Laporan 3 Praktikum Fisiologi Lingkungan
PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat pelaksanaan Praktikum Fisiologi Lingkungan
Oleh :
ULMI RAMAYUNITA 2108104010015
PROGRAM STUDI SARJANA BIOLOGI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUA ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA, BANDA ACEH MEI, 2024
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dalam berbagai cara oleh lingkungan.
Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan merangsang tanaman untuk berbunga dan menghasilkan benih. Kebanyakan spesies tidak akan memasuki masa reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan belum mencapai tahapan yang matang untuk berbunga. Pertumbuhan suatu tanaman yang diproduksi akan selalu dipengaruhi oleh factor dalam maupun factor luar dari tanaman itu sendiri.
Factor dalam dari tanaman itu adalah genetika dari tanaman tersebut terekspresikan melalui pertumbuhan sehingga diperoleh hasil, sedangkan factor luarnya adalah factor biotik maupun abiotic yang meliputi unsur-unsur yang menjadii pengaruh pada kualitas dan kuantitas produksi alam, antara lain iklim, curah hujan, kelembaban, intensitas cahaya, kesuburan tanah, serta ada tidaknya hama dan penyakit. Oleh sebab itu, mengetahui factor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tentunya menjadi sangat bermanfaat. Untuk dapat memanfaatkan unsur-unsur tersebut secara optimal maka perlu adanya perlakuan khusus pada tanaman tersebut, antara lain pengolahan tanah, pemilihan bibit atau varietas unggul, pengaturan kebutuhan benih pada petak, pengaturan jarak tanam, pengaturan pemupukan, pengaturan air irigasi, pengendalian hama dan penyakit, hingga akhirnya diperoleh hasil panen atau produksi pertanian
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari pertumbuhan tanaman yang disimpan di environmental chamber dengan tempat terbuka
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Latar BelakangSetiap makhluk hidup yang ada di bumi pasti mengalami proses tumbuh dan berkembang, termasuk tanaman.Pertumbuhanditandai dengan bertambahnyaukuran, bentuk, dan jumlah, pada tanaman seperti pertambahan tinggi, jumlahdaun dan lebar daun. Selain pertumbuhan tanaman juga mengalami perkembanganyang dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif (bentuk dan sifat) organismeatau bagiannya yang melibatkan perubahan struktur serta fungsi yang lebihkompleks. Pola pertumbuhan pada tanaman sendiri dapat dilihat dari kurvasigmoid selama musim tanam atau masa hidupnya. Untuk mendukung pertumbuhan berjalan dengan baik maka tanaman perlu melakukan fotosintesisyang memproduksi gula (karbohidrat) pada tumbuhan dengan menggunakanenergi matahari (Ratini et al., 2012).
Analisis pertumbuh tanaman adalah analisis yang digunakan untukmemperoleh ukuran kuantitatif dalam mengikuti dan membandingkan pertumbuhan tanaman, dalam aspek fisiologis maupun ekologis, baik secaraindifidu maupun pertanaman (Indradewa dan Rogomulyo. 2012). Dalam analisis pertumbuhan tanaman dilakukan dengan pengukuran bahan kering. . Pengukuran bahan kering dilakukan karna mewakili kemampuan tanaman dalam mengikatenergi dari cahaya matahari melalui proses fotosintesis, serta interaksinya denganfaktor-faktor lingkungan
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 .WAKTU DAN TEMPAT
praktikum di laksanakan di laboratorium fisiologi hewan pada april 2024
3.2. ALAT DAN BAHAN
