• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh perbedaan qirâ'ât mutawâtir terhadap - repository iiq

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh perbedaan qirâ'ât mutawâtir terhadap - repository iiq"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Permasalahn

  • Pembatasan Masalah
  • Rumusan Masalah

Tujuan Penulisan

Kegunaan Penelitian

Kajian Pustaka

Pertama, penulis menemukan beberapa karya peneliti, antara lain Anatomi Al-Qur'an: Perbedaan Qira'ah dan Pengaruhnya. Penulis juga menemukan karya-karya terkait tentang berbagai qirâ‟ât; Karya ini jauh dari membahas apa yang akan diuraikan dalam skripsi. Karya ini memang menyentuh berbagai qirât, namun pokok bahasannya lebih terfokus pada sejauh mana mufassir mempertahankan mazhabnya dalam penafsirannya.

Skripsi yang ditulis oleh Zaman Suyuthi berjudul “Keanekaragaman Qirâ'ât dalam Surat Al-An'âm (Kajian kitab al-Kasysyâf 'an Haqqâ'iq at-Tanzil wa. Dalam skripsi ini Zaman fokus pada qirâ'at yang digunakan oleh Az-Zamakhsyarî dalam menafsirkan Al-Qur'an yang penelitiannya dikhususkan pada surat Al-An'âm. Selanjutnya disertasi Ali Fahrudin diberi judul “Pengaruh Perbedaan Qirâ‟ât Dalam Penafsiran Ayat Terhadap Relasi Gender.”

21 Zaman Suyuthi, “Ragam Qirâ'ât dalam Surat Al-An„âm: Kajian Kitab al-Kasysyâf 'an Haqâ`iq at-Tanzîl waÛyûn al-Aqawîl fi Wujûh at-Ta`wîl karya az-Zamakhsyarî, Tesis UIN Sunan Kalijaga, 2008. Ayat-ayat relasi gender yang mengandung perbedaan qirâ'ât memberikan pengaruh positif terhadap penafsiran Al-Qur'an.

Metodologi Penelitian

Sehubungan dengan penelitian yang harus penulis laksanakan, maka penelitian ini termasuk dalam metode dokumentasi, penulis mengumpulkan dan menyusun data dari berbagai sumber bacaan yang berkaitan dengan topik permasalahan. Metode pembahasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, artinya pembahasan ini mencoba mendeskripsikan ragam qirâ'ât yang digunakan Ibnu 'Asyûr dalam menafsirkan Al-Qur'an yang dituangkannya dalam kitabnya, secara seperti itu. at-Tahrîrwa at-Tanwîr . Sedangkan langkah yang dilakukan adalah dengan memetakan qirâ'ât-qirâ'ât yang digunakan oleh Ibnu 'Asyûr kemudian mengungkap status qirâ'ât tersebut dari segi kualitas.

Penelitian ini juga menggunakan pendekatan sejarah untuk mengetahui lebih jauh tentang tokoh Ibnu 'Âsyûr, meliputi biografinya, latar belakang sosialnya dan kiprahnya di bidang keagamaan.

Teknik dan Sistematika Penulisan

Pengertian ilmu qirâ‟ât telah banyak dijelaskan oleh para ulama 'ulum al-Qur'an. Dengan demikian, terjadinya perbedaan qira'at tidak hanya berdampak pada kemudahan membaca Al-Qur'an bagi umat Islam. Qirât ini sendiri dalam khazanah ilmiah Al-Qur'an tidak muncul secara tiba-tiba.

Dengan qirâ‟âtnya para sahabat membuka halaqoh pengajaran Al-Qur'an sesuai qirâ‟ât yang dikuasainya. Perbedaan qirâ‟ât dalam pengucapan Al-Qur'an juga akan menambah makna ayat sehingga menimbulkan makna yang berbeda. Syûr dalam menafsirkan Al-Qur'an tidak lepas dari pemahamannya tentang keberadaan qirâ'ât.

