• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDAYAGUNAAN ZAKAT TERHADAP PEMBERDAYAAN MUSTAHIK DI BAZNAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PENGARUH PENDAYAGUNAAN ZAKAT TERHADAP PEMBERDAYAAN MUSTAHIK DI BAZNAS "

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN ENREKANG

Oleh

NUR HANDAYANI NIM 15.2400.002

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PAREPARE

2020

(2)

ii

PENGARUH PENDAYAGUNAAN ZAKAT TERHADAP PEMBERDAYAAN MUSTAHIK DI BAZNAS

KABUPATEN ENREKANG

Oleh

NUR HANDAYANI NIM 15.2400.002

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk MemperolehGelar Sarjana Ekonomi (S.E) pada Program Studi Ekonomi SyariahFakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PAREPARE

2020

(3)

iii

PENGARUH PENDAYAGUNAAN ZAKAT TERHADAP PEMBERDAYAAN MUSTAHIK DI BAZNAS

KABUPATEN ENREKANG

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Program Studi Ekonomi Syariah

Disusun dan diajukan oleh

NUR HANDAYANI NIM 15.2400.002

Kepada

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PAREPARE

2020

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. berkat hidayah, rahmat, taufik dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tulisan ini sebagai salah satu syarat untuk meyelesaikan studi dan memperoleh gelar “Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam” Institut Agama Islam Negeri Parepare. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada beliau Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang senang tiasa kita nanti-nanti syafaatnya di yaumul akhir.

Penulis menghaturkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Ibunda Nursiah B dan Ayahanda Baco’ S tercinta dimana dengan pembinaan dan berkat doa tulusnya, penulis mendapatkan kemudahan dalam menyelesaikan tugas akademik tepat pada waktunya.

Penulis telah banyak menerima bimbingan dan bantuan dariIbu Dr. Syahriyah Semaun, S.E., M.M. dan Ibu Ade Hastuty, ST., S.Kom., M.T.selaku Pembimbing Utama dan Pembimbing Pendamping, atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, penulis ucapkan terima kasih.

Selanjutnya, penulis juga mengucapkan dan menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ahmad Sultra Rustan, M.Si. sebagai Rektor IAIN Parepare yang telah bekerja keras mengelolah pendidikan di IAIN Parepare.

(8)

viii

2. Bapak Dr.Muhammad Kamal Zubair, M.Ag. sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.

3. Ibu Rusnaena, M. Ag. selaku penanggung jawab Program Studi Ekonomi Syariah atas pengabdiannya telah menciptakan suasana pendidikan yang positif bagi mahasiswa.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang telah memberikan ilmu dan wawasannya sehinggan penulis dapat menyelesaikan studinya.

5. Ibu Dra. Rukiah, M.H. dan Ibu Dr. Hj. St. Nurhayati Ali, M.Hum. selaku penguji dalam ujian munaqasyah.

6. Segenap Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Staf Rektorat, Staf Akademik, dan Staf Perpustakaan yang selalu siap melayani dan memberikan kemudahan administrasi kepada penulis selama masa perkuliahan dan proses penyelesaian skripsi.

7. Pengurus Badan Amil Zakat Kabupaten Enrekang, para karyawan, dan para mustahik BAZNAS yang telah memberikan izin dan datanya serta informasi kepada penulis sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

8. Seluruh keluarga besar, terutama untuk adik-adikku yang selalu memberikan dukungamoril, spiritual maupun materil kepada penulis.

9. Teruntuk Fitriani Kasim dan Asnadiah terimakasih telah meluangkan waktunya untuk menemani penulis dalam melaksanakan proses penelitian.

Dan Musdalifah A.S yang telah menemani selama proses penyusnan skripsi.

(9)

ix

10. Terima kasih kepada teman-teman kosku Windah, Irmayani, Fitriani Kasim dan Jusmia yang telah menemani selama 4 tahun dan memberikan dukungan kepada penulis.

11. Seluruh teman-teman angkatan 2015 Program Studi Ekonomi Syariah IAIN Parepare terima kasih telah menemani selama proses perkuliahan sampai penyelesaiaan skripsi.

12. Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang dengan ikhlas telah memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Demikianlah, semoga karya sederhana berupa skripsi ini dapat menjadi tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi pembaca. Penulispun mengharapkan saran yang membangun bagi penyempurna pembahasan dikemudian hari. Semoga bermanfaat.

Parepare, 11Februari 2020 Penulis

NUR HANDAYANI NIM 15.2400.002

(10)

x

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Nur Handayani

NIM : 15.2400.002

Program Studi : Ekonomi Syariah

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Judul Skripsi : Pengaruh Pendayagunaan Zakat Terhadap Pemberdayaan Mustahik Di BAZNAS Kabupaten Enrekang

Menyatakan dengan sesunguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karyanya batal demi hukum.

Parepare,11 Februari 2020 Yang Menyatakan,

NUR HANDAYANI NIM: 15.2400.002

(11)

xi ABSTRAK

Nur Handayani. Pengaruh Pendayagunaan Zakat Terhadap Pemberdayaan Mustahik Di BAZNAS Kabupaten Enrekang (Dibimbing oleh Ibu Syahriyah Semaun selaku pembimbing utama dan Ibu Ade Hastuty selaku pembimbing kedua).

Zakat merupakan salah satu instrument dalam Ekonomi Islam untuk mengurangi masalah kesenjangan kesejahteraan dan ketimpangan distribusi. Zakat dalam konteks umat merupakan salah satu sumber dana potensial dan sangat penting yang ditarik dari kaum yang memiliki kekayaan yang telah mencapai batas ukuran yang ditentukan dan kemudian didistribusikan kepada kaum yang termasuk dalam orang-orang yang berhak menerima zakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendayagunaan zakat konsumtif (X1) dan pendayagunaan zakat produktif (X2) terhadap pemberdayaan mustahik (Y). Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dan dalam mengumpulkan data digunakan metode angket dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif, uji normalitas, uji t, uji F, dan analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian berdasarkan hasil pengujian secara parsial atau uji t menunjukkan bahwavariabel pendayagunaan zakat konsumtif (X1) mempunyai pengaruh signifikan terhadap pemberdayaann mustahik. Hal ini dapat dibuktikan melalui nilai signifikan 0,02 < 0,05 dan variabel pendayagunaan zakat produktif (X2) mempunyai pengaruh signifikan terhadap pemberdayaann mustahik. Hal ini dapat dibuktikan melalui nilai signifikan 0,007 < 0,05. Pendayagunaan zakat konsumtif dan produktif berpengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap pemberdayaan mustahik. Dan berdasarkan pengujian regresi linear berganda diperoleh nilai X1 = 0,294 dan X2 = 0,328, dapat dilihat bahwa yang mempunyai nilai terbesar adalah X2 dan paling dominan berpengaruh terhadap pemberdayaan mustahik, dengan nilai kontribusi sebesar 0,328.

Kata Kunci: Pemberdayaan Zakat (Konsumtif dan Produktif), Pemberdayaan Mustahik

(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGAJUAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN KOMISI PEMBIMBING... v

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori ... 11

2.1.1 Pengertian Zakat dan Dasar Hukumnya ... 11

2.1.2 Teori Pendayagunaan Zakat ... 16

2.1.3 Teori Pembedayaan Mustahik ... 25

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 28

(13)

xiii

2.3 Kerangka Pikir/Konseptual ... 31

2.4 Hipotesis ... 33

2.5 Definisi Operasional Variabel ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 36

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

3.3 Populasi dan Sampel ... 37

3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 39

3.5 Teknik Analisa Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 46

4.2 Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 67

4.3 Pengujian Hipotesis ... 72

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 81

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 84

5.2 Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 89

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Tabel Halaman

4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14

Sampel Mutahik Kabupaten Enrekang

Karasteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pendidikan Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Hasil Deskriptiv Statistics

Correlation

Hasil Uji Validitas Hasil Uji Reliabilitas Hasil Uji Normalitas Analisis Linear Berganda Hasil Uji T

Hasil Uji F Correlation

44 52 54 55 55 56 58 58 59 60 62 65 66 67

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Gambar Halaman

2.1 2.2

Kerangka Pikir Kerangka Konseptual

28 29

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Lampiran

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Surat Izin Melaksanakan Penelitian dari IAIN Parepare

Surat Rekomendasi Izin Melaksanakan Penelitian dari Dinas Penanaman Modal Kab. Enrekang

Surat Keterangan Telah Meneliti dari BAZNAS Kab. Enrekang Hasil SPSS

Kuesioner Pengaruh Pendayagunaan Zakat Terhadap Pemberdayaan Mustahik Di BAZNAS Kabupaten Enrekang

T Tabel R Tabel

Foto Dokumentasi Penelitian Biografi Penulis

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kemiskinan dipandang sebagai bagian dari masalah pembangunan, yang keberadaannya ditandai oleh adanya pengangguran, keterbelakangan, yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan dalam berbagai aspek dan dimensi sosial-ekonomi.

