• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Berbusana Muslimah terhadap Akhlak Mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2020 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Pengaruh Berbusana Muslimah terhadap Akhlak Mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2020 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH BERBUSANA MUSLIMAH TERHADAP AKHLAK MAHASISWI JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

ANGKATAN 2020 DI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UINALAUDDIN MAKASSAR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Agama Islam

pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh:

NURUL AKIKAH NIM: 20100119018

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2023

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nurul Akikah

NIM : 20100119018

Tempat/Tgl. Lahir : Lasusua, 01 Oktober 2000 Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Alamat : Pondok Putri Homestay, Kec. Somba Opu, Kab. Gowa Judul : Pengaruh Berbusana Muslimah terhadap Mahasiswi

Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2020 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar merupakan hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Samata, 7 Juli 2023 Penyusun,

Nurul Akikah NIM: 20100119018

(3)

iii

(4)

iv

KATA PENGANTAR

الله الرحمن الرحيم مسب

Segala puji bagi Allah swt yang telah melimpahkan rahmat serta karunia- Nya kepada kita semua, khususnya bagi penulis yang telah diberikan kesehatan dan kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul

Pengaruh Berbusana Muslimah terhadap Akhlak Mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2020 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar”. Shalawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada baginda Nabi Muhammad saw, kepada para keluarga serta sahabatnya yang senantiasa menjadi suri teladan kepada kita sebagai umat-Nya.

Penulis menyadari bahwa pada proses penyususnan skirpsi ini dari awal hingga akhir terdapat banyak kekurangan maupun berbagai kendala. Oleh karena itu, peneliti yang menyampaikan ucapan terimah kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya penulis ingin menyampaikan permohonan maaf dan terima kasih kepada orang tua penulis, ayahanda Rustam dan ibunda Nursidah yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan sabar, ikhlas dan selalu memanjatkan doa-doa yang tulus yang tiada hentinya kepada penulis. Selanjutnya ucapan terima kasih juga ditujukan kepada:

1. Prof. H. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D., Rektor UIN Alauddin Makassar beserta Wakil Rektor I, Prof. Dr. H. Mardan, M.Ag., Wakil Rekotor II, Prof. Dr. H. Wahyuddin Naro, M. Hum., Wakil Rektor III, Prof. Dr. H. Darussalam Syamsuddin, M.Ag., dan Wakil Rektor IV, Prof. Dr. H. Kamaluddin Abu Nawas, M.Ag., yang telah membina dan memimpin UIN Alauddin Makassar menjadi tempat peneliti untuk memperoleh ilmu baik dari segi akademik maupun esktrakulikuler.

(5)

v

2. Prof. Dr. H. Marjuni, S.Ag., M.Pd.I., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar beserta Wakil Dekan I, Dr. M.

Shabir U., M.Ag., Wakil Dekan II, Dr. M. Rusdi, M.Ag., dan Wakil Dekan III, Dr. H. Ilyas, M.Pd.I M.Si, yang telah membina penulis selama kuliah.

3. Dr. H. Syamsuri, S.S., M.A., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd.I., Sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam dan seluruh staf Jurusan yang memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini.

4. Dr. Idah Suaidah, M.H.I., Pembimbing I, dan Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd.I., Pembimbing II yang telah bersedia memberikan waktunya dan bersabar dalam membimbing dan mengarahkan penulis sejak awal hingga selesainya skripsi ini.

5. Dr. Nuryamin, M.Ag., Penguji I, dan Rofiqah Al Munawwarah, S.Pd.I., M.Pd., Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.

6. Para dosen dan karyawan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan sumbangsih kepada penulis berupa bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

7. Seluruh keluarga tercinta terkhusus kedua orang tuaku, kakaku, dan adikku yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat tercinta Nurul Khafifah dan Nurarya Putri yang telah memberikan bantuan, semangat dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

(6)

vi

9. Teman-teman seperjuangan dikampus Agung Taufiq Islam, Kamriah, St. Khafifah Yamin, Masyiqah Amaliya yang telah membantu penulis dalam penelitian dan memberikan semangat serta motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman Pondok Putri Homestay Lilis Handayani, Arma Kasmita Rusdi yang telah dengan sabar mendengarkan curhatan penulis, serta memberikan motivasi kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

11. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2019 (19RA) terkhusus kepada kelas PAI A yang telah banyak memberikan pengalaman dan kenangan yang sangat berharga dan tidak akan terlupakan selama menjalani pendidikan di UIN Alauddin Makassar.

Penyusun menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Semoga setiap bantuan yang telah diberikan Allah swt membalas dengan kebaikan yang lebih baik. Semoga apa yang tertuang dalam skripsi ini dapat memberikan manfaat orang lain. Aamiin

Samata, 7 Juli 2023 Penyusun

Nurul Akikah NIM: 20100119018

(7)

vii DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERNYATAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAAN PROPOSAL SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1-16 A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Hipotesis ... 8

D. Devinisi Oprasional Variabel ... 9

E. Kajian Pustaka ... 10

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 15

BAB II TINJAUAN TEORETIS ... 17-31 A. Berbusana Musliamh ... 17

B. Akhlakul Karimah ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 32-45 A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 32

B. Varibel dan Desain Penelitian ... 33

C. Pendekatan Penelitian ... 34

D. Penelitian Populasi ... 34

E. Metode Pengumpulan Data ... 35

F. Instrumen Penelitian... 36

G. Validasi dan Realibilitas Instrumen ... 38

H. Prosedur Penelitian ... 40

I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46-67 A. Hasil Penelitian ... 46

B. Pembahasan ... 64

(8)

viii

BAB V PENUTUP ... 68-69 A. Kesimpulan ... 68 B. Impilikasi Penelitian... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70-72 LAMPIRAN ... 73 RIWAYAT HIDUP ... 90

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Populasi Mahasiswi ... 35

Tabel 3.2 : Pedoman Angket ... 36

Tabel 4.1 : Rekapitulasi Hasil Angket Berbusana Muslimah Mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2020 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar ... 47

Tabel 4.2 : Daftar Distrubsi Frekuensi Skor Responden ... 49

Tabel 4.3 : Menghitung Nilai Mean ... 50

Tabel 4.4 : Menghitung Standar Deviasi dan Variansi... 51

Tabel 4.5 : Analisis Data Deskriptif Berbusana Muslimah Mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2020 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Uin Alauddin Makassar ... 52

Tabel 4.6 : Kategorisasi Berbusana Muslimah ... 53

Tabel 4.7 : Rekapitulasi Hasil Angket Akhlak Mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2020 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar ... 57

Tabel 4.8 : Daftar Distribusi Frekuensi Skor Responden ... 57

Tabel 4.9 : Menghitung Tabel Mean ... 58

Tabel 4.10 : Menghitung Stansar Deviasi dan Variansi ... 59

Tabel 4.11 : Analisis Data Deskriptif Akhlak Mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2020 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar ... 59

Tabel 4.12 : Kategorisasi Akhlak Mahasiswi ... 60

Tabel 4.13 : Uji Normalitas ... 61

Tabel 4.14 : Uji Linearitas ... 62

Tabel 4.15 : Uji Regresi Linear Sederhana ... 62

Tabel 4.16 : Uji Signifikansi Persamaan Regresi (X-Y) ... 63

Tabel 4.17 : Model Summary (X-Y) ... 63

(10)

x ABSTRAK Nama : Nurul Akikah

Nim : 20100119018

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Judul : Pengaruh Berbusana Muslimah terhadap Akhlak Mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2020 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Skripsi ini bertujuan untuk:1) Mendeskripsikan berbusana muslimah mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2020 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar. 2) Mendeskripsikan akhlak mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2020 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar. 3) Menganalisis pengaruh berbusana muslimah terhadap akhlak mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2020 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif ex-post fact dengan desain penelitian paradigma sederhana. Penelitian ini di laksanakan di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2020 yang berjumlah 50 orang. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang dengan menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu sampel jenuh. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis regresi sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Cara berbusana muslimah mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2020 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar berada pada kategori sedang, yaitu 64%.

