuk uniseluler atau tersusun atas sel-sel bersel tunggal seperti bakteri, jamur, protozoa, dan mikroorganisme lainnya (Rahmadina dkk, 2024). Beberapa makhluk hidup, seperti manusia, tumbuhan, dan hewan, merupakan organisme multiseluler yang tersusun dari berbagai jenis sel yang memiliki fungsi khusus masing-masing. Organisme multiseluler tidak dapat bertahan hidup jika setiap sel bekerja secara mandiri. Organisme hidup di dalamnya memiliki sel-sel dengan fungsi dan struktur serupa membentuk jaringan, membentuk organ dan sistem organ dengan fungsi khusus.

Struktur sel umumnya diklasifikasikan menjadi dua jenis utama, yaitu sel prokariotik dan sel eukariotik. Sel prokariotik membawa materi genetiknya dalam nukleoid, yang tidak memiliki selubung inti, dan tidak memiliki beberapa organel khusus yang ditemukan pada sel eukariotik. Sel eukariotik memiliki nukleus yang dikelilingi oleh membran inti dan organel khusus. Protoplasma di dalam sel terdiri dari tiga komponen utama. Pertama, membran sel berperan penting dalam mengatur keluar masuknya berbagai zat. Sitoplasma melakukan berbagai aktivitas metabolisme yang penting untuk kelangsungan hidup sel. Ketiga, organel untuk memastikan bahwa sel dapat melakukan semua proses biologis yang diperlukan.

(4)

Membran sel, atau disebut juga sebagai membran plasma atau fosfolipid lapis ganda (double layer fosfolipid) merupakan sel yang bagiannya terletak pada terluar dari bagian sel. Membran sel berperan sebagai pembatas antara sel dengan lingkungan luarnya. Membran sel berfungsi melindungi sel, mengatur pergerakan molekul masuk dan keluar, bertindak sebagai reseptor terhadap sinyal dari luar.

Membran sel berbentuk tidak simetris yang tersusun dari molekul lipoprotein.

Lipoprotein,yaitu campuran senyawa kimia lemak fosfolipid dan protein.

Sitoplasma adalah bagian sel yang terletak di dalam membran sel.

Sitoplasma terdiri dari air, tempat molekul kecil terlarut. Molekul termasuk garam, gula, asam amino, asam lemak, nukleotida, vitamin, gas tertentu, ion, enzim adalah contohnya. Molekul itu diperlukan untuk proses metabolisme sel.

Sitoplasma berfungsi sebagai ruang penyimpanan bahan kimia penting dan juga berfungsi sebagai jalur proses metabolisme tertentu. Sitoplasma juga merupakan tempat pergerakan organel dalam aliran intrasitoplasma (Deazzahra dkk, 2023).

Organel sel adalah fragmen kecil isi sel yang terdapat dalam cairan sitoplasma. Organel sel di dalam sel adalah kantung tertutup membran dengan fungsi yang unik. Cairan sitoplasma suatu sel biasanya mengandung berbagai molekul kecil. Molekulnya yang terdapat di dalamnya berupa nukleus yang mengatur aktivitas seluler, kemudian ada mitokondria, ribosom, retikulum endoplasma, badan golgi, lisosom, peroksisom, mikrotubulus, dan mikrofilamen.

Fungsi sel tersebut ditentukan oleh jumlah dan jenis organel yang dimilikinya (Rahmadina dkk, 2024). Sel tumbuhan memiliki beberapa organel khas tambahan yang tidak terdapat pada sel lain, yaitu dinding sel, vakuola, dan kloroplas.

2.2. Morfologi Biologi

Morfologi adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari segala hal atau struktur kata serta bagaimana perubahan-perubahan dalam struktur kata tersebut dapat memengaruhi maknanya (Siregar, 2021). Arti kata morfologi dalam KBBI, cabang linguistik yang mempelajari morfem dan cara penggabungannya.

Morfologi fokus pada struktur kata dan bagaimana bagian kata digabungkan.

Studi ini mencakup berbagai bentuk dan perubahan dalam kata. Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari struktur dan bentuk kata secara mendetail.

Morfologi sel merujuk pada struktur dan komponen dalam organisme tertentu.