Secara bersamaan kenyataan tersebut tidak saja menimbulkan tatangan tersendiri, tetapi juga memperlihatkan adanya suatu mekanisme dan proses yang tidak beres dalam pembangunan. Masyarakat miskin umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya kepada kegiatan ekonomi, seingga tertinggal jauh dengan masyarakat lainnya yang mempunyai potensi lebih tinggi.Persaingan yang tak seimbang ini membuat mereka yang tak unggul kian lama semakin tertinggal. Dalam prosesnya gejala ini menimbulkan persoalan ketimpangan distribusi pendapatan, dan selanjutnya kesenjangan kesejahteraan.1

Kesenjangan kesejahteraan ini bersifat alami dan sesuai dengan fitrah. Akan tetapi, jika kesenjangan yang terjadi ini semakin jauh, maka perbedaan yang lumrah tersebut telah menjadi kesenjangan sosial yang dilarang dalam Islam.Itu fenomena yang tidak boleh terjadi dan harus diselesaikan menurut Islam karena bertentangan dengan prinsip distribusi bahwa kekayaan itu harus didistribusikan kepada seluruh masyarakat, sebagaimana firman Allah Swt.,

1Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern: Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Umat (Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2010), h. 28-31.

(18)

ُسَّرلِلَو ِهَّلِلَف ىَرُقْلا ِلْهَأ ْنِم ِهِلوُسَر ىَلَع َُّللَّا ءاَفَأ اَّم ِنْباَو ِينِكاَسَمْلاَو ىَماَتَ يْلاَو َبَْرُقْلا يِذِلَو ِلو

َف ُهْنَع ْمُكاَهَ ن اَمَو ُهوُذُخَف ُلوُسَّرلا ُمُكَتَآ اَمَو ْمُكنِم ءاَيِنْغَْلْا َْينَ ب ًةَلوُد َنوُكَي َلَ ْيَك ِليِبَّسلا اوُهَ تنا

ِباَقِعْلا ُديِدَش ََّللَّا َّنِإ ََّللَّا اوُقَّ تاَو -

٧ -

Terjemahnya:

“Harta rampasan fai’ yang Diberikan Allah kepada Rasul-Nya (yang berasal) dari penduduk beberapa negeri, adalah untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul), anak-anak yatim, orang-orang miskin dan untuk orang-orang yang dalam perjalanan, agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang- orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukuman-Nya.” (QS.

Al-Hasyr:7)2

Sistem Ekonomi Islam memberikan satu intrumen agar harta bisa terdistribusi dengan baik dan mengurangi kesenjangan kesejahteraan, yaitu dengan memungut zakat dari orang-orang yang mampu dalam hal ini disebut muzakki kemudian menyalurkannya kepada orang-orang yang berhak menerimanya yang kemudian disebut mustahik zakat.

Zakat dalam konteks umat merupakan salah satu sumber dana potensial dan sangat penting yang ditarik dari kaum yang memiliki kekayaan yang telah mencapai batas ukuran yang ditentukan. Besarnya zakat yang harus dikeluarkan ditentukan berdasarkan jenis dan sifat dari sumber perolehan kekayaan tersebut. Dalam bidang ekonomi, zakat mencegah penumpukan kekayaan yang mengerikan dalam tangan segelintir orang dan memungkinkan kekayaan untuk disebarkan sebelum sempat menjadi besar dan sangat berbahaya dari tangan pemiliknya. Zakat mempunyai peranan sangat penting dalam sistem perekonomian Islam, karena zakat bisa

2Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta Selatan: OASIS TERRACE RECIDENT, 2010),h. 274.

(19)

dijadikan sumber dana bagi menciptakan pemerataan kehidupan ekonomi masyarakat Islam.3

Pada hakikatnya, jika zakat hendak didorong untuk mengentaskan kemiskinan harus ada perhatian terhadap pola distribusi. Zakat harus lebih porsinya untuk kegitan-kegiatan yang bersifat produktif. Hal inilah yang dalam bahasa manajemen zakat disebut pendayagunaan.4Secara umum, pendayagunaan zakat dilihat dari segi distribusinya terbagi atas dua yaitu, distribusi zakat konsumtif dan distribusi zakat produktif. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa penyaluran/pendistribusian zakat konsumtif kurang efektif dalam mengurangi kemiskinan sebab hanya bertahan dalam jangka pendek sehingga pendayagunaan zakat kurang optimal. Namun metode penyaluran zakat oleh lembaga atau badan amil zakat semakin berkembang yaitu metode distribusi zakat produktif.5 Adapun pendistribusian zakat produktif dilakukan dengan memberikan modal usaha kepada mustahik. Pola pendistribusian zakat produktif ada dua, yaitu distribusi produktif tradisonal dan distribusi produktif kreatif.

Adapun zakat yang didistribusikan untuk kegiatan produktif ini adalah zakat maal.

Pada pasal 27 UU No. 23 Tahun 2011, zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka pengentasan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat. Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi.6Usaha produktif adalah kegiatan yang diperuntukan bagi

3Dewan Pengurus Nasional FORDEBI & ADESY, Ekonomi dan Bisnis Islam: Seri Konsep dan Aplikasi Ekonomi dan Bisnis Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016), h. 397.

4Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern: Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Umat, h.53-54.

5Mila Sartika, “Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap Pemberdayaan Mustahik Pada LAZ Yayasan Solo Peduli Surakarta,” Jurnal Ekonomi Islam Vol. II, No.1 Juli 2008), h. 82.

6Republik Indonesia, “undang-undang ri nomor 23 tahun 2011 Tentang pengelolaan zakat”.

(20)

usaha yang bersifat jangka menengah-panjang. Dampak dari kegiatan produktif ini umumnya masih bisa dirasakan walau dana zakat yang diberikan sudah habis terbapai.7

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan satu satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan keputusan Presiden RI No. 8 tahun 2011 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, Infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. Lahirnya undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga yang berwenang melakukan pengelolaan zakat secara nasional.

Dalam UU tersebut, BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah nonstructural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama. Dengan demikian, BAZNAS bersama pemerintah bertanggung jawab untuk mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.8

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, memiliki potensi zakat yang cukup besar apalagi sejak Bupati Enrekang mencetuskan pemotongan gaji PNS (Payroll System) sebanyak 2.5% di lingkup pemerintah Kabupaten Enrekang. Pemotongan gaji PNS tersebut tertuang dalam Perda No. 6 tahun 2015. Peraturan Daerah ini dibentuk untuk mengelola zakat sesuai dengan syariat Islam. Perda ini disusun berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2011.9

7Ilham Kadir, Membangun Enrekang Bersama Baznas (Makassar: LQS Makassar, 2016), h.

88-89.

8Republik Indonesia, “Undang-Undang Ri Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat”.

9Hardianti, “Pengelolaan Dana Zakat Dalam Pengembangan Usaha Mikro (Studi Masyarakat Binaan Pada BAZNAS Kabupten Enrekang)” (Skripsi Sarjana; Ekonomi Islam: Makassar), h. 5-6.