Alat -alat yang di gunakan pada praktikum ini adalah,pot plastik,kertas milimeter Bahan -bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah,biji jagung, biji kacang hijau, biji kacang merah dan tanah atau media tanam
3.3. CARA KERJA
Sediakan 6 polybag berukuran kecil yang sudah berisi media tanam bervolume 3/4 bagian dari polybag,pilih bibit jagung,kacang hijau dan kacang merah yang baik yang sudah di rendam dalam air selama semalam , tanamkan biji jagung ,biji kacang hijau dan kacang merah pada polybag masing-masing 3 biji, simpan masing-masing polybag di dalam kertas mika yang berbeda warna sebanyak 3 dan di tempat terbuka 3 , tananam yang di di siram setiap hari selama seminggu, dan lakukan pengamatan terhadap tinggi batang , jumlah daun dan ukuran daun ssamapi 1 minggu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PERCOBAAN
Berdasarkan praktikum yang telang di lakukan di dapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Biji Jagung
No Pengukuran Ulangan Sinar Merah Sinar Biru Sinar Ungu
1 Tinggi
batang 1 - - -
2 - - 0.5 cm
3 - - -
2 Jumlah Daun 1 - - -
2 - - 3
3 - - -
3 Ukuran Daun 1 - - -
2 - -
1. Daun A Panjang = 9.8 cm Lebar = 1.1 cm 2. Daun B
Panjang = 14.3 cm Lebar = 0.5 cm 3. Daun C
Panjang = 4.9 cm Lebar = 0.5 cm
3 - - -
Tabel 2. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Biji Kacang Merah
No Pengukuran Ulangan Sinar Merah Sinar Biru Sinar Ungu
1 Tinggi
batang
1 - - -
2 - - -
3 - - -
2 Jumlah Daun 1 - - -
2 - - -
3 - - -
3 Ukuran Daun 1 - - -
2 - - -
3 - - -
Tabel 3. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau
No Pengukuran Ulangan Sinar Merah Sinar Biru Sinar Ungu
1 Tinggi
batang
1 19,8cm 23,2cm 23cm
2 25,4cm 18,1cm 22,5cm
3 21cm 25cm 21,7cm
2 Jumlah Daun 1 2 2 2
2 2 2 2
3 2 2 2
3 Ukuran Daun
1
1. Daun A Panjang = 1.7 cm
Lebar = 0.8 cm 2. Daun B Panjang = 1.5 cm
Lebar = 0.7 cm
1. Daun A Panjang = 2.5 cm
Lebar = 0.6 cm 2. Daun B Panjang = 2 cm Lebar = 0.8 cm
1. Daun A Panjang = 2 cm Lebar = 0.8 cm 2. Daun B Panjang = 1.8 cm
Lebar = 0.9 cm
2
1. Daun A Panjang = 2.1 cm
Lebar = 0.6 cm 2. Daun B Panjang = 1.7 cm
Lebar = 0.8 cm
1. Daun A Panjang = 2.6 cm
Lebar = 1 cm 2. Daun B Panjang = 1.3 cm
Lebar = 0.5 cm
1. Daun A Panjang = 2.6 cm
Lebar = 1 cm 2. Daun B Panjang = 2.5 cm
Lebar = 1.3 cm
3
1. Daun A Panjang = 2.4 cm
Lebar = 1 cm 2. Daun B Panjang = 2 cm Lebar = 1.3 cm
1. Daun A Panjang = 2 cm Lebar = 0.9 cm 2. Daun B Panjang = 2.3 cm
Lebar = 1 cm
1. Daun A Panjang = 2.7 cm
Lebar = 1.3 cm 2. Daun B Panjang = 2.5 cm
Lebar = 1.4 cm
4.2. PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang sudah di praktikum kan pada pertumbuhan kacang merah yang di tutup mika warna biru, merah dan ungu tidak mengalami pertumbuhan , bibit kacang merah berjamur di karenakan lembab nya tanah serta kurang nya terkena sinar matahari , Dalam ilmu fisika terdapat suatu besaran yang disebut intensitas cahaya.
Intensitas cahaya merupakan banyaknya cahaya yang diperoleh tanaman per satuan luas dan waktu. Menurut Sudomo (2019), intensitas cahaya yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah dapat menghambat pertumbuhan tanaman karena mempengaruhi kinerja sel-sel stomata daun pada proses tranportasi.
Sinar matahari adalah sumber energi kehidupan manusia. Pada proses pertumbuhan tanaman memang membutuhkan sinar matahari. Tanaman dapat tumbuh dengan optimal apabila memperoleh sinar matahari yang memadai. Intensitas cahaya matahari adalah jumlah sinar matahari yang diserap atau diterima oleh tanaman. Dalam
proses tumbuhnya suatu tanaman sangat membutuhkan intensitas cahaya yang cukup.
