PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berdasarkan perbedaan tujuan perpajakan perusahaan dan negara, hal ini menyebabkan munculnya agresivitas pajak yang dapat dilakukan perusahaan untuk mencapai laba yang lebih tinggi. Dalam penelitian ini, tata kelola perusahaan diharapkan dapat memperkuat hubungan antara pengungkapan CSR dan agresivitas pajak perusahaan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dimana CSR penting untuk dipublikasikan oleh perusahaan agar perusahaan tetap berjalan, sedangkan agresivitas pajak merupakan kegiatan yang tidak bertanggung jawab secara sosial, maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul ' PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK. DIMODERASI OLEH TATA KELOLA PERUSAHAAN.”.
Batasan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah agresivitas pajak dan variabel bebas yang akan digunakan adalah Corporate Social Responsibility (CSR). Variabel moderasi tata kelola perusahaan seperti yang diproksikan oleh komisaris independen tidak memperkuat hubungan antara CSR dengan agresivitas pajak.
Sistematika Penulisan
LANDASAN TEORI
Teori Legitimasi
Definisi tersebut menjelaskan bahwa legitimasi merupakan suatu sistem tata kelola perusahaan yang bertujuan untuk memihak masyarakat, pemerintah, individu, dan kelompok masyarakat. Secara umum dapat kita simpulkan bahwa legitimasi merupakan suatu prestasi yang ingin diperoleh suatu perusahaan dan merupakan bentuk tanggung jawab terhadap masyarakat.
Teori Stakeholder
Perusahaan mempunyai hubungan dengan kelompok pemangku kepentingan yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan perusahaan. Teori pemangku kepentingan menekankan hubungan alami antara proses dan hasil bagi perusahaan dan pemangku kepentingannya.
Corporate Social Responsibility (CSR)
Selain itu, tanggung jawab sosial juga memiliki interpretasi yang sangat berbeda-beda, terutama jika menyangkut kepentingan pemangku kepentingan. Tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan secara bersama-sama oleh berbagai perusahaan dan pemangku kepentingan dapat membawa beberapa manfaat bagi mereka yang berkontribusi di dalamnya.
Agresivitas Pajak
Terakhir, sebagaimana dikemukakan oleh (Williams, 2007 dalam Lanis & Richardson, 2012), permasalahan utama yang dihadapi dalam upaya penerapan prinsip CSR pada perpajakan perusahaan antara lain adalah tindakan yang dapat mengurangi kewajiban pajak perusahaan melalui penghindaran dan perencanaan pajak perusahaan. 2009) Dalam Suyanto (2012), tindakan yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi penghasilan kena pajak melalui perencanaan pajak, baik yang bersifat legal (tax penghindaran) maupun ilegal (tax evasion), disebut dengan agresi pajak perusahaan. Dalam penelitian ini, berdasarkan definisi yang berbeda dari para ahli yang berbeda, agresi pajak disimpulkan sebagai tindakan yang dilakukan perusahaan baik secara legal maupun ilegal untuk menghindari pembayaran pajak perusahaan kepada pemerintah.
Tarif PPh Badan
Corporate Governance (CG)
- Multiple large shareholders (MLS)
- Komisaris Independen
Mendorong pemberdayaan fungsi dan independensi masing-masing organ perusahaan yaitu Dewan Pengawas, Direksi, dan Rapat Umum Pemegang Saham. Kewajaran juga mencakup kejelasan hak-hak investor, sistem hukum dan penegakan peraturan untuk melindungi hak-hak investor, khususnya pemegang saham minoritas, dari berbagai bentuk penipuan. Banyak perusahaan yang memiliki banyak pemegang saham besar, yang dalam istilah lain disebut Multiple Large Shareholders (MLS).