(21)

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Enrekang tidak mengelolah zakat fitrah tapi hanya mengelolah zakat mal yaitu zakat profesi dan infaq. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Junaidi sebagai salah satu bagian dipegumpulan zakat di BAZNAS Kabupaten Enrekang, beliau mengatakan bahwa:

“Zakat yang kami kelola hanya zakat mal dan infaq, sedangkan untuk zakat fitrah pengelolaannya kami serahkan kepada masjid kemudian dilaporkan kepada BAZNAS, sedangkan untuk zakat mal penelolaannya masih sebatas zakat profesi yaitu zakat Pegawai Negeri Sipil (PNS)”.

Berdasarkan pernyataan di atas bahwa badan amil zakat baznas kabupaten enrekang tidak mengelola dana zakat fitrah melainkan hanya mengelola infaq dan dana zakat mal yang secara langsung Bank memotong 2,5% dari gaji bersih PNS setelah potong pajak setiap bulannya. Dana zakat fitra sendiri dikelola oleh UPZ yang berada di setiap masjid.

Kesadaran masyarakat muslim bayar zakat mal masih minim khususnya di Kabupaten Enrekang, walaupun zakat mal sudah diatur dalam Undang-Undang, namun kesadaran masyarakat akan jenis zakat itu belum terbangun. Sesuai dengan pernyataan Bapak Junaidi bahwa jenis zakat yang dikelola di BAZNAS Kabupaten Enrekang hanya zakat mal yang berasal dari zakat profesi Pegawai Negeri Sipil (PNS) saja sedangkan mayoritas penduduk Kabupaten Enrekang berprofesi sebagai petani dan hasil pertanian juga termasuk dalam kategori zakat mal, sehingga hasil pertanian wajib untuk dizakati apabila hasil pertanian sudah mencapai nishab yaitu sebesar 5 wasaq atau setara dengan 750 kg.

Adapun Jumlah penduduk yang masih tergolong dalam masyarakat kurang mampu atau memiliki pendapatan di bawah rata-rata. Sesuai dengan data dari BAZNAS Kabupaten Enrekang bahwa jumlah kemiskinan yang ada berkisar 7000 KK (Kepala Keluarga) yang tergolong dalam masyarakat miskin. Dengan pola

(22)

pendataan yang dilakukan berbasis data penerima zakat fitrah, yang kemudian divalidasi oleh tim BAZNAS yang ada di semua desa dan kelurahan.10Dari jumlah masyarkat yang tergolong dalam masyarkat miskin sesuai dengan pendataan penerima zakat fitrah yang berjumlah sekitar 7000 Kepala Keluarga (KK), ada sebanyak 4145 orang yang menerima zakat diluar dari amil zakat (pengurus zakat) dari BAZNAS Kabupaten Enrekang diluar dari amil zakat (pengurus zakat). Adapun perinciannya sebagai berikut:

Tabel 1.1 Mustahik Zakat

(Sumber: Badan Amil Zakat Nasional Kanupaten Enrekang)

Pendistribusian zakat pada BAZNAS Kabupaten Enrekang dilakukan duatahap, yaitu pemberian dana yang bersifat konsumtif dan pemberian danaproduktif. Pemberian dana bersifat konsumtif berupa bantuan sembako bagikorban bencana alam, bantuan pembangunan mesjid, bantuan bedah rumah dan lain-lain. Sedangkan pemberian dana dalam bentuk produktif berupa beberapa

10Muh Aziz Albar, “ Baznas Enrekang”, Tribun Timur.com, 20 Oktober 2017.https://www.tribuntimurnews.com, (Diakses 21 Oktober 2019)

(23)

program yang telah disusun oleh Baznas Enrekang yaitu 5 enrekang, yaitu Enrekang Peduli, Enrekang Cerdas, Enrekang Sehat, Enrekang Sejahtera dan Enrekang Religi.

Pendistribusian zakat produktif ini diorientasikan untuk pengentasan kemiskinan dengan memunculkan beberapa program yaitu bantuan hewan ternak berupa ternak kambing dan ternak sapi perah. Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Enrekang bekerja sama dengan program Zakat Development Community (ZDC) Baznas Pusat dengan menkhususkan bantuan ternak sapi perah di desa Cendana, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang dikarenakan masyarakat cendana memang sangat familiar dengan sapi perah, masyarakat desa Cendana Enrekang ini taraf ekonominya masih miskin karena itu perlu ditangani lebih komperehensip sehingga layak untuk disantuni bantuan ternak sapi perah. Ternak kambing untuk mustahik di 129 desa/kelurahan di Kabupaten Enrekang. Bantuan ini sebanyak 10 kambing betina yang dibagi ke 5 mustahik perdesa yang dianggap layak ditambah 1 ekor kambing jantan perdesa.11Adapun data penyaluran zakat pada BAZNAS Kabupaten Enrekang pada Tahun 2018 yaitu:

11St. Aisya, Irwanuddin Dan Harianti, “Pengelolaan Dana Zakat Dalam Pengembangan Usaha Mikro Binaan Baznak Kabupaten Enrekang” Laa Maisyir, Vol 6, Nomor 1, 2019, h . 46.

(24)

Tabel 1.2

Realisasi Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat, Infaq dan Sedekah Bulan Januari- Desember 2018

(Sumber: Badan Amil Zakat Nasional Kanupaten Enrekang)

Penyaluran zakat yang bersifat produktif menjadi salah satu tujuan disyariatkannya zakat yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Enrekang yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan umat khususnya kaum dhuafa, baik dari segi moril maupun material. Penyaluran zakat secara produktif adalah salah satu cara cerdas untuk mewujudkan itu semua.

Dalam rangka mewujudkan tersebut BAZNAS Kabupaten Enrekang merancang sebuah program kerja yang salah satunya adalah program pemberdayaan untuk para masyarakat yang tergolong kurang mampu untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemampuan berwirausaha, para penerimanya diharapkan mampu menjalankan usaha secara mandiri dan kesejahteraannya meningkat. Tujuan utama dari program ini adalah meningkatkan dana zakat baik itu infaq dan sedeqah sehingga dana yang disalurkan tidak hanya didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja tetapi juga mampu diputar kembali agar mustahik dapat memperoleh penghasilan dari bantuan dana zakat produktif tersebut . Program ini ditujukan pada kaum miskin yang belum memiliki usaha maupun yang sudah menjalankan sebuah

(25)

usaha mikro. Tentu diharapkan dana zakat dari BAZNAS Kabupaten Enrekang ini bisa diberdayakan untuk mengangkat perekonomian mereka.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah pendayagunaan zakat konsumtif berpengaruh terhadap pemberdayaan mustahik di Kabupaten Enrekang?

1.2.2 Apakah pendayagunaan zakat produktif berpengaruh terhadap pemberdayaan mustahik di Kabupaten Enrekang?

1.2.3 Variabel manakah yang paling dominan berpengaruh secara simultan terhadap pemberdayaan mustahik di Kabupaten Enrekang?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pendayagunaan zakat konsumtif terhadap pemberdayaan mustahik di Kabupaten Enrekang.

1.3.2 Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pendayagunaan zakat produktif terhadap pemberdayaan mustahik di Kabupaten Enrekang.

1.3.3 Untuk mengetahui dan menganalisis variabel manakah yang paling dominan berpengaruh secara simultan terhadap pemberdayaan mustahik di Kabupaten Enrekang.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran dan pengetahuan bagi akademisi mengenai penyaluran dana zakat produktif. Sehingga mampu memberikan kontribusi positif bagi perkembangan praktekpenyaluran secara benar dan baik.

(26)

1.4.2 Bagi Praktisi

Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat bermanfaat bagi BAZNAS Kabupaten Enrekang, yakni menjadi bahan masukan berupa informasi tentang penyaluran yang efektif sehingga dapat menentukan kebijakan kedepan bagi BAZNAS Kabupaten Enrekang pada khususnya.

