• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, SPESIALISASI INDUSTRI AUDITOR, AUDIT TENURE, DAN LEVERAGE TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN DI PERUSAHAAN SEKTOR KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2018-2022

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, SPESIALISASI INDUSTRI AUDITOR, AUDIT TENURE, DAN LEVERAGE TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN DI PERUSAHAAN SEKTOR KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2018-2022"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN DI PERUSAHAAN SEKTOR KEUANGAN YANG

TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2018-2022

Skripsi

Untuk Memenuhi Sebagaimana Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S1

Program Studi Akuntansi

Nur Sugiarti Dwi Rahayu Nim: 31401900128

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI SEMARANG

2023

(2)

INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN DI PERUSAHAAN SEKTOR KEUANGAN YANG

TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2018-2022

Skripsi

Untuk Memenuhi Sebagaimana Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S1

Program Studi Akuntansi

Nur Sugiarti Dwi Rahayu Nim: 31401900128

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI SEMARANG

2023

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vi

institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, spesialisasi industri auditor, audit tenure, leverage terhadap integritas laporan keuangan. Populasi yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Perusahaan Sektor Keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2018-2022. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan diperoleh 70 sampel. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari laporan tahunan. Metode analisis data menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Hasil analisis penelitian menunjukan bahwa kepemilikan manajerial, komisaris independen, dan leverage terbukti berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Untuk variabel komite audit berpengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan. Namun untuk variabel kepemilikan institusional, spesialisasi industri auditor, dan audit tenure tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Sedangkan secara simultan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, spesialisasi industri auditor, audit tenure, leverage berpengaruh secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan.

Kata kunci : kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, spesialisasi industri auditor, audit tenure, leverage, integritas laporan keuangan.

(8)

vii

managerial ownership, audit committee, independent commissioner, auditor industry specialization, audit tenure, leverage on the integrity of financial statements. The population used in this research is Financial Sector Companies listed on the IDX in 2018-2022. Sampling using purposive sampling and obtained 70 samples. This research uses secondary data from annual reports. The data analysis method uses multiple linear regression analysis methods. The results of the research analysis show that managerial ownership, independent commissioners, and leverage have a proven positive effect on the integrity of financial statements. For the audit committee variable, it has a negative effect on the integrity of financial statements. But for the variables of institutional ownership, auditor industry specialization, and audit tenure have no effect on the integrity of financial statements. While simultaneously institutional ownership, managerial ownership, audit committee, independent commissioner, auditor industry specialization, audit tenure, leverage have a significant effect on the integrity of financial statements.

Keywords : institutional ownership, managerial ownership, audit committee, independent commissioner, auditor industry specialization, audit tenure, leverage, integrity of financial statements

(9)

viii

juga leverage sebagai determinan integritas laporan keuangan. Ada tujuh variabel bebas yang digunakan karena diindikasikan mampu mempengruhi integritas laporan keuangan yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, spesialisasi industri auditor, audit tenure, dan leverage. Kondisi pada saat laporan keuangan yang disajikan berada dalam kondisi yang sebenarnya tanpa menyembunyikan apapun, konsisi ini disebut dengan integritas laporan keuangan. Grand Theory yang dipakai pada penelitian ini ialah teori keagenan. Terdapat tujuh hipotesis yang telah ditentukan yaitu variabel kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan, variabel kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan, variabel komite audit berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan, variabel komisaris independen berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan, variabel spesialisasi industri auditor berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan, variabel audit tenure berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan, dan variabel leverage berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

Perusahaan sektor keuangan dipilih sebagai populasi penelitian, dengan pengumpulan sampel memakai metode purposive sampling. Terdapat 106 data perusahaan namun hanya 14 data perusahaan yang terpilih sesuai dengan kriteria penelitian, sehingga sampel penelitian hanya memperoleh data sebanyak 70 data.

(10)

ix 26.

Berdasarkan pengujian hipotesis, diperoleh kesimpulan bahwa kepemilikan manajerial, komisaris independen, dan leverage terbukti secara positif mempengaruhi integritas laporan keuangan. Untuk variabel komite audit secara negatif mempengaruhi integritas laporan keuangan. Namun untuk variabel kepemilikan institusional, spesialisasi industri auditor, dan audit tenure tidak mempengaruhi integritas laporan keuangan.

(11)

x

Penulis panjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat terselesaikannya penulisan skripsi dengan judul

“Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Spesialisasi Industri Auditor, Audit Tenure, Dan Leverage Terhadap Integritas Laporan Keuangan Di Perusahaan Sektor Keuangan Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2018-2022” dengan baik.

Tujuan dari penyusunan skripsi ini ialah sebagai pelengkap salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana (S1) pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Selain itu, penulisan ini juga dibuat sebagai wujud implementasi ilmu yang sudah diperoleh selama masa perkuliahan.

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, bimbingan, masukan dari banyak pihak. Sehingga, pada kesempatan ini penulis ingin menuturkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak berikut:

1) Bapak Prof. Dr. Heru Sulistyo, SE., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung.

2) Ibu Provita Wijayanti SE, M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung.

3) Bapak Dedi Rusdi, SE, M.Si., Ak., CA, CRP selaku Wakil Rektor II Universitas Islam Sultan Agung sekaligus Dosen Pembimbing. Beliau

(12)

xi

selama masa perkuliahan telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

5) Staf tata usaha serta pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung yang membantu penulis dalam segala keperluan administrasi dan lainnya.

6) Kedua orang tuaku tercinta, mamah Emi dan bapak Kimin yang selalu memberikan do’a, kasih sayang, nasihat, dukungan, dan semangat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan baik.

Penulis berharap agar bisa menjadi anak yang dibanggakan.

7) Saudara tersayang, mba Ayu dan Nugroho yang senantiasa mendoakan, memberi saran, dan semangat kepada penulis.

8) Teman-teman E3 khususnya Rara, Niska, Okta, Tiwi, Nadia, Najma, Malinda, dan Lia yang selalu memberi bantuan dan memberi keceriaan kepada penulis selama ini.

9) Dan untuk semua pihak yang sudah memberi bantuan dan memberi dukungan kepada penulis, namun tidak dapat penulis sebutkan namanya.

Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang memerlukannya. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih belum sempurna, hal ini disebabkan karena terbatasnya pengetahuan dan pengalaman

(13)
(14)

xiii

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN UNGGAH KARYA ILMIAH ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

RINGKASAN ... viii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 10

1.4 Tujuan Penelitian ... 10

1.5 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

2.1 Landasan Teori ... 13

(15)

xiv

2.2.2 Corporate Governance ... 17

2.2.2.1 Pengertian Corporate Governance ... 17

2.2.2.2 Prinsip Corporate Governance ... 17

2.2.2.3 Mekanisme Corporate Governance ... 18

2.2.2.3.1 Kepemilikan Institusional ... 18

2.2.2.3.2 Kepemilikan Manajerial ... 19

2.2.2.3.3 Komite Audit ... 20

2.2.2.3.4 Komisaris Independen ... 22

2.2.3 Spesialisasi Industri Auditor ... 23

2.2.4 Audit Tenure ... 24

2.2.5 Leverage ... 25

2.3 Penelitian Terdahulu ... 27

2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis Dan Pengembangan Hipotesis... 31

2.4.1 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Integritas Laporan Keuangan ... 31

2.4.2 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Integritas Laporan Keuangan ... 32

2.4.3 Pengaruh Komite Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan ... 33

2.4.4 Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Integritas Laporan Keuangan ... 33

(16)

xv

2.5 Kerangka Penelitian ... 36

BAB III METODE PENELITIAN... 38

3.1 Jenis Penelitian ... 38

3.2 Populasi Dan Sampel ... 38

3.2.1 Populasi ... 38

3.2.2 Sampel ... 39

3.3 Sumber Dan Jenis Data ... 39

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.5 Variabel Dan Indikator ... 40