Secara khusus, struktur kepemilikan dengan beberapa pemegang saham pengendali dapat digunakan sebagai alat komitmen untuk mencapai intensitas pemantauan yang optimal (Pagano, 1998 dalam Boubaker & Sami, 2011). Pelanggan independen adalah pihak di luar perusahaan yang tidak mempunyai hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan dan/atau kekeluargaan dengan direksi, direksi dan/atau pemegang saham pengendali atau
Penelitian Terdahulu
Komisaris independen diukur berdasarkan kapasitas masing-masing komisaris, yang mana dalam penelitian ini menggunakan profil latar belakang pendidikan yaitu akuntansi dan keuangan. Hal ini sejalan dengan ketentuan Pedoman GCG Indonesia (2006) yang menyatakan bahwa salah satu komisaris independen harus memiliki latar belakang akuntansi atau keuangan. Interaksi antara kepedulian masyarakat dengan biaya administrasi perpajakan memberikan dampak positif terhadap GAAP ETR dan Cash ETR. Sementara itu, keterkaitan antara kekuatan CG dan isu keberagaman. keanekaragaman) dengan biaya administrasi perpajakan negatif.
Pengungkapan CSR berpengaruh negatif signifikan terhadap agresivitas pajak (semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR suatu perusahaan maka semakin rendah tingkat agresivitas pajak yang dimiliki perusahaan tersebut).
Kerangka Pemikiran
Perumusan Hipotesis
- Corporate Social Responsibility dan Agresivitas Pajak
- Corporate Social Responsibility, Corporate Governance, dan
Pedoman GCG juga menekankan bahwa pelaksanaan CSR merupakan salah satu tugas utama dalam penerapan Tata Kelola Perusahaan. Perusahaan yang telah menerapkan tata kelola perusahaan diharapkan dapat menghasilkan kinerja yang baik dan efisien karena tata kelola perusahaan dapat memberikan perlindungan yang efektif bagi pemegang saham dan pemangku kepentingan. Oleh karena itu, secara implisit dapat dikatakan bahwa tata kelola perusahaan dan agresivitas pajak mempunyai korelasi, karena perusahaan adalah wajib pajak, sehingga kenyataannya suatu aturan struktur tata kelola perusahaan mempengaruhi bagaimana suatu perusahaan memenuhi kewajiban perpajakannya, namun di sisi lain juga tergantung pada seberapa baik perusahaan tersebut membayar pajak. pada agresivitas pajak. tentang dinamika tata kelola perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Lanis & Richardson (2011) menunjukkan bahwa tata kelola perusahaan berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu dikatakan bahwa penerapan tata kelola perusahaan dapat mempengaruhi agresivitas pajak.
METODOLOGI PENELITIAN
- Objek Penelitian
- Metode Pengumpulan Data
- Jenis dan Sumber Data
- Metode Pengambilan Sampel
- Teknik Pengumpulan Data
- Operasionalisasi Variabel
- Variabel Dependen
- Variabel Independen
- Variabel Pemoderasi
- Variabel Kontrol
- Pemodelan Data Panel
- Metode Analisis Data
- Statistik Deskriptif
- Analisis Data Panel
- Uji Normalitas
- Uji Asumsi Klasik
- Uji Hipotesis
Hal ini menunjukkan Ho tidak dapat ditolak yang berarti komisaris independen tidak memperkuat hubungan negatif antara CSR dengan agresivitas pajak. Artinya profil komisaris independen tidak memperkuat hubungan antara pengungkapan CSR dengan agresivitas pajak pada perusahaan manufaktur. Berdasarkan hasil penelitian belum terbukti bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan.
Tata kelola perusahaan yang ditentukan oleh profil komisaris independen dan banyak pemegang saham besar (MLS) juga tidak memperkuat hubungan antara pengungkapan CSR dan agresivitas pajak perusahaan. Variabel moderator tata kelola perusahaan yang diproksikan oleh beberapa pemegang saham besar (MLS) tidak memperkuat hubungan antara CSR dengan agresivitas pajak.