Dikatakan demikian karena diperlukan sinar matahari yang intens untuk penyatuan karbondioksida dan air secara terus-menerus untuk membentuk karbohidrat sebagai sumber energi bagi tumbuhan (Lukitasari, 2010). Santoso (1990) berpendapat bahwa bagian dari sinar matahari yang bermanfaat bagi tanaman adalah intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan lama penyinaran. Jika suatu tanaman kekurangan intensitas cahaya, maka daun akan menyerap jumlah cahaya yang rendah. Intensitas cahaya yang rendah juga menyebabkan daun pada tumbuhan lebih besar namun tipis, stomata berukuran lebih besar, menipisnya lapisan pada sel epidermis, serta memiliki daun dan ruang antarsel lebih banyak (Pantilu et al., 2012).
Kadar karotenoid dan nitrogen dapat meningkat dikarenakan suatu tanaman menerima intensitas cahaya matahari berlebih yang mengakibatkan semakin terbukanya permukaan daun pada tanaman, dan dapat menyebabkan kandungan klorofil pada daun menurun. Ada tanaman yang tumbuh optimal ketika menerima cahaya matahari (heliofit) dan tumbuhan yang tumbuh optimal ketika menerima sedikit cahaya matahari (skiofit) (Lukitasari, 2019).
Karakteristik pertumbuhan tanaman setiap perlakuan pada tanaman di perngaruhi oleh cahaya matahari sehingga ada yang batang nya tumbuh tapi memeliki batang yang pendek serta ada memiliki batang yang panjang tetapi memeliki daun yang kecil dan sedikit ,serta ada tanaman yang yang memeiliki daun yang keriting atau mengkerut.
Kekurangan cahaya akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Selain itu, kekurangan cahaya saat perkecambahan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi dimana batang kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan bewarna pucat (tidak hijau). dikarenakan Semua ini terjadi tidak adanya cahaya sehingga dapat memaksimalkan fungsi auksin untuk pemanjangan sel-sel tumbuhan. Sebaliknya, tumbuhan yang tumbuh di tempat terang menyebabkan tumbuhan tumbuh lebih lambat dengan kondisi relative pendek, daun berkembang baik lebih lebar, lebih hijau, tampak lebih segar dan batang kecambah lebih kokoh.( Maghfiroh, J. 2017)
Berdasarkan teori spektrum cahaya, spektrum cahaya warna merah memiliki gelombang cahaya antara 640-660 nm. Spektrum warna merah inilah yang paling efektif bagi klorofil untuk melakukan fotosíntesis dan pertumbuhan (Erviani,2013). Klorofil adalah pigmen warna hijau yang terdapat pada kloroplas. Pada organ yang terkena
cahaya, kloroplas muda akan aktif membelah. Klorofil-a dan klorofil-b pada tanaman merupakan pigmen utama fotosíntesis. Klorofil-a menyerap cahaya merah, biru, violet dan memantulkan cahaya hijau sedangkan klorofil-b menyerap cahaya biru–orange dan memantulkan cahaya hijau–kuning. Hal ini yang menyebabkan pigmen ini terlihat berwarna hijau (Ardiyani et al., 2013).
BAB V KESIMPULAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut.
1. Kacang merah yang ditutp mika berwarna tidak tumbuh dan berjamur
2. Pertumbuhan di pengaruhi oleh cahaya matahari serta warna mika juga mempegaruhi pertumbuhan tanaman
3. Lembab nya media tanam membuat tanaman tidak tumbuh serta berjamur
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ardiyani, .( 2013). Pelita Perkebunan. Pertumbuhan Planlet Coffea arabica L. pada Pencahayaan Berbagai pada Warna Tahap Perkecambahan Embrio Somatik In Vitro. 28 (3) : 145 –153
Erviani, L. (2013). Gelombang Cahaya. Erlangga, Jakarta
Harpenas, Asep & R. Dermawan. (2014). Budidaya Cabai Unggul.Jakarta: Penerbit Swadaya.
Pantilu, L. I, F. R. Mantiri, N. S. Ai, dan D. Pandiagan. (2012). Respons Morfologi dan Anatomi Kecambah Kacang Kedelai (Glycinenmax (L.) Merill) terhadap Intensitas Cahaya yang Berbeda (Morphological and Anatomical Responses of The Soybean (Glycine max (L.) Merill) Sprouts to The Different Light Intensity.