3.5.1 Variabel Dependen ... 40

3.5.2 Variabel Independen ... 41

3.5.2.1 Kepemilikan Institusional ... 41

3.5.2.2 Kepemilikan Manajerial ... 42

3.5.2.3 Komite Audit ... 42

3.5.2.4 Komisaris Independen ... 43

3.5.2.5 Spesialisasi Industri Auditor ... 43

3.5.2.6 Audit Tenure ... 44

3.5.2.7 Leverage ... 44

3.6 Teknik Analisis ... 45

3.6.1 Statistik Deskriptif ... 45

(17)

xvi

3.6.2.3 Uji Multikolonieritas ... 46

3.6.2.4 Uji Heteroskedastisitas ... 47

3.6.3 Model Regresi Linear Berganda ... 48

3.6.4 Uji Hipotesis ... 48

3.6.4.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 48

3.6.4.2 Uji Determinasi (R2) ... 49

3.6.4.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1 Deskripsi Sampel ... 50

4.2 Analisis Data ... 51

4.2.1. Statistik Deskriptif ... 51

4.2.2. Uji Asumsi Klasik ... 55

4.2.2.1. Uji Normalitas... 55

4.2.2.2. Uji Autokorelasi ... 58

4.2.2.3. Uji Multikolonieritas... 59

4.2.2.4. Uji Heteroskedastisitas ... 59

4.2.3. Model Regresi Linear Berganda ... 60

4.2.4. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 63

4.2.5. Uji Determinasi (R2) ... 63

4.2.6. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) ... 64

(18)

xvii

4.3.2 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Integritas Laporan

Keuangan ... 69

4.3.3 Pengaruh Komite Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan ... 69

4.3.4 Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Integritas Laporan Keuangan ... 71

4.3.5 Pengaruh Spesialisasi Industri Auditor Terhadap Integritas Laporan Keuangan ... 71

4.3.6 Pengaruh Audit Tenure Terhadap Integritas Laporan Keuangan ... 73

4.3.7 Pengaruh Leverage Terhadap Integritas Laporan Keuangan ... 74

BAB V PENUTUP ... 75

5.1 Kesimpulan ... 75

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 76

5.3 Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

LAMPIRAN ... 83

(19)

xviii

Tabel 4. 1 Kriteria Pemilihan Sampel ... 50

Tabel 4. 2 Statistik Deskriptif (Sebelum Hapus Outlier Data)... 51

Tabel 4. 3 Statistik Deskriptif (Setelah Hapus Outlier Data) ... 51

Tabel 4. 4 Uji Normalitas (Sebelum Hapus Outlier Data) ... 56

Tabel 4. 5 Uji Normalitas (Setelah Hapus Outlier Data) ... 57

Tabel 4. 6 Uji Autokorelasi (Setelah Hapus Outlier Data) ... 58

Tabel 4. 7 Uji Multikolonieritas (SetelahHapus Outlier Data) ... 59

Tabel 4. 8 Uji Heteroskedastisitas (Setelah Hapus Outlier Data) ... 60

Tabel 4. 9 Analisis Regresi Linear Berganda... 61

Tabel 4. 10 Hasil Uji F ... 63

Tabel 4. 11 Hasil Uji Determinasi (R2) ... 64

Tabel 4. 12 Hasil Uji T ... 64

(20)

xix

Gambar 4. 1 Hasil Uji Outlier Variabel Integritas Laporan Keuangan... 56 Gambar 4. 2 Asil Uji Outlier Variabel Kepemilikan Institusional... 57

(21)

xx

Lampiran 2. Daftar Sampel Perusahaan ... 85 Lampiran 3. Hasil Tabulasi Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Komite Audit, dan Komisaris Independen ... 86 Lampiran 4.Hasil Tabulasi Spesialisasi Industri Auditor, Audit Tenure, Leverage, Dan Integritas Laporan Keuangan. ... 88 Lampiran 5. Hasil Olah Data ... 90 Lampiran 6. Laba Perusahaan & Jabatan Ketua Komite Audit ... 94

(22)

1 1.1 Latar Belakang

Menurut Lubis (2017) laporan keuangan merupakan hasil dari pencatatan setiap transaksi keuangan yang terjadi dalam perusahaan selama tahun buku yang bersangkutan. Lubis (2017) juga mengemukakan beberapa standar kualitas dalam laporan keuangan yaitu dapat dipahami, relevan, materialitas, reliabilitas, substansi mengungguli bentuk, pertimbangan yang sehat, kelengkapan, dapat dibandingkan, tepat waktu, dan harus seimbang antara biaya dan manfaat.

Laporan keuangan dibuat untuk menyediakan informasi tentang keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi pengguna dalam mengambil keputusan ekonomi dan bagi siapa saja yang membutuhkan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu. Sehingga laporan keuangan yang disajikan harus memberikan informasi yang sebenarnya dan berintegritas. Namun pada praktiknya yang terjadi di Indonesia, masih banyak kasus mengenai manipulasi informasi dalam pembuatan laporan keuangan yang berakibat diragukannya integritas laporan keuangan perusahaan.

Contoh kasus manipulasi laporan keuangan yang terjadi beberapa tahun terakhir yang dikutip dari CNN Indonesia (2019) yaitu kasus PT Garuda Indonesia (Persero). Awal mula kasus ini terjadi yaitu pada saat dilakukannya RUPS pada tanggal 24 April 2019 yang salah satu agendanya mengesahkan laporan keuangan tahunan 2018. Namun terdapat dua komisaris yang menolak

(23)

untuk menandatangani laporan keuangan tersebut. Hal ini terjadi karena PT Garuda mencatat pendapatan dari kerjasama dengan PT Mahata Aero Teknologi sekitar US$ 239,94 juta atau Rp 3.48 triliun, padahal seharusnya dana tersebut masih berbentuk piutang untuk kontrak 15 tahun kedepan. Sehingga PT Garuda memperoleh laba bersih sebesar US$ 809 ribu padahal tahun sebelumnya memperoleh kerugian sebesar US$ 216,58 juta

Contoh kasus lainnya yang dikutip dari CNN Indonesia (2020) yaitu mengenai PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Awal mula kasus ini terjadi dimulai pada tahun 2006, pada saat itu kementrian BUMN dan OJK menyatakan nilai ekuitas Jiwasraya tercatat negatif sebesar Rp 3,29 triliun. Kemudian pada tahun 2008, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan opini disclaimer (tidak memberikan pendapat) untuk laporan keuangan Jiwasraya tahun 2006-2007 karena penyajian informasi cadangan tidak bisa diyakini kebenarannya. Kemudian defisit menjadi semakin tinggi sebesar Rp 5,7 triliun ditahun 2008 dan menjadi Rp 6,3 triliun di tahun 2009.

Untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi, Jiwasraya melakukan beberapa upaya yaitu melanjutkan skema reasuransi tahun 2010-2012, dan meluncurkan produk JS Proteksi Plan pada tahun 2012. Kemudian tahun 2017 keuangan Jiwasraya membaik karena meraih pendapatan dari produk JS Proteksi Plan yang mencapai Rp 21 triliun dan memperoleh kenaikan laba sebesar 37,64 % daripada tahun 2016. Namun ternyata terdapat kejanggalan pada laporan keuangan tahun 2017, dimana seharusnya laba yang diperoleh RP 428 miliar namun yang disajikan dalam laporan keuangan sebesar Rp 2,4 triliun.

(24)

Pada 2018, menteri BUMN mengumpulkan direksi untuk membahas potensi gagal bayar perseroan dan meminta BPK dan BPKP melakukan audit investigasi terhadap Jiwasraya. Tahun itupun masyarakat mulai tahu masalah likuiditas Jiwasraya, lalu perseroan mengumumkan tidak dapat membayar klaim polis jatuh tempo nasabah atas produk JS Proteksi Plan sebesar Rp 802 miliar.

Aset perseroan tercatat hanya sebesar Rp 23,26 triliun, sedangkan kewajiban sebesar Rp 50,5 triliun.