DISKRSUS QIRÂ’ÂT DAN GENDER

Sejarah dan Perkembangan Qirâ’ât

Pembahasan mengenai sejarah dan perkembangan ilmu qirâ‟ât diawali dengan adanya perbedaan pendapat mengenai kapan qirâ‟ât mulai dicanangkan. Pasalnya sebagian besar surat-surat Al-Qur'an bersifat mekiye dimana terdapat juga qirâ‟ât seperti yang terdapat pada surat-surat Medanije. Kedua, qirâ‟ât mulai dikumandangkan di Madinah setelah masa Hijrah, dimana banyak masyarakat yang masuk Islam dan mempunyai ekspresi dan dialek bahasa Arab yang berbeda-beda.

Qirâ‟ât mulai digunakan setelah Nabi SAW di Madinah, dimana mulai banyak orang yang masuk Islam dari berbagai suku dan dialek yang berbeda. Kedua, periode akuntansi qirâ‟ât yang dimulai ketika Abu Aswadi berusaha memperkenalkan tanda baca. Pada subbab ini penulis akan mencoba memaparkan sejarah terbentuknya ilmu qirâ‟ât, mulai dari masa awal hingga terbentuknya mazhab qirâ‟ât.

Pada masa Nabi, perselisihan mengenai qirâ'ât jarang sekali terjadi karena setiap kali timbul perselisihan mereka langsung menemui Nabi, kemudian Nabi membetulkan qirâ'ât tersebut. Abû 'Ubaid (w. 224 H/838 M) menyebutkan dalam kitabnya al-Qirâ'ât, sebagaimana telah dikutip oleh as-Suyuthi, bahwa para sahabat penghafal Al-Qur'an pada zaman Nabi SAW sangat banyak. Banyak sekali, namun ada pula di antara mereka yang menyempurnakan hafalan Alquran setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Di antara mereka, masing-masing menyombongkan versi qirâ'âtnya masing-masing dan saling mengklaim bahwa versi qirâ'ât merekalah yang terbaik dan benar.

Utsman sendiri disebut Mushaf al-Imâm (sang master).42 Perlu diketahui bahwa para sahabat berbeda ketika menerima qirât dari Rasulullah SAW. Hal ini pula yang menyebabkan perbedaan ketika para Tabi'in mengambil qirâ‟ât dari para Sahabat. Pada saat itu tertulis bahwa ilmu qira'at tidak hanya terbatas pada tujuh Imam qira'at saja, melainkan mencakup seluruh Imam yang dianggap mempunyai riwayat qira'at Al-Qur'an.

Sebab pada saat itu belum diketahui pembagian dan penyatuan qirâ‟ât berdasarkan keabsahan sanad dalam qirâ‟at Mutawâtirah, Mashhûrah atau Syâdzah. Melihat keadaan tersebut, para ulama qirât mulai menyikapi dan mengklasifikasikan serta menyeleksi bacaan-bacaan yang dapat dianggap bacaan yang benar-benar sahih. Dari sini dapat kita tarik benang merah bahwa masa keemasan perkembangan dan keberadaan ragam qirâ‟ât Al-Qur’an beserta ilmunya (ilmu qirâ‟ât) berlangsung selama berabad-abad terhitung sejak abad pertama hingga kodifikasi ilmu qirâ‟at. pada awal abad kedua Hijriah.

Sekilas Tentang Gender

  • Sejarah Istilah Gender
  • Istilah-istilah Gender Dalam Al-Qur’an
  • Prinsif-prinsif Kesetaraan Gender Dalam Al-Qur’an

Perbedaan qari' dalam satu lafzh dalam Al-Qur'an tidak dapat digabungkan dengan qir'ât lainnya dan perbedaannya kecil. Setelah Ibnu ‘Âsyûr menjelaskan pandangannya mengenai jenis-jenis qirâ‟ât, beliau juga menjelaskan derajat shahih qirâ‟ât dan mentarjihnya. Pada poin ini akan diuraikan analisis penafsiran Ibnu 'Âsyûr terhadap ayat gender yang didalamnya terdapat beberapa perbedaan qirâ'ât.

3 „Abd Fattâh „Abd al-Qâdhi Al-Ghanî, Al-Buduru az-Zâhirah fî al-Qirâ‟ât al-. 7 „Abd Fattâh „Abd al-Qâdhi Al-Ghanî, Al-Buduru az-Zâhirah fî al-Qirâ‟ât al-. Dalam redaksi ayat ini, Ibn „Âsyûr memaparkan dua perbedaan qirâ‟ât yang terdapat pada lafal afikh na lala, yaitu: pertama Imam.