(5)

Morfologi dalam cabang biologi merupakan suatu disiplin ilmu yang berkaitan dengan studi mengenai struktur organisme dan karakteristik strukturalnya. Morfologi biologi merupakan suatu hal yang berkaitan dengan identifikasi bentuk secara internal maupun eksternal pada makhluk hidup (Liunokas dan Billik, 2021). Ilmu morfologi erat kaitannya ilmu anatomi, yang keduanya membahas bagian-bagian dari makhluk hidup. Objek yang dapat dijadikan sumber identifikasi atau penelitian bisa bermacam-macam. Morfologi pada ikan, morfologi manusia, morfologi pada tanaman sayuran, dan berlaku juga pada morfologi pada bakteri dan virus yang tidak kasat mata adalah contohnya.

Perbedaan morfologi pada sel dapat disebabkan oleh mutasi atau perubahan sequens nukleotidadari sel. Morfologi dapat terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu morfologi komparatif yang menganalisis pola lokus struktur dalam tubuh suatu organisme. Morfologi fungsional merupakan morfologi yang mempelajari hubungan antara struktur dan fungsi ciri morfologi. Morfologi eksperimental berfokus pada efek faktor eksternal terhadap morfologi organisme dalam kondisi eksperimen, seperti dampak mutasi genetik. Morfologi, yakni molekul yang mengacu pada superstruktur polimer seperti pembentukan serat.

Cabang morfologi biologi terbagi menjadi beberapa ilmu bagian. Ilmu anatomi berkaitan dengan struktur organisme dan identifikasi bagian-bagian tubuh makhluk hidup. Histologi mempelajari mengenai susunan dan organisasi jaringan dalam tubuh. Sitologi fokus pada sel sebagai unit dasar kehidupan, termasuk struktur dan fungsinya. Embriologi, yang mengkaji struktur dan perkembangan bagian-bagian tanaman dan hewan dari tahap embrio hingga tahap dewasa.

2.3. Mikroba

Mikroba atau mikroorganisme merupakan jasad hidup yang berukuran kecil dan sering juga disebut sebagai jasad renik. Ukuran yang kecil pada jasad renik yang membuatnya disebut sebagai mikroba dan juga kehidupannya yang lebih sederhana. Pandangan mata secara langsung tidak bisa melihat jasad renik yang ukurannya kurang dari 0,1 mm. Sel pada mikroba umumnya hanya dapat dilihat melalui mikroskop karena ukurannya yang kecil. Sel pada mikroba ada yang tersusun atas satu sel atau biasa dikenal dengan uniseluler dan ada juga yang tersusun atas banyak sel atau juga disebut sebagai multiseluler (Putri dkk, 2024).

(6)

Mikroorganisme memiliki peran penting dalam kehidupan yang tersebar di berbagai habitat. Mikroorganisme ini bisa ditemukan di lingkungan seperti air, tanah, udara, serta pada substrat seperti bahan pangan, tumbuhan, dan hewan.

Mikroba adalah organisme berukuran mikroskopis yang mampu melakukan aktivitas kehidupan. Mikroba dapat dikelompokkan menjadi prokariot, seperti bakteri dan virus, serta eukariot, seperti alga dan protozoa (Rini dan Rachmah, 2020). Mikroba berperan penting dalam kehidupan, terutama dalam menguraikan bahan organik. Meskipun beberapa jenis mikroba bisa merugikan, banyak yang bermanfaat bagi manusia. Mikroba memerlukan ruang sedikit karena ukurannya kecil dan kebutuhan nutrisi sederhana. Mereka mudah berkembang biak di media buatan, memiliki laju reproduksi cepat, seperti pembelahan biner pada bakteri.

Mikroba dalam kehidupan dapat berperan dalam banyak hal. Beberapa mikroorganisme dapat menghasilkan antibiotik dan enzim seperti glukanase dan cabai untuk mengubah sifat sel mikroba. Terdapat mikroorganisme yang berperan sebagai pengurai, menguraikan bahan organik dan membantu proses membatu di dalam tanah. Mikroorganisme yang memainkan peran berbeda dalam pertanian yang berasal dari kelompok seperti bakteri, jamur, virus, dan nematoda seperti yang telah disebutkan. Perannya di bidang pertanian mencakup penggunaannya sebagai produsen pupuk yang dapat terbiodegradasi, zat pengatur tumbuh dan biopestisida, yang memungkinkan penggantian bahan kimia berbahaya.