2) akhlak mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2020 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar berada pada kategori sedang, yaitu 60%. 3) Terdapat pengaruh berbusana muslimah terhadap akhlak mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2020 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, hal ini berdasarkan dari hasil perhitungan diperoleh (thitung) = 4,976 sementara (ttabel) = 1,676 untuk taraf signifikansi 0,05%.

Karena thitung lebih besar dari ttabel maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha

diterima. Artinya ada pengaruh berbusana muslimah terhadap akhlak mahasiswi jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2020 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.

Implikasi dalam penelitian ini yaitu bagi perempuan muslimah, diharapkan dengan adanya penelitian ini bisa bermanfaat dan menambah pengetahuan mengenai cara berbusana yang baik dan benar sesuai syariat islam. Bagi pihak Fakultas Tarbiyah dan Keguruan terkhusus pada Jurusan Pendidikan Agama Islam, untuk lebih memperhatikan mahasiswinya dalam berbusana yang baik dan benar. Bagi peneliti yang akan datang, diharapkan bisa menambahkan referensi yang terkait dengan berbusana agar penelitiannya bisa lebih lengkap lagi.

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pakaian menjadi salah satu kebutuhan fitrah manusia agar dapat berinteraksi dengan sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat. Pakaian adalah sarana perlindungan diri dari kedinginan dan sengatan matahari serta sebagai identitas diri. Makna busana muslimah dapat diartikan sebagai pakaian bagi perempuan muslimah yang dapat berfungsi untuk menutup aurat sebagaimana yang telah ditetapkan oleh agama Islam untuk menutupnya, untuk kemaslahatan dan kebaikan perempuan itu sendiri serta masyarakat dimanapun dia berada.1

Menurut ketentuan dalam al-Qur’an batasan aurat untuk perempuan muslimah yang harus ditutupi adalah seluruh tubuhnya kecuali muka dan telapak tangan. Dari pernyataan ini dapat dikatakan bahwa perempuan yang sudah baliqh dan menginjak dewasa wajib menutup auratnya, agar tidak terlihat oleh laki-laki yang bukan mahramnya. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah swt dalam QS al-Ahzāb/33: 59.

ََٰر ٍََِِّّۚٓبِٛبََٰهَج ٍِي ٍََِّٓۡٛهَع ٍََِٛۡذُٚ ٍَُِِٛي ۡؤًُۡنٱ ِءَٰٓاَسَِ َٔ َكِحاََُب َٔ َك ِج ََٰٔ ۡصَ ِّلّ مُل ُِّٙبَُّنٱ آََُّٚأَََٰٰٓٚ

َكِن

َلََف ٍَ ۡف َشۡعُٚ ٌَأ ََََٰٰٓٗۡدَأ ا ًٗٛ ِح َّس ا ٗسُٕفَغ ُ َّللَّٱ ٌَاَك َٔ ٍَََۗۡٚر ۡؤُٚ

٩٥

Terjemahnya:

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang”.2

M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa sebelum turunnya ayat ini, cara berpakaian wanita merdeka atau budak, yang baik-baik atau yang kurang sopan

1Huzaemah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer (Cet. I; Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 11.

2Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Syamil Qur’an, 2018), h. 426.

(12)

bisa dikatakan sama, karena itu lelaki seringkali usil mengganggu wanita khususnya yang mereka ketahui atau duga sebagai hamba sahaya. Untuk menghindarkan gangguan tersebut serta menampakkan kehormatan wanita muslimah turunlah ayat 59 ini dengan mengatakan bahwa: Hai nabi Muhammad katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuan dan wanita-wanita keluarga orang-orang mukmin agar mereka mengulurkan atas diri mereka yakni jilbab keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu menjadikan mereka tidak diganggu dan Allah senantiasa Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.3

Berdasarkan ayat di atas menegaskan bahwa Allah swt. memerintahkan Rasul untuk mengatakan kepada para muslimah terutama istrinya, anak-anak perempuannya dan istri-istri orang mukmin agar mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka, agar mereka mudah dikenal. Dan dalam ayat ini juga menegaskan bahwa wanita muslimah yang memakai jilbab mereka akan terlindungi dan aman dari gangguan.4

Ditinjau dari sudut teologi Islam, berbusana muslimah sangat berperan penting dalam kehidupan sosial, dikarenakan eskpektasi kehidupan sosial kemasyarakatan telah mengetahui sisi positif dari berbusana muslimah tersebut yang senantiasa dilakukan dalam kesehariannya, namun sayangnya belum semua orang mukmin dapat mengetahui manfaat ataupun pentingnya berbusana muslimah.5

Busana muslimah bukan sekedar simbol melainkan dengan menggunakannya berarti seorang perempuan telah memproklamirkan kepada

3M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 10 (Cet: I; Jakarta: Lentera Hati, 2017), h. 319-320.

4Nur Alisya Kaune, “Pengaruh Berbusana Muslimah terhadap Akhlakul Karimah Peserta Didik di Mts Negeri 1 Kota Makassar”, Skripsi (Makassar: Fak. Tarbiyah dan Keguruan, 2022), h.

2.

5Bahrun Ali Murtopu, “Etika Berpakaian dalam Islam: Tinajuan Busana Wanita Seseuai Ketetuan Islam” Tajdid: Jurnal Pemikiran KeIslaman dan Kemanusiaan 1 No.2 Oktober (2017):

h. 244.

(13)

3

makhluk Allah swt. akan keyakinan, dan jalan hidup yang ia tempuh. Di mana semua itu didasarkan pada keyakinan mendalam terhadap Allah swt. Jadi busana muslimah adalah pakaian yang menutup aurat yang digunakan oleh wanita sebagai bentuk ketaatan kepada Allah.

Busana muslimah atau jilbab mendorong seseorang yang memakainya untuk berperilaku yang sesuai dengan citra diri muslimah. Perintah untuk mengenakan busana muslimah sesuai syar’i dikhususkan kepada kaum wanita dengan pertimbangan karena yang menjadi pusat perhatian ialah kaum wanita.

Oleh sebab itu ketika wanita yang sudah baligh hendak keluar rumah maka wajib baginya untuk memakai busana sesuai dengan syar’i yaitu menutup aurat.6

Tidak hanya sekedar menutup, tetapi harus memunuhi syarat-syarat berbusana muslimah yaitu sesuai ajaran Islam yang benar. Pertama, jilbab menutup seluruh badan kecuali yang dikeculikan (muka dan telapak tangan).

Kedua, busana muslimah tidak sebagai perhiasan. Ketiga, busana muslimah harus terbuat dari bahan yang tebal. Keempat, busana muslimah yang dipakai harus longgar, dan tidak ketat. Kelima, busana muslimah tidak diberi parfum atau wangi-wangian. Keenam, busana muslimah yang dipakai tidak menyerupai pakaian laki-laki dan tidak menyerupai wanita-wanita kafir serta bukan pakaian untuk mencari popularitas. 7 Akan tetapi kini busana muslimah dikenakan bukan lagi sekedar atas tuntunan agama yaitu untuk menutup aurat, akan tetapi sebagai alat pemenuhan gaya hidup yang merambah kemana-mana dan masih ada perempuan muslim yang mengatakan bahwa pakaian yang tertutup itu tidak sesuai dengan perkembangan zaman yang serba modern ini. Rasulullah memang tidak

6Ali Noer, dkk, “Pengaruh Pengetahuan Berjilbab dan Perilaku Keagamaan terhadap Motivasi Berjilbab Mahasiswi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Riau” al- Tabariqah I No. 2 Desember (2016): h. 174.

7Syaikh Muhammad Nashiruddin Albani, Jilbab Wanita Muslimah Menurut Qur’an dan Sunnah (cet. XI; Solo: At-Tibyan, 2018), h. 35.