Jika dilihat dari kasus yang terjadi pada PT Garuda Indonesia dan PT Asuransi Jiwasraya (Persero), laporan yang disajikan terungkap adanya ketidakjujuran dan adanya pelanggaran prinsip akuntabilitas sehingga integritas yang dimiliki rendah. Integritas laporan keuangan berkaitan dengan informasi akuntansi yang disajikan harus jujur dan terhindar dari kesalahan material yang dapat menyesatkan para pengguna laporan keuangan khususnya pemangku kepentingan dalam mengambil keputusan ekonomi (Wahyuni, 2022).

Dalam Penelitian ini faktor yang dapat mempengaruhi integritas laporan keuangan yaitu mekanisme corporate governance, spesialisasi industri auditor, audit tenure, dan leverage yang diambil dari penelitian Yendrawati & Hidayat (2021) dan Novianti & Isynuwardhana (2021). Agar integritas laporan keuangan perusahaan terpenuhi maka perlu menerapkan corporate governance yang baik.

Semakin baik perusahaan menerapkan corporate governance maka diharapkan dapat mengurangi perilaku manajemen yang bersifat oportunistik sehingga laporan keuangan yang disajikan dapat berintegritas tinggi. Mekanisme corporate

(25)

governance dalam penelitian ini terdiri dari kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, dan komisaris independen.

Kepemilikan institusional merupakan salah satu mekanisme untuk meningkatkan integritas laporan keuangan. Suatu perusahaan yang memiliki kepemilikan institusional seperti pemerintah, bank, atau lembaga lainnya dari dalam maupun luar negeri dapat meningkatkan pengawasan terhadap kinerja manajemen sehingga terhindar dari tindakan manipulasi. Hal ini sejalan dengan penelitian Yendrawati & Hidayat (2021) dan Nizam et al. (2022) bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Namun berbeda dengan penelitian Priharta (2017) dan Ramadani &

Triyanto (2020) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Kepemilikan institusional tidak mampu untuk melakukan pengawasan yang intensif untuk mewujudkan laporan keuangan yang berintegritas.

Kepemilikan saham oleh manajemen dapat meningkatkan integritas laporan keuangan perusahaan dan dapat mengatasi masalah keagenan, dimana manajemen memiliki dua peran di dalam perusahaan yaitu sebagai pemilik dan sebagai pengelola perusahaan. Manajemen yang memiliki saham di perusahaan akan cenderung lebih aktif dan akan memilih keputusan terbaik untuk perusahaan, sehingga dapat menyamakan kepentingan antara agen dan prinsipal. Hal ini sejalan dengan penelitian Yendrawati & Hidayat (2021), Arista et al. (2018), dan penelitian milik Syura et al. (2018) bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Namun berbeda dengan penelitian

(26)

Ramadani & Triyanto (2020) dan Sinulingga et al. (2020) bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini disebabkan karena manajemen memiliki kekuasaan lebih besar yang disebabkan oleh peran ganda dalam perusahaan, sehingga dapat dengan bebas mengambil keputusan. Manajemen dapat bersikap oportunistik dan melakukan kecurangan saat pembuatan laporan keuangan yang menyebabkan rendahnya integritas laporan keuangan.

Komite audit bertugas untuk mengawasi audit atas laporan keuangan dan memastikan bahwa laporan keuangan dan audit laporan keuangan sudah memenuhi standar yang berlaku. Hal ini sejalan dengan penelitian Arista et al.

(2018), Nizam et al. (2022), dan penelitian milik Syura et al. (2018) bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Namun berbeda dengan penelitian Yendrawati & Hidayat (2021), dan Ramadani & Triyanto (2020) bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Karena komite audit hanya bertugas melakukan pengawasan dalam pelaporan keuangan, maka tidak berhubungan langsung dengan bagian pengukuran integritas laporan keuangan.

Komisaris independen bertugas melakukan pengawasan untuk mengurangi resiko kecurangan dalam perusahaan yang dilakukan oleh manajemen, dan melindungi hak pihak-pihak diluar manajemen perusahaan. Komisaris independen berguna untuk mencapai corporate governance yang baik. Hal ini sejalan dengan penelitian Yendrawati & Hidayat (2021), Nizam et al. (2022), dan penelitian milik Arista et al. (2018) bahwa komisaris independen berpengaruh positif terhadap

(27)

integritas laporan keuangan. Namun berbeda dengan penelitian Ramadani &

Triyanto (2020) dan Wulandari et al. (2020) bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Komisaris independen kurang memiliki pengalaman dalam melakukan pengawasan, sehingga pengawasan yang dilakukannya kurang maksimal.

Faktor lain yang mempengaruhi integritas laporan keuangan selain corporate governance yaitu spesialisasi industri auditor, audit tenure, dan leverage. Spesialisasi industri auditor merupakan bidang keahlian yang dimiliki oleh auditor KAP yang didapat dari pelatihan atau pengalaman pada saat mengaudit laporan keuangan di industri yang sama. Spesialisasi industri mampu meningkatkan kualitas audit karena auditor memiliki pengetahuan yang baik mengenai industri klien, auditor dapat bekerja lebih efektif dan efisien dan dengan mudah dapat mendeteksi kesalahan dalam penyajian laporan keuangan sehingga audit yang dihasilkan akan lebih berkualitas. Hal ini sejalan dengan penelitian Yendrawati & Hidayat (2021), dan Syura et al. (2018) bahwa spesialisasi industri auditor berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Namun berbeda dengan penelitian Ramadani & Triyanto (2020) bahwa spesialisasi industri auditor tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini terjadi karena pihak auditor eksternal tidak dapat melakukan pengawasan dan penilaian kebijakan manajemen dalam menyusun informasi untuk laporan keuangan.

Audit tenure merupakan jangka waktu seorang auditor bekerja dalam satu perusahaan tertentu. Semakin lama jangka waktu kerjasama antara KAP dengan perusahaan, maka auditor dapat memperoleh pemahaman dan pengetahuan yang

(28)

baik untuk melakukan proses audit sehingga laporan keuangan yang dihasilkan akan berintegritas. Walaupun perikatan antara auditor dengan perusahaan berjalan lama, namun auditor mampu menjaga independensi demi nama baik KAP. Hal ini sejalan dengan penelitian Wulandari et al. (2020) bahwa audit tenure berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Namun berbeda dengan penelitian Yendrawati & Hidayat (2021), Nizam et al. (2022), dan Arista et al. (2018), bahwa audit tenure tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini terjadi karena peningkatan lamanya kerjasama antara auditor dengan kliennya dapat menurunkan independensi dan sikap skeptisme auditor terhadap perusahaan yang menyebabkan kualitas hasil audit menurun.

Leverage merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aset perusahaan yang berasal dari utang. Ketika suatu perusahaan memiliki utang yang tinggi dapat menyebabkan perusahaan mengalami kerugian yang tinggi juga. Utang yang tinggi juga dapat mempengaruhi investor dan kreditur perusahaan sehingga manajemen akan berupaya untuk membuat laporan keuangan yang berintegritas. Hal ini sejalan dengan penelitian Novianti & Isynuwardhana (2021) bahwa leverage berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Namun berbeda dengan penelitian Nizam et al. (2022), bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Ini terjadi karena perusahaan akan berkembang lebih baik apabila memiliki utang, yang berguna untuk memutar modal awal perusahaan. Kemudian alasan kreditur mau meminjamkan modalnya pada perusahaan karena berdasarkan

(29)

pada prospek perusahaan kedepannya yang dilihat dari tingkat perolehan laba perusahaan. Semakin baik tingkat perolehan laba maka kreditur akan percaya bahwa perusahaan telah mengelola modal mereka dengan baik.

Penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang dapat meningkatkan integritas laporan keuangan memberikan hasil yang tidak konsisten, sehingga ini menjadi daya tarik untuk melakukan penelitian lebih jauh mengenai faktor apa saja yang dapat mempengaruhi integritas laporan keuangan. Penelitian ini mengacu pada penelitian milik Yendrawati & Hidayat (2021), ada beberapa perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Yendrawati & Hidayat (2021).

