• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GAYA HIDUP TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI RSUD Dr.H. KUMPULAN PANE TEBING TINGGI TAHUN 2014

N/A
N/A
Della Saputri

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH GAYA HIDUP TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI RSUD Dr.H. KUMPULAN PANE TEBING TINGGI TAHUN 2014"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di India misalnya, jumlah penderita hipertensi mencapai 60,4 juta orang pada tahun 2002 dan diperkirakan mencapai 107,3 ​​juta orang pada tahun 2025. Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, dimana jumlah kunjungan pasien hipertensi pada tahun 2012 sebanyak 1.153 (rata-rata 96 per bulan).

Permasalahan

Tujuan Penelitian

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Hipotesis Penelitian

Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya hidup (aktivitas fisik, pola makan, istirahat dan riwayat merokok) terhadap kejadian hipertensi di RSUD Dr.H.

TINJAUAN PUSTAKA

Hipertensi

  • Definisi Hipertensi
  • Patofisiologi
  • Manifestasi Klinis
  • Komplikasi
  • Penatalaksanaan
  • Epidemiologi Hipertensi
  • Faktor Risiko Hipertensi
  • Pencegahan Hipertensi

Gejala ini bisa diawali oleh penderita hipertensi dengan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Melalui olahraga isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-60 menit/hari) dapat menurunkan resistensi perifer yang akan menurunkan tekanan darah.

Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi untuk Usia  ≥ 18 Tahun
Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi untuk Usia ≥ 18 Tahun

Gaya Hidup

  • Pengertian Gaya Hidup
  • Aktifitas Fisik
  • Pola Makan
  • Kebiasaan Istirahat
  • Riwayat Merokok

Semakin ringan jantung bekerja maka tekanan pada arteri akan semakin berkurang sehingga tekanan darah akan turun (Marliani, 2007). Pola makan yang buruk akan menimbulkan berbagai gangguan seperti kolesterol tinggi, peningkatan tekanan darah dan peningkatan kadar gula (Sediaoetama, 2006). Pola makan kaya buah dan sayur, mengurangi asupan natrium, rendah lemak dan kolesterol dapat menurunkan tekanan darah (Lawrence, 2002).

Konsumsi lemak mempunyai pengaruh yang kuat terhadap risiko penyakit kardiovaskular seperti jantung koroner dan stroke, efek lain pada lipid darah, trombosis, tekanan darah tinggi (Tamher, 2009). Beberapa penelitian membuktikan bahwa tekanan darah akan meningkat secara signifikan setelah merokok selama kurang lebih 30 menit.

Landasan Teori

Jika satu batang rokok dikonsumsi dalam sepuluh isapan asap rokok, maka seorang perokok 20 batang rokok (satu bungkus) per hari akan mengalami 70.000 isapan asap rokok dalam setahun.

Kerangka Konsep

Hasil analisis uji regresi logistik berganda juga menunjukkan bahwa variabel gaya hidup yaitu pola makan dengan p-value 0,000 (p<0,05) dan istirahat dengan p-value 0,040 (p<0,05) berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi. di Dr. .H Rumah Sakit Daerah. Koleksi Panel Tebing Tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ini mempunyai pengaruh yang paling signifikan terhadap prevalensi hipertensi di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi. Pengaruh pola makan terhadap kejadian hipertensi di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi.

Pengaruh kebiasaan istirahat terhadap kejadian hipertensi di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi. Ada pengaruh pola makan, kebiasaan istirahat dan merokok terhadap kejadian hipertensi pada Dr.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan desain studi kasus kontrol dengan pemilihan kasus hipertensi dan kontrol non hipertensi.

Lokasi dan Waktu Penelitian

  • Lokasi Penelitian
  • Waktu Penelitian

Populasi dan Sampel

  • Populasi
  • Sampel
  • Tekhnik Pengambilan Sampel

Pencocokan dilakukan berdasarkan usia, yaitu dewasa awal (20–34 tahun), dewasa menengah/tengah (35–55 tahun), dan dewasa akhir (56–70 tahun) atau lanjut usia dan jenis kelamin untuk sampel kontrol.