(14)

melarang umatnya untuk mengikuti perkembangan zaman, termasuk dalam hal pakaian, akan tetapi rambu-rambu syariat memanglah harus tetap dipegang teguh dan ditaati.8

Islam tidak menentukan pakaian tertentu untuk dipakai oleh umat Islam dan mengakui semua jenis pakaian selama masih memenuhi standar tujuan berpakaian dalam Islam, tanpa berlebihan dan tanpa melampaui batas. Rasulullah saw. sendiri memakai pakaian yang sama dengan yang dipakai umat pada masanya. Beliau tidak pernah menganjurkan untuk berpakaian dengan pakaian tertentu juga tidak pernah melarang pakaian tertentu. Beliau hanya memberikan karakter dan ciri-ciri pakaian yang dilarang. Salah satunya adalah perintah Rasulullah saw. untuk menutup seluruh bagian tubuh wanita kecuali muka dan telapak tangan. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.

ٍَْع ُالله َٗ ِظ َس َتَشِئ ا َع آََُْع

شْكَب ِٙبَأ َجُِْب َءاًَْسَأ ٌََّأ ، ِ َّاللَّ ِلُٕس َس َٗهَع ْجَهَخَد ،

َّٗهَص الله ِث آََْٛهَع َٔ َىَّهَس َٔ َِّْٛهَع باَٛ

قاَل ِس ِ َّاللَّ ُلُٕس َس آََُْع َض َشْعَأَف ،

َّٗهَص الله َِّْٛهَع

ىَّهَس َٔ

َلاَل َٔ ، ُءاًَْسَأ اَٚ ( :

اَرِإ َةَأ ْشًَْنا ٌَِّإ ، ْحُهْصَح ْىَن َطٛ ِحًَْنا ِجَغَهَب

َّلَِّإ آَُِْي ٖ َشُٚ ٌَْأ

َزَْ

( .) دٔادٕبا ِأس

9

)

Artinya:

Dari Aisyah ra. bahwasannya Asma Binti Abi Bakr masuk dan bertemu Rasulullah saw. dan dia menggunakan baju yang tipis kemudian Rasulullah saw. memalingkan muka darinya dan bersabda, wahai asma, sesungguhnya seorang perempuan jika ia telah haid, maka tidak layak baginya untuk terlihat keculi bagian ini dan ini, beliau mengisyaratkan kepada wajah dan telapak tangannya. (HR. Abu Daud)

Hadis di atas menunjukkan bahwa seorang perempuan hendaknya menaati kewajibannya. Selain menaati Allah swt dan Rasulnya, menutup aurat adalah salah satu kewajiban yang amat penting bagi manusia.

8M. Quraish Shihab, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah,(Jakarta: Lentera Hati, 2004), h.40

9Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy’ats As-Sijistani, Ensiklopedia Hadits (Jakarta: Almira, 2013), h. 460.

(15)

5

Perlu dipahami pula bahwa memakai busana muslimah merupakan kewajiban setiap perempuan muslimah sebagaimana dalam firman Allah swt.

dalam QS al-Ara>f/7: 26.

ا ٗساَبِن ۡىُك َۡٛهَع اَُۡن َضََأ ۡذَل َوَداَء ََُِٰٓٙبََٰٚ

َكِنََٰر َّۚ ش َۡٛخ َكِنََٰر َٰٖ َٕۡمَّخنٱ ُطاَبِن َٔ ۖا ٗشٚ ِس َٔ ۡىُكِح ََٰء َٕۡس ٘ ِس ََُٰٕٚ

ٌَٔ ُشَّكَّزَٚ ۡىَُّٓهَعَن ِ َّللَّٱ ِجََٰٚاَء ٍِۡي ٦٢

Terjemahnya:

Hai anak Adam sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.10

Menurut M. Quraish Shihab, kata libas adalah segala sesuatu yang dipakai, baik penutup badan, kepala, atau yang dipakaiai di jari dan lengan seperti cincin dan gelang. Kata risy pada mulanya bulu, dan karena bulu binatang merupakan hiasan dan hingga kini dipakai oleh sementara orang sebagai hiasan, baik di kepala maupun melilit di leher, maka kata tersebut dipahami dalam artian pakaian yang berfungsi sebagai hiasan.11 Kemudian, setelah menyebut kedua macam pakaian itu, disebut Allahlah pakaian ketiga, yaitu pakaian takwa. Dengan ini dijelaskan bahwa pakaian bukanlah semata-mata dua yang lahir itu saja, akan tetapi ada lagi pakaian ketiga yang lebih penting yaitu pakaian takwa, pakian jiwa.12

Berdasarkan pada ayat di atas jelas tujuan dari penggunaan busana muslimah adalah agar terlihat cantik dan indah. Namun dalam ayat ini ditegaskan pula bahwa pakaian yang paling baik adalah pakaian takwa dalam artian

10Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 153.

11M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 5 (Cet: I; Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 58.

12Hamka, Tafsir al-Azhar Jus VIII (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), h 196.

(16)

berpakaian muslimah yang sesuai dengan syariat Islam dan didasari dengan iman dan takwa.13

Dengan berjilbab diharapkan dapat mempengaruhi jiwa perempuan muslimah sehingga membentuk budi pekerti yang luhur. Sebab aktivitas berjilbab tidak hanya mementingkan cara berjilbab, bentuk, ukuran, dan nilai-nilai seninya saja, akan tetapi juga diharapkan dapat mencerminkan perilaku yang baik terhadap sesama manusia dan diharapkan menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Mereka yang berjilbab diharapkan sedikit demi sedikit dapat merubah kebiasaannya yang kurang baik sehingga menjadi wanita muslimah yang berakhlak mulia.

Perempuan muslimah yang sudah berbusana sesuai dengan perintah agama Islam harus mampu mengaplikasikannya terhadap dirinya sendiri yang akan dapat menjadi contoh bagi muslimah lain yang belum memakai busana muslimah.

Di zaman sekarang ini, berbusana muslimah dapat dikatakan dalam tahap lebih mementingkan mode yang modern dan modis daripada mengikuti aturan agama Islam. Sebagian wanita tidak mengindahkan anjuran agama Islam yang mengharuskan mereka menutup aurat dan tidak menampakkan lekukan tubuhnya.

Aturan dalam agama Islam mempunyai hakikat dan tujuan yang sama, yaitu melindungi harga diri dan kehormatan wanita muslimah agar tidak terjadi suatu keburukan.14

Trend pakaian muslimah di kalangan mahasiswi dengan perkembangan zaman, mempunyai pengaruh yang telah mendominasi kaum perempuan muslimah, khususnya berkaitan dengan trend mode busana, perkembangan budaya yang semakin modern pun tidak dapat ditolak dan memberikan dampak

13Siti Nurbaiti, “Nilai-Nilai Pendidikan Islam yang Terkandung dalam Al-Qur’an Surah al-Araf Ayat 26-27 dan Aplikasinya”, Skripsi (Jakarta: Fak. Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2015), h. 3.

14Ansharullah, “Pakaian Muslimah dalam Perspektif Hadis dan Hukum Islam”. Jurnal Syariah dan Hukum 17, No. 1 (Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2019), h. 67.

(17)

7

terhadap cara berbusana, baik dari segi kerudung dan sebagainya. Perkembangan busana ini pula sudah diikuti mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2020. Perihal ini terlihat dari cara berbusana mahasiswi yang sudah fashionable dengan mengikuti perkembangan fashion.

Tidak bisa dipungkiri kalau perkembangan busana dari waktu ke waktu senantiasa mengalami perkembangan.

Para mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar ini mempunyai gaya berbusana masing-masing, walaupun semuanya diwajibkan untuk berjilbab sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh kampus. Sebagai calon pendidik, mahasiswi Pendidikan Agama Islam angkatan 2020 diwajibkan memiliki keteladan yang baik, salah satunya berbusana muslimah yang sesuai dengan syariat Islam, yaitu pakaian yang wajib menutup aurat, serta pakaian yang tidak menampakkan lekukan tubuh dan pakaian yang tidak ketat.