Penelitian ini menambahkan satu variabel baru yaitu leverage. Semakin tinggi nilai leverage maka semakin beresiko suatu perusahaan dari sisi keuangannya (Siswanto, 2021). Sehingga leverage tinggi berpengaruh terhadap integritas keuangan karena perusahaan perlu memberikan informasi laporan keuangan secara lebih luas untuk menghapuskan rasa keraguan kreditur agar tetap memberikan modal mereka pada perusahaan (Novianti & Isynuwardhana, 2021).

Penelitian Yendrawati & Hidayat (2021) menggunakan populasi perusahaan jasa di sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan populasi perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2022. Perusahaan sektor keuangan dipilih menjadi populasi penelitian karena perkembangan pada sektor ini terus meningkat. Sektor keuangan juga merupakan populasi terbesar dalam menyediakan sumber dana, dan sektor ini dipilih menjadi populasi penelitian karena masih terbatasnya penggunaan sektor keuangan sebagai sampel penelitian.

(30)

Sektor keuangan sendiri terdiri dari beberapa sub sektor seperti perbankan, lembaga pembiayaan, perusahaan asuransi, dan perusahaan pendanaan lainnya (Nurariance, 2018). Kemudian mengenai periode penelitian yang sebelumnya hanya empat tahun (2015-2018) menjadi lima tahun (2018-2022).

1.2 Rumusan Masalah

Laporan dengan integritas yang tinggi merupakan laporan keuangan yang baik dan berkualitas. Karena laporan keuangan mempunyai manfaat dalam pengambilan keputusan bisnis perusahaan, maka penyajiannya harus berisi informasi sebenarnya, tidak menyesatkan, dan tidak mengandung kesalahan material. Namun di Indonesia sendiri masih banyak kasus-kasus mengenai manipulasi informasi akuntansi yang dapat berakibat masyarakat terutama pemangku kepentingan ragu akan integritas laporan yang dibuat oleh manajer dan dinilai oleh auditor. Dikutip dari Association of Certified Fraud Examiners Indonesia (2019) bahwa kasus fraud yang terjadi di Indonesia ada 239 kasus dengan total kerugian sekitar Rp 873 miliar, sebanyak 9,3% merupakan fraud laporan keuangan. Masalah yang terjadi sering kali disebabkan oleh manajer perusahaan yang memiliki sikap oportunistik dan menyebabkan perusahaan merugi.

Terjadinya permasalahan mengenai integritas laporan keuangan seperti pada kasus Garuda dan Jiwasraya yang sudah dijabarkan pada latar belakang permasalah diatas, maka penelitian ini menduga bahwa faktor yang berdampak terhadap integritas laporan keuangan ini baik digunakan sebagai objek penelitian.

(31)

Berlandaskan penjelasan diatas, maka bisa dirumuskan permasalahan pada penelitian ini yaitu bagaimana cara meningkatkan integritas laporan keuangan?

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berlandasan pokok permasalahan yang sudah dijelaskan sebelumnya, dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian adalah:

1) Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan?

2) Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan?

3) Apakah komite audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan?

4) Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan?

5) Apakah spesialisasi industri auditor berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan?

6) Apakah audit tenure berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan?

7) Apakah leverage berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan?

1.4 Tujuan Penelitian

Berlandaskan pada pertanyaan penelitian, maka penelitian ini memiliki tujuan yaitu sebagai berikut :

1) Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan institusional terhadap integritas laporan keuangan.

(32)

2) Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial terhadap integritas laporan keuangan.

3) Untuk menganalisis pengaruh komite audit terhadap integritas laporan keuangan.

4) Untuk menganalisis pengaruh komisaris independen terhadap integritas laporan keuangan.

5) Untuk menganalisis pengaruh spesialisasi industri auditor terhadap integritas laporan keuangan.

6) Untuk menganalisis pengaruh audit tenure terhadap integritas laporan keuangan.

7) Untuk menganalisis pengaruh leverage terhadap integritas laporan keuangan.

1.5 Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu :

1) Aspek teoritis

Bagi perkembangan ilmu akuntansi, diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan penelitian berikutnya terutama yang mengangkat masalah mengenai mekanisme corporate governance, spesialisasi industri auditor, audit tenure, leverage, dan integritas laporan keuangan.

2) Aspek Praktis

(33)

(1) Untuk perusahaan, berguna sebagai pertimbangan bagi suatu perusahaan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan dengan integritas tinggi agar dapat memperoleh keputusan yang tepat.

(2) Untuk para pemakai laporan keuangan, penelitian ini bermanfaat untuk lebih memahami faktor apa yang memiliki pengaruh pada integritas laporan keuangan.

(3) Untuk para calon investor, dapat dijadikan sebagai data pertimbangan untuk mengambil keputusan berinvestasi.

(34)

13 2.1 Landasan Teori

2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Agency Theory merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara pemegam saham (principal) dengan pihak manajemen (agent) (Arista et al., 2018). Teori keagenan juga memiliki hubungan antara manajemen dengan pemberi modal (Saad & Abdillah, 2019). Menurut Eisenhardt (1989) dalam Hendrawaty (2017) teori keagenan dilandasi oleh tiga asumsi yaitu asumsi tentang sifat manusia, asumsi tentang keorganisasian, dan asumsi tentang informasi.

Asumsi tentang sifat manusia menegaskan bahwa manusia memiliki sifat mementingkan diri sendiri (self interest), keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan tidak suka risiko (risk aversion). Asumsi tentang keorganisasian menegaskan bahwa ada konflik antar anggota organisasi dan adanya informasi asimetris antara pemilik dan agen. Sedangkan asumsi tentang informasi menegaskan bahwa informasi merupakan barang komoditi yang bisa diperjualbelikan.

Teori keagenan didasari oleh permasalahan yang muncul ketika perusahaan memberikan wewenang dalam pengambilan keputusan kepada manajemen. Manajemen sebagai agen memiliki wewenang dalam pengelolaan perusahaan tentu mengetahui semua informasi perusahaan, berbeda dengan pemilik yang hanya mengetahui informasi perusahaan melalui laporan keuangan

(35)

yang dibuat oleh agen. Karena perbedaan informasi inilah yang menimbulkan perselisihan, dimana hal ini dapat membuat pihak manajemen melakukan tindakan yang tidak sesuai keinginan prinsipal untuk kepentingannya sendiri (Ciwananda, 2019). Dalam penelitian ini, yang merupakan prinsipal adalah pemilik perusahaan, kreditur, investor, manajemen, hingga pemerintah. Menurut Sihombing (2014) dalam Amanda (2017) menyatakan bahwa kecurangan laporan keuangan bisa dilakukan oleh siapa saja yang memiliki kesempatan. Sehingga yang merupakan agen adalah direksi, direktur, manajer, hingga akuntan.

Teori keagenan menyatakan bahwa informasi asimetris dapat dikurangi dengan mekanisme pengawasan yaitu mekanisme corporate governance (Maniar, 2019). Kepemilikan institusional dapat meningkatkan pengawasan terhadap kinerja manajemen sehingga terhindar dari kecurangan. Kepemilikan manajerial dapat mempengaruhi keputusan perusahaan, karena manajer akan menyamakan kepentingan antara pemegang saham dan manajemen melalui program mengikat manajemen dalam modal perusahaan. Komite audit dibentuk untuk melakukan pengawasan terhadap proses penyusunan laporan keuangan. Sedangkan komisaris independen dapat mengamati kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan dan bisa melindungi pihak luar manajemen.

Dengan penerapan mekanisme corporate governance, principal dapat memperoleh informasi keuangan yang sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi di perusahaan. Penerapan corporate governance dapat membentuk kepercayaan prinsipal terhadap kemampuan agen dalam mengelola kekayaannya, selain itu laporan keuangan yang disajikan dan dilaporkan akan memiliki integritas tinggi

(36)

yang berguna dalam pengambilan keputusan. Sehingga mekanisme corporate governance dapat mengurangi masalah keagenan.

Spesialisasi industri auditor dan audit tenure mampu meningkatkan kualitas audit dan mampu mendeteksi kesalahan yang mungkin terjadi dalam penyajian laporan keuangan sehingga dapat menyajikan laporan keuangan yang berintegritas tinggi. Pemahaman yang didapat dari pelatihan atau pengalaman audit karena kerjasama jangka panjang ini dapat menyebabkan auditor lebih efisien dalam melakukan program audit dan mampu menghasilkan laporan audit yang tepat waktu. Teori agensi menjelaskan bahwa penyampaian laporan keuangan yang lama dapat menyebabkan informasi asimetri, sehingga auditor dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan atau pengawasan terhadap kinerja manajemen (Nur Affifah & Susilowati, 2021).

Menurut Maryatun (2017) leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam melunasi utangnya. Teori keagenan menjelaskan bahwa semakin tinggi nilai leverage suatu perusahaan maka semakin besar juga transfer kemakmuran dari kreditur karena proporsi utang yang besar akan mempengaruhi biaya agensi yang lebih tinggi. Salah satu cara mengurangi biaya agensi dan konflik kepentingan yaitu dengan cara mengungkapkan informasi keuangan yang lebih banyak seperti mengunggah laporan keuangan dalam website resmi perusahaan.

(37)

2.2 Variabel Penelitian

2.2.1 Integritas Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan rangkuman dari seluruh pencatatan transaksi keuangan yang terjadi di suatu perusahaan selama tahun buku yang bersangkutan (Baridwan, 2015). Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 1 bahwa laporan keuangan yang lengkap terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan berperan penting dalam pengambilan keputusan ekonomi suatu perusahaan, dan berguna bagi pihak manajemen untuk menunjukkan pertanggungjawaban atas penggunaan dana yang dipercayakan kepadanya. Sehingga dalam pembuatan laporan keuangan harus disajikan informasi yang jujur, tidak menyesatkan, dan tidak mengandung kesalahan material sehingga bisa diandalkan oleh pengguna laporan keuangan tersebut.

Integritas laporan keuangan digunakan sebagai tolak ukur kebenaran dan kejujuran suatu perusahaan dalam menyajikan informasi laporan keuangan kepada pihak yang berkepentingan (Saad & Abdillah, 2019). Integritas laporan keuangan merupakan kondisi dimana laporan keuangan yang disajikan harus dalam kondisi yang sebenarnya tanpa ada yang disembunyikan.

Menurut Jamaan (2008) dalam Rachman (2016) bahwa integritas laporan keuangan menyangkut keandalan informasi yang dihasilkan yaitu kejujuran (faithfulness), dapat dipercaya (reliability), dan netral (neutrality). Informasi

(38)

dikatakan jujur apabila dalam laporan keuangan terdapat kesesuaian antara penjelasan dengan aktivitas ekonomi yang terjadi dalam perusahaan. Informasi dikatakan dapat dipercaya apabila informasi tersebut menyatakan apa yang dimaksud, diungkapkan, dan dapat diuji kebenarannya sehingga pengguna laporan keuangan bisa bergantung dan memiliki keyakinan pada informasi yang dilaporkan. Kemudian informasi dikatakan netral apabila informasi yang disajikan tidak memihak kepada siapapun.

2.2.2 Corporate Governance

2.2.2.1 Pengertian Corporate Governance

Sistem yang mengatur kaitan antara perusahaan dengan pemangku kepentinganya dengan maksud untuk memperoleh kinerja terbaik sesuai dengan hak juga kewajiban masing-masing pihak, juga tidak merugikan para pemangku kepentingannya merupakan pengertian corporate governance (Manossoh, 2016).

2.2.2.2 Prinsip Corporate Governance

Menurut Manossoh (2016), ada lima prinsip mekanisme corporate governance antara lain :

1) Keterbukaan (Transparency)

Perusahaan diharuskan menyajikan informasi tepat waktu, material, akurat, dan mudah untuk diakses juga dimengerti oleh pengguna laporan.

2) Akuntabilitas (Accountability)

(39)

Perusahaan mampu bertanggung jawab atas kinerjanya secara terbuka dan wajar bahwa pengelolaan perusahaan sudah dilaksanakan sebaik mungkin tanpa mengedepankan kepentingan lain selain kepentingan perusahaan.

3) Pertanggungjawaban (Responsibility)

Perusahaan harus menerapkan prinsip kehati-hatian dalam seluruh operasionalnya, mengikuti peraturan dalam perundang-undangan yang berlaku, dan bertanggung jawab secara sosial untuk kebutuhan masyarakat serta lingkungan hidup agar perusahaan bisa menjadi bagian dari masyarakat.

4) Kemandirian (Independency)

Perusahaan tidak boleh ada pengaruh dari pihak manapun, sehingga harus dijalankan secara profesional agara dapat memeperoleh keputusan yang obyektif.

5) Kesetaraan dan Kewajaran(Fairness)

Entitas perlu memperlakukan setiap pemangku kepentingan secara setara dan adil berdasarkan kontribusinya kepada perusahaan, seperti memberi kesempatan untuk berpendapat.

2.2.2.3 Mekanisme Corporate Governance 2.2.2.3.1 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh suatu institusi seperti pemerintah, bank, atau lembaga lainnya dari dalam maupun

(40)

luar negeri (Arista et al., 2018). Kepemilikan saham oleh institusi ini berguna untuk mengawasi kinerja manajemen terkait laporan keuangan perusahaan yang diterbitkan.

Menurut Maniar (2019) kepemilikan institusional merupakan persentase hak suara yang dimiliki oleh institusi dan dapat diukur dengan membandingkan besar saham institusi dengan banyaknya saham yang beredar. Institusi yang memiliki tingkat kepemilikan institusional yang tinggi pada suatu perusahaan berguna untuk menghindari manajemen melakukan perilaku curang atau oportunistik yaitu mengutamakan kepentingan pribadi, dan juga bisa meningkatkan integritas laporan keuangan karena institusi memantau kinerja manajemen agar melakukan komunikasi secara transparan dan tidak melakukan manipulasi. Dengan adanya kepemilikan institusional dapat membuat pengawasan menjadi lebih optimal karena investor institusional mengutamakan melihat cara manajemen bekerja sesuai aturan untuk memperoleh laba (Fiska & Rusdi, 2020).

2.2.2.3.2 Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen yang juga merupakan pengelola perusahaan dan ikut andil dalam pengambilan keputusan (Maniar, 2019). Kepemilikan saham oleh manajemen bisa membuat manajemen lebih bertanggung jawab dan bersikap jujur dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan, karena ketika manajemen melakukan kecurangan akan mempengaruhi kekayaannya dan juga posisinya sebagai pemilik saham (Ramadani & Triyanto, 2020).

(41)

Kepemilikan manajerial akan menyamakan kepentingan antara manajemen dan pemilik saham sehingga dapat memperoleh keuntungan langsung dari pengambilan keputusan yang tepat dan akan menanggung kerugian ketika salah mengambil keputusan (Indriastuti et al., 2019). Oleh karena itu semakin tinggi kepemilikan saham oleh manajemen maka kemungkinan untuk memanipulasi informasi dalam laporan keuangan semakin sedikit, hal ini juga bisa mengurangi perilaku oportunistik manajemen sehingga dalam mengambil keputusan sesuai dengan kepentingan perusahaan. Oleh karena itu kepemilikan manajerial berguna untuk meningkatkan integritas laporan keuangan, menekan biaya keagenan, dan meminimalisir manajemen untuk mengutamakan kepentingan pribadi dari pada kepentingan prinsipal.

2.2.2.3.3 Komite Audit

Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 16/SEOJK.05/2014 komite audit merupakan komite yang dibuat oleh dewan komisaris untuk membantu pelaksanaan fungsi dan tugas dewan komisaris dalam memantau dan memastikan keefektifan sistem pengendalian internal dan memantau pelaksanaan tugas auditor eksternal maupun auditor internal. Anggota komite audit minimal tiga orang yang berasal dari komisaris independen, pihak luar perusahaan, dan bukan dari pemegang saham atau manajemen perusahaan, sehingga dapat memaksimalkan pengawasan, bisa bertindak independen, dan tidak menimbulkan konflik kepentingan (Rostanto, 2020).

(42)

Mengacu pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015 tentang pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit, komite audit memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :

1) Memilah informasi milik perusahaan yang berkaitan dengan aktivitas keuangan seperti laporan keuangan, proyeksi, atau laporan lainnya untuk disampaikan kepada publik atau otoritas.

2) Memeriksa kepatuhan perusahaan terkait kegiatan usaha apakah sudah mengikuti peraturan perundang-undangan.

3) Menyampaikan pendapat independen ketika terdapat perbedaan opini antara manajer dengan akuntan mengenai jasa yang diberikannya.

4) Menyampaikan pendapat pada dewan komisaris tentang pemilihan akuntan berdasarkan independensinya, ruang lingkup tugasnya, dan biaya jasa yang diberikan.

5) Memeriksa kegiatan pemeriksaan yang dilakukan audit internal dan memperhatikan tindakan yang dilakukan oleh direksi terkait penemuan audit internal.

6) Memeriksa aktivitas direksi dalam melakukan manajemen risiko, ini terjadi apabila perusahaan belum memiliki pemantauan risiko oleh dewan komisaris.

7) Menyelidiki keluhan terkait aktivitas akuntansi dan proses pelaporan.

8) Memeriksa dan memberi nasihat kepada dewan komisaris tentang kemungkinan konflik kepentingan di perusahaan.

(43)

9) Komite audit harus menjaga kerahasiaan data, dan informasi yang berkaitan dengan perusahaan.

Dari penjabaran tugas dan tanggung jawab komite audit bisa disimpulkan bahwa keberadaan komite audit sangat bermanfaat untuk meminimalisir tindakan kecurangan atau manipulasi yang mungkin terjadi pada saat penyusunan laporan keuangan, sehingga hal ini dapat meningkatkan integritas laporan keuangan.

2.2.2.3.4 Komisaris Independen

Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014 tentang direksi dan dewan komisaris emitmen atau perusahaan publik, bahwa komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dan wajib memenuhi persyaratan sebagai komisaris independen. Bagi setiap perusahaan yang terdaftar di BEI harus memiliki komisaris independen yang sepadan dengan jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham yang tidak dalam posisi pengendali (minoritas), dan anggota komisaris independen paling sedikit 30% dari jumlah seluruh anggota dewan komisaris (Yendrawati &

Hidayat, 2021).

Mengacu Peraturan OJK Nomor 33/POJK.04/2014, menjelaskan bahwa ada beberapa kriteria memilih komisaris independen yaitu :

1) Komisaris independen tidak mempunyai kekuasaan untuk memimpin, merencanakan, mengawasi, dan mengendalikan kegiatan yang berlangsung di perusahaan dalam enam bulan terakhir, terkecuali apabila diangkat kembali pada tahun berikutnya.

(44)

2) Anggota komisaris independen tidak punya saham dalam perusahaan baik langsung atau tidak.

3) Anggota komisaris independen tidak boleh ada hubungan dengan perusahaan, dewan direksi, dewan komisaris, maupun pemilik perusahaan.

4) Anggota komisaris independen jangan ada hubungan komersial yang terkait kegiatan usaha perusahaan.

Komisaris independen berfungsi untuk mengawasi dan melindungi pihak luar manajemen perusahaan, menjadi penengah dalam perselisihan diantara manajer internal, mengawasi kebijakan dan memberikan nasihat kepada manajemen (Maniar, 2019). Oleh karena itu, agar tercipta perusahaan dengan corporate governance yang baik dan menghasilkan laporan keuangan yang memiliki integritas tinggi, perusahaan harus memiliki komisaris independen.

2.2.3 Spesialisasi Industri Auditor

Setiap perusahaan memiliki spesialisasi akuntansi yang berbeda dengan perusahaan lain, sehingga membutuhkan audit yang berbeda pula. Auditor harus memiliki keahlian atau spesialisasi yang sesuai untuk perusahaan agar bisa memberikan hasil audit yang baik. Kantor Akuntan Publik (KAP) yang memiliki klien dengan industri yang sama akan memiliki pemahaman lebih baik mengenai resiko audit industri tersebut, dan dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman.

Spesialisasi industri auditor merupakan suatu bidang yang menjadi keahlian dan spesialisasi auditor karena pengalaman yang didapatnya dari

(45)

kegiatan audit yang dilakukan secara berulang pada indutri yang sama (Ramadani

& Triyanto, 2020). Spesialisasi industri auditor merupakan pemahaman dan keterampilan yang spesifik milik auditor pada industri tertentu yang didapatkan dari melakukan audit atau pelatihan khusus mengenai audit suatu industri sehingga bisa meningkatkan kualitas auditnya (Maniar, 2019).

Pemahaman yang dimiliki auditor bukan hanya mengenai pengauditan dan akuntansi, namun juga mengenai kondisi industri perusahaan klien. Hal ini karena auditor yang memiliki pemahaman mendalam dan keahlian khusus mampu mendeteksi kesalahan atau kecurangan dengan baik, dapat meningkatkan efisiensi, dan meningkatkan kualitas penilaian laporan keuangan sehingga audit laporan keuangan yang dihasilkan menjadi lebih baik (Rachman, 2016).

Auditor yang memiliki pemahaman yang baik terhadap industri klien dapat meningkatkan integritas laporan keuangan, auditor akan mudah untuk mendeteksi kesalahan atau kecurangan dalam penyajian laporan keuangan klien dan dapat menghasilkan laporan keuangan yang berintegritas tinggi.

2.2.4 Audit Tenure

Audit tenure merupakan istilah perikatan antara kantor akuntan publik (KAP) dengan kliennya. Kerjasama jangka panjang antara auditor dengan klien akan berpotensi menumbuhkan hubungan yang dapat mempengaruhi independensi auditor dan kualitas audit (Yendrawati & Hidayat, 2021). Mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2015 tentang praktik akuntan publik, bahwa pemberian jasa audit pada suatu perusahaan maksimal

(46)

selama lima tahun buku berturut-turut dan diperbolehkan memberikan jasa audit kembali setelah dua tahun buku berturut-turut tidak memberikan jasa pada perusahaan tersebut. Aturan ini dibuat agar independensi auditor dan KAP tetap terjaga.

Auditor independen bertugas menilai kewajaran atas laporan keuangan, namun karena adanya hubungan baik dengan klien maka akan mempengaruhi kesediaan auditor pada saat memberikan opininya. Auditor juga bisa berpihak pada perusahaan klien dengan harapan perusahaan akan menggunakan kembali jasanya di masa yang akan datang. Namun dengan adanya hubungan kerjasama antara auditor dengan perusahaan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman auditor, pengetahuan ini dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat program audit yang baik sehingga laporan keuangan yang dihasilkan dapat berkualitas dan berintegritas. Kemudian independensi dan profesionalisme auditor didasarkan pada etika, komitmen, dan loyalitas bekerja bukan menurut jangka waktu kerjasama dengan klien (Amrulloh et al., 2016).

Kantor akuntan publik perlu menjaga independensinya agar opini yang diberikan sesuai dengan kondisi perusahaan pada saat itu. Sehingga pada saat bekerjasama dengan perusahaan yang sama harus dilakukan pergantian auditor sehingga dapat meningkatkan kualitas audit (Arista et al., 2018).

2.2.5 Leverage

Leverage berguna untuk mengetahui seberapa besar beban utang perusahaan dalam rangka pemenuhan aset (Novianti & Isynuwardhana, 2021).

(47)

Menurut Wahyuni (2022) leverage merupakan rasio yang berguna untuk menghitung seberapa besar aset yang dimiliki perusahaan itu berasal dari utang atau modal. Leverage merupakan rasio yang berguna untuk menunjukan bagaimana perusahaan mampu mengelola utangnya agar memperoleh keuntungan dan juga mampu melunasi hutangnya kembali (Wardhana & Wahyundaru, 2020).

Sehingga perusahaan yang memiliki dana dari hasil pinjaman harus mempertimbangkan juga bagaimana cara untuk melunasi utang tersebut.

Menurut Schiper (2012) dalam Verya et al. (2017) menyatakan bahwa untuk menghilangkan keraguan para kreditur terkait pemenuhan hak-hak mereka, perusahaan perlu mengungkapkan informasi laporan keuangan dengan integritas tinggi. Sehingga ketika perusahaan memiliki nilai leverage tinggi harus mengungkapkan informasinya secara lebih luas dibandingkan perusahaan yang memiliki nilai leverage yang rendah.

Perusahaan yang memiliki nilai leverage tinggi juga akan memiliki resiko keuangan yang tinggi pula, sehingga perusahaan akan berupaya menurunkan konservatisme karena cenderung akan meningkatkan kerugian pada perusahaan.

Hal ini dilakukan agar investor dan kreditur tidak ragu untuk memberikan modal mereka pada perusahaan. Manajemen juga akan mengungkapkan laporan keuangan secara jujur yang akan menghasilkan laporan keuangan berintegritas tinggi.

(48)

2.3 Penelitian Terdahulu

Berikut berbagai penelitian sebelumnya mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu hubungan antara mekanisme corporate governance, spesialisasi kantor akuntan, audit tenure, dan leverage pada integritas laporan keuangan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu

No Judul, Penulis,

dan Tahun Variabel Hasil Penelitian 1. Determinants

Of Financial Statement Integraty, Reni

Yendrawati dan Mohammad Farid Hidayat, 2021.

Variabel Dependen:

Integritas laporan keuangan Variabel Independen:

Kepemilikan institusional, Kepemilikan manajerial, Komite audit, Komisaris independen, Spesialis

industri auditor, dan Audit tenure.

1. Kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

2. Kepemilikan manajerial memiliki pengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

3. Komite audit tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

4. Komisaris independen memiliki pengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

5. Spesialisasi industri auditor memiliki pengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

6. Audit tenure tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

2. Tata Kelola, Tekanan Luar, Dan Kinerja

Variabel Dependen:

Integritas

1. Kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif terhadap integritas laporan

(49)

Keuangan Terhadap Integritas Laporan Keuangan, Fahrul Nizam, Emrinaldi Nur, dan Supriono, 2022.

laporan keuangan Variabel Independen:

Kepemilikan institusional, Komisaris independen, Komite audit, Audit tenure, Laverage, dan Profitabilitas

keuangan.

2. Komisaris independen memiliki pengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

3. Komite audit memiliki pengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

4. Audit tenure tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

5. Laverage tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

6. Profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

3. Pengaruh Struktur Corporate Governance Dan Audit Tenure Terhadap Integritas Laporan Keuangan, Silvia Arista, Tertiarto Wahyudi, dan Yusnaini, 2018.

Variabel Dependen:

Integritas laporan keuangan Variabel Independen:

Komisaris independen, Kepemilikan manajerial, Kepemilikan institusional, Komite audit, dan audit tenure

1. Komisaris independen memiliki pengaruh positif signifikan terhadap integritas laporan keuangan.

2. Kepemilikan manajerial memiliki pengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

3. Kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

4. Komite audit memiliki pengaruh positif signifikan terhadap integritas laporan keuangan.

5. Audit tenure memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap integritas laporan keuangan.

4. Pengaruh Corporate

Variabel Dependen:

1. Kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif

(50)

Governance Terhadap Integritas Laporan Keuangan, Andry Priharta, (2017).

Integritas laporan keuangan Variabel Independen:

Kepemilikan institusional, Komisaris independen, dan Kualitas audit

terhadap integritas laporan keuangan.

2. Komisaris independen memiliki pengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

3. Kualitas audit memiliki pengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

4. Kepemilikan institusional, komisaris independen dan kualitas audit secara bersama memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

5. Pengaruh Spesialisasi Industri Auditor Dan

Mekanisme Corporate Governance Terhadap Integritas Laporan Keuangan, Fazaria

Ramadani dan Didik Nur Triyanto, 2019.

Variabel dependen:

Integritas laporan keuangan Variabel independen:

Spesialisasi industri auditor, Komisaris independen, Komite audit, Kepemilikan institusional, dan

Kepemilikan manajerial

1. Spesialisasi industri auditor tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

2. Komisaris independen tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

3. Komite audit tidak memiliki pengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

4. Kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan.

5. Kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

6. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial Dan

Variabel Dependen:

Integritas laporan keuangan

1. Kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

2. Kepemilikan manajerial

(51)

Ukuran Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas Laporan Keuangan, Julius Yoga Inganta Sinulingga, Satria Yudhia Wijaya, Ekawati Jati Wibawaningsih, 2020.

Variabel Independen:.

Kepemilikan institusional, Kepemilikan manajerial, dan Ukuran KAP

berpengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan.

3. Ukuran KAP berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan

perusahaan.

7. Pengaruh Corporate Governance, Kepemilikan Asing Dan Audit Tenure Terhadap Integritas Laporan Keuangan, May wulandari, Erna Hernawati, dan Husna Nur Laela Ermaya, 2020.

Variabel Dependen:

Integritas laporan keuangan Variabel Independen:.

Komite audit, Komisaris independen, Kepemilikan asing, dan Audit tenure

1. Komite audit memiliki pengaruh negatif tehadap terhadap integritas laporan keuangan.

2. Komisaris independen tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

3. Kepemilikan asing tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

4. Audit tenure memiliki pengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan

8. Pengaruh Komisaris Independen, Leverage, Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Integritas Laporan Keuangan,

Variabel Dependen:

Integritas laporan keuangan Variabel Independen:.

Komisaris independen,

1. Komisaris independen tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

2. Leverage memiliki pengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

3. Kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan

(52)

Sinta Novianti, dan Deannes Isynuwardhana, 2021

Leverage, dan Kepemilikan institusional

keuangan.

2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis Dan Pengembangan Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Integritas Laporan Keuangan

Kepemilikan institusional merupakan besarnya hak untuk memberikan suara milik institusi dalam perusahaan. Institusi yang memiliki saham dalam perusahaan memperoleh hak suara pada saat RUPS. Institusi bertindak sebagai pengawas, agar manajer tidak melakukan kecurangan sehingga dapat memperoleh laporan yang berintegritas tinggi.

Jika suatu perusahaan memiliki kepemilikan saham institusi lebih dari 5%, maka dianggap bahwa perusahaan mampu mengontrol manajemen (Novianti &

Isynuwardhana, 2021). Maka dari itu makin tinggi kepemilikan saham oleh institusi maka makin baik juga integritas yang dimiliki, karena kinerja manajemen diawasi oleh institusi sehingga dapat mengurangi kemungkinan melakukan kecurangan.

Hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh Yendrawati & Hidayat (2021) dan penelitian Nizam et al. (2022) telah membuktikan adanya pengaruh positif kepemilikan institusional pada integritas laporan keuangan. Sesuai penjelasan diatas, hipotesis yang dirumuskan yaitu :

H1 : Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

(53)

2.4.2 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Integritas Laporan Keuangan

Hubungan keagenan merupakan kontrak kerjasama yang terjadi antara prinsipal (pemilik saham, investor) dan agen (manajemen), dimana prinsipal memberikan wewenang atas keputusan perusahaan kepada agen. Hal ini sering menjadi penyebab terjadinya konflik kepentingan, pemilik saham berharap manajemen dapat memperoleh keuntungan besar bagi para pemilik saham, namun manajemen memiliki keinginan untuk memperoleh keuntungan bagi diri sendiri (Danuta & Wijaya, 2020). Konflik kepentingan ini dapat menimbulkan manajemen melakukan tindakan curang atau manipulasi demi kepentingan sendiri dan tanpa sepengetahuan pemilik saham.