Syekh al-Qurthubî mengatakan dalam Al-Jama„ li Ahkâm Al-Qur‟ân bahwa qirâ‟ât yang berbunyi ًافَا ُيخ ْنَأ لاِإ dengan bacaan huruf yâ‟. Dalam hal ini Ibnu ‘Âsyûr tidak menjelaskan bagaimana perbedaan qirâ‟ât mempengaruhi penafsiran ayat zhihâr25, namun ia sedikit menjelaskan dari segi kebahasaan. An-Nisâ‟ [4]:​​​​​​​1 hanya menjelaskan dua perbedaan antara qirâ‟ât, yaitu pada kata َنوُلَءاَسَت dan مَاحْرَْلأَو.

Dalam hal ini Ibnu ‘Âsyûr menjelaskan perbedaan qirâ‟ât yang diuraikannya dengan menjelaskan makna dan pengaruhnya terhadap penafsiran. Al-Mujâdilah [58]: 2 Ibnu „Âsyûr menguraikan tiga perbedaan qirâ‟ât pada kata نورهظي dalam tafsir ayat zhihâr ini, beliau menjelaskan sedikit dari segi bahasa. Penafsiran Ibnu „Âsyûr terhadap ayat-ayat terkait gender yang di dalamnya terdapat beberapa qirâ‟ât, nampaknya yang dijelaskannya hanya jenis qirâ‟ât saja.

Jadi, jika dilihat dari kualitas qirâ'ât, Ibnu 'Âsyûr memberikan porsi qirâ'ât dengan kisah mutawâtirah. Kedua, dalam menjelaskan berbagai perbedaan qirâ'ât, Ibnu 'Âsyûr tidak menjelaskan keseluruhan pengaruh qirâ'ât dalam penafsiran.

Tabel Perbedaan Qirâ’ât Ayat-ayat Gender Dalam Tafsir At-Tahrîr Wa  At-Tanwîr Karya Ibn ‘Âsyûr
Tabel Perbedaan Qirâ’ât Ayat-ayat Gender Dalam Tafsir At-Tahrîr Wa At-Tanwîr Karya Ibn ‘Âsyûr

PROFIL IBN ‘ÂSYÛR DAN TAFSIR AT-TAHRÎR WA AT-

Latar Belakang Pemikiran, Karier Intelektual Ibn ‘Âsyûr

Guru-guru dan Murid-murid Ibn ‘Âsyûr

Tingginya ilmu dan keluasan wawasan Ibnu ‘syûr yang dianugerahkan Allah kepadanya tidak lepas dari jasa dan pengaruh para gurunya yang juga merupakan tokoh penting dan berpengaruh pada masanya. Kakek dari pihak ibu adalah Syekh Muhammad al-„Azîz Ibn Muhammad al-Habib Ibn Muhammad al-Thayyibin al-Wazir Muhammad Ibn Muhammad Bû'atûr. 10 Muhammad al-Jaib ibn al-Khaujah, Syekh al-Islam al-Imâm al-Akbar Muhammadath-Thâhir ibn „Âsyûr, (Beirūt: Dar Muassasah Manbu‟ li al-Tauzi‟, 2004), vol.

11 Muhamed el-Jaib ibn el-Khaxhah, Syaikh el-Islam el-Imâm el-Akbar Muhammedath-Thahir ibn „Âsyûr, xhilid. Syaikh 'Umer Ibn el-Syeikh H), beliau mengajar el-Muthawwal „ala Matan at-Talkhish, Syarh el-Asymûnî „ala el-Khulâshah, Mugni el-Labib, el-Mehalli „ala Jam' el-Jawâmi, Tefsir el - Baidhawi. Syaikh Sâlim Bûhâjib H), beliau adalah alumni sekaligus pengajar di Universitas Zaitunah Selama tiga puluh tahun.