Seharusnya mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar jurusan Pendidikan Agama Islam berpakaian muslimah sesuai dengan petunjuk al-Qur’an namun pada kenyataanya masih ada mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam belum mengikuti aturan berpakaian muslimah yang sesuai dengan perintah al-Qur’an dan hadis, kita bisa melihat secara nyata bahwa masih ada mahasiswi yang memakai pakaian yang menampakkan auratnya seperti rok yang dikenakan memiliki belahan yang memperlihatkan betisnya dan juga rok yang dikenakan tidak terlalu panjang sehingga memperlihatkan kakinya serta kerudung yang dikenakan tipis.

Berdasarkan uraian di atas maka calon peneliti menganggap penting untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Berbusana Muslimah terhadap Akhlak Mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2020 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar”

(18)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara berbusana muslimah mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2020 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar?

2. Bagaimana akhlak mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2020 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar?

3. Apakah terdapat pengaruh busana muslimah terhadap akhlak mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2020 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar?

C. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara atau dugaan sementara dan belum diuji kebenarannya terhadap rumusan masalah. Dugaan jawaban tersebut berisi masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah sehingga harus diuji kebenarannya secara empiris. Dugaan benar atau salah ditentukan dari hasil penelitian.

Hipotesis merupakan jawaban teoretis yang bersifat sementara terhadap rumusan masalah. Dikatakan sementara, karena jawaban itu baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data di lapangan. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoretis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban empiris.15

15Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi dengan Metode R&D (Cet.

XXIV; Bandung: Alfabeta, 2017), h. 70-71.

(19)

9

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara berbusana muslimah dengan akhlak mahasiswi jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2020 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.

D. Definisi operasional variabel

Definisi operasional variabel bertujuan untuk menjelaskan makna dari variabel yang akan diteliti agar peneliti dan pembaca yang membutuhkan mempunyai persepsi yang sama.

Variabel bebas ialah variabel yang menjadi sebab atau yang mempengaruhi suatu varibael lain. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel lain (variabel bebas).16 Maka yang menjadi variabel bebas adalam penelitian ini adalah busana muslimah dan variabel terikat adalah akhlak.

Variabel Indikator

Berbusana Muslimah (variabel bebas)

1. Pakaian harus menutup anggota badan (menutup aurat)

2. Tidak tipis dan transparan 3. Pakaian yang longgar tidak ketat Akhlak

(variabel terikat)

1. Memelihara kesucian diri 2. Sifat malu

3. Sikap sabar 1. Berbusana Muslimah

Berbusana muslimah berarti menggunakan pakaian yang sesuai dengan ketentuan yang terdapat di dalam al-Qur’an dan hadis. Busana muslimah adalah pakaian yang longgar yang menutupi seluruh tubuh tidak ketat dan juga pakaian

16Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan perbandingan Perhitungan Manual & SPSS (Cet. VI; Jakarta: Kencana, 2017), h. 263.

(20)

yang tidak transparan. Berbusana muslimah yang di maksud dalam penelitian ini adalah pakaian yang dikenakan oleh mahasiswi jurusan pendidikan agama Islam angkatan 2020 dalam kesehariannya.

Adapun indikator busana muslimah dalam penelitian ini adalah pakaian harus menutup anggota badan (menutup aurat), tidak tipis dan transparan, pakaian yang longgar tidak ketat.

2. Akhlak

Akhlak adalah perilaku yang baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap Allah swt dan terhadap manusia. Di mana suatu sifat itu telah melekat dalam diri manusia dan menjadi kepribadian sehingga memunculkan sifat atau perilaku dengan cara spontan. Jika keadaan seperti ini menimbulkan perbuatan terpuji menurut pandangan akal dan syariat Islam itu adalah akhlak yang baik (al-Akhlaq al-Karimah). Maksud akhlakul karimah dalam penelitian ini adalah sikap dan tingkah laku yang ditunjukkan oleh mahasiswi Jurusan pendidikan agama Islam angkatan 2020.

Adapun indikator akhlakul karimah dalam penelitian ini adalah memelihara kesucian diri, sifat malu, sikap sabar.

E. Kajian Pustaka

Dalam kegiatan penelitian, tentunya harus didasarkan pada penelitian- penelitian sebelumnya sebagai landasan teori lainnya. Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan Deka Fatmawati pada tahun 2021 dengan judul

“Konsep Pendidikan Berbusana Muslimah Dalam Kitab Jilbab Al- Mar’ah Al Muslimah Fi Al-Kitab Wa As-Sunah Karya Syekh Muhammad Nashiruddin Al-Albani”. Dengan hasil penelitian bahwa dalam konsep

(21)

11

pendidikan berbusana muslimah yang terkandung dalam kitab Jilbāb al- Mar’ah al-Muslimah Fī al-Kitāb Wa al-Sunah yaitu berbusana yang dapat diterapkan oleh guru dan siswa dengan cara-cara tertentu untuk memberikan suatu proses pengubahan sikap atau tata laku terhadap cara berbusana sehingga membentuk pendidikan berbusana muslimah yang benar sesuai dengan al-Qur’an dan Hadits, dan mengamalkan ilmu pengetahuan yang disertai dengan niat serta dorongan untuk menjadi pribadi yang lebih baik dalam berbusana. Adapun busana muslimah yang dikenakan adalah busana muslimah syar’i, busana muslimah gamis dan busana muslimah tunik. Busana muslimah syar’i ini biasa dikenakan pada saat pergi pengajian, biasanya lebih berhati-hati dalam bertingkah laku.

Busana muslimah model gamis ini biasanya digunakan saat pergi ke kampus dan acara kondangan, perilaku yang ditunjukkan biasanya lebih kalem dari pada saat menggunakan busana yang kasual. Sedangkan busana model tunik ini penggunannya saat mereka pergi main dan acara kondangan, untuk perilaku biasanya menyesuaikan suasana dan tempat yang didatanginya.17 Terdapat persamaan dan perbedaan dalam penelitian penulis. Persamaannya adalah sama-sama membahas tentang berbusana muslimah. Sedangkan perbedaanya, pada penelitian Deka Fatmawati menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research) melalui pendekatan kualitatif, sedangkan dalam penelitian penulis menggunakan jenis penelitian kuantitatif yang bersifat ex-post facto.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Andi Nur Zaizar pada tahun 2021 dengan judul “Pengaruh Pemahaman Mahasiswi pada al-Qur’an Surah al-Ahzab

17Deka Fatmawati, “Konsep Pendidikan Berbusana Muslimah Dalam Kitab Jilbāb Al- Mar’ah Al-Muslimah Fī Al-Kitāb Wa Al-Sunah”, Skripsi (Purwokerto: Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan UIN Saifuddin Zuhri, 2021). h. 75.

(22)

Ayat 59 terhadap Perilaku Berbusana di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018”. Dengan hasil penelitian bahwa: 1) Pemahaman mahasiswi pada al-qur‟an surah al-ahzab: 59 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018 diperoleh hasil yang menunjukan bahwa terdapat 13 orang respondon berada pada kategori rendah dengan persentase 20,63 %, 35 orang responden berada pada kategori sedang sedang dengan persentase 15,87%, 5 orang responden berada pada kategori tinggi dengan persentase 7,94 %. 2) Perilaku berbusana di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018 diperoleh hasil yang menunjukkan terdapat 9 mahasiswi berada pada kategori rendah dengan presentasi 14,29% dan 28 mahasiswi berada pada kategori sedang dengan presentasi 44,44%, sedangkan 18 mahasiswi berada pada kategori tinggi dengan presentasi 28,58% dan 9 orang mahasiswi berada pada kategori rendah 14,29%. 3) hubungan pemahaman mahasiswi pada al-Quran surah Al-Ahzab ayat 59 dengan perilaku berbusana di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan PAI angkatan 2018 bernilai positif. Hubungan positif ini dapat digambarkan bahwa semakin tinggi Pemahaman Mahasiswi pada al- Quran surah al-Ahzab ayat 59, maka semakin baik pula perilaku berbusana di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan PAI angkatan 2018.18 Terdapat Persamaan dan perbedaan dalam penelitian penulis. Persamanya adalah sama-sama membahas tentang busana dan lokasi penelitian. Sedangkan perbedaanya, pada penelitian Andi Nur Zaizar membahas tentang pemahaman mahasiswi terhadap al-Qur’an surah al-Ahzab ayat 59

18Andi Nur Zaizar, “Pengaruh Pemahaman Mahasiswi pada al-Qur’an Surah al-Ahzab Ayat 59 terhadap Perilaku Berbusana di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018”, Skripsi (Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2021). h. 73.