1.4.3 Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran mengenai sistem tata kelola Badan Amil Zakat Kabupaten Enrekang dengan harapan bisa menjadi masukan bagipemerintah daerah Kabupaten Enrekang dalam menetukan regulasi tentang zakat yang kini sedang dalam masa pembahasan.

1.4.4 Pihak lain

Manfaat penelitian ini bagi pihak lain adalah untuk memberi informasi atau pengetahuan tentang penyaluran dana zakat, serta dapat memberi masukan danreferensi untuk mengambil keputusan mengenai penyaluran bagi orangyang maumenyalurkan dana zakatnya.

(27)

11 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Zakat

A. Pengertian Zakat dan Dasar Hukumnya

Zakat (zakah) secara bahasa bermakna “mensucikan”, “tumbuh” atau berkembang”. Menurut istilah syara’, zakat bermakna mengeluarkan sejumlah harta tertentu untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya (mustahik) sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan syariat Islam. Zakat merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima dan hukum pelaksanaannya adalah wajib. Zakat terbagi dua jenis, yaitu zakat jiwa (zakah al-fitrh) dan zakat harta (zakah al-mal).12

Hubungan antara zakat menurut bahasa dan dengan pengertian menurut istilah, sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan beres (baik).13

Harta yang dikeluarkan zakatnya akan mendapatkan berkah pada harta tersebut. Berkah adalah bagian dari esensi bathiniah yang diperoleh dari Tuhan.

Mungkin melalui pemberian khusus, mungkin karena doa atau amaliah tertentu, mungkin karena sikap tulus, keihlasan, kesabaran dan kegigihan. Berkah bisa terwujud, sebagai rezeki, harta, kesehatan, keberhasilan, kesembuhan dari penyakit.14

12Oni Sahroni, et el., eds., Fikih Zakat Kontemporer (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018), h. 2.

13Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern (Depok: Gema Insani, 2001), h. 7.

14Mahsyar, St Nurhayati dan Wahidin, Nilai-Nilai Berkah Dalam Kehidupan Masyarakat Berkeadaban (Perspektif Hadis) (Samata Gowa: Gunadarma Ilmu, 2019), h. 2.

http://wwwrepositiry.stainparepare.ac.id/872/(11 Februari 2020).

(28)

Maka dari itu hukum zakat itu wajib dilaksanakan dan dasar hukumnya sudah jelas disebutkan dalam Al-Qur’an. Adapun ayat yang yang menerangkan kewajiban membayar zakat diantaranya terdapat dalam surah At-Taubah: 103 dan surah Ar- Ruum: 39.

QS. At-Taubah Ayat 60

اَرَقُفْلِل ُتاَقَدمصلا اَمنَِّإ ِّللا ِليِبَس ِفَِو َينِمِراَغْلاَو ِباَقِّرلا ِفَِو ْمُهُ بوُلُ ق ِةَفملَؤُمْلاَو اَهْ يَلَع َينِلِماَعْلاَو ِينِكاَسَمْلاَو ء

ٌميِكَح ٌميِلَع ُّللاَو ِّللا َنِّم ًةَضيِرَف ِليِبمسلا ِنْباَو -

٦٠ -

Terjemahnya:

“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah.

Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.”

QS. At-Taubah Ayat 103

ُّللاَو ْمُملِ ٌنَكَس َكَتَلاَص منِإ ْمِهْيَلَع ِّلَصَو اَِبِ مِهيِّكَزُ تَو ْمُهُرِّهَطُت ًةَقَدَص ْمِِلِاَوْمَأ ْنِم ْذُخ ٌميِلَع ٌعيَِسَ

- ١٠٣ -

Terjemahnya:

“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”15

Selain dasar hukum yang bersumber dari al-Qur’an, landasan hukum zakat juga diatur oleh hukum pemerintah, diantaranya yaitu:Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaaan Zakat yang secara garis besar berisi pedoman zakat mulai dari ketentuan umum, tujuan zakat, organisasi pengelolaan zakat,

15Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta Selatan: OASIS TERRACE RECIDENT, 2010), h. 99-103.

(29)

pengumpulan, pendistribusian dan pelaporan, pembinaandan pengawasan, peran serta masyarakat, hingga sanksi dan larangan terkait dengan zakat.16

B. Hikmah dan Tujuan Zakat

1. Hikmah dan Tujuan Zakat Bagi Wajib Zakat

a. Sebagaimana namanya, zakat membersihkan setiap hati wajib zakat dari sifat kikir dan menggantikannya dengan sifat dermawan. Sifat kikir adalah sifat yang berbahaya dan dapat menjadi penyebab persengketaan, ketidakharmonisan keluarga, tindakan kriminal, sebagaimana yang ditegaskan di dalam Al-Qur’an surah Al-Qur’an surat Al-Hasyr(59): 9.17

ِهِروُدُص ِفِ َنوُدَِيَ َلََو ْمِهْيَلِإ َرَجاَه ْنَم َنوُّبُِيُ ْمِهِلْبَ ق نِم َناَيمِْلْاَو َرامدلا اوُؤموَ بَ ت َنيِذملاَو اوُتوُأ امِِّّ ًةَجاَح ْم

َأ ىَلَع َنوُرِثْؤُ يَو َنوُحِلْفُمْلا ُمُه َكِئَلْوُأَف ِهِسْفَ ن محُش َقوُي نَمَو ٌةَصاَصَخ ْمِِبِ َناَك ْوَلَو ْمِهِسُفن

- ٩ -

Termahnya:

“Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Medinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin);

dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.”18

b. Zakat juga menimbulkan karakter kepribadian yang Islami dalam diri setiap donatur (muzaki) karena telah peduli untuk berzakat dan membantu fakir miskin, sebagaimana dalam surat At-Taubah(9): 103.19

ُّللاَو ْمُملِ ٌنَكَس َكَتَلاَص منِإ ْمِهْيَلَع ِّلَصَو اَِبِ مِهيِّكَزُ تَو ْمُهُرِّهَطُت ًةَقَدَص ْمِِلِاَوْمَأ ْنِم ْذُخ ٌميِلَع ٌعيَِسَ

- ١٠٣ -

Terjemahnya:

16Republik Indonesia, Undang-Undang No 23, Tahun 2011.

17Oni Sahroni, et al., eds., Fikih Zakat Kontemporer, h. 16.

18Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta Selatan: OASIS TERRACE RECIDENT, 2010), h. 274.

19Oni Sahroni, et al., eds., Fikih Zakat Kontemporer, h. 16.

(30)

“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”20

c. Harta wajib zakat yang sudah ditunaikan zakatnya menjadi berkah berkah, yakni berkembang dan berlipat ganda manfaatntya, sebagaimana makna nama dalam ekonomi yang disebut dalam surat Saba (34): 9.

ُهَفْلَخ اَمَو ْمِهيِدْيَأ َْينَ ب اَم َلَِإ اْوَرَ ي ْمَلَ فَأ ْطِقْسُن ْوَأ َضْرَْلْا ُمِِبِ ْفِسَْنَ ْأَشمن نِإ ِضْرَْلْاَو ِءاَممسلا َنِّم م

ٍبيِنُّم ٍدْبَع ِّلُكِّل ًةَي َلَ َكِلَذ ِفِ منِإ ِءاَممسلا َنِّم ًافَسِك ْمِهْيَلَع -

٩ -

Terjemahnya:

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan langit dan bumi yang ada di hadapan dan di belakang mereka? Jika Kami Menghendaki, niscaya Kami Benamkan mereka di bumi atau Kami Jatuhkan kepada mereka kepingan- kepingan dari langit. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap hamba yang kembali (kepada-Nya).”21 d. Zakat juga menimbulkan semangat investasi. Karena jika harta tersimpan tanpa

dikelolah, harta tersebut akan habis menjadi objek wajib zakat. Oleh karena itu, harta tersebut harus dikelola sebagi modal usaha agar berkembang dan menghasilkan keuntungan.