Jurnal Bioslogos. 2(2):79-87.
Lukitasari, M. (2019). Ekologi Tumbuhan. Madiun : IKIP PGRI Press.
Prihantini, N. B., B. Putri, dan R. Yuniati. (2015). Pertumbuhan Chlorella spp. dalam Medium Ekstrak Tauge (MET) dengan Variasi pH Awal. Makara Journal of Science. 9(1): 1-6.
Maghfiroh, J. (2017). Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman.
Jurnal Pendidikan Biologi. 51-57. Ningsih, R. S. M. 2019. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Kacang Merah.
Jurnal Agroswagati. 7(1):
Laporan 5 praktikum fisiologi lingkungan
EFEK AEROSOL TERHADAP TUMBUHAN ANGIOSERM
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat guna pelaksanaan praktikum Fisiologi Lingkungan
Oleh:
ULMI RAMAYUNITA 2108104010015
PROGRAM STUDI SARJANA BIOLOGI JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA, BANDA ACEH
MEI, 2024
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Aerosol adalah partikel mikroskopis, baik cair atau padat, yang ada di lingkungan.
Beberapa sangat kecil sehingga tidak terlihat oleh mata manusia dan terbuat dari molekul yang lebih kecil. Ada yang terlihat, namun ukurannya masih sangat kecil. Ukuran partikel menentukan periode waktu yang dihabiskannya di udara. Partikel yang lebih kecil dapat bertahan lebih lama di udara. Gravitasi menyebabkan partikel yang lebih besar mengendap di tanah.
Aerosol dapat disebabkan oleh proses alami, seperti debu dari daerah kering, garam dari laut, atau partikel yang dihasilkan oleh kebakaran hutan. Aerosol juga disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti polusi udara dan pembakaran bahan bakar fosil.(kruger 2012)
Semprotan aerosol adalah jenis sistem pelepasan yang menyebabkan kabut aerosol dalam bentuk partikel cair. Penggunaannya bisa melalui kaleng aerosol, berisi propelan bertekanan dan muatan. Saat katup wadah tidak terkunci, muatan akan keluar dari lubang kecil dan muncul ke permukaan sebagai kabut atau aerosol. Selama pemuaian propelan untuk mengeluarkan muatan, hanya terjadi penguapan beberapa propelan di dalam kaleng, sehingga tekanan tetap dipertahankan. Partikel atau tetesan yang sangat halus dibiarkan tersuspensi karena penguapan cepat tetesan propelan di luar kaleng, sehingga meningkatkan bahaya kaleng aerosol (chylek 2019)
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan apakah penyemprotan aerasol mempunyai efek yang sama terhadap tumbuhan dikotil dam monokotil dan untuk menentukan apakah beberapa bahan kimia tertentu dapat bersifat lebih lethal terhadap tumbuhan dibandingkan dengan bahan kimia lainnya.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Semprotan aerosol memungkinkan pelepasan senyawa organik yang mudah menguap (VOC) ke atmosfer. Pelepasan ini memfasilitasi pencemaran lingkungan akibat interaksi VOC dengan oksida nitrogen. Reaksi ini menyebabkan terbentuknya lapisan ozon.
Selain itu, molekul ozon di permukaan tanah menimbulkan potensi ancaman terhadap lingkungan. Hal ini karena mereka juga dapat berinteraksi dengan sinar ultraviolet matahari untuk mengintensifkan pembentukan ozon di permukaan tanah, sehingga meningkatkan lapisan ozon pada hari-hari cerah.
Dengan mempertimbangkan dampak semprotan aerosol terhadap lingkungan, ingatlah juga bahwa tabung aerosol, dengan cara yang sama, meningkatkan polusi udara dan produksi kabut asap. VOC dalam tabung aerosol secara besar-besaran mengurangi visibilitas di lingkungan karena adanya kabut asap. Polutan gas tersebar luas di udara karena banyak nitrogen oksida yang dihasilkan seperti emisi industri dan kendaraan.Selanjutnya, tempat-tempat yang mengalami terlalu banyak kabut asap pada akhirnya menimbulkan terjadinya kabut asap regional. Kondisi tersebut merupakan salah satu dampak buruk kabut asap terhadap lingkungan karena kabut asap semakin parah pada lingkungan cuaca yang stagnan. Kondisi serupa terjadi pada hari-hari yang cerah.
