1
PENGARUH AGRESIVITAS PAJAK, UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, DAN MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
SKRIPSI
Oleh
Monica Putri Cornelia 2301965624
Accounting Study Program Binus Online Learning Universitas Bina Nusantara
Jakarta 2021
2
PENGARUH AGRESIVITAS PAJAK, UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, DAN MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk gelar kesarjanaan Program Studi Akuntansi Jenjang Pendidikan Strata-1
Oleh
Monica Putri Cornelia 2301965624
Accounting Study Program Binus Online Learning Universitas Bina Nusantara
Jakarta 2021
i
Universitas Bina Nusantara
Pernyataan Orisinalitas Skripsi untuk Sidang Skripsi Pernyataan Penyusunan Skripsi
Saya, Monica Putri Cornelia
dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:
PENGARUH AGRESIVITAS PAJAK, UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, DAN MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2017-2019)
THE EFFECT OF TAX AGGRESSIVENESS, COMPANY SIZE, PROFITABILITY, AND MARKET TO BOOK RATIO ON CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY
(EMPIRICAL STUDY OF MANUFACTURING COMPANIES LISTED ON THE IDX FOR THE 2017-2019 PERIOD)
adalah benar hasil karya saya dan belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah, sebagian atau seluruhnya, atas nama saya atau pihak lain
Monica Putri Cornelia [ 2301965624]
Disetujui oleh Pembimbing
Saya setuju Skripsi tersebut layak diajukan untuk Sidang Skripsi Frihardina Marsintauli, S.E., M.Ak. 3 November 2021
D5811
ii
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
_________________________________________________________________
Accounting Study Program Binus Online Learning Skripsi Sarjana Ekonomi
Semester Genap 2021
PENGARUH AGRESIVITAS PAJAK, UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, DAN MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2017-2019)
THE EFFECT OF TAX AGGRESSIVENESS, COMPANY SIZE, PROFITABILITY, AND MARKET TO BOOK RATIO ON CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY
(EMPIRICAL STUDY OF MANUFACTURING COMPANIES LISTED ON THE IDX FOR THE 2017-2019 PERIOD)
MONICA PUTRI CORNELIA 2301965624
ABSTRACT
The purpose of this study was to examine the effect of Tax Aggressiveness, Company Size, Profitability, and Market to Book Ratio on the disclosure of Corporate Social Responsibility (CSR) in manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) for the 2017-2019 period. This study uses secondary data. Data were collected using purposive sampling method based on certain conditions. From 171 companies there are 30 outlier data companies that meet the criteria of this study to be used as a sample with 3 research years (30x3) so as to produce 90 research data.
The data analysis technique used is descriptive statistical analysis, multiple regression analysis by first doing the classical assumption test consisting of normality test, multicollinearity test, heteroscedasticity test and autocorrelation test. The results show that partially tax aggressiveness, company size, and market to book ratio have a positive influence on CSR disclosure. Profitability simultaneously do not have a positive effect on CSR disclosure. (MC)
iii
Keywords : Tax Aggressiveness, Company Size, Profitability, and Corporate Social Responsibility
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini ialah untuk menguji pengaruh Agresivitas Pajak, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Market to Book Ratio terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2017-2019. Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode purposive sampling yang berdasarkan syarat-syarat tertentu. Dari 171 perusahaan terdapat data outlier sebanyak 30 perusahaan yang memenuhi kriteria penelitian ini untuk dijadikan sampel dengan 3 periode tahun penelitian (30x3) sehingga menghasilkan data sebanyak 90 data penelitian. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif, analisis regresi berganda dengan terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial Agresivitas Pajak, Ukuran Perusahaan, dan Market to Book Ratio memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Profitabilitas secara simultan tidak memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. (MC)
Kata Kunci : Agresivitas Pajak, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Corporate Social Responsibility
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan anugrahNya, sehingga saya dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Agresivitas Pajak, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Market to Book Ratio Terhadap Corporate Social Responsibility” dengan lancar dan dapat terselesaikan tepat waktu. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi dalam jenjang Pendidikan Strata-1 (S1) dan memperoleh gelar Sarjana Akuntansi (S.Ak) di Binus Online Learning.
Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya atas segala doa, dukungan, bimbingan, saran, maupun kritik yang telah diberikan, kepada berbagai pihak:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Harjanto Prabowo, M.M., selaku Rektor Universitas Bina Nusantara.
2. Bapak Agus Putranto , S.Kom., M.T., M.Sc. selaku Direktur Binus Online Learning.
3. Bapak Aries Wicaksono S.Kom. , M.Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Bina Nusantara Online Learning yang bersedia meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga ditengah kesibukannya dalam menjalani tugas dan tanggung jawab sebagai Ketua Jurusan.
4. Ibu Nuraini Sari, S.E., M.Acc. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Bina Nusantara Online Learning.
5. Ibu Frihardina Marsintauli, S.E., M.Ak. selaku dosen pembimbing yang telah berperan penting dalam memberikan bimbingan, saran, arahan dan dukungan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik dan tepat waktu.
v
6. Seluruh jajaran Dosen jurusan Akuntansi Binus Online Learning yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada peneliti selama menempuh pelajaran di Binus Online Learning.
7. Seluruh jajaran Staf Pegawai Jurusan Akuntansi Binus Online Learning yang telah banyak membantu peneliti selama ini.
8. Kedua orang tua yang telah memberikan doa dan dukungan selama proses pembuatan skripsi.
9. Seluruh Binusian kelas LRFA yang telah memberikan dukungan moral selama masa perkuliahan berlangsung.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan dorongan serta bantuan selama proses pembuatan skripsi.
Akhir kata, penulis menyadari apabila masih begitu banyak kesalahan atau kekurangan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini, dan kami menyadari bahwa penulisan atau penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang berguna untuk menyempurnakan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.
