• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengantar Titrasi dan Volumetri dalam Analisis Kimia

N/A
N/A
Asaljadi Akun

Academic year: 2025

Membagikan "Pengantar Titrasi dan Volumetri dalam Analisis Kimia"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

1

Titrasi atau biasa disebut volumetri termasuk metode analisis kimia yang cepat, akurat dan sering digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur atau senyawa dalam larutan. Volumetri dilakukan dengan cara menambahkan (mereaksikan) sejumlah volume tertentu (biasanya dari buret) larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya dengan pasti yang diperlukan untuk bereaksi secara sempurna dengan larutan yang belum diketahui konsentrasinya. Larutan standar juga disebut dengan titran (Wiryawan, dkk., 2008: 37).

Larutan standar dibedakan menjadi dua diantaranya larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer salah staunya larutan yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurniaan tinggi. Sedangkan untuk larutan standar sekunder termasuk larutan yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurniaan relative rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standarisasi.

Dalam prosest titrasi suatu zat bergungsi sebagai titran dan yang lain sebagai titrat.

Adapun titrat sebagai larutan asam (Padmaningrum, 2006: 1-2).

Asam berasal dari Bahasa latin yaitu acidus (asam), yang berkaitan dengan kata acer (tajam) dan acetum (cuka). Sedangkan untuk istilah alkali (basa) yang berasal dari Bahasa Arab disebut al-qali yang artinya abu dari suatu tanaman yang ada kaitannya dengan daerah rawa garam dan padang pasir. Kemampuan yang dimiliki asam, dapat melarutkan sebagian besar dari logam, dapat melarutkan batu kapur dan mineral karbonat lainnya. Basa memiliki rasa pahit dan licin. Sifat dasar yang dimiliki oleh basa, sangat banyak ditemukan pada sabun dan zat pembersih

(2)

2

peralatan rumah tangga lainnya. Senyawa asam dan basa mempunyai konsentrasi larutan (Rohmah, 2020: 27-28).

Konsentrasi larutan termasuk komposisi yang menunjukkan dengan jelas perbandingan jumlah zat yang terlarut terhadap pelarut. Kelarutan dapat kecil atau besar sekali, dan jika jumlah zat terlarut melewati titik jenuh, zat itu akan keluar (mengendap di bawah larutan). Dalam kondisi tertentu suatu larutan dapat mengandung lebih banyak zat terlarut dari pada dalam keadaan jenuh. Air menjadi bahan pelarut yang sangan umum, sehingga air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa kimia misalnya seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik (Putri, dkk., 2017: 148). Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan percobaan ini yaitu untuk mengetahui kadar klor (Cl) dalam asam klorida (HCl) menggunakan titrasi dengan metode alkalimetri.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini adalah berapa kadar klorida (Cl) dalam asam klorida (HCl) menggunakan titrasi metode alkalimetri?

C. Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui kadar klorida (Cl) dalam asam klorida (HCl) menggunakan titrasi metode alkalimetri.

(3)

3 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Asam

Sifat yang berkaitan dengan asam yaitu rasanya yang asam, rasa seperti tertusuk jarum apabila terkena kulit. Kemampuan yang dimiliki oleh asam yaitu dapat melarutkan sebagian besar dari logam, dapat melarutkan batu kapur dan mineral karbonat lainnya. Teori Bronsted, dalam pengertian Bronsted dimana asam adalah segala zat yang dapat memberikan proton. Ketika suatu asam menghasilkan proton, spesies yang kekurangan harus mempunyai sedikit afinitas proton sehingga merupakan suatu basa (Gunawan, 2010: 50).

Menurut Gunawan (2010: 48), ada tiga teori dasar mengenai asam basa diantaranya:

1. Teori Arhenius, yang menyatakan bahwa asam termasuk zat yang bila dilarutkan dalam air terionisasi menghasilkan ion H+.

2. Teori Bronsted Lowry, menyatakan bahwa ion atau molekul yang dapat memberikan proton (H+) kepada basa disebut donor proton.

3. Teori Lewis, menyatakan suatu spesies dapat menerima pasangan elektron bebas (akseptor pasangan elektron) dalam suatu reaksi kimia.