Tabel 3.1. Nilai Odds Rasio Beberapa Variabel dari Penelitian Terdahulu
Tabel 3.1. Nilai Odds Rasio Beberapa Variabel dari Penelitian Terdahulu

Metode Pengumpulan Data

Uji validitas menggunakan Pearson Product Moment, kemudian diuji dengan SPSS, periksa interpretasi dan indeks korelasi. Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu kriteria atau nilai menunjukkan tingkat reliabilitas atau validitas suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antar variabel dalam analisis reliabilitas dengan melihat nilai korelasi item yang dikoreksi, dengan ketentuan jika dihitung r- nilainya > r tabel, maka dinyatakan valid dan sebaliknya (Hidayat, 2010). Berdasarkan hasil uji validitas variabel gaya hidup (pola makan, aktivitas fisik, kebiasaan istirahat), hasil korelasi menunjukkan bahwa seluruh item mempunyai korelasi > 0,361, sehingga dapat dikatakan item instrumen pengukuran valid dan dapat digunakan dalam mengumpulkan data penelitian.

Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat menunjukkan keakuratan dan dapat dipercaya dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha yaitu menganalisis reliabilitas suatu alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan ketentuan jika nilai r Alpha > r tabel, maka dinyatakan reliabel (Riyanto 2009). Dari hasil uji reliabilitas variabel gaya hidup terlihat nilai Cronbach’s Alpha > konstan (0,6), oleh karena itu kuesioner dikatakan reliabel.

Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Variabel Gaya Hidup (Aktifitas Fisik, Pola Makan,  Kebiasaan Istirahat)
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Variabel Gaya Hidup (Aktifitas Fisik, Pola Makan, Kebiasaan Istirahat)

Variabel dan Definisi Operasional

Metode Pengukuran

Metode Analisis Data

  • Analisis Univariat
  • Analisis Bivariat
  • Analisis Multivariat

Berdasarkan hasil statistik pengaruh pola makan terhadap kejadian hipertensi ditemukan 49 subjek (70%) dengan pola makan buruk pada kelompok kasus, sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 15 subjek (21,4%) . dengan pola makan yang buruk. Hasil pengaruh istirahat terhadap kejadian hipertensi menunjukkan terdapat 27 subjek (38,6%) yang kurang istirahat pada kelompok kasus, dan 15 subjek (18,6%) yang kurang istirahat pada kelompok kontrol. . istirahat yang cukup. Hasil persamaan regresi logistik berganda menunjukkan bahwa apabila pola makan (X1) dan istirahat (X2) diperbaiki ke arah yang lebih baik maka akan menyebabkan penurunan angka kejadian hipertensi di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi. RSUD.

Artinya, semakin buruk pola makan dan kebiasaan istirahat, maka kejadian hipertensi akan meningkat sebesar 33%. Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi di Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara Manado.

Tabel 3.5.  Odd Ratio/ OR              Penyakit
Tabel 3.5. Odd Ratio/ OR Penyakit

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Lokasi Penelitian

Hasil analisis pengaruh riwayat merokok terhadap kejadian hipertensi menunjukkan bahwa pada kelompok kasus terdapat 15 orang (21,4%) dengan riwayat merokok, sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 5 orang (7,1%) dengan riwayat merokok. riwayat merokok. riwayat merokok. 0,05 yang berarti terdapat pengaruh antara variabel riwayat merokok dengan prevalensi hipertensi dengan OR sebesar 3,54 (95% CI menunjukkan bahwa responden yang menderita hipertensi mempunyai kemungkinan 3,5 kali lebih besar untuk memiliki riwayat merokok dibandingkan dengan responden yang memiliki riwayat merokok. tidak menderita hipertensi Berdasarkan hasil analisis regresi Model logistik berganda ini dapat ditentukan model persamaan regresi logistik berganda yang dapat menginterpretasikan variabel independen yaitu gaya hidup (pola makan, istirahat dan kebiasaan merokok) yang mempengaruhi prevalensi hipertensi pada RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi sebagai berikut.

Uji statistik regresi logistik berganda menunjukkan nilai p = 0,015 (p<0,05) yang berarti variabel kebiasaan istirahat berpengaruh terhadap kejadian hipertensi dengan OR CI. Hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di Klinik Penyakit Dalam RS Raden Said Sukanto Jakarta.

Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Penderita Berdasarkan Umur, Jenis  Kelamin, Pendidikan, dan Pekerjaan
Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Penderita Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Pekerjaan

Analisis Univariat

Analisis Bivariat

Kemudian pada kelompok kasus (42,9%) dengan aktivitas fisik cukup sebanyak 30 orang, sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 37 orang (52,9%) dengan aktivitas fisik cukup. Kemudian pada kelompok kasus (30%) dengan pola makan baik sebanyak 21 orang, sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 55 orang (78,6%) dengan pola makan baik. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05 artinya terdapat pengaruh antara variabel pola makan dengan kejadian hipertensi, dengan OR sebesar 8,55 (CI 95% menunjukkan responden yang menderita hipertensi hipertensi mempunyai kemungkinan 8,5 kali lebih besar untuk melakukan diet, tidak lebih baik dibandingkan responden yang tidak menderita tekanan darah tinggi.

Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,000 < 0,15 yang berarti terdapat pengaruh antara variabel istirahat dengan kejadian hipertensi dengan OR sebesar 2,75 (95% CI menunjukkan responden menderita hipertensi mempunyai kemungkinan kurang istirahat 2,7 kali lebih besar dibandingkan responden yang menderita hipertensi. Kemudian pada kelompok kasus terdapat 55 orang (78,6%) yang tidak memiliki riwayat merokok, sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 65 orang (92,9%) yang tidak memiliki riwayat merokok. merokok.

Tabel 4.3. Pengaruh Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi di RSUD Dr. H.
Tabel 4.3. Pengaruh Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi di RSUD Dr. H.

Analisis Multivariat

Dari hasil uji multivariat dengan menggunakan regresi logistik berganda diketahui bahwa variabel bebas yaitu pola makan, istirahat dan kebiasaan merokok mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat yaitu kejadian hipertensi. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik berganda pada variabel istirahat diperoleh nilai OR CI yang menunjukkan bahwa responden yang menderita hipertensi mempunyai kemungkinan 2,2 kali lebih besar untuk kurang istirahat dibandingkan dengan responden yang tidak menderita hipertensi.

Tabel 4.4. Pengaruh Pola Makan, Istirahat dan Kebiasaan Merokok terhadap  Kejadian Hipertensi di RSUD Dr
Tabel 4.4. Pengaruh Pola Makan, Istirahat dan Kebiasaan Merokok terhadap Kejadian Hipertensi di RSUD Dr

Population Attribute Risk

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Manan dan Rismayanti (2012) di Bangkala Kabupaten Jeponto Makassar yang menyatakan bahwa aktivitas fisik merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi dengan OR = 2,67. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2009) di Klinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Raden Said Sukanto Jakarta yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan dengan kejadian hipertensi pada Penyakit Dalam. Poliklinik Kedokteran RS Raden Said Sukanto Jakarta dengan nilai p-value = 0,000 dan nilai chi-square hitung sebesar 8,325. Temuan penelitian ini juga sejalan dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Bidjuni dan Malara (2013) di Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara gaya hidup ditinjau dari konsumsi makanan dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2009) di Klinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Raden Said Sukanto Jakarta yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan istirahat dengan kejadian hipertensi pada pasien. Klinik Penyakit Dalam RS Raden Said Sukanto Jakarta dengan p value = 0,017. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2009) di Klinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Raden Said Sukanto Jakarta yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada Klinik Penyakit Dalam RS Raden Said Sukanto Jakarta dengan p value = 0,004.

PEMBAHASAN

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin,

Artinya mereka berada di usia dewasa akhir, pada usia tersebut arteri-arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, oleh karena itu setiap detak jantung darah dipaksa melewati pembuluh yang lebih sempit dari biasanya sehingga menyebabkan peningkatan tekanan. Dilihat dari jenis kelamin penderita hipertensi, mayoritas responden adalah perempuan yaitu sebanyak 43 orang (61,4%) dan laki-laki sebanyak 27 orang (38,6%). Hal ini disebabkan karena wanita setelah menopause tidak terlindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan HDL, dimana HDL berperan penting dalam mencegah aterosklerosis.

Pada tingkat pendidikan, sebagian besar responden mempunyai pendidikan dasar/menengah yaitu sebanyak 41 orang (58,6%) dan pendidikan tinggi sebanyak 29 orang (41,4%). Artinya, pendidikan sebagian besar pasien masih tergolong rendah sehingga pemahaman mereka terhadap kesehatan masih kurang.

