86
PENGARUH PEMBERIAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR DAN PUPUK KANDANG DOMBA TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI TREMBESI
(Samanea saman Merr.) PADA TANAH ULTISOL
Kenny Alvonso Esau1, Yusran1, Dewi Wahyuni1, Retno Wulndari1, Asgar Tayeb1, Rahmawati1
1Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako Korespondensi : [email protected]
Abstract
Trembesi (Samanea saman Merr.) can grow on any type of soil, whether in dry land or yards or on newly cleared forest land, even on marginal lands such as ultisol. Ultisol soil has a low pH, so its fertility rate is also low due to the low solubility of macroelements. This study aims to determine the effect of arbuscular mycorrhizal fungi and sheep manure on the growth of trembesi seedlings on ultisol soil. The study was conducted for 3 months, from April 2022 to July 2022 located at the Rano Indah Farmer Group Nursery, Uwemanje Village, Kinovaro District, Sigi Regency. This study used a completely random design method with a factorial pattern consisting of two treatments parameters, namely the height of the seedlings, diameter, number of leaflets, number of petioles and resistance value of seedlings Variance analysis or F-test is used to determine whether the treatment of one factor or its interaction has a significant effect. And if it has a significant influence on the observation parameters, then continue with the honest significant difference (BNJ) test at a significant level of 5%.
The results showed that the application of arbuscular mycorrhiza and sheep manure had a significant effect on the growth of trembesi seedlings, namely the parameters of seedling height, stem diameter, but it does not have a significant effect on the number of leaves and the number of petioles of trembesi seedlings.
Keywords: Mycorrhiza, sheep manure, trembesi, Ultisol.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang kaya dalam keanekaragaman hayati dengan 30.000 spesies yang telah diindentifikasi, salah satunya adalah pohon trembesi (Samanea saman Jacq).
Pohon yang tergolong dalam family faneceae, dengan berbagai nama daerah diantaranya ki hijau (Jawa Barat), kayu colok dangan munggur (Jawa Tengah). Pohon Trembesi merupakan tanaman cepat tumbuh asal Amerika Tengah dan Amerika Selatan Utara, Pohon Trembesi termasuk pohon yang mudah di kenali karena mempunyai kanopi yang berbentuk payung dengan diameter kanopi lebih besar dari tingginya (Nuroniah dan Kosasih 2010). Saat ini Trembesi digunakan sebagai pohon peneduh, hiasan dan memiliki daya serap yang tinggi terhadap karbon yaitu sebesar 28 ton/pohon/tahun. Munurut Nuroniah rangkah upaya pengurangan emisi karbon Indonesia sekitar 24% pada tahun 2020 pemerintah melalui
program one men one tree menggalakan Trembesi merupakan jenis pohon yang memiliki kemampuan yang sangat besar untuk menyerap karbodiaksida dari udara. Pohon ini mampu menyerap 28.488,39 kg CO2/pohon setiap tahunnya, sehingga baik digunakan sebagai tanaman penghijauan kota/tanaman pelindung.
Selain itu, akar trembesi dapat digunakan sebagai obat untuk mencegah kanker yaitu dengan cara menambahakan akar trembesi pada air saat mandi. Ekstra daun trembesi dapat menghambat pertumbuhan mikrobakterium tuberculosis yang dapat menyebabkan sakit perut. Trembesi juga dapat digunakan sebagai obat flu, sakit kepala, dan penyakit usus (Alamendah,2009).
Mikoriza mendukung pertumbuhan tanaman pada lahan tambang dengan kondisi tanahnya yang mengandung logam-logam beracun dengan mengurangi toksisitas, logam beracun dan meningkatkan toleransi tanaman pada tanah- tanah yang terkontaminasi. Hal ini diharapkan memberi pengaruh positif pada kondisi ekosistem
87
yang ada di lahan tambang sehingga sifat kimia, fisik dan biologi tanah dapat diperbaiki.Menurut Merani (2009) bahwa pemberian Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) merupakan salah satu solusi yang dapat diaplikasikan pada lahan marginal karena asosiasi mikoriza ini memungkinkan tanaman untuk memperoleh air dan hara dalam kondisi lingkungan yang kering dan miskin unsur hara. Seperti halnya tanah lahan bekas tambang emas yang digunakan sebagai media tanam.