Mikroba memiliki peran dalam industri makanan, di mana dimanfaatkan dalam bioteknologi tradisional berbasis fermentasi. Tantangan utama dalam industri makanan meliputi masalah fisik, stabilitas kimia, serta risiko kontaminasi mikroba selama proses penyimpanan. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku mikroorganisme dalam makanan, yaitu suhu, pH, aktivitas air, dan lainnya (Sulastri dkk, 2022). Faktor suhu merupakan faktor paling mempengaruhi mikroorganisme dalam makanan. Mikorba berdasarkan kebutuhan suhunya, dibagi menjadi tiga kelompok psikotrof, mesofil, dan termofil. Nilai pH mempunyai implikasi penting terhadap kekuatan proses. Kisaran pH yang dapat ditoleransi oleh setiap jenis mikroba dipengaruhi oleh ambang batas pH minimum dan maksimum untuk kelangsungan hidupnya. Aktivitas air berhubungan dengan jumlah air yang terdapat untuk reaksi metabolisme di dalam suatu sel.

(7)

2.4. Pengelompokkan Mikroba

Pengelompokan atau klasifikasi adalah bagian dari ilmu sistematik yang dibuat untuk mengatur kedudukan atau tingkatan dari berbagai organisme di alam.

Menurut klasifikasi makhluk hidup, mikroorganisme terbagi dalam lima bagian.

Bagian tersebut adalah protista, fungi, monera, virus, dan pion. Bagian lain adalah plantae dan animalia. Organisme dalam kelompok mikroba antara lain bakteri, archaea, jamur, protozoa, alga mikroskopis, dan virus. Kelompok ini umumnya berukuran sangat kecil yang tidak dapat terlihat secara langsung.

2.4.1. Bakteri

Bakteri merupakan mikroorganisme prokariotik uniseluler yang berkembang biak secara aseksual melalui pembelahan sel (Mayasari, 2020).

Bakteri umumnya tidak memiliki klorofil, kecuali beberapa bakteri fotosintetik.

Cara hidup bakteri ada yang bersifatautotrof yang memiliki makanan sendiri dan heterotrof yang hidupnya bergantung pada makhluk lain. Terdapat juga bakteri kemoautotrof yang mensintesis makanan dengan energi kimia. Bakteri fotoautotrofyang mensintesis makanan bergantung dengan bantuan sinar matahari.

2.4.2. Fungi

Jamur (fungi) adalah organisme eukariotik yang tidak memiliki klorofil.

Mempunyai dinding sel yang terbuat dari kitin dan tubuh yang terbuat dari hifa.

Jamur terdiri dari struktur stomata atau vegetatif. Thallus merupakan suatu film atau benang hifa (Suryani dkk, 2020). Secara fungsional, hifa tersusun atas:

1) Hifa vegetatif berfungsi untuk menyerap nutrisi dari substrat.

2) Hifa fertil tumbuh tegak di atas substrat untuk proses reproduksi pada jamur.

3) Stolon atau hifa panjang menegak

4) Chlamyos diphora memiliki sel hifa yang tebal dan dominan serta dapat berkecambah di lingkungan yang menguntungkan.

Hifa adalah struktur benang pada jamur berfungsi untuk pertumbuhan dan penyebaran. Hifa dapat terbentuk melalui anastomosis. Pertemuan pada dua ujung hifa sehingga terjadi persatuan sitoplasma dan intinya. Hifa akan ternentuk dan menjadi jala atau miselium. Macam bentuk hifa berdasarkan pembentukannya terbagi menjadi dua, yakniPseudohyphaedan hifa sejati, sebagai berikut:

(8)

1) Pseudohyphae, hifa yang dibentuk oleh jamur uniseluler (ragi). Siklus hidup ragi memiliki dua tahap, tahap ragi dan tahap hifa.

2) Hifa sejati, yaitu fase terbentuk tabung yang bisa ataupun tidak terbentuk sekat di dalamnya.