Kepemilikan manajemen merupakan kepemilikan saham oleh manajer, dimana manajer merupakan pihak yang memiliki hubungan dalam pengambilan keputusan ekonomi perusahaan. Dengan adanya kepemilikan manajer maka bisa mengurangi tindak kecurangan yang mungkin dilakukan manajer. Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen juga akan dilakukan secara tepat, hal ini untuk memenuhi kepentingan perusahaan dan kepentingan manajemen itu sendiri.

Penelitian milik Arista et al. (2018), dan Yendrawati & Hidayat (2021) telah membuktikan bahwa ada pengaruh positif antara kepemilikan manajerial pada integritas laporan keuangan. Sesuai penjelasan diatas, hipotesis yang dirumuskan yaitu :

H2 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

(54)

2.4.3 Pengaruh Komite Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan Dewan komisaris membentuk komite audit agar membantu mengawasi proses audit yang dilaksanakan oleh audit eksternal maupun internal, memastikan bahwa audit telah memenuhi standar dan kebijakan pelaporan keuangan, dan melakukan pengamatan ulang atas laporan keuangan agar sesuai standar keuangan (Yendrawati & Hidayat, 2021).

Dengan adanya komite audit, merupakan upaya untuk meminimalisir kecurangan atau manipulasi informasi akuntansi, maka dari itu laporan dapat berintegritas. Penelitian yang dilakukan oleh Arista et al. (2018), dan Nizam et al.

(2022) telah membuktikan ada pengaruh positif antara komite audit terhadap integritas laporan keuangan. Sesuai dengan penjelasan diatas, hipotesis yang ditawarkan yaitu :

H3 : Komite audit berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

2.4.4 Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Integritas Laporan Keuangan

Anggota dewan komisaris yang independen disebut komisaris independen.

Bertujuan untuk melakukan perlindungan pemegang saham minoritas, menyeimbangkan pengambilan keputusan, dan menilai kinerja perusahaan secara independen. Fama dan Jensen (1983) menjelaskan peran komisaris independen ialah sebagai mediator pada konflik yang mungkin terjadi diantara pengawas

(55)

internal, ia memantau kebijakan yang dibuat oleh manajemen dan dapat memberi masukan kepada manajemen (Priharta, 2017).

Dengan adanya komisaris independen dalam perusahaan dengan peran sebagai pengawas kinerja manajemen dapat meminimalkan kemungkinan adanya manipulasi dalam penyusunan laporan oleh manajemen, sehingga laporan berintegritas tinggi.

Penelitian yang telah dilakukan Yendrawati & Hidayat (2021), Nizam et al. (2022) dan penelitian milik Arista et al. (2018) telah memberi bukti bahwa ada pengaruh positif antara komisaris independen terhadap integritas laporan keuangan. Sesuai dengan penjelasan diatas, hipotesis yang ditawarkan yaitu : H4 : Komisaris independen berpengaruh positif terhadap integritas laporan

keuangan.

2.4.5 Spesialisasi Industri Auditor Terhadap Integritas Laporan Keuangan Spesialisasi industri auditor merupakan bidang keahlian yang dimiliki auditor KAP, didapatkan karena mengikuti pelatihan khusus mengenai audit industri tertentu atau didapat dari pengalaman pada saat kegiatan audit yang dilakukan pada industri yang sama secara berulang.

Pengalaman dan pemahaman yang dimiliki auditor berpengaruh terhadap kualitas audit laporan keuangan perusahaan. Dengan adanya pengalaman dan pemahaman lebih luas pada industri yang sama, audior dapat memahami risiko audit, risiko bisnis, hingga pengendalian internal perusahaan, auditor juga mampu mendeteksi kecurangan dengan lebih baik (Yendrawati & Hidayat, 2021).

(56)

Sehingga perusahaan yang memiliki auditor dengan spesialis khusus dapat memberikan audit berkualitas tinggi dan laporan yang dihasilkan perusahaan bisa berintegritas tinggi.

Penelitian yang dilakukan oleh Yendrawati & Hidayat (2021) telah membuktikan bahwa ada pengaruh positif antara spesialisasi industri auditor terhadap integritas laporan keuangan. Sesuai dengan penjelasan diatas, hipotesis yang ditawarkan yaitu :

H5 : Spesialisasi industri auditor berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

2.4.6 Pengaruh Audit Tenure Terhadap Integritas Laporan Keuangan Panjangnya masa kontrak kerjasama antara KAP dengan perusahaan kliennya disebut audit tenure. Lamanya kerjasama menyebabkan auditor mendapatkan pemahaman dan pengetahuan terkait bisnis klien dan resiko yang mungkin timbul dengan baik. Selain itu semakin lama auditor melakukan kerjasama dengan kliennya akan memunculkan hubungan yang dekat, hubungan ini dikhawatirkan dapat mengurangi independensi auditor dan dapat mempengaruhi auditor pada saat memberikan opininya. Sehingga perusahaan perlu melakukan pergantian auditor untuk menjaga kualitas audit dan independensi auditor. Terjaganya kualitas audit perusahaan dapat meningkatkan integritas.

(57)

Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari et al. (2020) telah membuktikan bahwa ada pengaruh positif antara audit tenure terhadap integritas laporan keuangan. Sesuai dengan penjelasan diatas, hipotesis yang tawarkan yaitu :

H6 : Audit tenure berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

2.4.7 Pengaruh Leverage Terhadap Integritas Laporan Keuangan

Kewajiban yang dimiliki entitas dapat dilihat melalui rasio laverage, karena rasio ini dapat menunjukkan besar jumlah kewajiban yang dipakai untuk memenuhi biaya aset dalam perusahaan (Danuta & Wijaya, 2020). Perusahaan memiliki nilai leverage tinggi akan memperoleh resiko keuangan yang tinggi juga, karena tingginya utang perusahaan untuk memenuhi biaya asetnya. Jika perusahaan memiliki pengaruh leverage yang besar, maka perusahaan harus mengungkapkan informasi keuangannya secara lebih luas karena kreditur juga memiliki hak untuk mengawasi jalannya operasi perusahaan. Sehingga perusahaan akan berupaya meningkatkan integritasnya..

Penelitian yang dilakukan oleh Novianti & Isynuwardhana (2021) telah membuktikan bahwa ada pengaruh positif antara leverage terhadap integritas laporan keuangan. Sesuai dengan penjelasan diatas, hipotesis yang tawarkan yaitu:

H7 : Leverage berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

2.5 Kerangka Penelitian

Berdasarkan pembahasan kajian pustaka yang telah dibahas sebelumnya menegnai pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Memberikan hasil kerangka penelitian yang dilihat pada gambar berikut:

Gambar

Gambar 4. 1 Hasil Uji Outlier Variabel Integritas Laporan Keuangan................. 56  Gambar 4
Tabel 2. 1  Penelitian Terdahulu
Gambar 2. 1  Kerangka Penelitian
Tabel 4. 10  Hasil Uji Statistik F
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris dari pengaruh mekanisme corporate governance (kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit dan

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris dari pengaruh mekanisme corporate governance (kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit dan

Berdasarkan pengujian simultan, dewan komisaris independen, komite audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kualitas audit dan audit tenure secara

Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah corporate governance yang diukur dari kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh mekanisme corporate governance (komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit),

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti secara empiris mengenai pengaruh kepemilikan institusional, komisaris independen, kepemilikan manajerial, komite audit,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : Pengaruh Dewan Komisaris Independen, Komite Audit Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Ukuran Dewan Komisaris

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Audit Tenure, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Komisaris Independen terhadap Integritas laporan Keuangan pada