Jakarta, 3 November 2021
vi DAFTAR ISI
Halaman Sampul Halaman Judul
Halaman Pernyataan Orisinalitas……… i
Halaman Pernyataan Persetujuan……… ii
Abstrak……… iii
Kata Pengantar……… iv
Daftar Isi………. vi
Daftar Tabel………... viii
Daftar Gambar……… ix
Daftar Lampiran……….. x
BAB 1 PENDAHULUAN………. 1
1.1 Latar Belakang Penelitian……… 1
1.2 Rumusan masalah……… 8
1.3 Ruang Lingkup Penelitian……….. 8
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 8
1.5 Sistematika Penulisan………. 8
BAB 2 LANDASAN DAN TEORI………. 11
2.1 Kerangka Teori dan Literatur………. 11
2.1.1 Teori Stakeholder………. 11
2.1.2 Teori Legitimasi……….. 12
2.1.3 Corporate Social Responsibility……….. 14
2.1.4 Pengungkapan Corporate Social Responsibility……….. 14
2.1.5 Agresivitas Pajak……….. 16
2.1.6 Ukuran Perusahaan……….. 17
2.1.7 Profitabilitas………. 18
2.1.8 Market To Book Ratio………. 18
2.2 Kerangka Penelitian……… 18
2.3 Pengembangan Hipotesis……… 19
2.3.1 Pengaruh Agresivitas Pajak Terhadap CSR………. 19
vii
2.3.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap CSR……….. 21
2.3.3 Pengaruh Profitabilitas Pajak Terhadap CSR……… 21
2.3.4 Pengaruh Market To Book Ratio Terhadap CSR……….. 22
2.4 Penelitian Terdahulu………. 23
BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN………. 28
3.1 Objek Penelitian……… 28
3.2 Desain Penelitian ………. 28
3.2.1. Jenis dan Sumber Data……….. 28
3.2.2. Penentuan Jumlah Sampel ……… 28
3.2.3. Metode Pengumpulan Sampel……… 29
3.2.4. Metode Analisis Data ……… 29
3.2.5. Metode Penyajian Data………. 30
3.3 Definisi dan Operasional Variabel………. 30
3.3.1 Variabel Dependen………. 30
3.3.2 Variabel Independen……… 31
3.3.2.1 Agresivitas Pajak………. 31
3.3.2.2 Ukuran Perusahaan……….. 32
3.3.2.3 Profitabilitas………. 32
3.3.2.4 Market To Book Ratio………. 33
3.4 Uji Statistik……… 35
3.4.1 Statistik Deskriptif……….. 35
3.4.2 Uji Asumsi Klasik………... 36
3.4.2.1 Uji Normalitas Data………. 36
3.4.2.2 Uji Multikolinieritas………. 37
3.4.2.3 Uji Heteroskedastisitas………. 38
3.4.2.4 Uji Autokorelasi……… 38
3.4.3 Uji Hipotesis……… 39
3.4.3.1 Uji r2………. 40
3.4.3.2 Uji t……….. 40
3.4.3.3 Uji F………. 41
BAB 4 HASIL DAN BAHASAN………... 42
4.1 Deskripsi Data Penelitian……….. 42
viii
4.2 Analisis Data……… 44
4.2.1 Statistika Deskriptif……….. 44
4.2.2 Uji Asumsi Klasik……… 46
4.2.2.1 Uji Normalitas……….. 46
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas……….... 49
4.2.2.3 Uji Autokorelasi……… 50
4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas………. 51
4.2.3 Analisis Regresi Linear Berganda……… 52
4.2.4 Uji Hipotesis………. 54
4.2.4.1 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik-t)……… 54
4.2.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)………. 55
4.2.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)……… 56
4.3 Pembahasan Hasil Analisis……… 57
4.3.1 Pengaruh Agresivitas Pajak Terhadap Corporate Social Responsibility Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2017-2019……… 57
4.3.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2017-2019……… 58
4.3.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Corporate Social Responsibility Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2017-2019……….. 60
4.3.4 Pengaruh Market To Book Ratio Terhadap Corporate Social Responsibility Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2017-2019……… 61
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN……… 62
5.1 Simpulan……… 62
5.2 Keterbatasan Penelitian………. 64
5.3 Saran……….. 64
DAFTAR PUSTAKA………. 66
LAMPIRAN……… 69
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu ... 22
Tabel 3. 1 Definisi Operasional Variabel ... 36
Tabel 4. 1 Penentuan Sampel Penelitian ... 45
Tabel 4. 2 Daftar Sampel Perusahaan ... 46
Tabel 4. 3 Hasil uji Deskriptif ... 47
Tabel 4. 4 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov (K-S) ... 50
Tabel 4. 5 Hasil Uji Multikolinearitas ... 52
Tabel 4. 6 Hasil Uji Durbin - Watson (DW Test) ... 53
Tabel 4. 7 Hasil uji Heteroskedastisitas ... 54
Tabel 4. 8 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 56
Tabel 4. 9 Hasil Uji-t ... 58
Tabel 4. 10 Hasil Uji Signifikansi Simultan ... 59
Tabel 4. 11 Uji Koefisien Determinasi ... 60
Tabel 4. 12 Pengujian Hipotesis ... 61
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Perusahaan yang terdaftar di BEI yang mendapatkan penghargaan CSR Tahun 2015-2019 ...4 Gambar 2. 1 Kerangka Model Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 1 Hasil Uji Normalitas P-Plot...51 Gambar 4. 2 Grafik Histogram Regresi ...51 Gambar 4. 3 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot ...56
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Corporate Social Responsibility Perusahaan Lampiran 2 ETR Perusahaan
Lampiran 3 SIZE Perusahaan Lampiran 4 ROA Perusahaan Lampiran 5 MBV Perusahaan
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini perkembangan bisnis di era yang semakin modern memberikan tuntutan yang semakin besar terhadap suatu perusahaan. Perusahaan diharapkan dapat berkompetisi agar dapat mempertahankan usahanya, salah satunya yaitu dengan meningkatkan kinerja perusahaan demi tercapainya tujuan perusahaan. Dalam mencapai suatu tujuan, sebenarnya perusahaan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan pemilik modal (investor dan kreditor) namun juga dapat memperhatikan karyawan, konsumen serta lingkungan.
CSR merupakan salah satu wujud partisipasi dunia usaha dalam pembangunan berkelanjutan untuk mengembangkan program kepedulian perusahaan kepada masyarakat sekitar melalui penciptaan dan pemeliharaan keseimbangan antara mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial, dan pemeliharaan lingkungan hidup. Perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja. Tetapi perusahaan harus bertanggung jawab dan harus berpijak pada triple bottom lines yang tidak hanya mementingkan profit saja, namun juga mampu memberikan kontribusi kepada masyarakat (people) serta ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) sehingga perusahaan harus seimbang dalam kegiatan sosial, ekonomi dan lingkungan. Wujud program CSR yang berorientasi sosial atau people adalah pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian saranaOpendidikan dan kesehatan. Planet, kepedulianOterhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati bisa dilakukan melalui pelaksanaan program penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan permukiman, pengembangan pariwisata.
2
Hal ini disebabkan ketika hanya berpijak pada kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai sebuah perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable) sehingga perusahaan perlu untuk melaksanakan Corporate Social Responsibility dengan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan serta bertindak sesuai dengan harapan masyarakat.
Di Indonesia, permasalahan lingkungan menjadi perhatian baik oleh pemerintah, investor maupun konsumen. Belakangan ini, Indonesia sendiri banyak terdapat konflik industri seperti kerusakan alam akibat eksploitasi alam tanpa diimbangi dengan perbaikan lingkungan ataupun memperhatikan keseimbangan alam sekitar seperti adanya limbah ataupun polusi pabrik yang sangat merugikan. Hal inilah yang akhirnya mendorong Pemerintah untuk menetapkan regulasi yang mengatur environmental reporting yang terdapat di dalam CSR melalui Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007 yang menyatakan bahwa: Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutandan kewajaran.
Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan.
Alasan perusahaan dalam melakukan pengungkapan informasi CSR telah diteliti. Diantaranya adalah untuk mentaati peraturan yang ada.
Pemerintah melalui Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas mewajibkan perseroan yang bidang usahanya di bidang atau terkait dengan bidang sumber daya alam untuk melaksanakan CSR dan lingkungan.
Peraturan lain yang menyinggung CSR adalah UU no. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam UU tersebut dinyatakan bahwa setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan CSR pada perusahaan.
Ambadar (2008) mengemukakan beberapa motivasi dan manfaat yang diharapkan perusahaan dengan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan meliputi: 1) perusahaan terhindar dari reputasi negatif perusak lingkungan
yang hanya mengejar keuntungan jangka pendek tanpa memperdulikan akibat dari perilaku buruk perusahaan, 2) kerangka kerja etis yang kokoh dapat membantu para manajer dan karyawan menghadapi masalah seperti permintaan lapangan kerja di lingkungan dimana perusahaan bekerja, 3) perusahaan mendapat rasa hormat dari kelompok inti masyarakat yang membutuhkan keberadaan perusahaan khususnya dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan, 4) perilaku etis perusahaan aman dari gangguan lingkungan sekitar sehingga dapat beroperasi secara lancar.