2. Hikmah dan Tujuan Zakat Bagi Mustahik Zakat

a. Zakat dapat membersihkan setiap hati mustahik zakat dari sifat dengki terhadap orang kaya yang kikir. Sebaliknya, kedengkian orang fakir jika terjadi bisa melahirkan tindakan kriminal (dan tindakan buruk lainnya) terhadap orang kaya.

Sebaliknya, sifat derma akan menyisahkan tempati di hati para mustahik.

Sebagaimana dalam surat At-Taubah(9): 103.22

20Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta Selatan: OASIS TERRACE RECIDENT, 2010), h. 103.

21Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta Selatan: OASIS TERRACE RECIDENT, 2010), h. 215.

22Oni Sahroni, et al., eds., Fikih Zakat Kontemporer, h. 17.

(31)

ىملَص َلاَق :َلاَق ,ِنَسَْلْا ِنَع ,ُّيِّرُمْلا ٌحِلاَص اَنَ ث مدَح )َعْوُ ف ْرَم َثْيمدَح(

{ :ْمملَسَو ِهْيَلَع ُّلل ا اَوْمَأ اوُنِّصَح

ِةاَكَزل ِبِ ْمُكل ِع َأ َو ِةَق َدمصل ِبِ ْمُك اَض ْرَم اْو َو ا َدَو

اَع ُّدل ا ِء َلاَبْلِل اْو ُد }َء

Artinya:

“Telah menceritakan kepada kami Shalihul Murriu, dari Hasan bekata. Nabi SAW bersabda, “Jagalah harta-harta kalian dengan zakat, obatilah orang- orang sakit diantara kalian dengan shadaqah, dan bersiap-siaplah terhadap musibah dengan doa.”( H.R. Imam Ath-Thabrani, Imam Abu Nuaim, dan Imam Al-Khatib dari sahabat Ibnu Mas’ud ra.)”23

b. Zakat menumbuhkan semangat kebersamaan dan persaudaraan dalam diri mustahik karena ia merasa tidak sendiri dan terlantar di masyarakat, tetapi masih ada orang lain yang peduli dan memperhatikannya.

c. Donasi ini membantu fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Setiap setahun sekali mereka menerima sedekah zakat dari orang yang berkecukupan.

Jika donasi terdistribusikan dengan baik, maka setiap fakir miskin akan mendapatkan sumbangan rutin dan dapat memperbaiki taraf hodup menjadi normal. Hal ini akan menanggulangi kesenjangan sosial secara bertahap karena setiap ada orang yang berkecukupan dan wajib zakat, sebagian hartanya akan didistribusikan kepada fakir miskin. Idealnya, dengan jumlah hartawan wajib zaakat di negeri ini, seharusnya kesenjangan sosial tidak ada, jika zakat ditunaikan oleh para hartawan dan didistribusikan dengan baik.

3. Hikmah dan Tujuan Zakat Bagi Masyarakat

a. Zakat bertujuan membangun kebersamaan antara hartawan dan para dhuafa pada khususnya karena dengan kepedulian sosial, orang-orang kaya akan muncul rasa sepenanggungan. Simpati akan melahirkan empati.

23Suryadi, Kitab Mu’jam Al-Shaghir Ath-Thabrani Dalam Studi Kitab Hadits (Yogyakarta:

Press, 2009), h. 263.

(32)

b. Kondisi ini akan menanggulangi kasus-kasus kriminalitas yang terjadi di masyarakat seperti pencurian dan perampokan yang pada umunya disebabkan oleh dua hal: kefakiran dan atau hasad.24

2.1.2 Pendayagunaan Zakat

Kata pendayagunaan terdiri dari dua kata, yaitu daya yang artinya kekuatan, tenaga, cara, dan guna yang artinya faedah dan manfaat. Adapun definisi pendayagunaan yakni proses, cara untuk memanfaatkan.

Pendayagunaan zakat adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan usaha pemerintah dalam memanfaatkan hasil pengumpulan zakat untuk didistribusikan kepada mustahik dengan berpedoman syariah, tepat guna, serta pemanfaatan yang efektif melalui pola pendistribusian yang bersifat produktif dan memiliki manfaat sesuai dengan tujuan ekonomis dari zakat.25

Pendayagunaan dalam zakat erat kaitannya dengan bagaimana cara pendistribusiannya. Kondisi itu dikarenakan jika pedistribusiannya tepat sasaran dan tepat guna, maka pendayagunaan zakat akan lebih optimal Dalam Undang-Undang No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, dijelaskan mengenai pendayagunaan adalah:

1.Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat.

24Oni Sahroni, et al., eds., Fikih Zakat Kontemporer, h. 16-19.

25Sintha Dwi Wulansari, “Analisis Peranan Dana Zakat Produktif Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Mustahik (Penerima Zakat) (Studi Kasus Rumah Zakat Kota Semarang)” (Skripsi Sarjana: Ekonimika dan Bisnis: Semarang, 2013), h. 31.

(33)

2.Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi.26

Dalam pendayagunaan dana zakat, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pihak penyalur zakat atau lembaga pengelola zakat. Hal tersebut termaktub di dalam keputusan Menteri Agama RI No. 581 tahun 1999 tentang pengelolaan dana zakat. Adapun jenis-jenis kegiatan pendayagunaan dana zakat:

berbasis sosial dan berbasis pengembangan ekonomi.

Penyaluran zakat jenis ini dilakukan dalam bentuk pemberian modal usaha kepada mustahik secara langsung maupun tidak langsung, yang pengelolaannya bisa melibatkan maupun tidak melibatkan mustahik sasaran. Penyaluran dana zakat ini diarahkan pada usaha ekonomi yang produktif, yang diharapkan hasilnya dapat mengangkat taraf kesejahteraan masyarakat.

Dalam pendistribusian dana zakat, pada masa kekinian dikenal dengan istilah zakat konsumtif dan zakat produktif. Hampir seluruh lembaga pengelolaan zakat menerapkan metode ini. Secara umum kedua kategori zakat ini dibedakan berdasarkan bentuk pemberian zakat dan penggunaan dana zakat itu oleh mustahik.

Masing-masing dari kebutuhan konsumtif dan produktif tersebut kemudian dibagi dua, yaitu konsumtif tradisional dan konsumtif kreatif, sedangkan yang berbentuk produktif dibagi menjadi produktif konvensional dan produktif kreatif.27

26Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, bab III, Pasal 27.

27Raihanul Akmal, “Zakat Produktif Untuk Mengentaskan Kemiskinan (Studi Kasus: Baitul Mal Aceh Untuk Zakat Produktif Di Kot Banda Aceh)”,h. 23

(34)

A. Sasaran Pendayagunaan Zakat

ءاَرَقُفْلِل ُتاَقَدمصلا اَمنَِّإ ِليِبَس ِفَِو َينِمِراَغْلاَو ِباَقِّرلا ِفَِو ْمُهُ بوُلُ ق ِةَفملَؤُمْلاَو اَهْ يَلَع َينِلِماَعْلاَو ِينِكاَسَمْلاَو

ٌميِكَح ٌميِلَع ُّللاَو ِّللا َنِّم ًةَضيِرَف ِليِبمسلا ِنْباَو ِّللا -

٦٠ -

Terjemahnya:

“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah.

Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.” (Q.S. At-Taubah: 60)28

Sasaran pendayagunaan zakat tentunya sesuai dengan ketentuan dari ayat di atas ada 8 asnaf atau golongan yang berhak menerima zakat atau yang dikenal dengan istilah mustahik, yaitu:

1. OrangFakir

Fakir adalah orang yang tidak mempunyai harta yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokoknya (makanan, pakaian, dan tempat tinggal). Atau siapa saja yang pendapatannya lebih sedikit dari apa yang dibutuhkannya untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.29

Adapun pihak-pihak yang termasuk dalam kategori fakir diantaranya adalah:

lansia, janda, yatim, orang-orang yang terkena musibah, orang yang punya penyakit turunan, tunanetra, orang catat, dan sejenisnya dengan syarat mereka bukan orang yang mampu.

28Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta Selatan: OASIS TERRACE RECIDENT, 2010), h. 99.

29Muhammad Sholahuddin, Lembaga Keungan dan Ekonomi Islam (Yogyakarta: Anggota IKAPI, 2014), h. 267.

(35)

2. Orang Miskin

Orang miskin, yaitu adalah orang yang penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup (yang pokok) sehari-hari pada taraf yang palinh minimal.30

Model penyaluran zakat yang disarankan untuk fakir dan miskin ini yang pertama adalah dengan memberikan bagian zakat untuk dinikmati secara konsumtifbagi mereka yang memiliki kekurangan dalam hal fisik seperti orang-orang yang sudah jompo yang tidak mungkin lagi mengusahakan hartanya atau dengan memberikan bagian zakat mereka untuk dikelola oleh suatu lembaga produktif dibawah pengawasan badan pengelola zakat dimana hasilnya dapat diberikan ataudimanfaatkan untuk memenuhi keperluan mereka. Sedangkan yang kedua yaitu dengan memberikan bagian zakat untuk digunakan sebagai bantuan modal kegiatan produktif kepada mereka yang memiliki kekurangan harta namun masih mampu untuk bekerja sehingga dapat diperoleh hasil untuk dinikmati, tentunya dibawah pengawasan dan arah-arahan dari badan pengelola zakat.31

3. Pengurus Zakat

Pengurus zakat (amil)adalah orang-orang yang ditunjuk untuk mengmpulkan zakat dari para wajib zakat (muzaki) dan mendistribusikan harta zakat tersebut kepada orang-orang yang berhak mendapat zakat tersebut kepada orang-orang yang berhak menerimanya (mustahiquz zakah). Mereka berhak mendapat zakat walaupun mereka kaya, sebagai imbalan atas tugas mereka mengumpulkan dan membagikan

30Dewan Pengurus Nasional FORDEBI&ADESY, Ekonomi dan Bisnis Islam Seri Konsep dan Aplikasi Ekonomi dan Bisnis Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016), h. 406.

31Raihanul Akmal, “Zakat Produktif Untuk Mengentaskan Kemiskinan (Studi Kasus: Baitul Mal Aceh Untuk Zakat Produktif Di Kot Banda Aceh)”, h. 23

(36)

zakat.Menurut UU No.23 Tahun 2011 amil zakat dilaksanakan oleh BAZNAS dengan dibantu LAZ sebagai bentuk partisipasi masyarakat.32

4. Muallaf

Muallaf adalah orang yang baru masuk Islam. Terdapat tiga kategori yang termasuk dalam muallaf yaitu: orang yang diharapkan/diajak untuk memeluk Islam, orang yang diajak untuk membela Islam serta orang yang baru masuk Islam kurang dari satu tahun yang masih memerlukan bantuan untuk beradaptasi kondisi baru mereka.33

Pendistribusian dana zakat muallaf dapat didistribusikan untuk membantu penyantunan dan pembinaan orang-orang yang baru masuk Islam serta pembiayaan lembaga dakwah yang khusus melakukan kegiatan untuk hal tersebut, khususnya untuk pembinaan mental mereka. Akan tetapi tetap disarankan bahwa dana zakat yang diberikan tetaplah harus melalui proses produktif terlebih dahulu baru hasilnya yang dimanfaatkan.

5. Budak

Hamba sahaya (budak) yaitu seseorang yang hendak melepaskan dirinya dari ikatan perbudakan.Pendayagunaan zakat untuk budak ini dapat diarahkan untuk menebus orang-orang Islam yang ditawan oleh musuh, membantu negara Islam atau negara yang sebagian besar penduduknya beragama Islam yang berusaha melepaskan diri dari belenggu perbudakan modern kaum penjajah modern , pembebasan budak temporer dari eksploitasi pihak lain misalnya pekerja kontrak dan ikatan kerja yang

32Republik Indonesia, Undang-Undang No 23, Tahun 2011, Tentang Pengelolaan Zakat..

33Muhammad Sholahuddin, Lembaga Keungan dan Ekonomi Islam, h. 268.

(37)

tidak wajar, membebaskan pedagang, petani, nelayan kecil dan sebagainya dari ketergantungan dari lintah darat.34

6. Orang-orang yang Berutang

Gharimin adalah orang-orang yang mempunyai utang, yang tidak mampu melunasi utang-utang mereka. Mereka yang memikul beban utang untuk memperbaiki hubungan sesama manusia (ishlahu dzatil bain), atau untuk membayar diyat, atau untuk memenuhi kebutuhan-keutuhan priabdi mereka, baik mereka miskin maupun kaya. Dari Anas r.a. bahwasanya Nabi Saw bersabda : “Sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal keculai bagi tiga golongan, yaitu : orang yang sangat fakir, orang yang mempunyai utang yang sangat banyak , dan orang yang sangat membutuhka darah (untuk membayar diyat).

7. Fisabilillah

Secara umum makna fisabilillah ini segala amal perbuatan dalam rangka di jalan Allah. Pada zaman Rasulullah, fisabilillah adalah para sukarelawan perang yang ikut berjihat bersama beliau yang tidak mempunyai gaji tetap sehingga mereka diberi bagian dari zakat.

Pendapat yang memperluas menyatakan bahwa segala amal perbuatan shaleh yang dilakukan secara ikhlas dalam rangka ber-taqarrub kepada Allah, baik yang bersifat pribadi maupun kemasyarakatan, termasuk dalam kerangka fisabilillah.

Adapun pendapat yang mempersempit menyatakan bahwa yang di maksud fisabilillah di sini adalah khusus untuk jihad. Menurut Qardhawi, bahwa jihad itu sendiri bukan

34Raihanul Akmal, “Zakat Produktif Untuk Mengentaskan Kemiskinan (Studi Kasus: Baitul Mal Aceh Untuk Zakat Produktif Di Kot Banda Aceh)”, h. 12.

(38)

hanya dalam bentuk perang saja, tetapi segala perbuatan yang dapat meninggikan kalimat Allah di muka bumi ini dan merendahkan kalimat orang-orang kafir.

8. Ibnu Sabil

Yaitu orang yang kehabisan bekal dalam perjalananya, yang tidak mempunyai harta yang dapat mengantarkannya untuk sampai ke negerinya. Kepadanya di berikan zakat dengan jumlah yang dibutuhkan itu banyak maupun sedikit. Demikian pula diberikan kepadanya biaya selama perjalanannya hingga ia dapat sampai di negerinya, walaupun ia seorang yang kaya di negerinya, walaupun ia seseorang yang kaya.35

B. Pola Pendayagunaan Zakat

Dana zakat pada awalnya lebih dominan oleh pola pendistribusian secara konsumtif. Penyaluran zakat konsumtif dilakukan dengan membagikan zakat kepada mustahik untuk digunakan secara langsung, dengan begitu realisasinya tidak akan jauh dari pemenuhan sembako bagi kelompok delapan asnaf.

Yusuf Qardawi menyatakan bahwa Allah SWT mewajibkan zakat dan menjadikannya sebagai salah satu penyangga agama Islam, zakat diambil dari golongan kaya dan didistribusikan kepada golongan miskin, agar dengan zakat mereka dapat memenuhi kebutuhan material primernya seperti sandang, pangan, papan dan juga kebutuhan psikologinya seperti perkawinan, juga kebutuhan intelektual.

Hanya saja yang menjadi persoalan kemudian adalah seberapa besar volume zakat yang bisa diberikan kepada seorang mustahik, apakah untuk kebutuhan konsumtifnya sepanjang tahun ataukah hanya untuk memenuhi kebutuhan satu hari

35Muhammad Sholahuddin, Lembaga Keungan dan Ekonomi Islam, h. 269-270.