Hasil penelitian Suryati dkk.(2014) menunjukan bahwa peranan mikoriza arbuskular mampu memacu pertumbuhan tanaman lada sehingga berpotensi dikembangkan sebagai biofertilizer. Selanjutnya Rinti dkk.(2014) melaporkan bahwa perlakuan dengan beberapa spesies fungi mikoriza arbuskula memberikan pengaruh yang nyata pada semai kemiri yaitu parameter pertumbuhan tinggi, diameter batang, jumlah daun serta berat basah dan kering akar dan pucuk.
Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pemberian fungi mikoriza arbuskular dan pupuk kandang domba terhadap pertumbuhan semai Trembesi (Samanea saman Merr.) pada tanah ultisol ?
Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian fungi mikoriza arbuskular dan pupuk kandang domba berpengaruh terhadap pertumbuhan semai Trembesi (Samanea saman Merr.) pada tanah ultisol
Kegunaan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi semua pihak dan pembanding bagi penelitian lainnya tentang pengaruh pemberian fungi mikoriza arbuskular dan pupuk kandang domba terhadap pertumbuhan semai Trembesi (Samanea saman Merr.) pada tanah ultisol
MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan 3 bulan, yaitu dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2022, yang bertempat di Persemaian Kelompok Tani Rano Indah, Desa Uwemanje, Kecamatan Kinovaro, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
a. Benih Trembesi (Samanea saman Merr.) digunakan sebagai obyek penelitian, ditanam dari biji hingga kondisi semai dalam penelitian relatif seragam diawal penelitian (jumlah daun, tinggi, dan diameter),
b. Fungi Mikoriza Abuskular (Glomus sp), digunakan sebagai bahan perlakuan
c. Pupuk Kandang Domba yang telah disediakan
d. Tanah ultisol digunakan sebagai media tanam
e. Label, digunakan untuk memberi keterangan pada polybag,
f. Polybag digunakan sebagai wadah tempat tumbuh semai.
Bahan yang digunakan yaitu :
a. Sekop digunakan untuk mengambil tanah di lapangan,
b. Timbangan analitik digunakan untuk menimbang semai,
c. Mistar digunakan untuk mengukur tinggi semai, Kaliper digunakan untuk mengukur diameter semai,
d. Kamera digunakan untuk dokumentasi penelitian,
e. Laptop digunakan untuk mengolah data penelitian,
f. Alat tulis menulis, Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial yang terdiri atas 2 Faktorial yaitu sebagai berikut :
Faktor I: Fungi Mikorza Arbuskular terdiri dari 2 taraf: M0 = Tanah Tanpa Fungi Mikoriza Arbuskular (Kontrol)
M1 = Tanah + Fungi Mikoriza Arbuskular Faktor II:Dosis pupuk kandang domba terdiri dari 4 taraf: P0 = Tanpa pupuk (Kontrol)
P1 = 120 g / Polibag P2 = 150 g / Polibag P3 = 175 g / Polibag
Bedasarkan taraf perlakuan diatas sehingga terdapat 2x4=8 kombinasi perlakuan seperti tercantum dalam tabel sebagai berikut:
88
Tabel 1. Kombinasi perlakuan antara Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) dan Pupuk Kandangdomba Faktor I
Fungi Mikoriza Arbuskular
(M)
Faktor B
Pupuk Kandang Domba (P)
P0 P1 P2 P3
M0 M0P0 M0P1 M0P2 M0P3
M1 M1P0 M1P1 M1P2 M1P3
Ket:
M0P0 = Tanah tanpa FMA dan pupuk kompos (kontrol)
M0P1 = Tanah + pupuk kandang 120 g M0P2 = Tanah + pupuk kandang 150 g M0P3 = Tanah + pupuk kandang 175 g M1P0 = Tanah + FMA
M1P1 = Tanah + FMA + pupuk kandang 120 g M1P2 = Tanah + FMA + pupuk kandang 150 g M1P3 = Tanah + FMA + pupuk kandang 175 g
Setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 10 kali sehingga terdapat 8x10= 80 unit percobaan.
Analisis Data
Data dianalisis menggunakan analisis sidik ragam Uji F dengan taraf 5% dilakukan untuk mengetahui nyata tidaknya pengaruh perl akuan. . Perlakuan yang diberikan berpengaruh nyata sehingga dilakukan uji lanjut dengan menggunkan uji BNJ taraf untuk menentukan perlakuan yang berbeda nyata.
Data penelitian ini dianalisis dengan sidik ragam sesuai dengan metode penelitian yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial dengan model matematis menurut Gaspersz (1991), sebagai berikut:
Yij = µ + αi+βj + (αβ)ij+ ɛij Dimana:
Yij = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i, dan ulangan ke-j
µ = Nilai rata-rata umum pertumbuhan semai αi = Faktor perlakuan FMA pada taraf ke-i βj = Faktor perlakuan Dosis pupuk kandang
domba pada taraf ke-j
(αβ)ij = Interaksi antara Faktor FMA dengan Faktor Dosis pupuk kandang domba ɛij = Kesalahan percobaan/galat pada Faktor
FMA taraf ke-i, Faktor Dosis pupuk
kandang domba taraf ke-j dan ulangan ke-k
i-j = 1,2,3,4
Apabila F hitung lebih besar dari F tabel 5%
maka dilakukan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf nyata 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
1. Tinggi Semai
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap tinggi semai trembesi maka dilakukan analisis sidik ragam yang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Analisis Sidik Ragam Tinggi (cm) Semai Trembesi Umur 8 Minggu Setelah Tanam
SK DB JK KT F-HITUNG F-TABEL
5%
M 1 81,40612 81,40612 17,20196* 3,97 P 3 252,1964 84,06546 17,763905* 2,73 MP 3 926,4464 308,8155 65,255914* 2,73
GALAT 72 340,731 4,732375
TOTAL 79 1600,78
Keterangan: *= Berpengaruh Nyata KK:8,30%
Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi Mikoriza Arbuskular dan Pupuk Kandang berpengaruh nyata terhadap tinggi semai Trembesi, maka dilakukan uji lanjut dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5%
pada Tabel 3.2. Waktu Mulai Berkalus Tabel 3. Hasil Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) terhadap tinggi (cm) semai trembesi umur 8
Minggu Setelah Tanam
Perlakuan Rata-rata BNJ 5%
M1P1 30,96 a
M0P1 30,51 a
M1P0 29,50 a
M0P2 27,49 b 1,94
M0P1 26,48 bc
M0P0 24,68 c
M1P2 21,33 d
M1P3 19,03 e
Keterangan:Angka Yang Diikuti Notasi Huruf Yang Tidak Sama Menunjukan Berbeda Nyata Pada Uji BNJ 5%.
Pada tabel 3 menunjukkan urutan nilai rata- rata tinggi semai dari yang tertinggi sampai yang
89
terendah yang dihasilkan oleh masing-masing interaksi antara pemberian fungi mikoriza arbuskular dan pupuk kandang domba. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata tinggi semai Trembesi yang tertinggi terdapat pada perlakuan fungi mikoriza arbuskular + pupuk Kandang domba (M1P1) yaitu 30,96 cm, yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk Kandang domba (M0P1) yaitu sebesar 30,51 cm dan perlakuan fungi mikoriza arbuskular (M1P0), tetapi perlakuan (M1P1) dan perlakuan (M0P1) tersebut berbeda nyata dengan perlakuan Pupuk kandang domba (M0P2) dengan pertambahan tinggi 27,49 cm, perlakuan pupuk kandang domba (M0P1) yaitu 26,48 cm, perlakuan Kontrol (M0P0) yaitu 24,68 cm, dan perlakuan (M1P2) yaitu 21,33 cm dan perlakuan (M1P0) berbeda tidak nyata dengan (M0P2) Selanjutnya, perlakuan (M0P2) tersebut berbeda nyata dengan perlakuan (M0P1), perlakuan (M0P0), dan Perlakuan (M1P2), tetapi perlakuan fungi mikoriza arbuskular + pupuk kandang domba (M1P3) tinggi yaitu 19,03 cm sebagai tinggi terendah berbeda tidak nyata dengan perlakuan (M1P2).Gambar 1. Rata-rata Tinggi (cm) Semai Trembesi (Samanea saman Merr.) Umur 8 Minggu Setelah
Tanam
Pada Gambar 1 rata-rata tinggi Trembesi (Samanea saman Merr.) yang tertinggi diperoleh pada pelakuan fungi mikoriza arbuskular + pupuk kandang domba (M1P1) yaitu 30,96 cm, sedangkan rata-rata terendah diperoleh pada perlakuan ,Fungi mikoriza arbuskular + pupuk kandang domba (M1P3) yaitu 19,03 cm.
2.Diameter Batang Semai
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap diameter semai Trembesi maka dilakukan analisis sidik ragam yang di sajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Analisis Sidik Ragam Diameter batang (mm) Semai Trembesi Umur 8 Minggu Setelah
Tanam
Sk Db Jk Kt F-hitung F-tabel
5%
M 1 0,002531 0,002531 0,021085 tn 3,97 P 3 1,707344 0,569115 4,740564* 2,73 MP 3 5,590094 1,863365 15,5213* 2,73
Galat 72 8,64 0,120052
Total 79 15,94
Keterangan : tn = Berpengaruh Tidak Nyata * = Berpengaruh nyata
KK: 13,62%
Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi Mikoriza Arbuskular dan Pupuk Kandang berpengaruh nyata terhadap diameter semai Trambesi, maka dilakukan uji lanjut dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5%
pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) terhadap diameter (mm) semai trembesi umur 8
Minggu Setelah Tanam
Perlakuan Rata-rata Bnj 5%
M1P1 3,01a
M1P0 2,87ab
M0P3 2,73ab
M0P0 2,69ab 0,31
M0P2 2,60b
M0P1 2,44bc
M1P2 2,24c
M1P3 2,04c
Pada tabel 5 menunjukkan urutan nilai rata- rata diameter semai dari yang tertinggi sampai yang terendah yang dihasilkan oleh masing- masing interaksi antara pemberian fungi mikoriza arbuskular dan pupuk kandang domba. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata diameter semai Trembesi yang tertinggi terdapat pada perlakuan fungi mikoriza arbuskular + pupuk Kandang domba (M1P1) yaitu 3,01 mm yang berbeda tidak nyata dengan perl(akuan fungi mikoriza arbuskular (M1P0), pupuk Kandang domba (M0P3) dan (M0P0) akan tetapi perlakuan
0 5 10 15 20 25 30 35
M0P0 M0P1 M0P2 M0P3 M1P0 M1P1 M1P2 M1P3 24.6826.48 27.49
30.14 29.3 30.96 21.43
19.03
90
berbeda nyata dengan pupuk Kandang domba (M0P2), pupuk Kandang domba (M0P1) fungi mikoriza arbuskular + pupuk Kandang domba (M1P2) dan fungi mikoriza arbuskular + pupuk Kandang domba (M1P3).Gambar 2. Rata-rata Pertambahan Diameter (mm) Semai Trembesi (Samanea sama Merr.)
Umur 8 Minggu Setelah Tanam
Pada Gambar 2 rata-rata diameter Semai Trembesi (Samanea saman Merr.) yang tertinggi diperoleh pada Perlakuan Mikoriza arbuskular + pupuk Kandang domba (M1P1) yaitu 3,01 mm, sedangkan rata-rata terendah diperoleh pada perlakuan Mikoriza arbuskular + pupuk Kandang (M1P3) yaitu 2,04 mm.
3. Jumlah Anak Daun
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap jumlah anak daun semai trembesi maka dilakukan analisis sidik ragam yang disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Analisis Sidik Ragam Jumlah Anak Daun (helai) Semai trembesi Umur 8 Minggu
Setelah Tanam
SK DB JK KT F-Hit F-T
5%
M 1 446,5125 446,5125 1,62149526tn 3,97 P 3 1257,138 419,0458 1,52175097tn 2,73 MP 3 888,8375 296,2792 1,07592792tn 2,73 Galat 72 19826,7 275,3708
Total 79 22419,19
keterangan:tn=Berpengaruh Tidak Nyata KK:8,33 %
Gambar 3. Rata-rata Jumlah Daun (helai) Semai Trembesi Umur 8 Minggu Setelah Tanam
Pada Gambar 3 rata-rata jumlah daun Semai yang tertinggi diperoleh pada pelakuan Perlakuan Mikoriza arbuskular + pupuk Kandang domba (M1P1) yaitu 25,8 helai, sedangkan rata-rata terendah diperoleh pada perlakuan Perlakuan Mikoriza arbuskular + pupuk Kandang (M1P3) yaitu 13,3 helai.
4. Jumlah Tangkai Daun
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap jumlah daun semai trembesi maka dilakukan analisis sidik ragam yang disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Analisis Sidik Ragam jumlah tangkai daun (helai) Semai trembesi Umur 8 Minggu
Setelah Tanam
SK DB JK KT F-Hit F-T
5%
M 1 130,1 130,1 1,3tn 3,97 P 3 184,3 61,4 0,6tn 2,73 MP 3 745,6 248,5 2,5tn 2,73 Galat 72 7195,2 99,9
Total 79 8255,2
keterangan:tn=Tidak Nyata KK:14,41 %
Gambar 4. Rata-rata jumlah tangkai daun (helai) Semai Trembesi (Samanea saman Merr.) Umur 8
Minggu Setelah Tanam
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50
2.43 2.44 2.60 2.73 2.87 3.01
2.24 2.04
0 5 10 15 20 25 30
16.6 19
22.5 23.2 22.7 25.8
16.4 13.3
0 5 10 15
8.8 9.7 10.4 11.6 11.7 12.7
7.6 7.3
91
Pada Gambar 4 rata-rata diameter Semai Trembesi (Samanea saman Merr.) yang tertinggi diperoleh pada pelakuan Mikoriza arbuskular + pupuk Kandang (M1P1) yaitu 12,7 helai, sedangkan rata-rata terendah diperoleh pada perlakuan Mikoriza arbuskular + pupuk Kandang domba (M1P3) yaitu 7,3 helai.5. Nilai Kekokohan Semai
Rata-rata Nilai Kekokohan semai Trembesi pada berbagai kombinasi perlakuan Mikoriza arbuskular dan pupuk kendang domba disajikan pada gambar 5.
Gambar 5. Rata-rata Nilai Kekokohan Semai Trembesi (Samanea saman Merr.)Umur 8
Minggu Setelah Tanam
Pada Gambar 5 rata-rata nilai kekokohan Semai Trembesi (Samanea saman Merr.) yang tertinggi diperoleh pada pelakuan Pupuk Kandang (M0P2) yaitu 11,32, sedangkan rata- rata terendah diperoleh pada perlakuan Mikoriza arbuskular + pupuk Kandang (M1P3) yaitu 9,54.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan fungi mikoriza arbuskular dan pupuk kandang domba pada tanah ultisol memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter pertumbuhan semai Trembesi (Samanea saman Merr.) yaitu tinggi semai dan diameter semai tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap diameter,jumlah anak daun dan tangkai daun semai. Perlakuan kombinasi Mikoriza arbuskular 10 g + pupuk kandang domba 120 g (M1P1) memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertambahan tinggi dengan nilai rata- rata tinggi semai 30,96 cm dibandingkan dengan perlakuan kombinasi lainnya. Demikian pula halnya pada parameter jumlah anak daun, dimana perlakuan kombinasi FMA 10 g + pupuk
kandang domba 120 g (M1P1) dan perlakuan lainnya memberikan pengaruh jumlah anak daun lebih banyak, kecuali perlakuan FMA 10 g + pupuk kandang domba 175 g (M1P3).
Fungi Mikoriza Abuskular yang diaplikasikan langsung pada akar semai Trembesi membantu mengoptimalkan penyerapan unsur hara. Alloway, (2009) menjelaskan bahwa FMA membantu dalam penyerapan unsur hara dalam tanah terutama fosfat dan beberapa unsur hara lainnya seperti Cu dan Zn dimana Unsur Cu berperan dalam transport elektron pada proses fotosintesis, sedangkan Zn dibutuhkan dalam proses metabolisme dan sebagai kofaktor dalam proses fosfodieterase. Unsur hara tersebut digunakan oleh tanaman untuk membentuk karbohidrat dalam proses fotosintesis yang nantinya akan bersenyawa dengan bahan-bahan anorganik membentuk protoplasma pada titik tumbuh batang (jaringan meristem), sehingga tanaman akan bertambah tinggi.
Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) diketahui mampu memperbaiki pertumbuhan dan hasil tanaman pada tanah-tanah yang kondisinya kurang baik. Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) yang menginfeksi sistem perakaran tanaman inang akan memproduksi jaringan hifa eksternal yang tumbuh secara ekspansif dan menembus lapisan sub soil sehingga meningkatkan kapasitas akar dalam penyerapan hara dan air Hartoyo, dkk (2011).
Inokulasi FMA mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman, hal ini diduga karena kemampuan FMA mengikat unsur hara nitrogen yang sangat dibutuhkan tanaman Trembesi pada fase pertumbuhan semai untuk mengoptimalkan pertumbuhanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi FMA mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman. Namun perlakuan Pupuk kandang dengan dosis 175 g justru berpengaruh tidak baik terhadap pertambahan tinggi semai, hal ini diduga karena dosis kompos 175 g kelebihan banyak untuk semai tanaman trembesi, sehingga tanaman tidak mampu tumbuh dengan baik karena kelebihan dosis pupuk kandang dapat mengganggu proses pertumbuhan tanaman. Isbandi (1983) berpendapat bahwa tanggap tanaman terhadap unsur hara menunjukkan maksimum pada batas-batas tertentu dan pada jumlah yang lebih tinggi justru pertumbuhan tanaman akan terganggu. Lebih luasnya bidang penyerapan unsur hara pada
9.6
11.2 11.3 11.2
10.3 10.4
9.6 9.5
8.5 9.0 9.5 10.0 10.5 11.0 11.5
M0P0 M0P1 M0P2 M0P3 M1P0 M1P1 M1P2 M1P3
92
media bermikoriza akan meningkatkan penyerapan unsur hara diantaranya adalah unsur P dan Ca. Meningkatnya kadar P memengaruhi pembentukan Adenosin Trifosfat (ATP) (Bucher, 2007) yang berperan penting dalam proses metabolisme dan pertumbuhan tanaman seperti pembelahan sel dan pemanjangan sel, respirasi dan fotosintesis. Demikian juga dengan meningkatnya kadar Ca, yang berperan sebagai elemen struktural dinding sel dan membran sel.Kalsium memengaruhi aktivitas pembelahan dan penebalan sel-sel jaringan tanaman (Pinto et al., 2015), sehingga proses diferensiasi menjadi lebih cepat dan pertumbuhan kambium berjalan lebih cepat yang terlihat pada pertambahan diameter batang tanaman.
Pupuk kendang domba sangat mempengaruhi pertumbuhan semai. Hal ini dikarenakan pupuk kandang domba dapat meningkatkan jumlah daun tanaman, dimana pupuk kandang domba tersebut membantu memperbaiki struktur tanah, sehingga daya serap air dan hara oleh akar tanaman meningkat, serta akibat aktivitas mikroorganisme yang membantu proses penambahan C02 pada permukaan tanah.
Konsentrasi CO2 mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap fotosintesis, dengan meningkatnya konsentrasi C02 maka dapat meningkatkan laju fotosintesis (Januwati, 2005).
Penggunaan pupuk kandang domba secara berkelanjutan memberikan dampak positif terhadap kesuburan tanah. Tanah yang subur akan mempermudah perkembangan akar tanaman. Akar tanaman yang dapat berkembang dengan baik akan lebih mudah menyerap air dan unsur hara yang tersedia di dalam tanah sehingga tanaman dapaat tumbuh dan berkembang secara optimal serta menghasilkan produksi yang tinggi Dinariani dkk, (2014). Ketersediaan unsur hara yang terkandung dalam pupuk kandang akan menyebabkan aktivitas proses fotosintesis tanaman semai trembesi meningkat.
Kekokohan semai juga merupakan sifat yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman di lapangan, kekokohan semai juga termasuk sifat atau karakteristik yang dipakai untuk menilai sifat morfologi semai, kekokohan semai dapat diartikan juga sebagai ketahanan bibit dalam menerima tekanan angin atau kemampuan bibit dalam menahan biomassa bagian atas (Yudohartono, 2012). Ukuran kekokohan semai yang baik adalah yang seimbang antara tinggi
dengan diameter semai (Dermayanto, 1994).
Nilai kekokohan semai yang kecil menunjukkan bahwa tanaman memiliki harapan yang lebih tinggi untuk bertahan hidup, terlebih pada lahan yang banyak kena tempaan angin dan lahan kering. Nilai kekokohan semai yang tidak diharapkan adalah yang lebih tinggi dari 6.
Semakin kecil nilai kekokohan semai maka bibit tersebut semakin kokoh (Jaenicke, 1999). Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa bibit tersebut kurus sedangkan rasio yang lebih rendah mengindikasikan bibit tersebut gemuk. Bibit dengan rasio kekokohan semai yang tinggi akan rentan terhadap kerusakan pada saat penanganan, kena tempaan angin dan kekeringan (Haase, 2008).
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pemberian FMA Berpengaruh Nyata pada tinggi Semai dan tidak berpengaruh nyata pada diameter batang,jumlah anak taun dan jumlah tangkai daun semai trembesi
2. Pemberian pupuk kandang domba berpengaruh nyata terhadap tinggi semai,diameter batang tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anak daun dan jumlah tangkai daun semai trembesi.
3. Interaksi perlakuan FMA dan pupuk kandang domba berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan semai trembesi yaitu pada parameter tinggi semai dan diameter batang tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anak daun dan jumlah tangkai daun semai trembesi.
4. Perlakuan FMA 10 g + Pupuk kandang 120 g (M1P1) memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan semai trembesi ditunjukan pada nilai rata-rata tinggi semai trembesi yaitu 30,96 cm,diameter 3,01 mm,anak taun 25,8 helai dan tangkai daun 12,7 helai
DAFTAR PUSTAKA
Alamendah. 2009. Pohon trembesi (ki hujan) serap 28 ton co2. Artikel http://alamendah.org/2009/12/26/pohon- trembesi-ki- hujan-serap-28-ton-co2.Di akses pada tanggal 23 januari 2022 pukul 21.00.
93
Alloway, B. J., 2009. Soil factors associated withzinc deficiency in crops and humans.
Environmental Geochemistry and Health, 31(5):537-548
Bucher, M., 2007. Functional biology of plant phosphate uptake at root and mycorrhiza interfaces. New Phytologist, 173(1):11-26.
Dinariani, Suwasono, dan Bambang. 2014.
Kajian penambahan pupuk kandang kambing dan kerapatan tanaman yang berbeda pada pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt). Jurnal Produksi Tanaman. 2(2): 128-136
Hartoyo, B., Ghulamahdi, M., Darusman, L. K., Aziz, S. A., & Mansur, I. 2011.
Keanekaragaman fungi mikoriza arbuskula (FMA) pada rizosfer tanaman pegagan (Centella asiatica (L.) Urban).
Jurnal Penelitian Tanaman Industri, 17(1):
32-40.
Haase, D.L., 2008. Understanding forest seedling quality: measurements and interpretation.
Tree Planters’ Notes. 52(2): 24-30.
Isbandi, D. 1983. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Fakultas Pertanian Buku. Universitas Gajahmada, Yogyakarta, Hal 259.
Januawati, M. dan M . Yusron. 2005. Budidaya
Tanaman Pegangan.
http/balittro.litbang.deptan.go.id [17 Desember 2021]
Jaenicke, H. (1999). Good tree nursery practices:
practical guidelines for research nurseries. World Agroforestry Centre.
Nuroniah HS dan Kosasih AS. 2010. Mengenal Jenis Trembesi (Samanea saman (Jacquin) Merrill) sebagai Pohon Peneduh. Mitra Hutan Tanaman 5(1):1-5.
Merani, F. 2009. Pengujian Fungi Mikoriza Arbuskula (Fma) Dan Tanah Bermikoriza Terhadap Pertumbuhan Anakan Tanaman Matoa (Pometia pinnata Forst.) (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Papua).
Pinto, M. C. X., Kihara, A. H., Goulart, V. A., Tonelli, F. M., Gomes, K. N., Ulrich, H., dan R. R. Resende, 2015. Calcium signaling and cell proliferation.Cellular signalling, 27(11):2139-2149.
Rinti, K., Yusran Y, and Irmasari I. 2014
"Respon Pertumbuhan Semai Kemiri
(Aleurites moluccana Willd.) Terhadap Inokulasi Beberapa Spesies Fungi Mikoriza Arbuskular." Jurnal Warta Rimba, 3(2): 49-56
Yudohartono, T.P. dan B. Ismail, 2012. Variasi Genetik Uji Provenan Merbau sampai umur 3 tahun di Bondowoso, Jawa Timur. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan, 6(1):27-36.