Perusahaan yang menjalankan Corporate Social Resposibility dengan baik akan memiliki citra yang baik pula di masyarakat. Citra perusahaan yang baik diharapkan memberikan stakeholder good news atau sinyal dalam pengambilan keputusan yang dapat menguntungkan bagi perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Meiyana (2019) yaitu dengan melaksanakan CSR, citra perusahaan akan semakin tinggi. Sebaliknya jika tingkat pengungkapan CSR rendah, maka akan menghambat perusahaan dalam memperoleh kepercayaan dari investor karena CSR menjadi salah satu hal yang diperhatikan investor ketika akan berinvestasi di sebuah perusahaan (Fajriana, 2016).
Fenomena menunjukan bahwa dengan adanya peningkatan daya saing, perusahaan berlomba-lomba untuk mendapatkan penghargaan dengan menerapkan CSR dalam setiap kegiatan perusahaannya, selain itu CSR sendiri merupakan investasi jangka panjang yang berguna untuk meminimalisir resiko sosial serta dapat meningkatkan citra perusahaan dimata public. Dari 150 perusahaan yang menerapkan CSR hanya 72 perusahaan yang ditetapkan sebagai pemenang Top CSR pada Tahun 2018, perusahaan disektor usaha yang berhasil mendapatkan penghargaan yaitu, PT. Federal International Finance Tbk, PT. Blue Bird Tbk, PT. Astra International Tbk, PT. Gajah Tunggal Tbk, PT. Bank Danamon, PT. Hero Supermarket, PT. Pegadaian (persero), PT. Bank Rakyat Indonesia (persero), dan perusahaan lainya. Tidak hanya perusahaan yang mendapatkan penghargaan Top CSR 2018 tetapi juga menganugerahkan kepada para Top Leader on CSR Commitment kepada top manajemen perusahaan, seperti Hary Tanoesoedibjo, Chairman MNC Group; Nicke
4
Widyawati, Direktur Utama PT. Pertamina (persero); Handojo Susanto, Direktur Utama PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
Gambar 1. 1 Perusahaan yang terdaftar di BEI yang mendapatkan penghargaan CSR Tahun 2015-2019
Sumber : Data diolah penulis, 2021
Berdasarkan data yang telah ditelaah peneliti, grafik diatas menjelaskan bahwa dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 jumlah perusahaan yang mendapatkan penghargaan CSR mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ketahun. Namun dari 150 perusahaan yang menerapkan CSR hanya 72 perusahaan yang mendapatkan penghargaan CSR, hal tersebut membuktikan bahwa masih banyak perusahaan yang masih belum maksimal dalam melaksanakan program CSR dalam perusahaannya. Dengan adanya peningkatan perusahaan yang mendapatkan penghargaan CSR menandakan bahwa semakin banyaknya perusahaan yang sadar akan CSR dan lingkungan sekitarnya. Hal ini juga menunjukan bahwa banyak lembaga yang mulai mengapresiasi pengungkapan CSR yang tinggi diperusahaan.
Perusahaan manufaktur mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam adanya permasalahan polusi, limbah, keamanan produk dan tenaga kerja. Dikarenakan perusahaan tersebut paling banyak berinteraksi dengan masyarakat. Dalam proses produksinya perusahaan akan menghasilkan limbah produksi dan hal ini berhubungan erat dengan masalah pencemaran
Jumlah Perusahaan 200 150 100 50 10
Pertumbuhan Jumlah Perusahaan Peraih Penghargaan CSR
2015 2016 2017 2018 2019
Tahun
lingkungan. Proses produksi yang dilakukan perusahaan juga mengaharuskan mereka untuk memiliki tenaga kerja bagian produksi, dan ini berkaitan dengan masalah keselamatan kerja. Selain itu perusahaan tersebut adalah perusahaan yang menjual produk kepada konsumen sehingga isu keselamatan dan keamanan produk menjadi penting untuk diungkapkan kepada masyarakat.
Meskipun begitu, masih ada beberapa kasus yang terjadi mengenai CSR di beberapa perusahaan manufaktur, diantaranya adalah isu tanggung jawab sosial lingkungan perusahaan yang terjadi di Indonesia adalah kasus PT Freeport di Papua. PT Freeport Indonesia merupakan jenis perusahaan multinasional (MNC),yaitu perusahaan internasional atau transnasional yang berkantor pusat di satu negara tetapi kantor cabang di berbagai negara maju dan berkembang. PT Freeport Indonesia menambang, memproses dan melakukan eksplorasi terhadap bijih yang mengandung tembaga, emas dan perak. Beroperasi di daerah dataran tinggi di Kabupaten Mimika Provinsi Papua, Indonesia.
Contoh kasus pelanggaran etika yang dilakukan oleh PT. Freeport Indonesia adalah Mogoknya hampir seluruh pekerja PT Freeport Indonesia (FI) tersebut disebabkan perbedaan indeks standar gaji yang diterapkan oleh manajemen pada operasional Freeport di seluruh dunia. Pekerja Freeport di Indonesia diketahui mendapatkan gaji lebih rendah daripada pekerja Freeport di negara lain untuk level jabatan yang sama. Gaji sekarang per jam USD 1,5–
USD 3. Padahal, bandingan gaji di negara lain mencapai USD 15–USD 35 per jam. Sejauh ini, perundingannya masih menemui jalan buntu. Manajemen Freeport bersikeras menolak tuntutan pekerja, entah apa dasar pertimbangannya. Biaya CSR kepada sedikit rakyat Papua yang digembor- gemborkan itu pun tidak seberapa karena tidak mencapai 1 persen keuntungan bersih PT FI. Malah rakyat Papua membayar lebih mahal karena harus menanggung akibat berupa kerusakan alam serta punahnya habitat dan vegetasi Papua yang tidak ternilai itu. Biaya reklamasi tersebut tidak akan bisa ditanggung generasi Papua sampai tujuh turunan. Selain bertentangan dengan PP 76/2008 tentang Kewajiban Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan, telah terjadi bukti paradoksal sikap Freeport (Davis, G.F., et.al., 2006). Kestabilan siklus
6
operasional Freeport, diakui atau tidak, adalah barometer penting kestabilan politik koloni Papua. Induksi ekonomi yang terjadi dari berputarnya mesin anak korporasi raksasa Freeport-McMoran tersebut di kawasan Papua memiliki magnitude luar biasa terhadap pergerakan ekonomi kawasan, nasional, bahkan global.
Permasalahan yang muncul dalam dunia usaha saat ini terkait dengan pengungkapan CSR diperusahaan kemungkinan dapat dipengaruhi beberapa faktor pendukung Good Corporate Governance (GCG) tata kelola perusahaan yang baik dapat menciptakan mekanisme perusahaan yang optimal termasuk dalam pengungkapan CSR. Selain GCG terdapat pula beberapa faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR pada perusahaan yaitu faktor kinerja internal perusahaan. Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu agresivitas pajak, ukuran perusahaan, profitabilitas dan market to book ratio.