Mengamati sifat-sifat hidup jamur dapat dilakukan secara mikroskopis dan makroskopis. Jamur makroskopis adalah jamur yang terlihat dengan mata telanjang dan memiliki berbagai macam warna, antara lain oranye, putih, abu-abu, coklat, dan hitam. Jamur mikroskopis memiliki ukuran yang sangat kecil dan memerlukan mikroskop untuk dapat diamati. Jamur makroskopis berfungsi sebagai degrader utamaligninase,hemiselulase, danlignoselulosa. Jamur tersebut dapat mendukung kelangsungan siklus materi di alam dan menjadi suatu indikator yang penting dalam komunitas hutan yang dinamis (Firyal dkk, 2021).

2.4.3. Protozoa

Protozoa merupakan jenis mikroorganisme protista mirip hewan (Wijarini dkk, 2020). Protozoa memiliki sel eukariotik, tidak mempunyai bagian dinding sel. Protozoa melakukan pergerakan dengan menggunakan kaki semu (pseupodia) atau rambut getar (silia) dan bulu cambuk (flagela). Protozoa termasuk kelompok kosmopolit atau bisa ditemukan di berbagai tempat. Daerah seperti perairan, tempat basah atau sebagian pada parasit pada makhluk hidup lain.

Bentuk dari protozoa beragam tiap jenisnya, sehingga spesies protozoa memiliki ciri khas bentuk yang berbeda. Protozoa umumnya berbentuk sedikit lonjong dan hampir membentuk bola yang bulat. Beberapa peneliti juga ada yang menemukan protozoa yang berbentuk panjang dan polimorfik. Struktur penting dalam protozoa ada dua, yaitu sitoplasma dan nukleus. Sitoplasma adalah sel dari protozoa yang terbungkus di dalam membran sitoplasma, sedangkan nukleus adalah sel inti dari protozoa untuk bertahan hidup dan melakukan reproduksi.

2.5. Struktur Sel pada Mikroba

Mikroorganisme pada umumnya berfungsi sebagai produsen, konsumen, atau pereduksi di alam (Mayasari, 2020). Mikroorganisme produksi menggunakan energi matahari untuk menghasilkan bahan organik dari bahan anorganik.

Mikroba produsen meliputi alga dan bakteri fotosintetik yang menghasilkan bahan organik melalui fotosintesis. Mikroba konsumen, seperti protozoa, menggunakan

(9)

material organik yang diproduksi untuk kelangsungan hidupnya. Mikroba redusen, seperti bakteri dan jamur berperan dalam penguraian material organik dari makhluk hidup yang telah mati. Proses penguraian ini menghasilkan mineralisasi bahan organik yang berperan penting dalam siklus unsur di alam.

Sel mikroba terdiri dari dua jenis, yaitu sel prokariotik dan juga eukariotik (Putra dkk, 2021). Secara kimiawi, kedua jenis sel ini sebagian besar serupa dan terdiri dari asam nukleat, protein, lipid, dan karbohidrat. Reaksi kimia yang terjadi pada kedua tipe sel tersebut serupa. Pembentukan protein, metabolisme makanan, serta penyimpanan energi merupakan contohnya.

Perbedaan antara kedua sel ini dapat dikenali melalui struktur dinding sel, adanya organel sel tertentu, serta membran sel yang terdapat pada masing-masing sel.

2.5.1. Sel Prokariotik

Sel prokariotik atau sel tanpa inti, dengan lapisan membran inti. Inti selnya tidak dipisahkan oleh membran dari bagian sel lainnya. Terdiri dari molekul yang dikelilingi oleh membran sel dan dinding sel. Sel ini hanya ditemukan pada mikroba bersel satu, sepertiArchaea. Berbeda dari sel eukariotik, tidak memiliki organel yang dilapisi oleh membran (Rini dan Rachmah, 2020).

Gambar 1.Struktur Sel Prokariotik (Sumber:Fakhriyah dkk, 2023)

Sel prokariotik terdiri dari DNA, sitoplasma, membran plasma, dinding sel, kapsul, dan lapisan lendir yang dapat melindungi suatu sel. DNA yang menyimpan informasi genetik di dalam sitoplasma. Membran plasma yang mengontrol pergerakan zat masuk dan keluar dari sel. Dinding sel memberikan kekuatan dan perlindungan tambahan. Kapsul dan lapisan lendir melindungi sel dari lingkungan ekternal dan membantu interaksi dengan lingkungan. Jenis

(10)

Cyanobacteria, sel prokariotik memiliki pigmen yang memungkinkan terjadinya peristiwa fotosintesis. Sel prokariotik memiliki beberapa ciri yang cukup berbeda dari sel eukariotik. Beberapa ciri-ciri khas dari sel prokariotik antara lain:

1) Sitoplasma bersifat difuse dan bergranular.