Walaupun hal tersebut bukan merupakan teori yang paling luas cakupannya, definis Bronsted-Lowry menjadi definisi yang paling umum digunakan. Dalam definis ini, keasaman suatu senyawa ditentukan oleh kestabilan ion hidronium dan basa konjugat terlarutnya ketika senyawa tersebut telah memberi proton ke dalam larutan tempat asam itu berada. Stabilitas basa konjugat yang lebih tinggi menunjukkan keasaman senyawa bersangkutan yang lebih tinggi. Asam juga menghasilkan ion hidrogen dalam larutan sebab asam bereaksi dengan molekul air dengan cara memberikan protonnya kepada air (Amanda, dkk., 2013: 5).

(4)

4

Adapun asam yang dari katas asidi yang berarti asam sedang metri dari (bahasa Yunani) yang berarti ilmu, proses, atau bseni mengukur. Asimetri disebut sebagai pengukuran jumlah asam atau pengukuran dengan asam. Asam dan basa dapat saling menetralkan dan dapat membentuk senyawa berupa garam dan air.

Kemampuan yang dimiliki asam yaitu dapat melarutkan sebagian besar dari logam, dapat melarutkan batu kapur dan mineral karbonat lainnya. Antoine Lavoisier (1777) mengemukakan bhawa semua dari asam mengandung oksigen (O2) dan Humphry Davy (1810), menyatakan bahwa unsur dalam asam bukan oksigen tetapi hidrogen yang ditunjukkan oleh asam hidrokholik yang mengandung hanya atom hidrogen (H) dan klorida (Cl) tanpa ada O (Rohmah, 2020: 27-28).

B. Basa

Basa atau biasa juga disebut dengan alkali berasal dari Bahasa Arab yang berarti abu. Basa memiliki rasa pahit dan licin, sifat dasar basa banyak ditemukan pada sabun dan zat pembersih peralatan rumah tangga lainnya. Asam basa juga memiliki indikator titrasi, menurut Ostwald indikator asam basa adalah suatu asam atau basa organik lemah yang mempunyai warna berbeda dalam bentuk molekul dan ionnya pada keadaan kesetimbangan (Rohmah, 2020: 31-32). Protein-protein dalam tubuh juga berfungsi sebagai basa karena beberapa asam amino yang membangun protein dengan muatan akhir negative siap menerima ion-ion hidrogen.

Protein hemoglobin dalam sel darah meraha dan protein dalam sel-sel tubuh yang lain merupakan basa-basa tubuh yang paling penting (Viswanatha, 2017: 2).

Menurut Gunawan (2010: 48), ada tiga teori dasar mengenai basa, antara lain sebagai berikut:

1. Teori Arhenius, menyatakan bahwa basa adalah zat yang bila dilarutkan dalam air terionisasi menghasilkan ion OH-.

(5)

2. Teori Bronsted Lowry, menyatakan bahwa basa adalah ion atau molekul yang dapat menerima molekul proton, disebut akseptor proton.

3. Teori Lewis, menyatakan bahwa basa adalah suatu spesies yang dapat memberi pasangan elektron bebas (donor pasangan elektrik).

Basa kuat adalah basa yang bereaksi secara cepat dan kuat dengan H+. oleh karena itu dengan cepat menghilangkannya dari suatu larutan. Contoh yang khas adalah OH-, yang bereaksi dengan H+ untuk membentuk air (H2O). basa lemah yang khas adalah HCO3- yang berikatan dengan H+ secara jauh lebih lemah daripada OH-1. Basa juga memiliki kesimbangan yaitu keseimbangan ion hidrogen.

Walaupun produksi akan terus menghasilkan ion hidrogen dalam jumlah sangat banyak, ternyata konsentrasi ion hidrogen dipertahankan pada kadar rendah pH 7, 44 (Viswanatha, 2017: 3).

C. Titrasi

Titrasi sampai sekarang masih banyak dipakai di laboratorium industry disebabkan Teknik ini cepat dan tidak membutuhkan banyak reagen. Titrasi merupakan salah satu Teknik analisis kimia kuantitatif yang dipergunakan untuk menentukan suatu konsentrasi larutan tertentu, dimana penentuannya menggunakan suatu larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat. Pengukuran volume pada suatu titrasi memegang peranan yang amat penting sehingga ada kalanya sampai saat ini banyak orang yang menyebut titrasi dengan nama analisis volumetri (Gunawan, 2010: 49-50).

Titrasi yang melibatkan asam dan basa dapat digunakan secara luas dalam pengendalian produk komersial dan penguraian asam dan basa, dimana mempunyai pengaruh atas proses-proses metabolism dalam sel hidup. Titik ekuivalen pada titrasi dapat ditentukan dengan berbagai macam cara, umunya adalah dengan

(6)

6

menggunakan indikator. Indikatpr akan berubah warna dengan adanya penambahan sedikit mungkin titran (Gunawan, 2010: 50).

Titrasi memiliki senyawa yang tidak diketahui konsentrasinya atau biasa disebut dengan analit yang dapat dititrasi dengan larutan standar (titran) sampai diperoleh titik akhir titrasi. Titran yang memang diketahui konsentrasinya dapat menghitung konsentrasi larutan analiit dengan mudah. Tetapi, tidak semua senyawa-senyawa yang ada dalam bentuk larutan dapat ditentukan dengan metode titrasi (Gunawan, 2010: 51-52).

D. Integrasi Ayat

Ayat yang berhubungan dengan percobaan di atas ini terdapat dalam Qs. Al-Qamar/54: 49 yang berbunyi:

ِ ٍر َدَق بُِهٰنْق َ ِ ا ل َخِ ٍء ْي َ

شِ َّ

ل ُ كِاَّن ٤٩

ِ

Terjemahannya:

“Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”

Berdasarkan tafsir menurut Al-Muyassar menyatakan bahwa Allah swt mengatakan, sesungguhnya aku menciptakan segala sesuatu dalam takaran yang telah ditakdirkan dan ditetapkan, ilmu yang telah mendahuluinya dan aku sudah menulisnya di Lauhul Mahfuzh (Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2011: 18-19).

Ayat di atas memberikan gambaran bahwa sesuatu yang terdapat pada molekul air telah ditetapkan, seperti terdisosiasi menjadi ion H (H+) yang bermuatan positif dan ion OH (OH-) yang bermuatan negatif. Sifat disosiasi ini menyebabkan beberapa zat-zat terlarut dalam air akan memberinya sifat asam ataupun basa yang akan diuraikan berikutnya. Muatan ion-ion ini dapat dipertukarkan sampai dengan jumlah yang sangat besar sehingga berbagai jenis zat dapat larut di dalam air, sehingga dikenal sebagai pelarut yang sangat baik. Struktur molekul air mempengaruhi berat jenis air, panas jenis, kekentalan dan karakteristik lainnya.

(7)

Segala sesuatu telah diciptakan dengan karakteristik dan kadar masing-masing yang sudah ada ketentuannya (Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2011: 18-19).

(8)

8 BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat

Percobaan ini dilakukan pada hari Senin, 08 Mei 2023 Pukul 13.00-16.00 WITA di Laboratorium Organik Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan 1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah buret basa 50 mL, statif dan klem, labu takar 100 mL, gelas kimia 250 mL 2 buah, Erlenmeyer 250 mL 2 buah, corong, batang pengaduk, pipet tetes dan spatula.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah asam oksalat (COOH)2, asam klorida (HCl) x M, indikator phenolptalein, larutan natrium hidroksida (NaOH) x N dan akuades (H2O).

C. Prosedur Kerja

1. Pembuatan Larutan Baku Primer Asam Oksalat (COOH)2

Menimbang asam oksalat (COOH)2 sebanyak 0,6313 g, lalu dilarutkan di dalam gelas kimia menggunakan akuades (H2O). Kemudian dimasukkan ke dalam labu takar, lalu mengisi dengan akuades (H2O), menghimpitkan sampai tanda batas, setelah itu menghomogenkan larutan tersebut.

2. Standarisasi Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) Menggunakan Bahan Baku Primer Asam Oksalat

Mencuci bersih buret yang akan digunakan, lalu dibilas dengan larutan yang akan digunakan sebanyak tiga kali. Kemudian merangkai buret dengan statif dan klem, setelah itu memasukkan larutan natrium hidroksida (NaOH) x N ke dalam

(9)

buret. Menyiapkan Erlenmeyer, lalu mengisi dengan larutan asam oksalat yang telah dibuat sebanyak 20 mL. Kemudian meneteskan indikator phenolptalein sebanyak empat tetes, lalu mencatat volume awal buret sebelum diteteskan, setelah itu teteskan sedikit demi sedikit larutan natrium hidroksida (NaOH) sambil menghomogenkan sampai larutan tak berwarna menjadi merah muda. Kemudian mencatat volume akhir buret, lalu hitung konsentrasi natrium hidroksida (NaOH).