( breguier 2020)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum ini di lakukan di laboratorium fisiologi hewan, FMIFA ,universitas syiah kuala
3.2 ALAT DAN BAHAN
Alat -alat yang di gunakan pada praktikum ini adalah pot bunga ,
Bahan bahan yang di gunakan pada praktikum ini adalah tumbuhan monokotil ,tanah, dan cairan aerosol.
3.3 CARA KERJA
Isilah masing-masing pot bunga dengan tanah kebun, tanamlah biji-biji dikotil pada lima (5) buah pot, dan biji-biji monootil pada lima buah pot lainnya. Kemudian Siramlah masing-masing pot secukupnya agar dapat tumbuh normal. Apabila tanaman telah tumbuh mencapai ketinggian 6 hingga 8 cm, kerjakanlah selanjutnya sebagai berikut:
a. Labellah 5 buah pot bunga dengan D1, D2, D3, D4 dan D5 dan labellah 5 buah pot yang lain dengan M1, M2, M3, M4 dan M5, Janganlah menyemprot pot bunga D1 dan M1. Pot- pot ini akan dipakai sebagai kontrol. c. Semprotlah tanaman yang terdapat pada pot bunga D2 dan M2 dengan menggunakan “Right Guard Deodorant” satu kali. Semprotlah pot bunga D3 dan M3 dengan “Right Guard Deodorant” pada saat waktu yang sama setiap hari selama 3 hari berturut-turut. e. Semprotlah pot D4 dan M4 dengan “Style Hair Spray”
satu kali. f. Semprotlah pot D5 dan M5 dengan “Style Hair Spray” pada saat waktu yang sama setiap hari selama 3 hari berturut-turut. g. Pemakaian “semprotan” harus dalam jumlah yang sama sebanyak mungkin, dengan memegang “kaleng” berjarak 10-15 cm di atas tanaman. h. Amati dan catatlah datanya (gejala) setiap hari selama 2 minggu sesudah penyemprotan pertama.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PERCOBAAN
Berdasarkan praktikum yang telah di lakukan di dapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1. Pengamatan Efek Aerosol Terhadap Tumbuhan Angiosperm
No Tanaman Larutan Spray Perlakuan Gejala yang Tampak 1 Jagung (Merk) Hair Mist Kontrol Tidak ada gejala
Penyemprotan
1x Daunnya layu dan
berminyak Penyemprotan
3x
Daunnya sangat layu dan berminyak (hampir mati) 2 Kacang
Merah (Merk) Body Mist Kontrol Tidak ada gejala Penyemprotan
1x
Daun s Penyemprotan
3x
Daun 3 Kacang
Hijau (Merk)
PelicinPakaian Kontrol Tidak ada gejala Penyemprotan
1x
Daun sedikit layu namun masih kerhijauan Penyemprotan
3x
Daun menguning dan sangat layu 4.2. PEMBAHASAN
Larutan seperti body mist, hair mist, dan pelicin pakaian mengandung berbagai bahan kimia yang dirancang untuk aplikasi kosmetik atau penggunaan rumah tangga.