(23)

13

sedangkan dalam penelitian penulis membahas tentang pengaruh busana muslimah terhada akhlak.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Sitti Hanipah pada tahun 2019 dengan judul

“Persepsi Mahasiswa terhadap Penggunaan Jilbab Syar’i dan Implikasinya terhadap Perilaku di Kampus Universitas Islam Negeri Sultah Thaha Saifuddin Jambi”. Dengan hasil penelitian bahwapersepsi mahasiswa dan mahasiswi terhadap penggunaan jilbab syar’i dan implikasinya dalam berperilaku para mahasiswi ternyata memiliki argumen yang beragam diantaranya adalah mereka menggunakan jilbab atas dorongan lingkungan, kelurga, atau, kesadaran mereka sendiri. Fenomena berjilbab dipahami mahasiswi bahwa berjilbab suatu kewajiban bagi seorang muslimah. Ada ketidak samaan pendapat antara mahasiswi yang menggunakan jilbab syar’i dan yang menggunakan jilbab biasa. Seseorang yang mengunakan jilbab syar’i itu perilakunya belum tentu baik begitu pula dengan yang mengunakan jilbab biasa belum tentu tidak baik. Pergaulan mahasiswi yang menggunakan jilbab syar’i dengan mahasiswi yang menggunakan jilbab biasa dengan mahasiswa lainnya baik laki-laki maupun perempuan di Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambiterjalin dengan baik dan masih dalam batas sopan dalam norma-norma yang ada. Mereka membuka diri untuk beradaptasi dengan baik.19 Terdapat persamaan dan perbedaan dalam penelitian penulis. Persamaanya adalah sama-sama membahas busana muslimah. Sedangkan perbedaanya pada penelitian Sitti Hanipah menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Sedangkan pada penelitian penulis

19Sitti Hanipah “Persepsi Mahasiswa terhadap Penggunaan Jilbab Syar’i dan Implikasinya terhadap Perilaku di kampus Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi”, Skripsi (Jambi: Fak. Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultah Thaha Saifuddin, 2019), h. 66.

(24)

menggunakan jenis penelitian kuantitatfi dengan menggunakan pendekatakan positivistik.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Hijrah pada tahun 2022 dengan judul

“Penguatan Penggunaan Jilbab dan Dampaknya terhadap Akhlak Siswi Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Palopo”. Dengan hasil penelitian bahwa: 1) upaya yang dilakukan dalam mewajibkan berjilbab bagi para siswi mampu memotivasi sebagian siswi untuk lebih giat dalam belajar ilmu agama serta menjadikannya filter dalam berperilaku kepada sesama hingga tercipta dalam diri para siswi akhlak yang baik. Perilaku siswi yang menggunakan jilbab tdaik membatasinya dalam berinteraksi dengan sesama maupun lawan jenis, mereka berteman akrab seperti dalam forum keagamaan yakni remaja pecinta mushallah. Mereka berinteraksi dalam pergaulan selama masih dalam batas-batas kesopanan dan tidak menyimpang dalam agama. Memberikan teguran ketika siswi terliha tidak menggunkana jilbab di kawasan sekolah. 2) dampak dari penggunaan jilbab yang dirasakan siswi adalah lebih merasa aman, nyaman, terlindungi baik diri maupun sikap kepada orang-orang sekitar. Jilbab menjadi filter dalam bertindak, memotivasi diri dalam belajar atau mengenal jauh ilmu agama.20 Terdapat persamaan dan perbedaan pada penelitian penulis. Persamaanya adalah sama-sama membahas busana muslimah yaitu jilbab dan juga sama- sama membahas akhlak. Sedangkan perbedaanya pada penelitian Hijrah berlokasi di SMK Negeri 1 Palopo. Sedangkan dalam penelitian penulis berlokasi di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.

20Hijrah, “Penguatan Penggunaan Jilbab dan Dampaknya terhadap Akhlak Siswi di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Palopo”, Skripsi (Palopo: Fak. Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Palopo, 2022), h. 60.

(25)

15

5. Penelitian yang dilakukan oleh Yuni Marsita pada tahun 2020 dengan judul

“Konsistensi Mahasiswi Berbusana Syar’i di dalam dan di Luar Kampus (Studi Kasus Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry)”. Dengan hasil penelitian bahwa: sebagian mahasiswi berpakaian syar’i bukan hanya mengikuti aturan kampus, sehingga mereka tetap konsisten berpakaian syar’i baik di dalam maupun di luar kampus. Sebagian mengatakan berpakaian syar’i di dalam kampus saja, tetapi di luar kampus tidak.

Bahkan tetapi tetap berpakaian sopan. Jika berpakaian syar’i hanya di dalam kampus saja tetapi di luat tidak, maka ini terhantung pada pribadi masing-masing.21 Terdapat persamaan dan perbedaan dalam penelitian penulis, persamaanya adalah sama-sama membahas tentang busana syar’i.

sedangkan perbedaannya, pada penelitian Yuni Marsita berlokasi di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry. Sedangkan dalam penelitian penulis berlokasi di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu:

a. Untuk mendeskripsikan berbusana muslimah mahasiswi jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2020 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.

b. Untuk mendeskripsikan akhlak mahasiswi jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2020 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.

21Yuni Marsita, “Konsistensi Mahasiswi Berbusana Syar’i di dalam dan di Luar Kampus (Studi Kasus Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry)”, Skripsi (Banda Ace: Fak.

Ushuluddin Dan Filsafat UIN Ar-Raniry, 2020), h. 40.

(26)

c. Untuk menganalisis pengaruh berbusana muslimah terhadap akhlak mahasiswi jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2020 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dari penelituan ini diantaranya yaitu:

a. Kegunaan ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai sumbangsih pemikiran bagi pembaca dan peneliti yang lain agar dapat menambah wawasan pengetahuan tentang pengaruh busana muslimah terhadap akhlak.

b. Kegunaan praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswi, untuk menambah pengetahuan dalam berbusana dan berjilbab agar dapat mencerminkan perilaku yang baik terhadap sesama dan pribadi yang berakhlak mulia dalam kehidupn sehari-hari.

(27)

17 BAB II

TINJAUAN TEORETIS A. Berbusana Muslimah

1. Pengertian Berbusana Muslimah

Busana berasal dari bahasa Arab “albisah” jamak dari kata“libasun” yaitu suatu yang digunakan manusia untuk menutupi dan melindungi tubuh panas dan dingin. Pakaian adalah kebutuhan primer bagi setiap manusia.1

Pakaian muslimah ialah pakaian yang dipakai oleh perempuan muslimah.

Sehingga busana muslimah merupakan pakaian perempuan yang beragama Islam untuk menutupi auratnya yang telah diwajibkan Islam untuk menutupinya, guna kemaslahatan dan kebaikan wanita itu sendiri serta masyarakat dimanapun dia berada.2

Pakaian juga didefinisikan sebagai setiap sesuatu yang menutupi tubuh.

Pakian dipahami sebagai alat untuk melindungi tubuh atau fasilitas yang memperindah penampilan. Tetapi selain untuk memenuhi kedua fungsi tersebut, pakaian pun dapat berfungsi sebagai alat komunikasi non verbal, karena pakaian mengandung simbol-simbol yang memiliki beragam makna.3

Menurut Muhammad Mutawalli Sya’rawi selain berperan buat menutup badan, baju pula bisa merupakan pernyataan lambang status seseorang dalam masyarakat. Karena berpakain ternyata adalah perwujudan dari watak dasar manusia yang memiliki rasa malu sehingga berupaya senantiasa menutupi badannya. 4

1M. Quraish Shihab, Jilbab, Pakain Wanita Muslimah, Pandangan Ulama Masa Lalu dan Cendekiawan Kontemporer (Jakarta: Lentera Hati, 2018), h. 33.

2Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Muslim (Mukhtashar Shahih Muslim), terj. Elly Lathifah (Jakarta: Gema Insani, 2005), h. 649.

3Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Muslim (Mukhtashar Shahih Muslim), terj. Elly Lathifah, h. 650.

4Muhammad Mutawalli Sya’rawi, Fikih Perempuan (Muslimah): Busana dan Perhiasan, Penghormatan Atas Perempuan, Sampai Wanita Karier (Jakarta: Amzah 2005), h. 471.

(28)

Busana muslimah adalah bahasa yang populer di indonesia untuk menamai pakaian perempuan muslimah. Pakaian merupakan busana yang disamping berfungsi sebagai penutu aurat juga berfungsi sebagai keindahan. Ulama sepakat bahwa semua pakaian halal bagi laki-laki dan perempuan, selagi bukan sutera, pakaian rampasan (ghasabahan), pakaian yang dicelupkan kedalam air kencing, pakaian yang terbuat dari kulit bangkai atau bulunya dan lain sebagainya.5

Secara bahasa, busana ialah pakaian yang indah-indah, perhiasan.

Sementara makna “muslimah” adalah perempuan yang beragama Islam, perempuan yang patuh dan tunduk, perempuan yang menyelamatkan dirinya atau orang lain dari bahaya.6

Seiring dengan perkembangan manusia, pakaian juga digunakan sebagai simbol status, jabatan, ataupun kedudukan seseorang yang memakainya. Dengan busana, manusia ingin membedakan dirinya, kelompoknya dengan orang lain.

Busana memberikan identitas diri sehingga dapat mempengaruhi tingkah laku pemakai. Pakaian tertutup merupakan ciri khusus penampilan seorang muslim, karena agama Islam mewajibkan umatnya menutup aurat. Pada intinya busana muslimah merupakan busana syar’i yang harus dikaitkan dengan sikap takwa yang menyangkut nilai psikologis terhadap pemakainya.

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa busana muslimah adalah pakaian seorang perempuann yang beragama Islam yang dikenakan untuk menutupi bagaian-bagain tubuhnya (aurat) sebagaimana yang telah ditetapkan oleh syariat Islam, guna untuk menjaga dirinya dari gangguan yang membahayakan dirinya sendiri.

5Ansharullah, “Pakain Musimah dalam Perspektif Hadis dan Hukum Islam”, Diktum:

Jurnal Syariah dan Hukum 17. h. 68.

6Huzaemah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, h. 11.

(29)

19

2. Dasar Hukum Busana Muslimah

Dasar hukum diperintahkan berbusana muslimah terdapat di dalam al- Qur’an maupun hadis. Dasar hukum yang terdapat dalam al-Qur’an sebagai berikut:

a. QS An-Nu>r/24: 31.

اَي َّلَِّإ ٍََُّٓخَُٚ ِص ٍَِٚذ ۡبُٚ َلَّ َٔ ٍََُّٓجٔ ُشُف ٍَ ۡظَف ۡحَٚ َٔ ٍَِّْ ِش ََٰصۡبَأ ٍِۡي ٍَ ۡعُعۡغَٚ ِجََُِٰي ۡؤًُۡهِّن مُل َٔ

ََٰٗهَع ٍَِّْ ِشًُُخِب ٍَ ۡب ِش ۡعَٛۡن َٔ ۖآَُِۡي َشََٓظ َۡٔأ ٍَِِّٓخَنُٕعُبِن َّلَِّإ ٍََُّٓخَُٚ ِص ٍَِٚذۡبُٚ َلَّ َٔ ٍَِِّۖٓبُُٕٛج

َأ َۡٔأ ٍَِِّٓئَٰٓاَُۡبَأ َۡٔأ ٍَِِّٓخَنُٕعُب ِءَٰٓاَُۡبَأ َۡٔأ ٍَِِّٓئَٰٓاَُۡبَأ َۡٔأ ٍَِِّٓخَنُٕعُب ِءَٰٓاَباَء َۡٔأ ٍَِِّٓئَٰٓاَباَء ٍَِِّٓخَنُٕعُب ِءَٰٓاَُۡب

ۡخِإ ََُِٰٓٙب َۡٔأ ٍََِِّٓ ََٰٕ ۡخِإ َۡٔأ ٍَ ِي ِتَب ۡس ِ ۡلۡٱ ِٙن ُْٔأ ِشَۡٛغ ٍَِٛعِبََّٰخنٱ َِٔأ ٍَُُُّٓ ًَََٰۡٚأ ۡجَكَهَي اَي َۡٔأ ٍََِِّٓ ََٰٕ

َىَهۡعُِٛن ٍَِِّٓهُج ۡسَأِب ٍَۡب ِش ۡعَٚ َلَّ َٔ ِۖءَٰٓاَسُِّنٱ ِث ََٰس َٕۡع ََٰٗهَع ْأ ُشَٓ ۡظَٚ ۡىَن ٍَِٚزَّنٱ ِمۡفِّطنٱ َِٔأ ِلاَج ِّشنٱ َٔ ٍََِِّّۚٓخَُٚ ِص ٍِي ٍَِٛف ۡخُٚ اَي ٌَُٕحِه ۡفُح ۡىُكَّهَعَن ٌَُُِٕي ۡؤًُۡنٱ ََُّّٚأ اًعًَِٛج ِ َّللَّٱ َٗنِإ ْا َُٰٕٓبُٕح

١٣

Terjemahnya:

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”.7

Ayat ini menyatakan bahwa katakanlah kepada wanita-wanita mukminah, hendakhlah mereka menahan pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka sebagaimana perintah kepada kaum pria mukmin untuk menahannya, dan disamping itu janganlah mereka menampakkan hiasan, yakni bagian tubuh mereka yang dapat merangsang laki-laki kecuali yang biasa nampak darinya atau kecuali

7Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya h. 358.

(30)

terlihat tanpa maksud untuk ditampak-tampakkan, seperti wajah dan telapak tangan.8

Berdasarkan ayat di atas dijelaskan bahwa Allah swt. mengharuskan seorang muslimah untuk menjaga pandangnnya kepada yang bukan mahramnya serta menyuruh perempuan muslim untuk menutup auratnya kecuali yang biasa terlihat.

3. Fungsi pakaian a. Menutup aurat

Aurat secara bahasa adalah malu, aib atau buruk. Jadi, aurat adalah bagain tubuh atau anggota tubuh yang ketika terlihat akan menimbulkan rasa malu, aib dan keburukan-keburukan lainnya. Pakaian yang baik adalah pakaian yang dapat menutup aurat agar tidak terlihat oleh lawan jenis yang bukan mahram baginya.

Dengan demikian, fungsi pakaian sebagai penutu aurat adalah untuk menutupi bagain tubuh tertentu yang tidak boleh diperlihatkan atau dipertontonkan dengan yang bukan mahram agar tidak menimbulkan keburukan- keburukan yang tidak dinginkan.

b. Pelindung tubuh

Pakaian memiliki fungsi untuk melindungi tubuh, penggunaan pakaian secara baik akan melindungi tubuh dari segala sesuatu yang akan mendatangkan pengaruh negatif pada manusia. Seperti pakaian dapat melindungi tubuh dari panasnya matahari, hawa dingin, debu, kotoran dan melindungi tubuh dari gigitan serangga, maupun sebagai pelindung dari senjata musuh.9 Firman Allah swt QS An-Nah}l/16: 81.

8M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 9 (Cet: II; Jakarta: Lentera Hati, 2004), h. 326.

9Ahmad Hatta Dkk, Bimbingan Islam untuk Hidup Muslim: Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya dari Lahir Sampai Mati Berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah, (Cet: 2; Jakarta:

Maghfirah Pustaka, 2016), h. 338.