Dilakukan duplo dengan menggunakan larutan asam oksalat yang telah dibuat sebanyak 25 mL.

3. Penentuan Kadar Klor (Cl) dalam Sampel Menggunakan Metode Alkalimetri

Mencuci bersih buret yang akan digunakan, lalu dibilas dengan larutan yang akan digunakan sebanyak tiga kali. Kemudian merangkai buret dengan statif dan klem, setelah itu memasukkan larutan natrium hidroksida (NaOH) ke dalam buret.

menyiapkan erlenmeyer, lalu mengisi dengan larutan baku asam klorida (HCl) sebanyak 25 mL. Kemudian meneteskan indikator phenolptalein sebanyak empat tetes, lalu mencatat volume awal buret sebelum diteteskan, setelah itu teteskan sedikit demi sedikit larutan natrium hidroksida (NaOH) sambil dihomogenkan sampai larutan tak berwarna menjadi merah muda. Kemudian mencatat volume akhir buret, lalu hitung konsentrasi asam klorida (HCl).

(10)

10 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan

1. Tabel Pengamatan

Tabel IV.1Standardisasi natrium hidroksida (NaOH) dengan asam oksalat (COOH)2

VNaOH

Awal (mL) Akhir (mL)

1. Simplo 20 50 47,8

2. Duplo 25 47 41,6

Tabel IV.2Penentuan kadar klorin (Cl) dengan natrium hidroksida (NaOH) VNaOH

Awal (mL) Akhir (mL)

1. 25 50 25,2

2. Analisis Data

a. Pembuatan larutan asam oksalat (COOH)2

N = Mrm

×

1000V

× a

0,1 = 126,07m

×

1000100 × 2

0,1 = 126,07m

×

10 × 2 12,607 = m × 20

m = 12,60720 m = 0,63 g

b. Standardisasi natrium hidroksida (NaOH) dengan asam oksalat (COOH)2

1) NNaOH x VNaOH = N(COOH)2 x V(COOH)2

NNaOH x 2,2 mL = 0,1 N x 20 mL 2,2 NNaOH = 2 N

NNaOH = 2 N2,2 VHCl

No

No Nama V(COOH)2

(mL)

(11)

NNaOH = 0,9 N

2) NNaOH x VNaOH = N(COOH)2 x V(COOH)2

NNaOH x 5,4 mL = 0,1 N x 25 mL 5,4 NNaOH = 2,5 N

NNaOH = 2,5 N5,4 NNaOH = 0,46 N

c. Penentuan kadar klorin (Cl) dengan natrium hidroksida (NaOH)

% = V NaOH x N NaOH x Be. Cl/sampel V HCl

= 24,8 mL x 0,68 N x 35,45 g/mol 25 mL

= 597,8225

= 23,91 % B. Pembahasan

Asam adalah suatu zat yang dapat memeberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa.

Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk suatu garam. Salah satu contoh asam yaitu asam asetat dan asam sulfat. Ciri-ciri dari asam yaitu rasanya asam, dapat mengubah warna kertas lakmus biru menjadi merah, mempunyai pH (derajat keasaman) kurang dari 7 dan dapat menghantarkan listrik (termasuk larutan elektrolit) (Amanda, dkk., 2013: 4).

Percobaan yang telah dilakukan menggunakan buret basa yang berfungsi sebagai untuk menyimpan sampel yang akan sebagai titran. Statif dan klem sebagai penjepit buret basa agar buret tidak goyang ketika melakukan titrasi. Asam oksalat (COOH)2 berfungsi sebagai titrat yang akan diketahui konsentrasi komponenya.

Larutan natrium hidroksida (NaOH) berfungsi sebagai titran yang akan menitrasi suatu larutan yang belum diketahui konsentrasinya. Pada indikator phenolptalein sebagai indikator untuk menentukan titik ekivalen larutan.