2) Membran plasma terdiri dari dua lapisan fosfolipid yang memisahkan sel bagian dalam dari lingkungannya.

3) Tidak mempunyai organel yang tertutup membran (Purwaningsih, 2022).

4) DNA tidak diselubungi membran sehingga tidak memiliki inti sel sejati.

5) Mampu membawa elemen DNA ekstrakromosom (plasmid). Memiliki flagela sebagai alat gerak. Berkembang biak dengan pembelahan biner.

2.5.2. Sel Eukariotik

Sel eukariotik merupakan sel yang memiliki inti yang dibungkus oleh membran inti. Sel ini memiliki dua membran utama, yaitu membran sitoplasma dan membran inti. Mengandung organel-organel yang terbungkus membran, seperti mitokondria. Memiliki struktur internal yang kompleks. Ditemukan pada tumbuhan, hewan, jamur, dan beberapa protista (Afifah dan Asri, 2020).

Gambar 2.Struktur Sel Eukariotik (Sumber:Fakhriyah dkk, 2023)

Sel eukariotik memiliki berbagai organel yang terikat membran. Organel tersebut antara lain nukleus, mitokondria, kloroplas, retikulum endoplasma, badan Golgi, lisosom, vakuola, dan peroksisom. Nukleus berfungsi menyimpan materi genetik, sedangkan mitokondria menghasilkan energi. Kloroplas hanya ditemukan pada sel tumbuhan untuk fotosintesis.

(11)

2.6. Penelitian Terkait

Penelitian oleh Syaifuddin dkk (2020) menggunakan mikroskop untuk mengamati mikroalga di air sumur di Kecamatan Kota Kudus. Tujuannya adalah mengidentifikasi jenis-jenis mikroalga dari beberapa lokasi sumur di daerah tersebut. Sampel air sumur diambil dari berbagai tempat untuk analisis. Penelitian ini berhasil menemukan berbagai jenis mikroalga dengan karakteristik yang berbeda. Hasilnya menunjukkan keragaman mikroalga di lokasi-lokasi tersebut.

Hasil penelitian mengungkapkan 11 jenis mikroalga yang dapat diidentifikasi. Salah satunya adalah spesies Fragilaria sp., yang berbentuk batang dan tunggal dengan klorofil di bagian tepinya. Terdapat juga spesies Closterium sp. dengan banyak vakuola di tengah, ujung yang lebih sempit, dan bentuk yang cenderung melengkung. Spesies Ulothrix sp. ditemukan dengan pigmen klorofil, berbentuk tabung, dan bersel tunggal. Mikroalga ini bervariasi karakteristiknya.

Jenis alga yang lain adalah spesienDiatoma, sp.berbentuk batang, bersel satu.

Penelitian selanjutnya, mengkaji masalah limbah plastik di lautan dan dampaknya terhadap kolonisasi mikroba. Penelitian berfokus pada biomassa karbon mikroba yang menempel pada berbagai jenis plastik seperti polietilen (PE), polipropilena (PP), dan polistirena (PS), serta kaca (Zhao dkk, 2021). Metode yang digunakan termasuk eksperimen in situ dengan substrat plastik dari barang sehari-hari yang diletakkan di laut. Mikroskop laser pemindaian konfokal (CLSM) digunakan untuk mengukur biomassa karbon dan jumlah sel biofilm, serta fluoresensi untuk mendeteksi mikroba fotosintetik. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pembentukan biofilm pada substrat plastik dan kaca.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa diatom mendominasi biofilm pada tahap awal, sementara jenis mikroba lain mengambil alih pada tahap biofilm yang lebih matang. Plastik PE mendukung biomassa karbon yang lebih tinggi pada awalnya, tetapi perbedaannya menyusut seiring waktu. Substrat kaca mendukung lebih banyak sel fotosintetik dibandingkan plastik setelah 8 minggu, sedangkan biomassa karbon cenderung menurun pada PE dan kaca, tetapi meningkat pada PP.