Menurut Direktur Intelejen dan Penyidikan DJP Yuli Kristiono (2013) dalam Plorensia dan Hardiningsih (2015), menyebutkan bahwa perusahaan terindikasi sering melakukan tindakan agresivitas pajak, hal ini dikarenakan pendapatan yang diperoleh relatif besar. Selama ini perusahaan beranggapan memiliki dua beban yaitu beban pajak dan CSR. Perusahaan yang merupakan wajib pajak juga menganggap bahwa pajak merupakan beban yang akan mengurangi keuntungan perusahaan. Hal ini mendorong perusahaan untuk mencari cara mengurangi beban pajak. Oleh karena itu, sangat dimungkinkan perusahaan menjadi agresif dalam perpajakan. Namun disisi lain, tindakan pajak agresif dapat berdampak buruk bagi perusahaan karena mengharuskan perusahaan untuk melaporkan laba yang lebih rendah. Perusahaan yang telah terbukti melakukan tindakan agresivitas pajak dapat bertindak sesuai dengan teori legitemasi dengan cara pengungkapan CSR tambahan (Plorensia dan Hardiningsih, 2015).
Ukuran perusahaan merupakan suatu penetapan besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan diukur berdasarkan besar atau kecilnya suatu perusahaan dengan melihat total aset atau total penjualan yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi total aset yang menunjukkan harta yang dimiliki perusahaan mengindikasikan bahwa besar pula harta yang dimiliki
perusahaan sehingga investor akan semakin aman dalam berinvestasi ke perusahaan tersebut. Ukuran perusahaan merupkan salah satu faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR. (Oyelere, 2011 dalam Kristi, 2013) menyatakan bahwa semakin besar suatu perusahaan akan semakin disorot oleh para stakeholder. Dalam kondisi demikian perusahaan membutuhkan upaya yang lebih besar untuk memperoleh legitemasi stakeholder dalam rangka menciptakan keselarasan nilai-nilai sosial dari kegiatannya dengan norma perilaku yang ada dalam masyarakat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Felicia dan Rasmini (2015), Nur dan Priantinah (2012), Indraswari dan Astika (2015), Kristi (2012), Dermawan dan Detiana (2014), dan Jessica dan Toly (2014) yang menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Namun hasil yang berbeda diperoleh dalam penelitian Octaviana (2014) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan untuk dapat menghasilkan laba. Dengan mengetahui profitabilitas, kita dapat menilai apakah perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya dalam kegiatan operasi untuk menghasilkan keuntungan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Felicia dan Rasmini (2015), Indraswari dan Astika (2015), Octaviana (2014) menunjukkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Namun hasil yang berbeda ditemukan dalam penelitian Nur dan Priantinah (2012) dan Kristi (2012) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
Market to Book Ratio adalah rasio dari nilai pasar per lembar saham biasa atas nilai buku perlembar ekuitas. Nilai buku perlembar mencerminkan nilai ekuitas pemilik yang tercatat pada neraca perusahaan dan mencerminkan klaim pemilik yang tersisa atas suatu aktiva, sedangkan nilai pasar per lembar saham mencerminkan kinerja perusahaan di masyarakat umum dimana nilai pasar pada suatu saat dipengaruhi oleh pilihan dan tingkah laku dari mereka yang terlibat dipasar. Menurut Tandelilin (2010:341) harga saham merupakan cerminan dari ekspektasi investor terhadap faktor-faktor earning, aliran kas,
8
dan tingkat return yang disyaratkan investor, yang mana ketiga faktor tersebut juga sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro suatu negara serta kondisi ekonomi global. Semakin tinggi market to book ratio, maka semakin baik pula penilaian investor terhadap nilai buku perusahaan. Market to book ratio merupakan rasio harga saham yang digambarkan di neraca (Harahap,2002:311). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Plorensia dan Hardiningsih (2015), dan Octaviana (2015) menunjukkan bahwa variabel market to book ratio tidak berpengaruh terhadap CSR.
Berdasarkan realitas berbagai masalah sosial di atas penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana perusahaan-perusahaan manufaktur melaksanakan program pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan bidang ekonomi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan sosial yang ada dalam masyarakat, yaitu masalah kemiskinan, pemberian bantuan pinjaman modal pada masyarakat untuk mengadakan kegiatan usaha dan lain sebagainya. Maka penulis tertarik untuk meneliti secara mendalam
tentang PENGARUH AGRESIVITAS PAJAK, UKURAN
PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, DAN MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Periode 2017- 2019).
8 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Apakah Agresivitas Pajak berpengaruh positif terhadap CSR Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019 ?
2. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap CSR Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019 ?
3. Apakah Profitabilitas berpengaruh positif terhadap CSR Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019 ? 4. Apakah Market to Book Ratio berpengaruh positif terhadap CSR
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019 ?
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup penelitian akan meliputi kriteria sebagai berikut : 1. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan
menerbitkan laporan keuangan secara berturut-turut yang berakhir 31 Desember selama periode 2017-2019.
2. Perusahaan Manufaktur yang mengungkapkan CSR disclosure dalam laporan tahunan perusahaan, tahun 2017-2019 secara berturut-turut.
3. Perusahaan memiliki kelengkapan data yang terkait dengan variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menguji dan menganalisis pengaruh Agresivitas Pajak terhadap CSR Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019.
9 2. Menguji dan menganalisis pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap CSR Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019.
3. Menguji dan menganalisis pengaruh Profitabilitas terhadap CSR Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019.
4. Menguji dan menganalisis pengaruh Market to Book Ratio terhadap CSR Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019.
Adapun hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat seperti :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu referensi bagi pengembangan penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap penilitian lain, khususnya hal hal yang berkaitan mengenai pengaruh agresivitas pajak dan kinerja perusahaan terhadap corporate social responsibility.
b. Bagi Praktisi
Penelitian ini diharapkan akan menjadi salah satu pertimbangan perusahaan akan pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan sebagai bentuk pengungkapan atas dampak aktivitas perusahaan serta sebagai pertimbangan dan referensi untuk pengambilan kebijakan oleh manajemen perusahaan mengenai Corporate Social Responsibility Disclosure dalam laporan keuangan yang disajikan.
1.5 Sistematika Penulisan
Secara garis besar masing-masing bab dapat diuraikan sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah yang melandasi penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pada bab ini membahas tentang landasan teori dengan mendeskripsikan teori stakeholder dan terori legitemasi dan penjabaran dari variabel penelitian yang meliputi agresivitas pajak dan kinerja perusahaan terhadap pengungkapan CSR.
Selain ini bab ini juga akan membahas mengenai penelitian terdahulu, kerangka penelitian dan pengembangan hipotesis.
BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang jenis penelitian, populasi dan sampel penelitian, data dan sumber data, metode pengumpulan data, definisi operasional variabel dan pengukurannya serta metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB 4 HASIL DAN BAHASAN
Bab ini berisi penyajian dan analisis data. Pada bab ini penelitian menyajikan dan menyelesaikan hasil pengumpulan serta analisis data, sekaligus merupakan jawaban atas hipotesis yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya.