Ketika digunakan pada tanaman angiosperma (tanaman berbunga), bahan kimia ini dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan tanaman tersebut. Berikut adalah penjelasan mengenai pengaruh masing-masing jenis larutan terhadap pertumbuhan angiosperma, Body mist dan hair mist umumnya mengandung alkohol, pewangi, pengawet, dan bahan tambahan lain seperti pelembap. Alkohol dapat mengeringkan jaringan tanaman, dan pewangi atau pengawet kimia mungkin beracun bagi tanaman. Pengeringan dan Kerusakan Jaringan: Alkohol dapat mengeringkan daun dan batang tanaman, menyebabkan dehidrasi dan kerusakan jaringan.Toksisitas: Beberapa bahan kimia dalam pewangi dan pengawet mungkin bersifat fitotoksik, mengganggu proses fotosintesis, respirasi, atau pertumbuhan sel.Penurunan Pertumbuhan: Paparan bahan kimia ini dapat
menghambat pertumbuhan tanaman, mengurangi laju fotosintesis, dan menyebabkan kematian sel atau jaringan.( dutton 2018)
Pelicin pakaian biasanya mengandung bahan pelembut seperti silikon atau quaternary ammonium compounds, pewangi, dan surfaktan.,lapisan penutup,silikon atau bahan pelembut lainnya dapat membentuk lapisan pada permukaan daun, mengurangi transpirasi dan menghambat penyerapan CO2, yang diperlukan untuk fotosintesis.Gangguan stomata ,lapisan ini juga bisa menyumbat stomata (pori-pori kecil pada daun) sehingga mengganggu pertukaran gas.Toksisitas surfactan dan bahan kimia lain dalam pelicin pakaian dapat merusak sel tanaman, menyebabkan stres oksidatif, dan mengganggu fungsi fisiologis normal. Larutan body mist, hair mist, dan pelicin pakaian mengandung bahan kimia yang tidak dirancang untuk kontak dengan tanaman dan dapat mempengaruhi pertumbuhan angiosperma secara negatif. Bahan kimia ini dapat menyebabkan pengeringan, toksisitas, gangguan pada proses fisiologis, dan penurunan laju fotosintesis, yang semuanya berkontribusi pada penurunan kesehatan dan pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, penting untuk menghindari penggunaan atau paparan bahan-bahan ini pada tanaman untuk menjaga kesehatan dan pertumbuhan optimal mereka. ( britter 2020)
BAB V KESIMPULAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut.
1. Zat eerosol dapat menghambat pertumbuhan pada tanaman
2. Bodi mist , hair mist dan pewaangi pakaian , mengandung alkohol yang dapat menghambat pertumbuhan ,sehingga tumbuhan akan mati
3. Zat aerosol juga memliki zat zat yang berbahaya bagi pertumbuhan tanaman
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Breguier, J.L.; Pawlowska, H.; Schuller, L.; Preusker, R.; Fischer, J.; and Fouquart, Y., (2020). Radiative Properties of Boundary Layerclouds: Droplet Effective Radius Versus Number Concentration, J. Atmos. Sci., 57, 803-821.
Chylek, P.; G.B. Lesins; G. Videen; J.G.D. Wong; R.G. Pinnick; D. Ngo; J.D. Klett, (2019). Black Carbon and Absorption of Solar Radiation By Clouds. J. Geophys.
Res., 101, 23 365-23 371.
Dutton, E.G.; J.R. Christy, (2018). Solar Radiative Forcing at Selected Locations and Evidence for Global Lower Tropospheric Cooling Following the Eruptions of El Chichón and Pinatubo. Geophysical Research Letters, 19, p. 2313-2316.
Britter, (2019). A Review of the Characteristics of Nanoparticles in the Urban Atmosphere and Prospects for Developing Regulatory Controls. Atmospheric Environment, 44.
Krüger, O.; Graßl, H., (2012). The Indirect Aerosol Effect Over Europe. Geophys. Res.
Lett., 29.
PENGARUH LARUTAN DETERJEN PADA KEHIDUPAN TUMBUHAN
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat guna pelaksanaan praktikum Fisiologi Lingkungan
Oleh:
ULMI RAMAYUNITA 2108104010015
PROGRAM STUDI SARJANA BIOLOGI JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA, BANDA ACEH
MEI, 2024
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Deterjen merupakan campuran zat kimia yang berguna bagi Kehidupan kita, umumnyadeterjen berfungsi sebagai pembersih pakaian, namun juga masih ada banyak manfaat Yangbisa di Dapatkan dari deterjen, namun di samping manfaat nya juga ada hal negatifnyayang dapat ditimbulkan ketika seseorang tidak bertanggung jawab dalam pemakaian nya.Indonesia merupakan negara dengan populasi terbanyak ke-4 didunia, tak sedikit dariPopulasinya juga membuang limbah deterjen ke sungai dan sumber air lainnya setelahdigunakan, sehingga hal ini dapat menyebabkan pengaruh terhadap kehidupan yang ada didalamnya Hydrilla, Hydrilla adalah Genus dari tumbuhanair, adalah asli dari perairan dingin dan hangat dariDunia Lama di Asia, Eropa, Afrikadan Australia, dengan distribusi yang tersebar dan jarang,Ciri ciri hydrilla adalah Batangnya dapat tumbuh hingga panjang 1–2 m.Daun diatur dalamwhorl sejumlah 2-8 disekitar batang, setiap daun masing-masing panjangnya 5–20 mm dan lebarnya 0,7–2 mm,dengan gerigi kecil di sepanjang tepi daun.