Temuan menunjukkan bahwa limbah plastik dapat mempengaruhi ekosistem laut dengan menyediakan substrat karbon mikroba yang signifikan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi dampak ekologisnya secara mendalam.

(12)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat 1) Mikroskop 2) Api Bunsen 3) Jarum Ose 4) Pipet Tetes 5) Pinset

6) PisauCutterTajam 7) Pipet tetes

3.1.2. Bahan 1) Aquadest 2) Serat Kapas 3) Methylene Blue 4) Daun

5) Minyak Emersi

6) Roti (Segar dan Busuk) 7) Air Comberan

8) Bawang Merah

9) Kentang (Segar dan Rusak) 3.2. Prosedur Percobaan

3.2.1. Simple Staining(Pewarnaan Sederhana) 1) Kaca objek dibersihkan dengan alkohol 95%.

2) Setetes air comberan atau lendir makanan basi yang akan diwarnai disiapkan.

3) 1 atau 2 ose biakan diletakkan di tengah-tengah gelas objek.

4) Biakan disebarkan menggunakan ujung jarum ose hingga melebar dan diperoleh apusan tipis berdiameter 1-2 cm.

5) Apusan difiksasi dengan diangin-anginkan atau dengan dilewatkan diatas nyala api bunsen hingga apusan tampak kering dan transparan.

(13)

6) Methylene bluediteteskan di atas kaca objek tadi.

7) Aquadestdisemprotkan dalam jumlah sedikit..

8) Dikeringkan hati-hati dengan tissue (jangan sampai terkena apusan) 9) Apusan pada kaca objek diamati dengan mikroskop dengan variasi

perbesaran dan bantuan minyak emersi.

10) Bentuk sel yang terlihat digambar.

3.2.2. Pengamatan Sel bawang merah, nasi, dan serat kapas 1) Kaca objek dibersihkan.

2) Bawang merah atau nasi atau serat kapas diiris tipis.

3) Irisan diletakkan di kaca objek menggunakan pinset.

4) Aquadestditeteskan.

5) Pengamatan dilakukan dibawah mikroskop dengan variasi perbesaran.

6) Bentuk sel yang terlihat digambarkan.

3.2.3. Pengamatan untuk roti dan kentang (segar dan rusak) 1) Kaca objek dibersihkan.

2) Sedikit preparat yang segar diambil.

3) Ditetesi dengan aquadest.

4) Diamati di bawah mikroskop dengan variasi perbesaran.

a) Hal yang sama dilakukan pada preparat yang rusak.

b) Hasilnya dibandingkan.

5) Bentuk sel yang terlihat digambarkan.

3.3. Matriks Percobaan

Table 3.1.Matriks Pengamatan Morfologi Sel N

o

Bahan Lensa Objektif

Gambar Sampel Segar

Gambar Sampel Rusak/Busuk

Keterangan

1 Air

Comberan

10x 40x

A1 A2

2 Nasi 10x

40x

B1 B3

B2 B4 3 Bawang

Merah

10x 40x

C1 C3

C2 C4

(14)

4 Roti 10x 40x

D1 D3

D2 D4

5 Kentang 10x

40x

E1 E3

E2 E4

(15)

15

4.1. Hasil Pengamatan

Table 4.1.Hasil Pengamatan Morfologi Sel No Bahan Lensa

Objektif

Gambar Sampel Segar

Gambar Sampel Rusak/Busuk

1 Air

Comberan dengan Methylene

Blue

10x

40x

(16)

2 Air Comberan

tanpa Methylene

Blue

10x

40x

3 Bawang

Merah

Vertikal 10x

40x

(17)

4 Bawang Merah Horizontal

10x

40x

5 Kentang

10x

40x

(18)

6 Roti

10x

40x

(19)
(20)
(21)
(22)

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

1) Kelembapan tinggi mempercepat pertumbuhan mikroba dan pembusukan bawang merah, sementara kelembapan rendah membantu menghambat mikroba, sehingga bawang merah sebaiknya disimpan di tempat kering untuk memperpanjang masa simpan.

2) Pewarnaan methylene blue penting dalam pengamatan morfologi sel air comberan, karena meningkatkan kontras dan memperjelas struktur sel, sehingga memudahkan identifikasi mikroorganisme.