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang simpulan dan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, keterbatasan penelitian, serta saran sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
11 BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Kerangka Teori dan Literatur 2.1.1 Teori Stakeholder
Stakeholder adalah kelompok maupun individu-individu yang dapat mempengaruhi mencapai tujuan perusahaan atau mereka yang dipengaruhi oleh kegiatan perusahaan pada saat perusahaan mengejar tujuannya (Solihin:51:2010). Teori stakeholder merupakan teori yang menggambarkan kepada pihak mana saja (stakeholder) perusahaan bertanggung jawab (Adila,2016). Tujuan dari manajemen stakeholder adalah merancang metode untuk mengelola berbagai kelompok dan hubungan yang dihasilkan dengan cara yang strategis (Freeman dan McVea, 2001). Perusahaan harus menjaga hubungan stakeholdernya dengan mengakomodasi keinginan dan kebutuhan stakeholdernya, terutama stakeholder yang mempunyai power terhadap ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan, misal tenaga kerja pasar atas produk perusahaan dan lain-lain.
Salah satu strategi untuk menjaga hubungan dengan para stakeholder perusahaan adalah dengan melaksanakan CSR, dengan melaksanakan CSR diharapkan keinginan dari stakeholder dapat terakomodasi sehingga akan menghasilkan hubungan yang harmonis antara para perusahaan dengan para stakeholdernya. Hubungan yang harmonis dapat akan berakibat pada perusahaan yang dapat mencapai keberlanjutan dan kelestarian perusahaannya. Jesicca dan Toly (2014) mengatakan Teori stakeholder menyatakan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab sosial yang mengharuskan mereka untuk mempertimbangkan kepentingan semua pihak yang terkena dampak tindakan mereka. Agar perusahaan mampu berkembang dan bertahan
lama di dalam masyarakat maka perusahaan membutuhkan dukungan dari para stakeholder-nya. Perusahaan tidak hanya bertanggung jawab terhadap para pemilik (shareholder) dengan sebatas pada indikator ekonomi namun bergeser menjadi lebih luas yaitu sampai pada ranah sosial kemasyarakatan (stakeholder) dengan memperhitungkan faktor- faktor sosial (social dimentions), sehingga muncul istilah tanggung jawab sosial (social responsibility) (Sari, 2012).
2.1.2 Teori Legitimasi (Legitimacy Theory)
Teori legitimasi merupaka teori yang mendasar dalam suatu norma-norma, batasan-batasan, nilai dan peraturan sosial dalam mengatur perusahaan agar selalu menjaga keutamaan sosial dari suatu reaksi yang kemungkinan akan timbul dari reaksi tersebut. Gray et al (1995) teori legitimasi tersebut mendukung dalam melakukan tindakan CSR, perusahaan (manajemen) memberikan informasi CSR (Corporate Social Responsibility) sebagai salah satu alat komunikasi kepada masyarakat. Bahkan ketika suatu perusahaan sudah sesuai dengan harapan masyarakat, legitimasi masih dapat gagal untuk dapat membuat pengungkapan yang meyakinkan kepatuhan tersebut. Oleh karena itu, manajer perlu untuk lebih menunjukan bahwa mereka mematuhi kontrak sosial dengan mengungkapkan informasi sesuai dengan harapan masyarakat. Sebaliknya, manajer biasanya memiliki presepsi yang berbeda dari istilah–istilah ini dan dengan demikian akan bervariasi dalam pengungkapan informasi mereka mengenai CSR dalam pelaporan keuangannya.
Gray et al (1996) berpendapat bahwa persyaratan hukum yang mengatur korporasi memberikan persyaratan secara eksplisit dari kontrak sosial tersebut, sedangkan untuk masyarakat berharap untuk tidak menginginkan hal tersebut dilakukan secara tersirat. Teori legitimasi dapat diterima dengan menunjukan aktivitas pada perusahaan yang sama
13 dengan nilai sosial yang ada. Dengan demikian perusahan tersebut setidaknya dapat memberikan kesan positif terhadap para masyarakat.
Diperlukannya kesadaran bagi perusahaan akan pentingnya kontrak sosial dengan masyarakat itu sangat dibutuhkan demi kelancaran pengoperasionalan dan kelangsungan hidup bagi perusahaan, dengan adanya CSR hal itu merupakan salah satu wujud timbal balik yang dilakukan perusahaan terhadap masyarakat. Pernyataan tersebut sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa perusahaan menyetujui kontrak kepada masyarakat dengan kegiatan yang berdasarkan pada nilai justice, dan bagaimana perusahaan dapat menanggapi berbagai kelompok kepentingan lain untuk melegitimasi tindakan perusahaan (Tilt, CA.1994 dalam penelitian Titisari, Suwardi, Dan Setiawan, 2010).
Hal tersebut juga dijelaskan oleh Dowling dan Preffer (1975) bahwa terdapat batasan-batasan yang sudah ditentukan pada nilai-nilai sosial ketika suatu perusahan sedang melakukan aktifitas usaha, dengan adanya norma dan reaksi pada batasan-batasan tersebut, hal itu bertujuan untuk memacu perusahaan agar mengutamakan pentingnya berperilaku keorganisasian dalam lingkup lingkungan. Dowling dan Preffer (1975) mengungkapkan adanya dua dimensi dimana dimensi ini bertujuan agar perusahaan mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan legitimasi oleh masyarakat. Dimensi yang pertama yaitu adanya kesesuaian (Congruance) antara kegiatan organisasi dengan sistem nilai yang ada di masyarakat, yang kedua yaitu nilai sosial mencerminkan sebagai pelaporan kegiatan perusahaan dalam beraktivitas. Lindblom (1994) dalam Lanis dan Richardson (2013) mengungkapkan bahwa ketika suatu nilai-nilai masyarakat berpengaruh negatif terhadap perusahaan dengan memperhatikan perhatian manajemen maka kegiatan CSRlah yang dapat memperbaiki pandangan negatif tersebut. Untuk itu perusahaan didorong agar mendapatkan perhatian dan memberikan bukti nyata agar masyarakat meyakinkan bahwa perusahaan benar-benar ingin
meperbaiki keasalahan-kesalahan tersebut dengan cara melakukan kegitan CSR, Maka hal tersebut sejalan dengan teori legitimasi.
2.1.3 Corporate Social Responsibility
Menurut Undang-undang Perseroan Terbatas No.40 tahun 2007 pasal 1 ayat (3) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang biasa disebut CSR merupakan bentuk kepedulian suatu usaha terhadap lingkungan, baik lingkungan di dalam kegiatan usaha maupun diluar kegiatan usaha, misalnya keselamatan para pekerja, penanganan limbah yang dihasilkan sehingga tidak mengganggu masyarakat disekitar. Masyarakat yang ada di lingkungan usaha akan merespon sesuai dengan yang dilakukan oleh kegiatan usaha perusahaan (Hasnia dan Rofingatun, 2017).
ISO Merupakan badan penetapan standar internasional yang juga membahas definisi CSR melalui standar ISO 26000 tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Dalam pedoman ISO 26000, ISO mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab organisasi / perusahaan atas dampak keputusan dan kegiatannya terhadap masyarakat dan lingkungan, menghasilkan perilaku etis dan transparansi yang berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan, termasuk kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, memperhitungkan harapan para pemangku kepentingan; mematuhi hukum saat ini dan konsisten dengan standar perilaku internasional, dan terintegrasi di seluruh organisasi dan diimplementasikan dalam hubungannya.
The World Business Council for Suitanable Development (WBCSD) mendefinisikan Corporate Social Responsibility sebagai suatu tindakan atau gerakan yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian dan kualitas hidup karyawan beserta keluarganya, serta
15 peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat yang ada di lingkungan sekitar perusahaan. Aktivitas Corporate Social Responsibility yang dilakukan oleh perusahaan bermanfaat dalam meningkatkan penjualan, meningkatkan citra perusahaan, dan membebaskan akuntabilitas organisasi atas dasar asumsi adanya kontrak sosial di antara organisasi dan masyarakat (Handayati, 2011).
