MATERI DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Proses sampling monyet ekor panjang (MEP) yang digunakan pada
penelitian ini terbagi atas dua periode sampling. Periode sampling pertama,
telah dilakukan pada bulan Agustus 2002 sampai September 2005, yang meliputi
kegiatan persiapan hewan penelitian dengan metode perfusi jaringan yang
dilakukan di Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) Institut Pertanian Bogor.
Sedangkan periode sampling kedua, dilakukan untuk melengkapi sampel MEP
periode sebelumnya, yang dimulai dari bulan November 2006 sampai Juni 2007.
Adapun kegiatan pada periode tersebut meliputi proses pembuatan preparat
histologi dari jaringan hipofise dan kulit, pewarnaan histokimia, serta pengamatan
hasil penelitian. Kegiatan ini dilakukan di Laboratorium Riset Anatomi,
Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor.
Materi
Hewan penelitian
Penelitian ini menggunakan organ hipofise dan jaringan kulit yang diambil
di bagian kepala dan perut MEP. Hewan yang digunakan terdiri atas dua periode
sampel. Sampel periode pertama adalah pemanfaatan hasil sampling MEP yang
diperoleh dari Pusat Studi Satwa Primata Institut Pertanian Bogor. Adapun
tingkatan umur MEP periode pertama terdiri atas: fetus MEP umur 55 hari (F-55)
kebuntingan yang khusus digunakan untuk pengambilan kulit perut, fetus umur
70 hari (F-70), 85 hari (F-85), 100 hari (F-100), 120 hari (F-120) dan 150 hari
(F-150), serta anak umur 1 bulan (P-1) dan 3 bulan (P-3), dengan jumlah satu
ekor untuk setiap tingkatan umur. Pelaksanaan sampling dilakukan dibawah
pengawasan dan persetujuan Komisi Kesejahteraan Hewan (Animal Care and
Use Committee/ACUC) PSSP, LPPM-IPB nomor 02-0030IR.
Sampel periode kedua adalah pengambilan sampel MEP untuk
melengkapi tingkatan umur MEP dari sampel periode pertama, yang terdiri atas:
MEP anak umur 15 bulan (P-15), dewasa umur 50 bulan (P-50) dan 100 bulan
(P-100), dengan jumlah satu ekor untuk setiap tingkatan umur.
Sampel prenatal (fetus) dan postnatal (anak) dari sampel periode
pertama, berasal dari induk MEP yang ditangkap dari alam, yang terlebih dahulu
dikarantina untuk pemeriksaan status kesehatan dan ditempatkan pada kandang
individual. Untuk menentukan umur fetus secara akurat, seluruh induk MEP
dikawinkan dengan metode time mating. Siklus menstruasi MEP betina diamati
melalui teknik usap vagina sebelum dikawinkan. Pada penelitian ini hanya
induk-induk yang memiliki siklus menstruasi yang teratur saja yang dijadikan sebagai
indukan fetus. Induk betina yang terpilih, selanjutnya dipindahkan ke kandang
kawin. Masa subur induk betina ditandai dengan adanya sekresi lendir vagina
yang encer dan bening, kondisi ini biasanya terlihat pada hari ke-11 siklus
menstruasi. Saat betina memasuki masa subur, MEP jantan dimasukkan ke
kandang kawin untuk disatukan dengan induk betina selama 3 hari. Penentuan
hari ke-0 kebuntingan dihitung mulai dari hari ke-2 penggabungan dengan
standar deviasi satu hari. Proses sampling untuk sampel periode pertama
dilakukan oleh PSSP IPB.
Sampel periode kedua, merupakan hasil tangkapan dari alam, kemudian
di tempatkan di kandang individu dan diperiksa status kesehatan serta ditentukan
kisaran umurnya. Penentuan kisaran umur MEP, dilakukan berdasarkan hasil
pemeriksaan terhadap pertumbuhan dan pergantian gigi (Fortman et al. 2002).
Bahan penelitian
Untuk keperluan perfusi, fiksasi, dehidrasi dan parafinisasi jaringan,
secara berurutan digunakan paraformaldehid 0.2% dalam phosphate buffered
saline (PBS) 0.1 M pH 7.4; normal bufer formalin 10%, alkohol bertingkat, silol
dan parafin histoplast dengan titik leleh 56-57
oC.
Bahan untuk pewarnaan hematoksilin-eosin (HE) adalah pewarna
hematoksilin delafield, pewarna eosin dalam alkohol dan Entelan
®. Untuk
pewarnaan Masson’s trichrome (MT) modifikasi Goldner digunakan bahan
pewarna ponceau 2R, orange G dan lightgreen. Sedangkan untuk pewarnaan
imunohistokimia digunakan larutan PBS, aquades, larutan 3% hidrogen
peroksida, larutan 10% normal goat serum (Vector Laboratories, Inc), anti human
ACTH rabbit serum (1:750) (Gift. NIIDK, USA), 0.02 anti rabbit IgG goat serum
(Vector Laboratories, Inc), larutan 0.03% 3.3-Diaminobenzidine (DAB) dan
2% silan (3-aminopropyltrihexysilane/APES) dalam aseton. Sedangkan untuk
pewarnaan latar belakang digunakan pewarna hematoksilin.
Alat penelitian
Adapun alat-alat yang digunakan untuk perfusi dan fikasasi jaringan
terdiri atas 1 set pompa perfusi, jarum kupu-kupu, skalpel, gunting, tang arteri,
needle holder, pinset, spuit suntik, benang cat gut, tampon, gouce dan wadah
penyimpanan jaringan. Untuk proses parafinisasi dan pemotongan jaringan
digunakan gelas piala, inkubator, sliding microtome dan gelas objek. Untuk
pewarnaan HE alat yang digunakan adalah rak, gelas objek dan gelas penutup,
sedangkan kotak lembab, mikropipet dan timer digunakan untuk pewarnaan
imunohistokimia. Selanjutnya untuk pengamatan hasil penelitian digunakan
mikroskop cahaya dan mikrofotografi.
Metode
Pengambilan sampel periode pertama
Induk MEP yang positif bunting terlebih dahulu dibius dan dilakukan
laparotomi medianus untuk mengambil sampel fetus dari uterus. Selanjutnya,
fetus dibius secara intraumbilikal dengan pentobarbital (0.1 ml/kg bobot badan),
sedangkan anak MEP (P-1 dan P-3) dibius dengan anastetikum yang sama
dengan dosis 20 mg/kg bobot badan secara intraperitonial.
Dalam keadaan terbius, fetus MEP dikorbankan dengan cara
mengeluarkan darah secara intrakardial dengan teknik perfusi. Perfusi dilakukan
dengan menggunakan paraformaldehid 0.2% dalam PBS 0.1M, pH 7.4 pada
suhu 37
oC dengan kecepatan antara 15-20 ml/menit sebagai pre-rinse,
dilanjutkan dengan larutan fiksatif 2% paraformaldehid dalam PBS 0.1M, pH 7.4
dengan suhu 4
oC selama 20 menit pada kecepatan yang sama.
Perfusi intrakardial terhadap sampel MEP, dilakukan dalam kondisi
hewan terbius, yaitu dengan cara membuka rongga dada, aorta torakalis dijepit
dengan penjepit arteri, kemudian jarum kupu yang telah dihubungkan dengan
pompa perfusi dimasukkan ke dalam ventrikel kiri jantung. Setelah jantung
membesar akibat terisi larutan pre-rinse, atrium kanan disayat agar darah dan
larutan perfusi dapat keluar dari jantung. Apabila larutan perfusi yang keluar
telah jernih, maka larutan perfusi diganti dengan larutan fiksatif paraformaldehid
4% dalam PBS, suhu 4
oC selama 20 menit. Setelah proses perfusi selesai,
selanjutnya diambil jaringan hipofise dan kulit, yaitu kulit di bagian kepala dan
perut (khusus F-55, untuk pengamatan terhadap perkembangan kulit), dengan
ukuran 0.5 cm
2untuk setiap tingkatan umur MEP. Seluruh sampel jaringan,
selanjutnya difiksasi dengan larutan paraformaldehid 4%. Sebagai stopping
point, sampel organ dimasukkan ke dalam larutan alkohol 70%.
Pengambilan sampel periode kedua
Sampel periode kedua, terdiri atas seekor anak MEP umur 15 bulan
(P-15) dan dua ekor MEP dewasa (P-50 dan P-100), masing-masing dibius
dengan menggunakan anastetikum zoletil
®dosis 10 mg/kg bobot badan secara
intramuskular. Dalam kedaan terbius, hewan dikorbankan dengan cara membuka
rongga dada untuk mengeluarkan darah dari jantung. Setelah darah keluar
seluruhnya, dibuka tulang tengkorak untuk mengambil jaringan hipofise. Selain
hipofise, diambil pula jaringan kulit kepala berukuran 0.5 cm
2. Jaringan hipofise
dan kulit yang diperoleh, dibilas dengan larutan NaCl fisiologis sebelum
dimasukkan ke dalam larutan paraformaldehid 4% selama 24 jam. Sebelum
dimasukkan ke dalam alkohol 70% sebagai stopping point, jaringan dimasukkan
ke dalam larutan asam pikrat tanpa larutan asam asetat glasial selama 3 jam.
Proses pembuatan blok parafin dan pemotongan preparat
Jaringan hipofise dan kulit dimasukkan ke dalam tissue cassette sebagai
tahap awal untuk proses dehidrasi. Sampel jaringan direndam secara berurutan
di dalam larutan alkohol 70%, 80%, 90% dan 95 % masing-masing selama 6 jam
pada suhu kamar, diikuti dengan perendaman dalam larutan alkohol 100%
(1, 2, 3), masing-masing selama 1 jam pada suhu kamar. Proses penjernihan
(clearing) dilakukan dengan larutan silol (1, 2, 3), masing-masing selama
30 menit. Selanjutnya dilakukan proses infiltrasi larutan paraffin dengan tiga kali
pemindahan masing-masing selama 30 menit pada suhu 67
oC. Proses
selanjutnya adalah pembuatan blok parafin dengan cara merendam jaringan ke
dalam parafin cair dan didinginkan dalam suhu kamar.
Blok parafin jaringan hipofise dari sampel periode pertama dan kedua,
disayat dengan menggunakan sliding microtom dengan ketebalan 10 µm secara
serial dengan berpedoman kepada teknik pembagian daerah pemotongan
hipofise babi (Sasaki et al. 1992). Teknik pemotongan ini dimaksudkan untuk
menujukkan gambaran hipofise secara utuh tanpa harus mewarnai seluruh
sayatan. Sedangkan pemotongan blok jaringan kulit dari sampel periode
pertama dan kedua, dilakukan dengan penyayatan blok secara transversal,
dengan ketebalan 5 µm untuk pewarnaan HE dan MT, serta 10 µm untuk
pewarnaan IHK. Selanjutnya, sayatan jaringan yang diperoleh diletakkan pada
gelas objek yang sebelumnya telah dilapisi (coating) dengan silan
(aminopropyltriehoxysilane/APES), dan ditetesi dengan aquades di atas hot-plate
dengan suhu 37
oC. Setelah kering, gelas objek diinkubasikan pada suhu 37
oC
selama satu malam. Sedangkan untuk keperluan pewarnaan HE dan MT, gelas
objek tidak dilapisi dengan silan.
1
3
2
Gambar 13 Pembagian daerah pemotongan hipofise pada babi. Potongan a, b dan c adalah daerah medial, paramedial dan lateral. 1: neurohipofise, 2: pars intermedia, 3: adenohipofise (Sasaki et al. 1992).