(31)

21

ِمَح َمِٛب ََٰشَس ۡىُكَن َمَعَج َٔ اََُُٰٗ ۡكَأ ِلاَب ِجۡنٱ ٍَِّي ىُكَن َمَعَج َٔ ٗلَََٰهِظ َكَهَخ اًَِّّي ىُكَن َمَعَج ُ َّللَّٱ َٔ

ُىُكٛ

ًٌَُِٕه ۡسُح ۡىُكَّهَعَن ۡىُكَۡٛهَع ۥَُّخًَۡعَِ ُّىِخُٚ َكِنََٰزَك َّۚۡىُكَسۡأَب ىُكِٛمَح َمِٛب ََٰشَس َٔ َّشَحۡنٱ

١٣

Terjemahnya:

Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).10

c. Perhiasan

Perhiasan adalah sesuatu yang dipakain untuk memperelok. Pakaian yang elok adalah pakaian yang memberikan kebebasan kepada pemakainya untuk bergerak. Harus diingat pula kebebasan mesti dibarengi dengan tanggung jawab.

Seseorang bisa tampil lebih menarik dengan mengenakan pakaian yang tepat.

Berhias bermaksud untuk memerindah penampilan namun harus memperhatikan batasan dalam beragama. Al-Qur’an memerintahkan kepada umat Islam untuk memakai pakaian yang indah setiap memasuki masjid.

d. Petunjuk identitas

Identitas atau kepribadian adalah yang mendeskripsikan eksistensinya sekaligus membedakannya dari orang lain. Fungsi pakaian sebagai petunjuk identitas seseorang yang membedakannya dari orang lain. Rasulullah saw sangat menekankan pentingnya identitas diri sebagai seorang muslim dan muslimah, antara lain dengan memakai pakaian yang baik dan sopan. Dan tidak diragukan lagi bahwa “hijab” untuk perempuan adalah gambaran identitas seorang muslimah.11 Melalui busana muslimah yang berfungsi sebagai petunjuk identitas dapat dibedakan orang muslim dan non muslim.

10Kementrain Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 276.

11Walid Muhammad, dan Fitratul Uyun, Etika Berpakaian Bagi Perempuan (Malang:

UIN Maliki Press, 2011), h. 19-25.

(32)

4. Syarat-syarat Busana Muslimah

Pakaian yang dikenakan umat muslim memiliki nilai-nilai ibadah disisi Allah Swt, dengan cara berpakain, sesungguhnya Allah berkehendak memuliakan manusia sebagai makhluk yang mulia, dan sebagai identitas keIslama n seseorang.

Berpakaian muslim dan muslimah adalah pengaplikasian akhlak terhadap diri sendiri, menghargai dan menghormati harkat dan martabat dirinya sebagai hamba yang mulia. Berikut ini adalah kaidah umum tentang cara berpakain yang sesuai dengan ajaran Islam atau sesuai dengan syariat Islam:

a. Pakaian harus menutup anggota badan, selain yang dikecualikan atau menutup aurat. Sebagaimana dalam firman Allah swt. dalam QS An-Nu>r/24: 31.

اَي َّلَِّإ ٍََُّٓخَُٚ ِص ٍَِٚذ ۡبُٚ َلَّ َٔ ٍََُّٓجٔ ُشُف ٍَ ۡظَف ۡحَٚ َٔ ٍَِّْ ِش ََٰصۡبَأ ٍِۡي ٍَ ۡعُعۡغَٚ ِجََُِٰي ۡؤًُۡهِّن مُل َٔ

ۡب ِش ۡعَٛۡن َٔ ۖآَُِۡي َشََٓظ ٍَِِّۖٓبُُٕٛج ََٰٗهَع ٍَِّْ ِشًُُخِب ٍَ

...

Terjemahnya:

Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasaanya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.12

Berdasarkan ayat di atas bahwa, kaum perempuan diwajibkan untuk menutup seluruh tubuhnya, kecuali yang biasa terlihat darinya. Yang dimaksud biasa terlihat adalah muka dan telapak tangan.

b. Pakaian yang dikenakan harus tebal tidak boleh tipis, transparan dan tembus pandang, karena pakaian yang tipis akan menampakkan kulit tubuh serta tidak menggambarkan apa yang ada di balik pakaian.

c. Pakain yang longgar tidak ketat, karena busana yang ketat akan menampakkan bentuk tubuh yang ditutupinya. Tujuan berpakain adalah menghilangkan fitnah dari kaum wanita, dan itu tidak mungki terwujud melainkan dengan menggunakan pakaian yang longgar dan lebar. Tidak dibolehkan memakai

12Kementrian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Syamil Qur’an, 2018), h. 353.

(33)

23

pakain yang ketat. Sebab, walaupun telah menutupi warna kulit, pakaian tersebut tetap menggambarkan lekukan seluruh tubuh. Akibatnya, bentuk tubuh wanita yang memakainya tampak jelas di mata kaum laki-laki. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan gairah imajinasi dalam pikiran laki-laki sehingga pakaian haruslah longgar tidak ketat.

d. Tidak menyerupai pakaian laki-laki, dalam hal ini laki-laki yang menyerupai kaum perempuan yang terpengaruh oleh akhlak dan perangai kaum perempuan seseuai dengan kadar penyerupaannya hingga pada puncaknya laki-laki tersebut benar-benar menjadi banci dan menempatkan dirinya sebagai seorang perempuan. Begitu juga dengan perempuan yang menyerupai kaum laki-laki akan terpengaruh oleh akhlak dan perangai kaum laki-laki, sehingga akhirnya mereka mengikuti cara berpakaian kaum laki-laki dan menampakkan perhiasannya sebagaimana kaum laki-laki.13

e. Tidak menyerupai pakaian orang-orang kafir, persyaratan ini didasarkan pada prinsip dasar yang telah ditetapkan oleh syariat Islam bahwa kaum muslimin laki-laki dan perempuan, tidak diperbolehkan menyerupakan diri mereka dengan orang-orang kafir, baik dalam hal ibadah, hari raya maupun pakaian secara khusus menjadi ciri khas mereka.

Hal yang dimaksud dengan menyerupai pakaian orang-orang kafir dalam berpakaian antara lain:

1. Menggunakan pakaian yang memiliki gambar atau simbol yang menunjukkan keyakinan agama tertentu.

2. Menggunakan pakaian khas termasuk hiasan seperti topi dan selendang yang biasa dikenakan oleh agama tertentu dalam adat istiadat yang ketat

13Muhammad Nashiruddin al-Albani, Kriteria Busana Muslimah, (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i 2014), h. 205.

(34)

seperti pendeta/pastor, suster, yahudi, pendeta hindu, dan pendeta budha, dan lain-lain.14

f. Tidak berbusana untuk mencari ketenaran, maksudnya pakaian yang dilarang adalah semua pakaian untuk menakjubkan agar tidak ada unsur kesombongan.

Pakaian ketenaran adalah seseorang yang memakai pakaian untuk mencari ketenaran dengan memakai pakaian mewah dan perhiasannya.15

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi syarat- syarat berbusana muslimah adalah pakaian yang dikenakan harus menutup anggota badan atau menutup aurat selain yang dikecualikan yaitu muka dan telapak tangan, pakaian yang dikenakan harus tebal tidak boleh tipis, transparan dan tembus pandang yang akan memperlihatkan apa yang ada dibalik pakaian, Pakaian yang longgar tidak ketat, pakaian yang tidak menyerupai pakaian laki- laki, tidak menyerupai pakaian orang-orang kafir, tidak berbusana hanya untuk mencari ketenaran.

5. Hikmah Berbusana Muslimah

Aurat dipahami sebagai anggota badan tertentu yang tidak boleh dilihat oleh yang bukan muhrimnya. Sebagaian besar ulama berpendapat bahwa, wanita berkewajiban untuk menutup seluruh tubuhnya, kecuali muka dan telapak tangan.