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Objek Penelitian
Dalam penelitian ini pemilihan sampel yang digunakan ditentukan berdasarkan metode purposive sampling yang dibuktikan dengan kelengkapan data perusahaan selama tahun survei. Perseroan pernah keluar dari BEI pada saat perseroan tidak mempublikasikan laporan CSR, laporan keuangan, dan publikasi. Mengenai hasil uji normalitas data residu berdasarkan model penelitian untuk seluruh observasi yang menunjukkan bahwa data residu tidak berdistribusi normal maka penulis melakukan pengujian outlier.
Outlier adalah data yang memiliki karakteristik unik, seperti penyimpangan yang terlalu jauh dari data lain.
Statistik Deskriptif
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk pada tahun 2011; Nilai minimum sebesar 0,365385 terdapat pada PT Sekar Laut Tbk pada tahun 2011.
Uji Normalitas
Dari hasil pengolahan data yang dilakukan penulis, terlihat sisa data berdistribusi normal sehingga memenuhi asumsi normalitas.
Analisis Data Panel
- Penentuan Model Data Panel
Uji Chow dilakukan dengan tujuan untuk menentukan model yang sesuai antara common effect atau fixed effect. Sebaliknya jika Ho ditolak maka perlu dilakukan uji Haussman untuk lebih memahami model mana antara fixed effect dan random effect yang lebih cocok untuk mengestimasi data yang dapat digunakan. Berdasarkan hasil uji Chow pada tabel diatas, nilai probabilitas yang diperoleh dari cross section F kurang dari 0,05 yaitu 0,0001 yang berarti model fixed effect menunjukkan model yang lebih baik atau dengan kata lain Ho ditolak.
Karena hasil uji Chow di atas memilih model fixed effect, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji Hausman untuk memilih model random effect atau fixed effect. Artinya model yang tepat untuk menjelaskan hubungan dan pengaruh variabel-variabel dalam penelitian adalah model fixed effect.
Pengujian Asumsi Klasik
- Uji Multikolinieritas
- Uji Heterokedastisitas
- Uji Autokorelasi
Berdasarkan hasil uji Hausman diatas nilai probabilitas Hausman sebesar 0,0194 lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak. Dari hasil uji multikolinearitas pada tabel di bawah ini, korelasi antar variabel independen kurang dari 0,8. Jika nilai probabilitas yang dihasilkan dari nilai Obs*R squared kurang dari α = 5%, maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut bersifat heteroskedastis.
Berdasarkan uji heteroskedastisitas model penelitian pada Tabel 4.6, nilai probabilitas chi-squared Obs*R-squared sebesar 0,1566; dimana lebih besar dari α = 5% maka dapat disimpulkan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas pada model penelitian. Berdasarkan hasil tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model penelitian, terlihat nilai chi-square dari probabilitas Obs*R-Square sebesar 0.9122, dimana nilai tersebut lebih besar dari 5%.
Analisis Hasil Penelitian
- Uji Parsial (Uji t)
- Variabel Kontrol
Koefisien regresi Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRDISC) sebesar 0.025022 menunjukkan bahwa jika skor CSRDISC meningkat sebesar 0.01 maka nilai mean agresivitas pajak akan meningkat sebesar 0.025022. Koefisien regresi ROA -0,505179 menyatakan bahwa jika nilai ROA meningkat sebesar 0,01 maka nilai mean agresivitas pajak akan menurun sebesar 0,505179. Koefisien regresi financial leverage (LEV) sebesar 0,136015 menunjukkan bahwa jika nilai LEV meningkat sebesar 0,01 maka nilai mean agresivitas pajak akan meningkat sebesar 0,136015.
Koefisien regresi ukuran perusahaan (size) sebesar -0,001563 menunjukkan bahwa jika nilai ukuran perusahaan meningkat sebesar 0,01 maka nilai mean agresivitas pajak akan menurun sebesar 0,001563. Ha1 : Corporate Social Responsibility berpengaruh negatif terhadap Agresivitas Pajak Berdasarkan tabel 4.9 hasil pengujian CSR mempunyai t-statistik sebesar 0,128404 dengan koefisien regresi sebesar 0,025022 dan tingkat signifikansi sebesar 0,8987 lebih besar dari tingkat signifikansi gt ; 0,05).
Pembahasan Hasil Penelitian
- Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak 77
- Pengaruh Corporate Governance yang Diproksikan dengan Multiple
- Pengaruh Profitabilitas Perusahaan Terhadap Agresivitas Pajak
- Pengaruh Leverage Terhadap Agresivitas Pajak
- Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Agresivitas Pajak
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa komisaris independen dengan latar belakang pendidikan akuntansi dan keuangan tidak memperkuat hubungan antara CSR dengan agresivitas pajak. Berdasarkan hipotesis 2b, hasil penelitian menunjukkan bahwa tata kelola perusahaan yang diamanatkan oleh banyak pemegang saham utama (MLS) tidak memperkuat hubungan antara pengungkapan CSR dengan agresivitas pajak pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013. Hasil penelitian ini menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak dilihat dari probabilitas sebesar 0,0020 lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap agresi pajak yang ditunjukkan dengan probabilitas sebesar 0,6752 lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05. Hal ini sesuai dengan penelitian Sabrina dan Soepriyanto (2012) yang juga tidak menemukan adanya pengaruh antara leverage terhadap agresi pajak.
Implikasi Manajerial
Kemudian bagi pengelola perusahaan, diharapkan perusahaan merekrut komisaris independen yang memiliki pengalaman akuntansi dan keuangan sesuai pedoman GCG guna meningkatkan peran komisaris independen di dalam perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar deklarasi CSR yang dilakukan perusahaan tidak berpengaruh terhadap rendahnya tingkat agresivitas pajak. Hal ini menunjukkan bahwa profil komisaris independen dalam perusahaan belum mempengaruhi perusahaan dalam merealisasikan CSR yang pada akhirnya berdampak pada agresivitas pajak perusahaan.
Selain itu, pada variabel kontrol yang terdiri dari profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan, hanya profitabilitas yang ditentukan oleh ROA yang berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak, dimana diasumsikan bahwa perusahaan yang lebih menguntungkan akan mengelola perencanaan pajaknya dengan baik sehingga dapat menurunkan tarif pajak efektifnya. Penggunaan item atau ukuran variabel tata kelola perusahaan yang lebih luas, bukan hanya profil komisaris independen dan banyak pemegang saham besar, konsisten dengan indeks tata kelola perusahaan untuk memperoleh hasil yang lebih kuat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran dan Keterbatasan Penelitian
Direktorat Jenderal Pajak sebagai pengambil kebijakan perpajakan sebaiknya mempertimbangkan untuk melakukan pengembangan lebih lanjut dalam sistem perpajakan karena perusahaan saat ini semakin perhatian untuk mencari celah untuk gencar melakukan penghematan dan penghindaran pajak. Strategi CSR: Tanggung Jawab Sosial Perusahaan untuk Meningkatkan Daya Saing Perusahaan di Pasar Berkembang”. 2 ARNA Keramik, porselen dan kaca Arwana Citra Mulia Tbk 3 TOTO Keramik, porselen dan kaca Surya Toto Indonesia Tbk 4 BTON Logam dan sejenisnya Beton Jaya Manunggal Tbk 5 GDST Logam dan sejenisnya Gunawan Dianjaya Steel Tbk 6 JPRS Logam dan sejenisnya T Jabya Par 7 LMSH Logam & sejenisnya Lionmesh Prima Tbk.
15 Makanan dan Minuman AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 16 DLTA Makanan dan Minuman Delta Jakarta Tbk 17 PSDN Makanan dan Minuman Prashida Aneka Niaga Tbk. 16 Kebijakan umum pengangkatan staf 17 Kebijakan pengangkatan eksekutif 18 Perjanjian paling penting untuk tahun ini 19 Data geografis karyawan 20 Data karyawan berdasarkan sektor 21 Data karyawan berdasarkan tingkat kualifikasi 22 Data karyawan berdasarkan asal etnis.