(12)

12

Hasil pengamatan pada percobaan ini menunjukkan bahwa pada standarisasi larutan natrium hidroksida (NaOH) menggunakan bahan baku primer asam oksalat (COOH)2 menghasilkan larutan yang awalnya tidak berwarna berubah menjadi warna merah muda. Selain itu, mendapatkan hasil normalitas larutan NaOH simplo dengan hasil 0,9 N dan pada duplo menghasilkan normalitas 0,46 N. Pada penentuan kadar klorin (Cl) dalam sampel menggunakan metode alkalimetri juga menghasilkan larutan yang awalnya tidak memiliki warna menjadi warna merah muda, kemudian kadar klorin (Cl) menghasilkan 23,91%.

Hasil perbandingan pada percobaan di atas yang sesuai dengan menurut Faiqah, dkk (2014: 13-14) yang menyatakan bahwa volume NaOH yang diperlukan untuk titrasi sebanyak 11,5 mL yang dihitung dari rata-rata tiga kali percobaan.

Penentuan konsentrasi NaOH yang didapatkan normalitas NaOH sebesar 0,076 N.

standarisasi NaOH yang didapatkan tingkat ketelitiannya sebesar 97,2%. Selain itu juga, tingkat ketelitian pada standarisasi NaOH, mereka lakukan perhitungan ralat pada kadar asam cuka yang dipakai. Perhitungan tersebut mereka dapatkan tingkat ketelitian hanya sebesar 55,92%.

(13)

13 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Kadar klor (Cl) pada asam klorida (HCl) dengan menggunakan metode alkalimetri yaitu 23,91 %.

B. Saran

Saran pada percobaan ini untuk percobaan selanjutnya yaitu menggunakan sampel kalium biftalat (C8H5KO4) agar dapat diketahui perbandingan hasil konsentrasi yang didapatkan dan juga untuk mengetahui normalitas dan titik akhir titrasi natrium hidroksida (NaOH) jika menggunakan kalium biftalat (C8H5KO4).

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Amanda, dkk. “Identifikasi Sifat Asam Basa Dengan Menggunakan Indikator Alami”. Kimia 1, no. 1 (2013): h. 1-12.

Faiqah, dkk. “Asidimetri Dan Alkalimetri Dalam Kehidupan Sehari-Hari”. Jurnal Pendidikan IPA 1, no. 1 (2014): h. 15-21.

Gunawan. “Analisis Kandungan Alkali Bebas Dalam Bentuk Na2O Pada Sabun Mandi Yang Beredar Di Makassar”. Skripsi. Makassar, Fakultas Sains dan Teknologi Uin Alauddin Makassar, 2010.

Padmaningrum. “Titrasi Asidimetri”. Jurnal Kimia 1, no. 1 (2006): h. 1-9.

Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, dkk. Air Dalam Perspektif Al-Qur’an Dan Sains.

Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010.

Putri, dkk. “Pengaruh Konsentrasi Larutan Terhadap Laju Kenaikan Suhu Larutan”.

Jurnal Pembelajaran Fisika 6, no. 2 (2017): h. 147-153.

Rohmah dan Rini. Buku Ajar Kimia Analisis. Jawa Timur: UMSIDA Press, 2020.

Viswanatha. “Keseimbangan Asam Basa”. Jurnal Kimia 1, no. 1 (2017): h. 1-15.

Wiryawan, dkk. Kimia Analitik. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, 2008.

(15)

1. Pembuatan Larutan Baku Primer Asam Oksalat (COOH)2

Di masukkan asam oksalat yang telah larut ke dalam labu takar.

2. Standarisasi Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) Menggunakan Bahan Baku Primer Asam Oksalat

1.

Di siapkan Erlenmeyer, dirangkaikan buret dengan statf dan klem.

Dimasukkan larutan NaOH ke dalam buret

Di catat volume awal pada buret sebelum di teteskan, setelah itu di teteskan larutan NaOH dalam buret kedalam Erlenmeyer sedikit demi sedikit sambal di homogenkan hingga larutan tak berwarna berubah menjadi merah muda

Di catat ulang volume akhir pada buret dan hitung konsentrasi NaOH.

Di timbang asam oksalat yanga akan di gunakan.

Di larutkan asama oksalat di dalam gelas kimia.

Ditamabahkan akuades hingga tanda batas lalu dihomogenkan.