Pengaruh Gaya Hidup terhadap Kejadian Hipertensi

  • Pengaruh Aktifitas Fisik terhadap Kejadian Hipertensi
  • Pengaruh Pola Makan terhadap Kejadian Hipertensi di
  • Pengaruh Kebiasaan Istirahat terhadap Kejadian

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suparto (2010) di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar Surakarta yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi (α = 0,05), dengan P. nilai = 0,732. Hasil penelitian pada variabel pola makan menunjukkan bahwa responden pada kelompok kasus mempunyai persentase pola makan buruk tertinggi sebesar 70% dan pola makan baik sebesar 30%, sedangkan pada kelompok kontrol persentase pola makan baik tertinggi sebesar 78,6% dan pola makan baik. pola makan sebanyak 78,6%, pola makan buruk sebanyak 21,4%. Hasil penelitian variabel kebiasaan merokok menunjukkan bahwa responden pada kelompok kasus mempunyai kebiasaan merokok sebesar 21,4% dan kebiasaan tidak merokok sebesar 78,6%, sedangkan pada kelompok kontrol persentase tertinggi adalah kebiasaan bukan perokok sebesar 92,9%. dan kebiasaan merokok sebesar 92,9%, 7,1%.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Xianglan Zhang, et al., dan Sheps, Sheldon G (2005) yang menyatakan bahwa merokok merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi (OR. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bidjuni dan Malara (2013) di Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara.

Keterbatasan Penelitian

Kelompok Pane Tebing Tinggi mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan memberikan konsultasi gizi tentang hipertensi dengan pendekatan personal dan memberikan pelayanan kepada penderita hipertensi untuk menurunkan angka kejadian hipertensi. Masyarakat hendaknya memahami prevalensi hipertensi dan faktor gaya hidup yang mempengaruhinya sehingga dapat melakukan upaya pencegahan dan pengendalian hipertensi secara mandiri dengan memperbaiki pola makan, terutama dengan mengurangi daging dan makanan berlemak. Kementerian Kesehatan RI.Jakarta.-http://www.depkes.go.id/index.php/-berita/press-release/810-hipertensi penyebab-kematian-nomor-tiga.html.

Pengaruh Karakteristik dan Gaya Hidup Kelompok Dewasa Madya Terhadap Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbaga Hasundutan. Apakah Anda melakukan aktivitas olah raga ≥ 30 menit sehari (aerobik, bersepeda, jogging, dan lain-lain (mohon sebutkan)? 3. Apakah Anda melakukan aktivitas sehari-hari seperti pekerjaan rumah tangga, mencuci, membersihkan rumah, bekerja di kantor, mengajar), dll. (sebutkan) .

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

83% kasus hipertensi dapat dicegah dengan memperbaiki faktor risiko yaitu pola makan yang buruk.

Saran

Hipertensi Akibat Gangguan Ginjal, Guru Besar Teknologi Pangan dan Gizi IPB, http/www.yahoo,com, diakses 7 Januari 2014. Faktor Risiko Hipertensi pada Operator SPBU di Jakarta, Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol.XII No 2, Jakarta. Sugiharto A., 2007, Faktor Resiko Hipertensi Derajat II Pada Masyarakat di Kabupaten Karanganyar, Skripsi Undip, Semarang.

Faktor risiko yang paling berkontribusi terhadap kejadian hipertensi pada masyarakat di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar Surakarta.

Nilai Odds Rasio Variabel dari Penelitian Terdahulu

Hasil Uji Validitas Gaya Hidup

Hasil Uji Reabilitas Gaya Hidup

Nama Variabel, Cara Ukur, Alat Ukur, dan Skala Ukur

Odd Ratio/ OR

Distribusi Karakteristik Penderita Berdasarkan Umur, Jenis

Distribusi Gaya Hidup terhadap Kejadian Hipertensi

Pengaruh Gaya Hidup terhadap Kejadian Hipertensi di RSUD Dr

Pengaruh Pola Makan, Istirahat, dan Kebiasaan Merokok terhadap

Pengaruh Pola Makan dan Istirahat terhadap Kejadian Hipertensi

Gambar

Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi untuk Usia  ≥ 18 Tahun
Gambar 2.1. Gambar Kerangka Teori Penyakit tidak Menular (Kenneth  J.Royhman,1990)
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Aktivitas Fisik
Tabel 3.1. Nilai Odds Rasio Beberapa Variabel dari Penelitian Terdahulu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Offering a damning critique of Japanese colonialism, Driscoll brings to our attention the overwhelming and omnipresent nature of Japanese capitalism run amok and its subsequent effects

Hubungan Gaya Hidup Kebiasaan Istirahat Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Darussalam Medan Hasil penelitian hubungan gaya hidup kebiasaan istirahat dengan