(39)

satu malam. Bentuk pendistribusian seperti ini kemungkinan besar akan sangat tidak mendidik jika diberikan sepanjang tahun dan tidak akan berarti apa-apa jika hanya diberikan untuk memenuhi kebutuhan sehari semalam. Dikhawatirkan pola ini akan membuat tingkat dan perilaku konsumsi mustahik akan mempunyai ketergantungan tinggi kepada penyaluran dana zakat, apalagi bila mustahik sangat sadar bahwa dana zakat yang terkumpul tersebut hak mereka.36

Zakat hendaknya tidak sekedar konsumtif, maka idealnya zakat dijadikan sumber dana umat. Penggunaan zakat untuk konsumtif hanyalah untuk hal-hal yang bersifat darurat. Artinya, ketika ada mustahikyang tidak mungkin dibimbing untuk mempunyai usaha mandiri atau memang untuk kepentingan mendesak, maka penggunaan konsumtif dapat dilakukan. Selain itu, pemerintah Islam diperbolehkan membangun pabrik-pabrik atau perusahaan-perusahaan dari uang zakat untuk kemudian kepemilikan dan keuntungannya digunakan bagi kepentingan fakir miskin, sehingga kebutuhan mereka dapat terpenuhi sepanjang masa.37

Beberapa tahun ini zakat produktif yang digagas sebagai salahsatu upaya memaksimalkan fungsi zakat dalam meningkat kesejahteraan telah diaplikasikan oleh pengelola zakat selain itu badan pengelola zakat juga masih menggunakan pola pengelolaanzakat dalam konsumtif.

Pendapat Abdurrahman Qadir yang dikutip dalam Garry Nugraha menyatakan bahwa zakat produktif adalah zakat yang diberikan kepada mustahik sebagai modal

36M. Arif Mufraini, Akuntansi Dan Manajemen Zakat Mengomunikasikan Kesadaran Dan Membangun Jaringan (Jakarta: Kencana, 2006), h. 149-225.

37Raihanul Akmal, “Zakat Produktif Untuk Mengentaskan Kemiskinan (Studi Kasus: Baitul Mal Aceh Untuk Zakat Produktif Di Kot Banda Aceh)”, h. 23.

(40)

usaha untuk menjalankan kegiatan ekonomi dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan produktivitas mustahik.38

Dana zakat produktif diwujudkan dalam bentuk bantuan modal terhadap usaha mustahik. Zakat produktif sebagai zakat dalam bentuk harta atau dana yang diberikan kepada para mustahik yang tidak dihabiskan secara langsung untuk konsumsi keperluan tertentu, akan tetapi dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha mereka, sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup secara terus menerus. Jadi, zakat produktif adalah pemberian zakat yang dapat membuat para penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus menerus dengan harta zakat yang diterimanya.39

Berikut adalah macam-macam model pendayagunaan zakat khususnya dalam hal pendistribusian:

1. Distribusi bersifat ‘konsumtif tradisonal’, yaitu zakat dibagikan kepada mustahik untuk dimanfaatkan secara langsung, seperti zakat fitrah yang diberikan kepada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau zakat mal yang di bagikan kepada korban bencana alam.

2. Distribusi bersifat ‘konsumtif kreatif’, yaitu zakat diwujudkan dalam bentuk lain dari barangnya semula, seperti diberikan dalam bentuk alat-alat sekolah atau beasiswa.

3. Distribusi bersifat ‘produktif tradisional’, yaitu zakat diberikan dalam bentuk barang-barang yang produktif seperti: kambing, sapi, atau alat cukur dan lain

38Garry Nugraha, “Pengaruh Dana Zakat Produktif Terhadap Keuntungan Usaha Mustahik Terhadap Zakata Kredit Perspektif Behavioresme” (Disertasi IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2012), h.

9.

39Muhammad Yusnar, “Pengaruh Pemanfaatan Dana Zakat Produktif Terhadap Tingkat Pendapatan Mustahik Pada BAZDA Provinsi Sumatera Utara”, h. 21-22.

(41)

sebagainya. Pemberian dalam bentuk ini akan dapat menciptakan suatu usaha yang membuka lapangan kerja bagi fakir miskin.

4. Distribusi bersifat ‘produktif kreatif’, yaitu zaat diwujudkan dalam bentuk permodalan baik untuk membangun proyek sosial atau menambah modal pedagang pengusaha kecil.40

2.1.3 Pemberdayaan Mustahik

A. Pengertian Pemberdayaan Mustahik

Pemberdayaan menurut bahasa berasal dari kata daya yang berarti tenaga/kekuatan. Pemberdayaan adalah upaya yang membangun daya masyarakat dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya.

Pemberdayaan diarahkan guna meningkatkan ekonomi masyarakat secara produktif sehingga mampu menghasilkan nilai tambah yang tinggi dan pendapatan yang lebih besar. Upaya peningkatan kemampuan untuk menghasilkan nilai tambah paling tidak harus ada perbaikan akses terhadap empat hal, yaitu akses terhadap sumber daya, akses terhadap teknologi, akses terhadap pasar dan akses terhadap permintaan.41

Istilah pemberdayaan biasanya digunakan untuk penyaluran zakat diantaranya pemberian modal usaha untuk usaha tertentu dengan pendampingan hingga mustahik bias mengelolah usaha dan mandiri.

40M. Arif Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat: Mengomunikasikan Kesadaran dan Membangun Jaringan (Jakarta: Kencana, 2006), h. 147.

41Sintha Dwi Wulansari dan Achmad Hendra Setiawan, “Analisis Peranan Dana Zakat Produktif Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Mustahik (Penerima Zakat) (Studi Kasus Rumah Zakat Kota Malang),” JurnalEkonomi dan Bisnis Vol. III, No.1 2014), h. 7.

(42)

Diantara karakteristik program pemberdayaan adalah ada program lanjutan, bersifat produktif, dan jangka panjang, seperti program gizi anak dan keluarga mandiri.

Model pendayagunaan zakat untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin adalah program pemanfaatan dana zakat untuk mendorong usaha mustahik agar mampu memiliki usaha mandiri. Program tersebut diwujudkan dalam bentuk pengembangan modal usaha mikro yang sudah ada atau perintisan usaha mikro baru yang prospektif.

Proses pendayagunaan seperti di atas dilakukan melalui tahapan-tahapan yang tetap sesuai ketentuan perundang-undangan, yaitu, 1) pendaftaran calon penerima bantuan; 2) survei kelayakan; 3) strategi pengelompokan; 4) pendampingan; 5) pembinaan secara berkala; 6) melibatkan mitra pihak ketiga; 7) pengawasan, control dan evaluasi.42

B. Program Pemberdayaan Mustahik

Adapun program pmberdayaan mustahik meliputi:

1. Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa

Program ini dilakukan dengan memberikan bantuan modal usaha kepada mustahik.

2. Pencerdasan Umat

Mereka yang tergolong fakir miskin pada umunya mempunyai tingkat pendidikan yang rendah. Untuk itu perlu peningkatan taraf pendidikan pada khususnya dan peningkatan sumberdaya manusia pada umunya dalam bentuk pemberian beberapa macam beasiswa.