Hasil

Asam Oksalat (COOH)2

Di cuci bersih buret yang akan di gunakan lalu bilang dengan larutan yang akan di gunakan

Di isi Erlenmeyer dengan larutan baku asam oksalat yang telah dibuat.

Hasil

Di tetesi dengan indikator phenolptalien Natrium Hidroksida (NaOH)

(16)

3. Penentuan Kadar Klor (Cl) dalam Sampel Menggunakan Metode Alkalimetri

3.

Di siapkan Erlenmeyer, dirangkaikan buret dengan statf dan klem.

Dimasukkan larutan NaOH ke dalam buret

Di catat volume awal pada buret sebelum di teteskan, setelah itu di teteskan larutan NaOH dalam buret kedalam Erlenmeyer sedikit demi sedikit sambal di homogenkan hingga larutan tak berwarna berubah menjadi merah muda

Di catat ulang volume akhir pada buret dan hitung konsentrasi HCl.

Di cuci bersih buret yang akan di gunakan lalu bilang dengan larutan yang akan di gunakan

Di isi Erlenmeyer dengan larutan baku HCl

Hasil

Di tetesi dengan indikator phenolptalein Asam Klorida (HCl)

(17)

Ditimbang asam oksalat yang akan digunakan

Dilarutkan asam oksalat di dalam gelas kimia

Dimasukkan asam oksalat yang telah larut

ke dalam labu takar

Ditambahkan akuades

hingga tanda batas Dihomogenkan

(18)

2. Standarisasi larutan natrium hidroksida (NaOH) menggunakan bahan baku primer asam oksalat (COOH)2

Dicuci bersih buret dan dibilas dengan larutan yang

akan digunakan

Diisi erlenmeyer dengan larutan baku asam oksalat

Disiapkan erlenmeyer

Ditetesi dengan indikator phenolptalein

Dirangkaikan buret dengan statif dan klem

Dimasukkan larutan NaOH ke dalam buret

Dicatat volume awal pada buret sebelum diteteskan NaOH ke dalam erlenmeyer

Diteteskan sedikit demi sedikit NaOH sambil dihomogenkan hingga larutan berubah warna merah muda

Dicatat volume akhir pada buret dan hitung konsentrasi NaOH

(19)

Dicuci bersih buret dan bilaslah dengan larutan yang akan digunakan

Diisi erlenmeyer dengan larutan HCl

Disiapkan erlenmeyer

Ditetesi dengan phenolptalien

Dirangkaikan buret dengan statif dan klem

Dimasukkan larutan NaOH ke dalam buret

Dicatat volume awal pada buret sebelum diteteskan

NaOH ke dalam erlenmeyer

Diteteskan sedikit demi sedikit NaOH sambil dihomogenkan hingga larutan berubah warna

merah muda

Dicatat volume akhir pada buret dan hitung

konsentrasi HCl

(20)

REFERENSI

(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)

Gambar

Tabel IV.1 Standardisasi natrium hidroksida (NaOH) dengan asam oksalat (COOH) 2

Referensi

Dokumen terkait

Mengurutkan proses titrasi penetralan Mengolah data analisis titrasi penetralan untuk menentukan kadar suatu sampel 14 Menerapkan teknik kerja titrasi.

• Larutan diberi 3 tetes ind PP dan dilakukan titrasi hingga titik ekivalen.. • Titik ekivalen ditandai warna berubahdari tak berwarna

Rumusan masalah pada percobaan titrasi redoks adalah bagaimana cara menentukan kadar besi (Fe) di dalam suatu sampel dengan titrasi permanganometri dengan

Tujuan yang hendak dicapai pada percobaan titrasi redoks adalah untuk menentukan kadar besi (Fe) di dalam suatu sampel dengan titrasi permanganometri dengan

Titrasi Asidimetri Asidimetri adalah metode analisis volumetri berdasarkan prinsip reaksi asam basa, dimana larutan asam berfungsi sebagai standar larutan standar sekunder dalam

Kesimpulan Titrasi merupakan suatu metode kimia yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu analisis, dapat mengamati sifat keasaman dan kebasaan yg dibantu indikator asam basa,

Teks di atas membahas tentang titrasi dan metode analisis volumetri sebagai salah satu teknik analisis

Analisis kadar ibuprofen menggunakan metode volumetri dan spektrofotometri UV untuk memastikan kualitas bahan dasar obat di Universitas