2.1.4 Perkembangan CSR
Dalam lingkup internasional berkembang dengan pesat konsep CSR atau Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). IstilahbCSR itu sendiri telah mulai digunakan sekitar tahun 1970-an dan semakin popular terutama setelah lahir konsep pemikiran dari John Elkington yang dituangkan kedalam buku “Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business (1998)”. Menurut konsep tersebut, CSR dikemas kedalam tiga komponen prinsip yakni: Profit, Planet, dan People (3P). Dengan konsep ini memberikanopemahaman bahwa suatu perusahaan dikatakan baik apabila perusahaan tersebut tidak hanya memburu keuntungan saja (profit), melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people). Tanggung jawab pengelolaan perusahaan yang semula hanya kepada stockholders (pemilik/pemegang saham) bergeser pada stakeholders (pemilik, karyawan, pemerintah dan masyarakat luas).
CSR memuat nilai etika bisnis yangamenunjukkan perilaku etis dari perusahaan. Etika bisnis tersebut dianggap sudah ada sejak lama, namun konsep CSR didefinisikan secara resmi pada tahun 1953 dalam buku Social Responsibility of Bussinesmen yang ditulis Howard Browen. Ide dasar CSR yang dikemukakan Bowen mengacu pada kewajiban pelaku bisnis untuk menjalankan usahanya sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak dicapai masyarakat di lingkungan tempat perusahaan beroperasi. Bowen (1953) menggunakan istilah sejalan dalam konteks itu untukomeyakinkan dunia usaha tentang perlunya memiliki visi yang melampaui kinerja finansial perusahaan dan
mengemukakan prinsip-prinsip tanggung jawabpsosial perusahaan.
Prinsip-prinsip yang dikemukakannya mendapat pengakuan publik dan akademisi sehingga Howard R. Bowen dinobatkan sebagai ”Bapak CSR”
(Sukada, Sonny & Jalal, 2008).
2.1.5 Pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Pengungkapan adalah pengeluaran informasi yang ditujukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan dari pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility Disclosure) adalah agar perusahaan dapat menyampaikan tanggung jawab sosial yang telah dilaksanakan perusahaan dalam periode tertentu. Penerapan CSR dapat diungkapkan perusahaan dalan media laporan tahunan (annual report) perusahaan yang berisi laporan tanggung jawab sosial perusahaan selama kurun waktu satu tahun berjalan (Sari, 2012).
Association of Chartered Certified Accountans (ACCA) menyatakan bahwa pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan dalam laporan tahunan yang disebut Sustainability Reporting.
Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi.
Sustainability Report harus menjadi dokumen strategik yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang sustainable development yang membawanya menuju pada core business dan sektor industrinya Kristi (2013).
Pada aspek hukum, pemerintah di Indonesia selaku pembuat kebijakan telah mengeluarkan undang-undang yakni Pasal 74 UU Nomor 40 Tahun 2007 yang mengatur tentang kewajiban perusahaan agar mengalokasikan biaya untuk melaksanakan aktivitas CSR. Kewajiban tersebut ditujukan bagi perusahaan yang aktivitas bisnisnya di bidang
17 sumber daya alam dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam (Sharma, 2013:23 dan Solihin, 2009:166).
Penelitian ini menggunakan perhitungan standar aspek (Global Reporting Initiatives), GRI adalah sebuah organisasi nirlaba yang mempelopori kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial berkelanjutan.
merekomendasikan beberapa aspek lingkungan yang harus diungkap dalam annual report. Ada 91 item yang direkomendasikan oleh GRI G4 dan terdiri dari 6 aspek.
1. Ekonomi
Tema ini berisi 9 (sembilan) item yang mencakup laba perusahaan yang dibagikan untuk bonus pemegang saham, kompensasi karyawan, pemerintah, membiayai kegiatan akibat perubahan iklim serta aktivitas terkait ekonomi lainnya.
2. Lingkungan hidup
Tema ini berisi 34 (tiga puluh empat) item yang meliputi aspek lingkungan dari proses produksi, yang meliputi pengendalian polusi dalam menjalankan operasi bisnis, pencegahan dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber daya alam dan konversi sumber daya alam.
3. Ketenagakerjaan
Tema ini berisi 16 (enam belas) item yang meliputi dampak aktivitas perusahaan pada orang-orang dalam perusahaan tersebut. Aktivitas tersebut meliputi perekrutan, program pelatihan, gaji dan tuntutan, mutasi dan promosi dan lainnya.
4. Hak asasi manusia
Tema ini berisi 12 (dua belas) item yang mencakup berapa besar jumlah investasi yang melibatkan perjanjian terkait hak asasi manusia, pemasok dan kontraktor yang menjunjung hak asasi, kejadian yang melibatkan kecelakaan atau kriminal terhadap karyawan di bawah umur, dan aktivitas lainnya.
5. Kemasyarakatan
Tema ini berisi 11 (sebelas) item yang mencakup aktivitas kemasyarakatan yang diikuti oleh perusahaan, misalnya aktivitas yang terkait dengan kesehatan, pendidikan dan seni serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lainnya.
6. Tanggung jawab atas produk
Tema ini berisi 9 (sembilan) item yang melibatkan aspek kualitatif suatu produk atau jasa, antara lain keguanaan durability, pelayanan, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam iklan, kejelasan/kelengkapan isi pada kemasan, dan lainnya.
2.1.6 Agresivitas Pajak
Agresivitas pajak merupakan bagian dari manajemen pajak dalam hal perencanaan pajak (Tax Planning). Dimana jika dikaitkan dengan penghindaran atau penggelapan pajak, perencanaa agresivitas pajak lebih mengarah pada penghindaran pajak yang termasuk dalam tindakan legal dalam upaya untuk mengurangi pajak yang harus dibayarkan kepada perusahaan. Tindakan agresivitas pajak dipandang sebagai tindakan yang kurang berkenan karena tidak dapat mempengaruhi ekspetasi masyarakat. Pajak yang dipungut oleh pemerintah digunakan dalam membiayai pembangunan infrastruktur negara. Tindakan agresivitas pajak yang dilakukan perusahaan bukan hanya bersumber dari ketidaktaatan perusahaan dengan undang-undang perpajakan, namun tindakan agresivitas pajak dapat pula bertujuan untuk melakukan menghematan dengan memanfaatkan undang-undang sehingga sering kali agresivitas pajak disebut dengan tax sheltering atau tax avoidance (Ridha dan Martini, 2014). Perusahaan yang melakukan agresivitas pajak dalam teori legitimasi akan melakukan pengungkapan CSR yang lebih banyak di berbagai bidang (Deegan et al, 2002). Hal tersebut dilakukan untuk mengalihkan perhatian masyarakat. Selain itu, pengungkapan CSR yang lebih banyak juga membuat masyarakat berfikir bahwa perusahaan tidak hanya mementingkan kepentingan perusahaan, tetapi juga tetap
19 memperhatikan sekitarnya. Salah satu cara untuk mengukur perusahaan yang melakukan agresivitas pajak yaitu dengan mengukur ETR perusahaan. ETR merupakan besaran tarif pajak yang ditangguhkan oleh perusahaan. ETR dipilih sebagai proksi untuk menghitung agresivitas pajak karena ETR mampu memberikan gambaran menyeluruh mengenai perubahan beban pajak (Maharani dan Suardana, 2015).