42 Oni Sahroni, et el., eds., Fikih Zakat Kontemporer, h. 229-230.

(43)

3. Bantuan Kemanusiaan

Program bantuan kemanusiaan dilakukan dalam bentuk bantuan kepada para pengungsi sebagai akibat kerawanan-kerawanan sosial di berbagai tempat atau karena bencana alam. Selain itu, santunan biaya hidup untuk anak-anak yatim/piatu yang berada di panti asuhan.43

2.1.4 Lembaga Pengelolah Zakat

Salah satu golongan yang berhak menerima zakat (mustahik zakat) adalah orang-orang yang bertugas mengurus urusan zakat. Yang mengambil dan menjemput tersebut adalah para petugas (‘amil). Imam Qurthubi menyatakan bahwa amil adalah orang-orang yang ditugaskan (diutus oleh imam/ pemerintah) untuk mengambil, menulis, menghitung dan mencatat zakat yang diambilnya dari muzakkih untuk kemudian diberikan kepada yang berhak menerimanya.44

Pengertian diatas lebih menitik beratkan pada amil yang ditugaskan oleh pemerintah, adapun amil di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat dinyatakan bahwa untuk mengelola zakat pemerintah membentuk BAZNAS, sedangkan masyarakat dapat turut serta dalam pengumpulan, pengelolaan, pendistribusian zakat dengan membentuk Lembaga Amil Zakat (LAZ) dengan ketentuan sebagai berikut: terdaftar sebagi organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola bidang pendidikan, dakwah dan sosial;

berbentuk lembaga berbadan hukum; mendapat rekomendasi dari BAZNAS;

memiliki pengawas syariat; memiliki kemampuan teknis, administratif, dan keuangan

43Umrotul Khasanah,Manajemen Zakat Modern: Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Umat, h. 113-114.

44Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, h. 124.

(44)

untuk melaksanakan kegiatannya; bersifat nirlaba; memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat; dan bersedia di audit syariat dan keuangan secara berkala.

Adapun keuntungan dari pengelolaan zakat yang dilakukan oleh suatu lembaga dengan kekuatan hukum formal adalah sebagai berikut:

1. Untuk menjamin kepastian dan disiplin membayar zakat.

2. Untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik jika berhadapan langsung dengan muzakki.

3. Untuk pencapaian efisiensi dan efektifitas serta sasaran yang tepat dalam pengelolaan dan pendayagunaan zakat.

4. Sebagai syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintah yang Islami.

Sedangkan peran penting yang diharapkan dapat dilakukan oleh lembaga pengelola zakat adalah untuk mewujudkan tujuan pengelolaan zakat sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 3 yaitu:

(1) Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat.

(2) Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

2.2 Tinjauan Hasil Penelitian yang Relevan

Peneliti Pertama Isbar (NIM 13.2200.023 Program Studi Muamalah) dengan judul penelitian Efektivitas Zakat Produktif Dalam Pengembangan Ekonomi Mustahik Kec Barru Kab Barru, dalam penelitiannya menguraikan tentang mekanisme zakat produktif yang diterapkan oleh BAZ Kec. Barru Kab. Barru dan efektivitas dana zakat produktif terhadap pengembangan ekonomi mustahik Kec.

Barru Kab. Barru.

(45)

Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif yang dilakukan oleh BAZ Kec.

Barru Kab. Barru berupa program dana bergulir. Program dana bergulir tersebut dalam pelaksanaannya dilakukan dengan memberikan bantuan berupa pinjaman bebas bunga kepada mustahik yang memiliki usaha atau ingin berwirausaha.

Pelaksanaan program dana bergulir inindimulai dari sosialisasi, pengajuan permohonan oleh masyarakat (calon mustahik dana bergulir), wawancara, kemudian diakhiri dengan kegiatan pencairan dana.45

Peneliti Kedua Muhammad Yusnar (Nim 26131064 Program Studi Ekonomi Islam) dengan judul penelitian Pengaruh Pemanfaatan Dana Zakat Produktif Terhadap Tingkat Pendapatan Mustahik Pada BAZNAS Provinsi Sulawesi Utara, dalam penelitiannya menguraikan tentang pemanfaatan dana zakat produktif untuk pendapatan para mustahiknya di BAZNAS Provinsi Sumatera Utara.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis terhadap BAZNAS dan MustahiK maka dapat disimpulkan bahwa dana zakat produktif yang diberikan oleh pihak BAZNAS Sumatera Utara kepada para mustahiknya mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pendapatan mereka. Pemanfaatan dana zakat produktif (X) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pendapatan mustahik (Y) pada BAZNAS Sumatera Utara. Hal ini dapat kita lihat t hitung (6,343)

> t tabel (2,085) dan Terlihat F hitung (40,234) > F tabel (4,35) p value (Sig) sebesar 0.00<0,05 yang berarti membuktikan hipotesis H1 diterima bahwa ada pengaruh

45Isbar, Efektivitas Zakat Produktif Dalam Pengembangan Ekonomi Mustahik Kec Barru Kab Barru, (Parepare: Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam, 2017).

(46)

signifikan pemanfaatan dana zakat produktif mempunyai pengaruh terhadap tingkat pendapatan mustahik pada BAZNAS Sumatera Utara.46

Peneliti Ketiga Raihanul Akmal (Nim 140602160 Program Studi Ekonomi Islam) dengan judul penelitian Zakat Produktif Untuk Mengentaskan Kemiskinan(Studi Kasus: Baitul Mal Aceh Untuk Zakat Produktif di Kota Banda Aceh) dalam penelitiannya menguraikan cara pengentasan kemiskinan dalam pandangan Islam, proses pengelolaan zakat produktif oleh Baitul Mal Aceh dan dampak penyaluran zakat produktif oleh Baitul Mal Aceh terhadap pengentasan kemiskinan.

Adapun hasil penelitiannya yaitu Berdasarkan hasil analisis dampak penyaluran zakat produktif terhadapat pengentasan kemiskinan rumah tangga dilihat dari adanya peningkatan pendapatan 35 responden sesudah mendapatkan zakat produktif dari Baitul Mal Aceh. Berdasarkan hasil uji paired samples t-test nilai t hitung adalah sebesar 10,306 dengan sig 0,000 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. H1 (hipotesis alternatih) menyatakan bahwa rata-rata pendapatan sesudah mendapatkan dana zakat produktif tidak sama atau berbeda signifikan dengan rata- rata pendapatan sebelum mendapatkan dana zakat produktif. Sehingga pada uji paired samples t-test pada taraf kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa responden yang telah mendapatkan zakat produktif menunjukkan tingkat pendapatan yang lebih tinggi secara signifikan yaitu rata-rata 6,69 bila dibandingkan dengan sebelum menerima zakat produktif yang rata-rata pendapatannya hanya 4,60. Dengan adanya perubahan pendapatan mustahiq sesudah menerima zakat produktif maka

46Muhammad Yusnar, Pengaruh Pemanfaatan Dana Zakat Produktif Terhadap Tingkat Pendapatan Mustahik Pada BAZNAS Provinsi Sulawesi Utara, (Medan: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, 2017).

Gambar

Foto Dokumentasi Penelitian  Biografi Penulis
Tabel 1.1  Mustahik Zakat
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Gambar 2.2 Bagan Kerangka konseptul
+3

Referensi

Dokumen terkait

a. Fakir Miskin yang masih memiliki potensi untuk berusaha. Fakir adalah mereka yang tidak memiliki harta untuk mencukupi kebutuhannya serta kebutuhan keluarganya

Apakah jumlah bantuan dana zakat produktif yang disalurkan oleh BAZNAS SU kepada Bapak/Ibu, dirasa cukup.. Apakah bantuan dana zakat produktif ini bermanfaat meningkatkan

Penurunan pada semua nilai indikator kemiskinan tersebut mengindikasikan bahwa program pendayagunaan zakat oleh BAZNAS Kota Bogor terbukti memiliki implikasi yang positif

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis akan mengkaji lebih jauh tentang Pengaruh Zakat di BAZNAS terhadap Jumlah Penduduk Miskin dan

Seperti yang telah kita ketahui bersama untuk menjalankan suatu program agar dapat berjalan dengan baik dan maksimal tentunya harus ada hal-hal yang harus dipenuhi.

Visi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar Makassar Kota Zakat, Berkah, dan Nyaman Untuk Semua, Visi ini mengandung tiga pokok pikiran yang secara

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis program pendayagunaan zakat yang dilakukan BAZNAS Kota Bogor serta dampaknya terhadap kehidupan mustahik, baik ditinjau dari perubahan

Pendayaan Pemberdayaan dana zakat yang dilakukan oleh BAZNAS kota Parepare sudah diawali dengan tahapan penyadaran dan pemahaman tentang perlunya upaya untuk keluar dari himpitan dan