Muhammad ath-Thâhir ibn „Âsyûr sangat menghormatinya, terutama karena beliau secara khusus membimbingnya dalam kajian hadis baik dirâyah maupun riwayah serta konsisten mengoreksi karya tulisnya yang berkaitan dengan hadis. Dari gurunya inilah Ibnu ‘Âsyûr juga banyak belajar tentang sistematika berpikir yang menyeluruh, visioner dan berpikiran terbuka. Abdillah Muhammad bin Utsmân adalah penulis buku Majmû‘ al-Fatâwa, Bughyat al-Musytâq fî Masâ‟il al-Istihqâq, Fiqh Abî Hurairah, Tahrîr al-Maqâl.

Shâlih ash-Syarîf, mengajarkan tafsir al-Kassyâf dari az-Zamakhsyarî, mungkin hal inilah yang membuat Ibnu 'Âsyûr sering mengutip dan mengikuti metodenya dari sudut pandang kebahasaan dalam menulis tafsir at-Tahrir wa at-Tanwirnya. Syekh Doktor Muhammad al-Habib bin al-Kaijah, dia dan al-Naifur menjadi rektor di Universitas al-Zaituniyyah.

Karya-karya Ibn ‘Âsyûr

Selain dalam bentuk buku, tulisan Ibn „Âsyûr juga diedarkan dalam pelbagai jurnal dan majalah, baik di dalam mahupun di luar Tunisia. Majalah dan jurnal ini termasuklah Hudâ al-Islâm, Nûr al-Islâm, Mishbâh asy-Syarq, Majallah al-Manâr, Majallah al-Hidâyah al-Isâmiyyah, Majallah Majma„ al-Lughah al-„Arabiyallah al-Majmajma di Kaherah, al-„Alamî di Damsyik.15.

Pandangan Ulama Terhadap Ibn ‘Âsyûr

Al-'Alamah Muhammad al-Basyr al-Ibrahim berkomentar bahwa Ibnu 'Âsyûr adalah seorang alim di kalangan 'ulama yang tercatat dalam sejarah karena kehebatannya, Ibnu 'Âsyûr adalah seorang imam yang dipandang sebagai lautan, mampu mandiri dalam Istidlalnya.

Profil Kitab Tafsir at-Tahrîr wa at-Tanwîr

  • Latar Belakang Penamaan Tafsir At-Tahrîr wa At-Tanwîr
  • Metodologi Penafsiran
  • Sumber Penafsiran dan Referensi
  • Corak penafsiran

Namun, kecenderungan menggunakan qirâ'ât lebih dominan dalam pentafsiran ayat-ayat hukum, ilmu kalam dan fiqh. Hal ini sesuai dengan makna qirâ'ât, yang dibaca dengan kasrahing huruf qaf َنْر ِق.

Gambar

Tabel Perbedaan Qirâ’ât Ayat-ayat Gender Dalam Tafsir At-Tahrîr Wa  At-Tanwîr Karya Ibn ‘Âsyûr

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memberikan gambaran yang jelas terhadap pembahasan, serta agar analisis menjadi terarah dan sesuai dengan masalah yang ada, maka penulis membatasi ruang lingkup

Untuk memberikan gambaran yang jelas terhadap pembahasan, serta agar analisis terhadap penelitian menjadi terarah dan sesuai dengan masalah yang ada, maka penulis membatasi

Agar pembahsan dalam penulisan Laporan Akhir ini tidak menyimpang serta terarah dari masalah yang ada, maka penulis membatasi ruang lingkup pembahasan hanya pada

Untuk memberikan gambaran yang jelas terhadap pembahasan, serta agar analisis menjadi terarah dan sesuai dengan masalah yang ada, maka penulis membatasi ruang lingkup

Untuk memberikan gambaran yang jelas terhadap pembahasan, serta agar analisis menjadi terarah dan sesuai dengan masalah yang ada, maka penulis membatasi ruang lingkup

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka agar lebih terarah dan dapat tercapai tujuan dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah, yaitu

Adapun agar pembahasan menjadi lebih terarah dan tidak menyimpang dan juga sesuai dengan latar belakang yang sudah di uraikan, maka penulis membatasi masalah

1.2.2 Pembatasan Masalah Permasalahan tersebut agar di selesaikan dengan baik, dan pembahasan menjadi lebih baik dan terarah diperlukan pembatasan masalah, penulis menetapkan batasan