Jenis-jenis tindakan agresivitas pajak yaitu : a. Perencanaan Pajak (Tax Planning).
Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan Suandy (2008: 6). Tujuannya adalah agar dapat dipilih jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak (Tax Planning) adalah untuk meminimalisasi kewajiban pajak. perencanaan pajak adalah suatu langkah yang tepat untuk perusahaan, dalam melakukan penghematan pajak atau tax saving sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan pajak, yaitu :
1) Tidak melanggar ketentuan perpajakan 2) Secara bisnis masuk akal, dan
3) Bukti pendukung memadai.
b. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Pada umumnya, ukuran kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan, biasanya diukur dan dibandingkan dengan besar kecilnya penghematan pajak (tax saving), penghindaran pajak (tax avoidance) dan penyelundupan pajak (tax evasion) yang kesemuanya itu bertujuan untuk meminimalkan beban pajak, melalui beberapa cara antara lain melaui pengecualian- pengecualian, pengurangan-pengurangan,
insentif pajak, penghasilan yang bukan objek pajak, penangguhan pengenaan pajak, pajak ditanggung negara sampai kepada kerja sama dengan apara perpajakan, suap-menyuap dan pemalsuan (Zain, 2008:
49). Penghindaran pajak adalah upaya penghindaran pajak yang dilakukan secara legal dan aman bagi wajib pajak karena tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan, dimana metode dan tehnik yang digunakan cenderung memanfaatkan kelemahan-kelemahan (grey area) yang terdapat dalam undang-undang dan peraturan perpajakan itu sendiri untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang (Pohan, 2013:
24).
c. Penggelapan pajak (Tax Evasion)
Penggelapan pajak merupakan pengurangan pajak yang dilakukan dengan melanggar peraturan perpajakan seperti member data-data palsu atau menyembunyikan data. Dengan demikian, penggelapan pajak dapat dikenakan sanksi pidana. Semakin banyak celah kelemahan- kelemahan dalam aturan pajak yang berlaku, maka perusahaan akan menjadi semakin melakukan tindakan agresivitas pajak (Erly Suandy, 2014: 16).
2.1.7 Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan salah satu bagian terpenting dalam perusahaan dimana ukuran perusahaan dapat mencerminkan kredibilitas perusahaan dengan salah satunya perusahaan tersebut selalu menjaga image perusahaan yang baik dimata masyarakat dan juga mengungkapkan informasi- informasi mengenai perusahaan yang relevan dan akurat, Oleh karenanya hal tersebut bertujuan untuk menarik perhatian masyarakat kepada perusahaan agar dipandang baik.
Cho et al (2010) dalam Lanis dan Richardson (2013) mengungkapkan bahwa ketika terdapat perusahaan dengan skala besar maka akan mengungkapkan tangung jawab sosial yang lebih banyak dibandingkan perusahaan yang memiliki sekala kecil pada annual report hal itu didasari oleh visibilitas perusahaan yang lebih besar dibandingkan
21 perusahaan yang memiliki visibilitas yang tergolong kecil. Hal tersebut menandakan bahwa size berdampak postif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial (Lanis dan Richardson, 2013).
2.1.8 Profitabilitas
Hery (2017:7) profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan laba dalam suatu periode tertentu . Rasio profitabilitas mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang diperoleh. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Tujuan dari didirikan suatu perusahaan yaitu memperoleh laba secara maksimal untuk para pemegang modal. Dalam mencari keuntungan, maka kegiatan operasional dimaksimalkan untuk mencapai laba yang diinginkan. Salah satu tantangan yang dihadapi suatu perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usahanya adalah dampak terhadap lingkungan dan sosial. Maka semakin tingginya laba suatu perusahaan yang dihasilkan, maka diharapkan dapat menjalankan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan baik oleh perusahaan tersebut (Oktariani, 2013).
2.1.9 Market To Book Ratio
Market to Book ratio merupakan cerminan apresiasi atau penilaian investor terhadap nilai buku sebuah perusahaan melalui harga saham.
Market to book ratio yang berasal dari neraca memberikan informasi tentang nilai bersih sumber daya perusahaan. Semakin tinggi market to book ratio, maka semakin baik pula penilaian investor terhadap nilai buku perusahaan. Market to book ratio merupakan rasio perbandingan harga saham di pasar dengan nilai buku saham yang di gambarkan di Neraca (Harahap, 2002:311)
2.2 Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan beberapa penelitian terdahulu sebagai bahan referensi. Adapun penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu Nama
Peneliti
Judul Penelitian Hasil Penelitian
Nur dan Priantinah (2012)
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility di Indonesia (Studi Empiris Pada Perusahaan Berkategori High Profile dan Low Profile Yang Listing di Bursa Efek Indonesia)
Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR.
Dewan komisaris dan leverage berepengaruh negatif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR
Kristi (2012) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Publik di Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan media exposure berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Sedangkan variabel profitabilitas dan kepemilikan saham oleh publik tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social
23 responsibility.
Dermawan dan Detiana (2014)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pengungkapan
Corporate Social Responsibility pada perusahaan tambang yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010- 2012.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas,
kepemilikan publik, dan leverage, dan pengungkapan media tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR , sedangkan ukuran perusahaan menunjukkan hasil berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.
Octaviana (2014)
Pengaruh agresivitas pajak perusahaan dengan corporate social responsibility (CSR):
untuk menguji teori legitemasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa agresivitas pajak perusahaan
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR Jessica dan
Toly (2014)
Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya pengaruh signifikan antara pengungkapan CSR terhadap agresivitas pajak. Namun jika pengungkapan pajak diuji secara bersama- sama dengan variabel kontrol antara lain ukuran perusahaan, leverage, capital intensity, researh &
development intensity, return on assets menunjukkan terdapat
pengaruh terhadap agresivitas pajak.
Indraswari dan Astika (2015)
Pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, dan kepemilikan saham
publik pada
pengungkapan CSR.
Hasilnya adalah variable profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh positif, sedangkan kepemilikan
saham publik
berpengaruh negatif pada pengungkpan CSR perusahaan.
Plorensia dan
Hardiningsi h (2015)
Pengaruh Agresivitas dan Media Exposure Terhadap Coporate Social Responsibility.
Hasil penelitian ini menunjukkan
agresivitas pajak berpengaruh signifikan positif terhadap CSR sedangkan media exposure berpengaruh signifikan positif terhadap CSR.
Amo-
Mensah, M.,
& Tench, R.
(2018).
Transnational
corporate social responsibility: Fact, fiction or failure?
Dengan ini diketahui bahwa perilaku perusahaan juga berpengaruh dalam menjaga tanggung jawab lingkungan global
Rendtorff, J. D. (2019).
Corporate Social Responsibility,
Sustainability, and Stakeholder
Management.
Dari penelitian ini diketahui bahwa peran csr dapat dipakai untuk penerapan etika administrasi publlik di satu perusahaan.
Amodu, N.
(2018).
Corporate Social Responsibility as
Catalyst for
Development:
Prospects and
Penelitian ini membahas mengenai efisiensi kerangka CSR di Nigeria; ini menggaris bawahi
25 Challenges in Nigeria. potensi perkembangan
dari praktek CSR dalam komunitas bisnis Nigeria.