Sedangkan menurut Abu Hanifah, selain muka dan telapak tangan juga kaki wanita boleh terlihat, Abu Bakar bin Abdurrahman dan Imam Ahmad berpendapat bahwa seluruh anggota badan harus tertutup. 16

14Ahmad Hatta Dkk, Bimbingan Islam untuk Hidup Muslim: Petunuk Praktis Menjadi Muslima Seutuhnya dari Lahir Sampai Mati Berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah, h. 341-342.

15Deka Fatmawati, “Konsep Pendidikan Berbusana Muslimah dalam Kitab Jilbab al- Mar’ah al-Muslimah Fi al-Kitab wa al-Sunnah Karya Syekh Muhammad Nasiruddin Al-Albani”, Skripsi. (Purwokerto: Fak. Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Saifuddin Zuhri 2022), h. 21-25.

16Ansharullah, “Pakaian Muslimah dalam Perspektif Hadis dan Hukum Islam”. Jurnal Syariah Dan Hukum 17, h. 79.

(35)

25

Pakaian merupakan suatu nikmat dari Allah swt. yang sangat bermanfaat untuk dua hal, pertama untuk menutup aurat yang kedua berhias dan memperbagus atau memperindah penampilan.

Setiap muslim harus mempercayai dan meyakini bahwa setiap perintah maupun larangan dari Allah swt. terhadap suatu perbuatan pasti ada hikmahnya.

Adapun hikmah dari mengenakan busana muslimah diantaranya sebagai berikut:

a. Perempuan yang menutup aurat dan mengenakan baju muslimah akan mendapat pahala karena ia telah melaksanakan perintah Allah.

b. Busana muslimah adalah identitas seorang muslimah, artinya dengan memakainya berarti ia telah menampakkan identitas lahirnya sekaligus membedakan secara tegas dengan perempuan lainnya.

c. Busana muslimah merupakan refleksi dari psikologi berpakaian sebab menurut kaidah pokok ilmu jiwa pakaian adalah cerminan diri seseorang.17

Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa hikmah berpakaian muslimah yaitu tentunya kita akan mendapatkan pahala karena telah melaksanakan perintah allah untuk menutup aurat agar tidak terlihat oleh yang bukan muhrim, dan dengan memakai busana muslimah menjadi ciri khas atau identitas bagi seseorang yang memakainya sekaligus membedakannya dengan orang lain atau yang non muslim serta busana musliamh juga menjadi cerminan diri seseorang.

B. Akhlakul Karimah

1. Pengertian Akhlakul Karimah

Secara bahasa akhlak berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari khuluq (khuluqun) yang berarti adat kebiasaan, perangai, tabiat dan muru’ah. Dengan demikian akhlak dapat diartikan sebagai budi pekerti, watak,

17Huzaemah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, h. 15-16.

(36)

dan tabiat. Dalam bahasa inggris istilah aklak disebut character.18 Akhlak disamakan dengan kesusilan, sopan santun. Khuluq ialah cerminan watak batin manusia, cerminan wujud lahiriah manusia, semacam raut wajah, gerak anggota tubuh serta anggota badan. Dalam bahasa Yunani penafsiran khuluq disamakan dengan kata ethicos ataupun ethos, maksudnya adalah adat kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan hati buat melaksanakan perbuatan. Ethicos setelah itu berganti dengan menjadi etika. Sedangkan secara istilah akhlak adalah suatu sifat yang melekat pada jiwa seseorang, yang darinya akan lahir perbuatan-perbuatan yang secara spontan tanpa melalui proses pemikir an dan pertimbangan.19

Menurut imam Al-Ghazali akhlak adalah sifat yang tertanam dalam diri manusia yang daripadanya menimbulkan perbuatan-perbuatan yang spontan tanpa perlu pertimbangan dan pemikiran.20 Maka jika sifat itu melahirkan tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama itu dinamakan dengan akhlak yang baik. Namun jika menimbulkan tindakan yang jahat maka itu dinamakan dengan akhlak yang buruk.

Menurut Muhammad Daud Ali, suatu perbuatan baru disebut akhlak jika memenuhi beberapa syarat antara lain:

a. Dilakukan berulang-ulang. Jika dilakukan sekali saja atau jarang-jarang, tidak dapat dikatan akhlak.

b. Timbul dengan sendirinya. Tanpa difikir atau tanpa ditimbang berulang-ulang kali karena perbuatan itu telah menjadi kebiasaan baginya. Jika perbuatan

18Abbudin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Cet. XIV; Jakarta: Rajawali Press, 2017), h. 135.

19Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak (Cet. I; Jakarta: Amzah, 2016), h. 1-6.

20Imam Al-Ghazali, Ringkasan Ihya ‘Ulumuddin (Ihya’ Ulumuddin), terj. Muhammad Ahsan bin Usman (Cet. I; Yogyakarta: Lontar Mediatama, 2017), h. 52.

(37)

27

dilakukan setelah dipikir-pikir dan di timbang-timbang, apabila karena terpaksa, perbuatan tersebut bukanlah cerminan akhlak.21

Jadi, dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah suatu perbuatan seseorang yang tanpa perlu pertimbangan untuk melakukannya, sehingga jika tindakan tersebut melahirkan perbuatan yang terpuji maka dinamakan dengan akhlak yang baik dan begitupun sebaliknya jika tindakan tersebut melahirkan perbutatan yang buruk maka dinamakan dengan akhlak yang buruk.

Akhlakul karimah atau akhlak mahmudah yaitu akhlak yang senantiasa berada dalam kontrol ilahiyah yang dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi kemaslahatan umat seperti sikap sabar, tawadhu (rendah hati), dan segala yang bersifat baik.22

2. Dasar- dasar Akhlak

Dasar-dasar akhlak adalah al-Qur’an dan hadist, al-Qur’an dijadikan sebagai sumber yang paling utama dalam pendidikan akhlak, karena al-Qur’an adalah kitab yang dijadikan pedoman dan petunjuk bagi manusia dari kegelapan menuju penerangan.23

Di dalam Islam, yang menjadi dasar atau alat ukur yang dapat menyatakan bahwa sifat seseorang baik atau buruknya adalah al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad saw. contoh yang tepat yang dapat dijadikan teladan dalam membentuk pribadi yang akhlakul karimah adalah pribadi Rasulullah saw.24

Sebagaimana dalam firman Allah swt QS al-Ahza>b/33:21.

21Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Cet. 15; Depok: Rajawali Press, 2018), h. 348.

22Muhammad Abdurrahman, Akhlak Menjadi Seorang Muslimah Berakhlak Mulia (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2016), h. 34.

23Nur Hidayat, “ Konsep Pendidikan Akhlak Bagi Peserta Didik Menurut Pemikiran Prof.

Dr. Hamka”,Skripsi (Lampung: Fak. Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan, 2017), h. 45.

24Muhammad Amri, Akidah Akhlak (Cet. I; Makassar: Syahadah, 2016), h. 71.

Gambar

Tabel 3.1   Populasi Mahasiswi
Tabel 3.2  Pedoman Angket
Kriteria  pengujian  normal  bila  X 2  hitung  lebih  kecil  dari  X 2  tabel,  sementara  X 2  tabel  diperoleh  dari  daftar  X 2  dengan  dk  =  (k-1)  pada  taraf  signifikan α = 0,05%
Tabel 4.17   Model Summary

Referensi

Dokumen terkait

mengelola pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar. Implikasi

Dampak penerapan metode pembelajaran dosen pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar dalam bentuk: (a) mudah mencapai

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui 1) Pelaksanaan praktik mengajar mahasiswa PPL jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN

Masalah pokok dalam tulisan ini adalah bagaimana respon pengguna lulusan Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar dengan fokus pada

Jurusan Pendidikan Fisika adalah salah satu jurusan yang berada dalam naungan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UIN

Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan akademik di Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2013 Fakultas Tarbiyah dan

Adapun hasil penelitian ini yaitu: Persepsi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar Terhadap Jilbab (Kajian QS. an-Nur/24:

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif diperoleh data bahwa mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2010 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN