• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh model problem based learning

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh model problem based learning"

Copied!
336
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidik belum pernah menerapkan model pembelajaran berbasis masalah, sehingga siswa juga belum mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalahnya. Dengan demikian diharapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa adalah model pembelajaran berbasis masalah (PBL) berbantuan media Handout. Pengaruh model pembelajaran berbasis masalah berbantuan alat informasi terhadap kemampuan pemecahan masalah regulasi diri siswa kelas X materi Protista di SMA.

Identifikasi dan Batasan Masalah

Harapan kami, berdasarkan penelitian ini, siswa dapat lebih memahami materi yang akan disampaikan dengan model pembelajaran ini, dan juga dapat membandingkan hasil proses pembelajaran sebelum menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan setelahnya. menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Marzo yang mempunyai 5 indikator, diantaranya adalah: kesadaran terhadap pemikiran sendiri, membuat rencana yang efektif, kesadaran dan juga menggunakan sumber informasi yang diperlukan, kepekaan yang lebih besar terhadap umpan balik dan penilaian efektivitas tindakan seseorang.Peneliti akan mengamati 4 indikator yaitu , menyadari pemikirannya sendiri, merencanakan secara efektif, menyadari dan menggunakan sumber daya informasi yang diperlukan dan peka terhadap umpan balik.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Serta memberikan gambaran tentang model pembelajaran Biologi dengan Model Problem Based Learning sebagai salah satu alternatif dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran Biologi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada sekolah dalam hal penerapan model pembelajaran yang dapat menarik minat belajar siswa dan juga mengembangkan hal-hal yang berkaitan dengan Biologi di SMA. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan sekaligus menambah pengetahuan penelitian tentang model pembelajaran Problem Based Learning, serta dapat dijadikan masukan untuk mempersiapkan diri sebagai calon pendidik dalam proses pembelajaran.

Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan

24 Simatupang dan Ionita, “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Pencemaran Lingkungan Siswa SMA Negeri 13 Medan.” 25AZNINDA dan SETYARSIH, “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Strategi Self-Regulated Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa.”. Maka penelitian ini bertujuan untuk menerapkan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media handout untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah dan mengukur regulasi diri siswa khususnya pada mata pelajaran biologi.

Sistematika Penulisan

Kebaruan penelitian ini terletak pada variabel yang akan diteliti yaitu, dimana penelitian ini akan mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa kelas X pada materi Protista ditinjau dari regulasi diri siswa SMA. Kemampuan pemecahan masalah kaitannya dengan Self-Regulation Siswa yang belum pernah digunakan khususnya pada mata pelajaran biologi.

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Model Problem Based Learning

Model pembelajaran Pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) adalah seperangkat model pengajaran yang menggunakan masalah sebagai fokus pengembangan keterampilan pemecahan masalah, materi, pengaturan diri (Hmelo-Silver, 2004). Menurut Barr dan Tagg (dalam Huda, 2013), pembelajaran berbasis masalah (PBL) merupakan suatu bentuk transisi dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran, sehingga fokusnya adalah pada pembelajaran siswa daripada pengajaran guru. Sintaksis Model Problem Based Learning (PBL) Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL) (Trianto 2011:98) dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 37.

Media Pembelajaran

Sebagai komponen yang berinteraksi dengan komponen lainnya untuk menciptakan situasi pembelajaran yang diharapkan. Media pembelajaran untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa memahami materi di kelas. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi media adalah alat untuk membantu mengefektifkan situasi pembelajaran, mempercepat proses pembelajaran, penting untuk mencapai tujuan, mempercepat proses belajar mengajar, meningkatkan mutu pembelajaran. proses dan peningkatan mutu pendidikan.

Handout

Handout media ini selalu memuat poin-poin atau pokok-pokok materi pembelajaran yang akan berpengaruh ketika diberikan kepada siswa dan membantu mereka dalam proses pembelajaran di kelas. Tujuan dari media Handout adalah sebagai berikut:55 1) Membantu siswa (Siswa tidak perlu lagi mencatat, selain penjelasan yang diberikan oleh guru). Berdasarkan uraian di atas, kelemahan media Handout adalah sulitnya merepresentasikan gerak dan suara, pembelajaran dirancang mudah rusak atau hilang, dan keberhasilan biasanya hanya pada tataran kognitif.

Kemampuan Pemecahan Masalah

Terdapat pengaruh model Pembelajaran Berasaskan Masalah menggunakan media Handout terhadap keupayaan menyelesaikan masalah pelajar. Terdapat pengaruh model pembelajaran Pembelajaran Berasaskan Masalah menggunakan media Handout terhadap keupayaan menyelesaikan masalah pelajar. Terdapat interaksi antara model pembelajaran berasaskan masalah yang dibantu oleh media edaran dan pengawalan kendiri keupayaan menyelesaikan masalah pelajar.

Model PBL berbantu media Handout

Self Regulation

Model pembelajaran berbasis masalah menjadi salah satu solusinya, model pembelajaran yang berkaitan dengan pemecahan masalah adalah model pembelajaran berbasis masalah (PBL). 15. Berdasarkan tabel di atas dapat dipahami bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa X MIPA di SMA N 1 Pulau Beringin masih dalam kategori rendah. Berdasarkan beberapa pemikiran yang telah dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa model pembelajaran berbasis masalah (PBL) merupakan model pembelajaran yang siswa menghadapi masalah sebagai fokus pengembangan keterampilan pemecahan masalah.

Sintaks model Problem Based Learning (PBL) secara umum konsisten dengan tahapan pemecahan masalah sehingga dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah. Metaanalisis Pengaruh Discovery Learning dan Problem Based Learning Eskris serta Modelnya Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V Sekolah Dasar.

Kajian Materi

Mereka mulai hidup di bumi ini sekitar 1-2 miliar tahun yang lalu, makhluk inilah yang membingungkan para ilmuwan karena mirip dengan hewan, tumbuhan atau jamur. Chrysophyta sering disebut alga pirang atau alga emas karena warnanya diperoleh dari karotenoid kuning kecoklatan yang disebut fucosantin dan juga memiliki klorofil a dan b, memiliki sel yang uniseluler dan banyak yang memiliki flagela. Jamur ini hidup di tempat lembab atau air, ciri khas jamur ini adalah menghasilkan sel-sel flagela yang berguna untuk berenang di air.

Kerangka Berpikir

Pengajuan Hipotesis

METODE PENELITIAN

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Populasi, Sampel, dan Teknik Pengumpulan Data

Populasi yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 1 Pulau Beringin. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah random cluster sampling, karena populasinya sangat besar, maka digunakanlah random cluster sampling untuk menentukan sampel dalam penelitian ini, kelompok ini dijadikan sebagai sampel acak. Teknik pengumpulan data dapat dikatakan sebagai cara untuk mengumpulkan data dalam realisasi penelitian ini.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes dan teknik nontes.Pengaturan diri siswa, wawancara dan dokumentasi dapat dilihat sebagai berikut : . 1) Tes a.

Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa ujian tertulis yang disajikan dalam bentuk esai. Dalam penelitian ini menggunakan tes tertulis untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi Protista. Tes dalam penelitian ini menggunakan soal esai yang diberikan pada akhir (Postest) dalam proses pembelajaran. 55 2) Tidak ada ujian.

Metode angket (kuesioner) pada penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data dari siswa mengenai regulasi diri siswa di SMA N 1 Pulau Beringin. Angket diberikan kepada siswa setelah pembelajaran berakhir untuk meminta waktu bagi siswa untuk menyelesaikannya. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi mendalam mengenai persepsi, pandangan, pengetahuan atau aspek kepribadian siswa, yang disampaikan secara lisan dan spontan.

Dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data dengan cara mengambil gambar atau foto serta dokumen-dokumen yang diperlukan dalam penelitian.

Definisi Operasional Variabel

Instrumen Penelitian

Tes yang dimaksud adalah tes kemampuan pemecahan masalah yang diberikan kepada siswa dalam bentuk tes esai, tes tersebut dilakukan pada awal dan akhir pembelajaran. Dalam penelitian ini digunakan standar mutlak untuk menentukan skor yang diperoleh siswa pada tes kemampuan pemecahan masalah yang dihitung dengan rumus: 75. 75Tivani et al., “Pengembangan LKS Biologi Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah dan Lingkungan karakter peduli. Pengembangan LKS Biologi berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan meningkatkan karakter peduli lingkungan.”

Dokumentasi merupakan suatu cara mengumpulkan data dengan mengambil gambar atau foto beserta dokumen lain yang diperlukan dalam pencarian.

Uji Validitas dan Reliabilitas Data

Berdasarkan tabel 3.9 di atas, dari 15 soal kemampuan pemecahan masalah yang diujikan, diperoleh 10 soal. Selain itu, soal yang valid akan digunakan untuk menguji kemampuan pemecahan masalah pada kelas Eksperimen dan kelas Kontrol. Hasil uji reliabilitas menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0,702 sehingga hasil tes kemampuan pemecahan masalah dinyatakan mempunyai reliabilitas tinggi dan layak digunakan sebagai instrumen.

Tingkat kesukaran soal ditentukan berdasarkan jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar dibagi dengan jumlah peserta tes. Daya pembeda suatu soal adalah kemampuan suatu soal dalam membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda aitem bertujuan untuk mengukur sejauh mana aitem tertentu mampu membedakan anak pintar dan kurang cerdas berdasarkan kriteria tertentu.

Setelah dilakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda, peneliti menggunakan 10 butir soal dari 15 butir soal sebagai tes kemampuan pemecahan masalah. Dengan menguji validitas instrumen berupa angket dengan menggunakan koefisien produk momen, maka pertanyaan dikatakan valid jika rhitung ≥ rtabel. Angket yang valid selanjutnya akan digunakan sebagai alat angket pengaturan diri siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Hasil uji reliabilitas memberikan koefisien reliabilitas sebesar 0,802 sehingga hasil uji angket pengaturan diri dinyatakan sangat reliabel dan layak digunakan sebagai instrumen.

Tabel 3.14  Klasifikasi Daya Beda
Tabel 3.14 Klasifikasi Daya Beda

Uji Prasarat Analisis

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui seragam atau tidaknya varians sampel yang diambil dari populasi yang sama, dan metode Bartlett digunakan untuk menguji homogenitas varians tersebut. Uji Bartlett merupakan pengujian data yang mempunyai lebih dari 2 kelompok sampel sebagai berikut:81.

Uji Hipotesis

Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media Leaflet terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa. Jadi, model pembelajaran problem based learning berbantuan media Leaflet berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media Leaflet dan regulasi diri terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Prasyarat Analisis

  • Uji Homogenitas
  • Uji Hipotesis ANOVA (Analysis Of Varians) Dua

Syarat analisis variasi dua jalur sel tak serupa yang digunakan terdiri dari uji normalitas kelas eksperimen dan uji normalitas kelas kontrol. Pada kelas eksperimen yang menggunakan model Media Handout Assisted Problem Based Learning yaitu kelas X MIPA 1. Berdasarkan tabel hasil uji normalitas kemampuan pemecahan masalah pada kelas kontrol pada tabel diatas.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa data kemampuan pemecahan masalah siswa kelas kontrol berdistribusi normal. Pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media yaitu kelas X MIPA 1. Setelah uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas terpenuhi maka analisis dapat dilanjutkan ke uji hipotesis penelitian dengan menggunakan ANOVA (Analysis Of Varians ) dari dua jalur sel yang berbeda.

Setelah diketahui bahwa data penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen, maka dilanjutkan dengan uji hipotesis yaitu menggunakan ANOVA (Analysis Of Variance) dua jalur seluler yang berbeda. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media Handout terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa, pengaruh regulasi diri tinggi dan sedang terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa serta melihat interaksi antar model pembelajaran berbasis masalah. model pembelajaran. dari Handout Media dan Pengaturan Diri Keterampilan Pemecahan Masalah Siswa. Sumber : Hasil perhitungan analisis variasi dua jalur sel yang berbeda Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: hipotesis pertama berdasarkan perhitungan analisis data pada tabel diatas yaitu sig.

0.05 sehingga dapat disimpulkan bahawa terdapat interaksi antara model pembelajaran berasaskan masalah berbantukan media edaran dan regulasi kendiri keupayaan menyelesaikan masalah.

Pembahasan

Gambar

Tabel 3.14 Klasifikasi Daya Beda ............................................... 68  Tabel 3.15 Tabel Uji Daya Pembeda Kemampuan Pemecahan   Masalah .....................................................................................
Tabel 3.1  Desain Factorial 2x3
Tabel 3.14  Klasifikasi Daya Beda

Referensi

Dokumen terkait

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : NUR ULFIANA NIM : 1444040033 Jurusan/Prodi : Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas : Ilmu Pendidikan