Mazutis, D.,
& Zintel, C.
(2015).
Leadership and corporate
responsibility: A review of the empirical evidence.
Penelitian ini membutuhkan lebih banyak literatur pendukung, tetapi tetap dapat dilihat hubungan antara Kepemimpinan dan tanggung jawab perusahaan, dan mengusulkan jalan untuk penelitian di masa depan.
Felicia dan Rasmini (2015)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pengungkapan
Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan,
profitabilitas, leverage, dan tipe perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan
pengungkapan
corporate social responsibility pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012.
Augusto, L. (2017).
Corporate social responsibility in Portuguese companies:
online communication practices.
Dengan itu diketahui bahwa komunikasi dengan publik internal dan karyawan dapat berpengaruh pada antusias pajak terhadap tanggung jawab sosial perusahaan.
Lanis and Corporate Social Memberikan bukti
Richardso n (2012)
Responsibility and Tax Aggressiveness: An Empirical Analysis
empiris bahwa semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR suatu perusahaan, semakin rendah tingkat agresivitas pajak yang dilakukan.
Baaskoro, Rizky Bayu Aji (2015)
Analisis Pengaruh Agresivitas Pajak Terhadap
Pengungkapan
Corporate Social Responsibility: Untuk Menguji Teori Legitimasi
Hasil penelitian menunjukan bahwa agresivitas pajak perusahaan
berpengaruh secara positif terhadap pengungkapan CSR.
Hal ini membenarkan teori legitimasi dalam konteks agresivitas pajak.
2.3 Kerangka Penelitian
Berdasarkan data yang telah diperoleh, maka akan dilakukan penelitian tentang Pengaruh antara X1 (Agresivitas Pajak) terhadap Y (CSR), pengaruh X2 (Ukuran Perusahaan) terhadap Y (CSR), pengaruh X3 (Profitabilitas) terhadap Y (CSR), dan pengaruh X4 (Market to Book Ratio) terhadap Y (CSR).
Dari penjelasan tersebut, kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Agresivitas Pajak (X1) Ukuran Perusahaan (X2)
Profitabilitas (X3) Market to Book Ratio (X4)
CSR (Y) H1 +
H2+
H3+
H4+
27
2.4 Pengembangan Hipotesis
2.4.1 Pengaruh Agresivitas Pajak Terhadap CSR
Teori stakeholder menyatakan bahwa perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya harus mempertimbangkan kepentingan semua pihak yang terlibat dalam aktivitas operasi perusahaan.
Perusahaan seharusnya tidak mementingkan kepentingan investor dan kreditor saja tetapi juga harus mementingkan karyawan, konsumen, masyarakat dan juga lingkungannya (Ismawati, 2017:21). Kinerja perusahaan dikatakan baik apabila mampu memperoleh laba yang tinggi pada tahun berjalan. Laba perusahaan yang tinggi dapat diperoleh dengan cara meminimalkan beban-beban yang dimiliki oleh perusahaan.
Salah satu beban yang dimiliki oleh perusahaan adalah beban dalam membayar pajak.
Tindakan meminimalkan beban pajak atau agresivitas pajak di kalangan perusahaan-perusahaan besar sering terjadi, terutama di Indonesia. Perusahaan merasa terbebani dengan banyaknya beban yang ditanggung, misalnya kasus yang saat ini terjadi adalah perusahaan berusaha untuk menekan beban CSR perusahaan dengan meminimalkan beban pajaknya. Tindakan tersebut pada dasarnya tidak sesuai dengan harapan masyarakat dan memiliki dampak negatif terhadap masyarakat karena mempengaruhi kemampuan pemerintah dalam menyediakan barang publik (Lanis dan Richardson, 2013). Kewajiban dalam membayar pajak seharusnya dilaksanakan dengan baik oleh perusahaan.
Namun, banyak perusahaan justru melanggar peraturan perundang- undangan pajak dengan mengurangi pajak yang seharusnya dibebankan kepada perusahaan tersebut. Perilaku ini membuat manfaat pajak tidak maksimal dalam menyejahterakan masyarakat.
Menurut Deegan, et al (2002), teori legitimasi menunjukkan bahwa perusahaan yang agresif pajak akan cenderung mengungkapkan
Gambar 2. 1 Kerangka Model Penelitian
informasi tambahan terkait dengan kegiatan CSR di berbagai bidang dalam rangka meringankan perhatian publik serta mencari simpati dari masyarakat. Semakin tinggi tindakan agresivitas pajak yang dilakukan oleh perusahaan, diharapkan perusahaan dapat memaksimumkan pengungkapan CSR.
Lanis dan Richardson (2013) dalam Plorensia dan Hardiningsih (2015) menguji tentang hubungan CSR dengan Agresivitas Pajak ditemukan secara konsisten menunjukan hubungan positif dan signifikan Agresivitas Pajak perusahaan dan pengungkapan CSR yang membenarkan teori legistemasi dalam konteks agresivitas pajak.
Sementara Deegan, et al (2002) menguji hubungan antara pengungkapan CSR dengan peliputan media Favorable dan Unvaforable pada perusahaan yang melakukan Agresivitas Pajak menemukan bahwa CSR mempunyai efek yang signifikan positif terhadap keberadaan liputan media unfavorable, penelitian lain yang dilakukan oleh Plorensia dan Hardiningsih (2015) menemukan bahwa agresivitas pajak berpengaruh terhadap CSR.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diajukan Hipotesis:
H1 : Agresivitas Pajak berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.
2.4.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap CSR
Ukuran perusahaan merupakan gambaran besar kecilnya perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan variabel penduga, perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang lebih kecil Lie Sha (2014). (Oyelere dalam Kristi, 2013) menyatakan bahwa semakin besar suatu perusahaan akan semakin disorot oleh para stakeholder. Dalam kondisi demikian perusahaan membutuhkan upaya yang lebih besar untuk memperoleh legitemasi stakeholder dalam rangka menciptakan keselarasan nilai-nilai sosial dari kegiatannya dengan norma perilaku yang ada dalam masyarakat. Perusahaan yang lebih besar
29 cenderung mengungkapkan informasi CSR yang lebih luas dalam laporan tahunan karena perusahaan besar berupaya untuk meningkatkan pandangan masyarakat mengenai kinerja perusahaan. Oleh karena itu semakin besar perusahaan akan semakin berkepentingan untuk mengungkapkan informasi yang lebih luas.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Felicia dan Rasmini (2015), Nur dan Priantinah (2012), Indraswari dan Astika (2015), Kristi (2012), Dermawan dan Detiana (2014), dan Jessica dan Toly (2014) menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diajukan Hipotesis:
H2 : Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.
2.4.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap CSR
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal bisnisnya. Tujuan operasional dari sebagian perusahaan adalah untuk memaksimalkan profit, baik profit jangka pendek maupun profit jangka panjang. Suatu perusahaan yang memiliki profit besar harus aktif melakukan CSR. Dengan profitabilitas yang tinggi, akan memberikan kesempatan yang lebih kepada manajemen dalam mengungkapkan serta melakukan program CSR. Oleh karena itu semakin tinggi tingkat profitabilitas maka akan semakin besar pengungkapan CSR.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Felicia dan Rasmini (2015), Indraswari dan Astika (2015), Octaviana (2014) menunjukkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diajukan Hipotesis:
H3 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.