3) Pemotongan vertikal menunjukkan sel bawang merah yang memanjang sesuai arah pertumbuhannya, sedangkan pemotongan horizontal memperlihatkan sel berbentuk persegi yang tersusun rapi pada permukaan.

4) Penyimpanan yang baik sangat penting untuk menjaga kestabilan dan kejelasan sampel.

5) Kebersihan kaca preparat sangat penting agar hasil pengamatan tidak terganggu.

5.2. Saran

1) Pastikan semua alat, terutama kaca preparat, bersih sebelum digunakan.

2) Jaga suhu dan pH yang sesuai selama pengamatan agar sampel tetap baik.

3) Cobalah metode pewarnaan lain untuk mendapatkan hasil yang lebih lengkap.

(23)

Afifah, Y. N., dan Asri, M. T. 2020. Profil Miskonsepsi Pada Submateri Struktur dan Fungsi Sel MenggunakanFour Tier Test. Vol. 9(3): 390-396.

Chotimah, H. E. N. C., Hawini, C., Zubaidah, Widyawati, W., dan Sustiyah. 2024.

Enhancing Red Onion (Allium cepa K.) Growth and Yield Through Controlled Tuber Cutting and Plant Growth Regulator Application.

Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Vol. 26(1): 1-7.

Deazzahra, M., Habibie, M. I., Kristtiyaningsih, N., Anggraeni, R., Nisakk, S., dan Amalia, Y. E. 2023. Analisis Penggunaan Laboratorium Biologi untuk Praktikum Pengamatan Sel Tumbuhan. Journal of Education and Technology. Vol. 3(1): 10-16.

Fakhriyah, F., dkk. 2023. Biofisika Berbasis Literasi Sains. Bojong: PT Nasya Expanding Management.

Firyal, C. F., Kamai, S., dan Mulyadi. 2021. Spesies Jamur Ascomycota di Objek Wisata Pucok Krueng Raba Aceh Besar.BIOTIK. Vol. 9(2): 442-447.

Hidayat, C. A., Simbolon, S. D., Dilivio, G. J., Muttaqin, M., Ramadhani, U. A., Faisal, A., Prabowo, B. P., Rahman, Y. A. 2023. Mikroskop Digital, Otomatis, dan Portabel berbasi Raspberry Pi dengan Catu Daya DC.

Jurnal Teknik Elektromedik Indonesia. Vol. 05(1): 20-29.

Hakim, L., Kurniatuhadi, R., dan Rahmawati. 2020. Karakteristik Fisiologis Jamur Halofilik berdasarkan Faktor Lingkungan dari Sumur Air Asin di Desa Suak, Sintang, Kalimantan Barat. Jurnal Biologi Makassar. Vol.

5(2): 227-232.

Kurniati, T. 2020.Biologi Sel. Bandung: CV Cendekia Press.

Lisu, M., Hartati., dan Sulfiani. 2023. Identifikasi JamurAspergillus Sp pada Roti Tawar Setelah Melewati Masa Kadaluarsa Selama Tiga Hari di Daerah

(24)

Morfologi Tumbuhan untuk Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa dalam Mengidentifikasi Jenis Tumbuhan.Jurnal BASICEDU. Vol. 5(6):

5877-5884.

Mayasari, U. 2020. Mikrobiologi. Medan: Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

Purwaningsih, E. 2022.Biologi Sel.Jakarta: Universitas YARSI.

Putra, S. F., Fitri, R., dan Fadilah, M. 2021. Pembuatan Media Tumbuh Bakteri Berbasis Lokal Material. Prosiding SEMNAS BIO 2021. Universitas Negeri Padang. 31 Mei 2022: Hal. 1043-1050.

Putri, K. N. A., Sari, C. A., Lukito, S. A., Gusfianti, P. N. N., Cahya, D. K., Sausan, M., dan Berlianti, A. N. 2024. Penelitian Mikroba pada Masakan Tumis Tahu di Suhu Ruang selama lebih dari 6 Jam.Jurnal Analis. Vol.

3(1): 066-076.

Rahmadina., dkk. 2024. Analisis Pemahaman Mahasiswa Tadris Biologi 2 UNSU Terhadap Materi Konsep Dasar Biologi Sel.Biology Education, Science

& Technology Journal.Vol. 9(2): 195-200.

Rahmadina., dkk. 2024. Teori Sel Prokariotik, Eukariotik dan Penyusun Membran Sel.Biology Education, Science & Technology Journal.Vol. 7(2): 36-42.

Rini, C. S., dan Rachmah, J. 2020.Bakteriologi Dasar. Sidoarjo: UMSIDA Press.

Shobah, A. N., Lidiah, M., dan Stiani, S. N. 2023. Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun Pepaya Jepang (Cnidoscolus acnitifolius) pada Fungi Candida albicans.Jurnal Kesehatan Perintis. Vol. 10(2): 94-105.

Siregar, J. 2021.Morfologi. Banyumas: CV. Penas Persada.

Sulastri dkk, 2022. Peran Mikrobiologi Pada Industri Makanan. Jurnal Indobiosains. Vol. 4(1): 1-8.

Suryani, Y., Taupiqurrahman, O., dan Kulsum, Y. 2020. Mikologi. Padang: PT.

Freeline Cipta Gramedia.

(25)

Vol. 1(2): 62-80.

Wijarini, F., Nursia., dan Listiani. 2020. Keragaman Protista di Hutan Mangrove Sebagai Sumber Belajar Mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Borneo Tarakan.

Borneo Journal of Biology Education. Vol. 2(1): 42-48.

Yusuf, Y. E. 2021. Pemberian Tanah Alluvial Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium Ascalonicum L) di Media Gambut. Jurnal Inovasi Penelitian. Vol. 2(3): 1047-1052.

Zhao, S., dkk. 2021. Microbial Carrying Capacity and Carbon Biomass of Plastic Marine Debris.The ISME Journal. Vol. 15(1): 67-77.

(26)

Gambar 1.Roti Bagus Gambar 2.Roti Busuk

Gambar 3.Kentang Bagus Gambar 4.Kentang Busuk

Gambar 5.Bawang Bagus Gambar 6.Bawang Busuk

(27)

Gambar 9.Jarum Ose Gambar 10.PisauCutter

Gambar 11.Air Comberan

(28)

Gambar. Bukti Cek Plagiarisme (Sumber:Plagiarism Checker Turnitin)

Gambar

Gambar 1. Struktur Sel Prokariotik (Sumber: Fakhriyah dkk, 2023)
Gambar 2. Struktur Sel Eukariotik (Sumber: Fakhriyah dkk, 2023)
Table 4.1. Hasil Pengamatan Morfologi Sel No Bahan Lensa
Gambar 5. Bawang Bagus Gambar 6. Bawang Busuk
+4

Referensi

Dokumen terkait

Metode pewarnaan HE dan MT digunakan untuk mengamati morfologi dan identifikasi sel-sel penyusun PI dan perkembangan buluh darah dan jaringan ikat secara histologis, sedangkan

Metode pewarnaan HE dan MT digunakan untuk mengamati morfologi dan identifikasi sel-sel penyusun PI dan perkembangan buluh darah dan jaringan ikat secara histologis, sedangkan

Untuk penelitian selanjutnya akurasi kemungkinan dapat lebih baik jika ditambahkan ciri morfologi vacuola yang terdapat dalam tipe sel L3, sebagai salah satu parameter sel

Metode pewarnaan HE dan MT digunakan untuk mengamati morfologi dan identifikasi sel-sel penyusun PI dan perkembangan buluh darah dan jaringan ikat secara histologis, sedangkan

Alat itu membantu kita untuk melihat secara jelas hewan dan tanaman bersel tunggal, sel-sel individu dari organisme bersel banyak, bakteri, struktur halus dari jaringan organik,

Penggunaan produk secara teratur yang mengandung agen-agen ini telah secara hati-hati dinilai untuk memastikan bahwa tindakan mereka selektif, sehingga mereka menghambat

Untuk penelitian selanjutnya akurasi kemungkinan dapat lebih baik jika ditambahkan ciri morfologi vacuola yang terdapat dalam tipe sel L3, sebagai salah satu parameter sel darah

KESIMPULAN Pelaksanaan kegiatan Pelatihan Pengamatan Kesuburan Tanah Secara Cepat, Dan Pemanfaatan Organisme Tanah Untuk Pengendali Hama Uret Bagi Siswa Serta Perbaikan Manajemen