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM Praktikum ini bertujuan untuk ,
1. Menyebut konsentrasi larutan deterjen minimum yang mempengaruhi proses fotosintesis.
2. Menyebutkan konsentrasi larutan deterjen minimum yang menghentikan proses fotosintesis.
3. Menyebutkan faktor-faktor yang berpengaruh pada proses fotosintesis tumbuhan air dalam larutan deterjen.
4. Membuat hipotesis faktor-faktor tersebut di atas pada proses fotosintesis.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Deterjen adalah salah satu alat pembersih yang semakin meningkat pemakaiannya sejalan laju pertumbuhan penduduk dan industri. Dampak akan ditimbulkan bila air buangan yang mengandung deterjen langsung adalah pencemaran dan gangguan ekosistem perairan dan tanah akan terjadi (Diena Widyastuti, 2018). Perkembangan industri memberikan dampak positif yaitu memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, tetapi di lain pihak membawa dampak negative yang ditimbulkan yaitu air limbah deterjen tersebut. Salah atu kandungannya yaitu gugus alkil benzene, gugus ini sangat stabil sehingga sulit diuraikan oleh bakteri, deterjen ionik merupakan agen pelarut yang kuat dan cenderung membuat deneturasi protein yang ada pada akhirnya merusak aktifitas dari fungsi protein (Irwan & Cahyani 2018). Deterjen termasuk dalam golongan polutan toksik yang berupa bahan-bahan yang tidak alami dan dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan, tingkah laku, dan karakteristik morfologi berbagai organisme darat maupun akuantik (Sayyidatun & Selvi, 2018).
Dampak negative pada tanaman bawang merah (Allium cepa) yang diamati akar primordial tidak tumbuh dengan optimal, adanya kelebihan dalam penambahan larutan yang menjadikan tanamn stress. Terhambatnya pertumbuhan akar primordial bawang merah (Allium cepa) dikerenakan adanya surfaktan dan builders. Adanya surfaktan menyebabkan busa-busa dipermukaan air sehingga menurunkan oksigen terlarut (Lobban
& Harrison, 2019). Pertumbuhan suatu tanaman atau tumbuhan sangatlah penting untuk menunjang kelangsungan hidupnya dan suatu tanaman atau tumbuhan tidak akan lepas dari keberdaan beberapa faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa gen, cadangan makanan, dan hormone, sedangkan faktor eksternal berupa hara mineral, air, suhu, dan cahaya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum ini di laksanakan pada hari rabu , mei 2024 di lab fisioligi hewan FMIPA Universitas SYIAH KUALA
3.2. ALAT DAN BAHAN
Alat – alat yang di gunakan pada praktikum ini adalah, gelas kimia 400cm atau botol bening, corong kaca atau plastik, kawat 15 cm , gelas ukur,pipet tetes,tally caunter,stopwatch,
Bahan -bahan yang di gunakan pada praktikum ini adalah, tanaman Hydrilla fertisillata ,larutan deterjen 1% , dam ait secukupnya.
3.3. CARA KERJA
Ukurlah air sebanyak 300 cm3 dengan gelas ukur atau alat ukur lainnya. Isilah tabung reaksi dengan air yang sudah diukur tadi sampai penuh. tuangkan sisanya ke dalam gelas kimia , masukkan sebatang tanaman Hydrilla fertisillata ke dalam gelas kimia.,susunlah kawat sedemikian rupa sehingga dapat menyangga corong dengan tegak lurus,dengan hati-hati masukkan tabung reaksi yang penuh dengan air ke dalam corong (lihat gambar) jagalah jangan sampai air terpercik keluar gelas kimia, lakukan hal yang sama pada gelas kimia yang kedua. Tempatkan di tempat yang mendapat sinar matahari langsung, gelas kimia diberi perlakuan dengan penambahan larutan deterjen 1% secara bertahap. gelas yang kedua tidak diberi perlakuan dan berfungsi sebagai kontrol (pembanding)
untuk memudahkan, berilah tanda yang berbeda untuk kedua gelas kimia tersebut ,hitunglah banyaknya gelembung permenit yang keluar dari ujung batang kedua gelas kimia. Setelah lima menit tambahkan pada gelas kimia pertama 1/4 cm3 larutan deterjen 1% dan kocoklah dengan hati-hati air dalam gelas kimia tadi (pengocokan dilakukan setiap kali setelah penambahan dengan larutan deterjen 1%).bila banyaknya gelembung permenit setelah diberi perlakuan 1/4 cm3 larutan deterjen 1% konstan, tambahkan lagi ke dalamnya 1/4 cm3 larutan deterjen 1%. bila pengaruh penambahan sekian kali 1/4 cm3 telah jelas (dilihat dari penurunan jumlah gelembung yang timbul) maka penambahan
berikutnya adalah 1 cm3.demikian seterusnya. Penambahan larutan deterjen 1% dilakukan setelah gelembung permenit konstan. Jumlah larutan deterjen 1% yang ditambahkan disesuaikan dengan pengurangan jumlah gelembung permenit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PERCOBAAN
Berdasarkan praktikum yang telah di lakukan di dapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengaruh Larutan Deterjen Terhadap Daya Fotosintesis Hydrilla verticulata
No Waktu Jumlah Gelembung
Kontrol Deterjen 1% Deterjen 2%
1 5 Menit 10 1224 40
2 10 Menit 31 200 47
3 15 Menit 35 150 67
4 20 Menit 77 114 99
5 25 Menit 91 100 123
6 30 Menit 55 27 76
4.2. PEMBAHASAN
Konsentrasi larutan deterjen yang dapat menghentikan proses fotosintesis bervariasi tergantung pada jenis deterjen, jenis tanaman, dan kondisi lingkungannya.
Namun, untuk memberikan gambaran umum, beberapa studi menunjukkan bahwa bahkan konsentrasi yang sangat rendah dari deterjen dapat berdampak negatif pada fotosintesis.Studi laboratorium telah menunjukkan bahwa konsentrasi deterjen sebesar 1- 10 ppm (parts per million) dapat mulai mengganggu proses fotosintesis pada beberapa jenis tanaman air dan alga. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, misalnya 50-100 ppm, efeknya bisa lebih signifikan, menyebabkan kerusakan pada membran sel dan gangguan pada klorofil, yang merupakan pigmen penting dalam fotosintesis.Efek spesifik dapat bervariasi, dan untuk menentukan konsentrasi minimum yang menghentikan fotosintesis secara pasti, eksperimen khusus dengan jenis deterjen dan tanaman yang dimaksud perlu dilakukan. Studi toksikologi dan ekotoksikologi dapat memberikan data yang lebih rinci dan relevan untuk kasus tertentu. Pada praktikum ini kita lihat bahwa terjadinya penurunan fotositesis terjadi pada larutan deterjen 1% tetapi pada larutan deterjen gelembung udura mengalami kenaikan bukan penurunan sehingga deterjen sangat mempergaruhi laju fotosintesis.
BAB V KESIMPULAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut.
1. Deterjen berpengaruh pada laju fotosintesis
2. Penurunan fotosintesis terjadi pada larutan deterjen 1%
3. Deterjen memiliki senyawa yang dapat menghentikan fotosintesis dan membuat tumbuhan layu
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Lobban & Harrison. (2019). Seaweed Ecology And Physiology. Cambridge: Cambridge University Press.
Najah, S., & Pratiwi, S. H. P. (2018). Pengaruh Pencemaran Limbah Detergen terhadap Biota Air. Jurnal EnviScience (Environment Science), 1(1).
Effendi, I., & Tanjung, C. F. (2018) Growth of Heterotrophic Bacteria in Sea Water Contaminated with Rinso Detergent. Asian Journal of Aquatic Sciences, 1(1), 40- 44.