• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis produksi program voice of islam di Radio Kisi 93.4 FM Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis produksi program voice of islam di Radio Kisi 93.4 FM Bogor"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun oleh: Rahmat Akbar NIM: 106051001865

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

DI RADIO KISI 93. 4 FM BOGOR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Disusun oleh:

Rahmat Akbar NIM : 106051001865

Pembimbing:

Dra. Armawati Arbi, M. Si NIP: 19650207 199103 2 002

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

Skripsi berjudul “ANALISIS PRODUKSI PROGRAM VOICE OF ISLAM DI RADIO KISI 93. 4 FM BOGOR” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 februari 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I) pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 24 Februari 2011

Panitia Sidang Munaqasyah

Ketua merangkap anggota Sekretaris merangkap anggota

Drs. Wahidin Saputra, MA Umi Musyarofah, MA NIP: 19700903 199603 1 001 NIP: 19710816 199703 2 002

Anggota,

Penguji I Penguji II

Drs. Wahidin Saputra, MA Umi Musyarofah, MA NIP: 19700903 199603 1 001 NIP: 19710816 199703 2 002

Pembimbing

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratam untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 24 Februari 2011

(5)

i NIM : 106051001865

“Analisis Produksi Program Voice of Islam di Radio KISI 93. 4 FM “

Program radio harus dapat dikemas sedemikian rupa agar dapat menarik perhatian dan dapat diikuti sebanyak mungkin orang. Jumlah stasiun radio yang semakin banyak mengharuskan pengelola stasiun untuk semakin jeli membidik audiennya. Setiap produksi program harus mengacu pada kebutuhan audien yang menjadi target stasiun radio. Hal ini pada akhirnya menentukan format stasiun penyiaran yang harus dipilih. Untuk itu para awak produksi dituntut untuk mengembangkan kreativitas dan inovatif dalam menyajikan programnya.

Dengan begitu, bagaimana proses produksi yang dilakukan oleh para pelaku produksi dilakukan yang ditinjau dari pra, produksi, hingga pasca produksi atau evaluasinya? Bagaimana radio mengemas sebuah program siraman rohani namun tetap digandrungi oleh pendengarnya sesuai dengan segmentasinya?

Setiap stasiun radio, khususnya di bagian produksi siaran, sangat membutuhkan para kreator atau orang-orang yang kreatif sekaligus inovatif dalam mengemas produksi program yang hendak disiarkannya. Dengan teori konstruksi sosial media massa yang ada pada radio, semakin menjadikan radio sebagai media elektronik mempunyai peranan sangat kuat dalam menarik perhatian audien atau masyarakat secar luas. Dengan peranan yang sangat besar tersebut, maka banyak radio yang berlomba untuk menyajikan program-program menarik demi merebut perhatian pendengarnya.

Penyajian program radio siaran menuntut perlu adanya sesuatu yang isinya baru/aktual, orisinal, unik, dinamis, menghibur, informatif, edukatif, trendi, serta komunikatif. Kekuatan radio sangat besar, oleh karenanya alangkah bijaknya jika radio tidak hanya dijadikan sebagai alat perauk keuntungan semata, namun juga sebagai instrumen dakwah. KISI FM sebagai salah satu stasiun radio yang bersegmentasi pada anak muda, berusaha menyajikan program-program yang menghibur namun juga tetap memberikan nilai-nilai edukatif, khususnya yang sesuai dengan ajaran Islam, agar mereka tetap terarah tanpa berkesan menggurui. Dan itu semua diwujudkan, salah satunya adalah dengan produksi program Voice of Islam. Dengan pengemasan program yang baik, mulai dari pemilihan narasumber sampai pada bentuk penyajian programnya, sehingga acara ini tetap disenangi oleh pendengar KISI FM itu sendiri.

(6)

ii

Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, Dialah Allah yang maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah memberikan nikmat Iman, Islam, dan Ikhsan kepada seluruh umat manusia yang ada di muka bumi ini.

Shalawat beriring salam semoga selalu tercurahkan kepada Junjungan kita, Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan seluruh pengikutnya yang senantiasa istiqamah dalam mengikuti dan memegang teguh ajarannya.

Sepenuhnya penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak mengalami kesulitan, hambatan, dan gangguan hingga terkadang rasa putus asa dan bosan pernah dirasakan. Namun, berkat bantuan, doa, motivasi, bimbingan dan pengarahan yang sangat berharga dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

Oleh karena itu, dengan segala ketulusan, perkenankan penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat:

(7)

iii

2. Bpk. Drs. Jumroni, M. Si selaku ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Program Reguler, Ibu Umi Musyarofah, MA selaku Sekretaris Jurusan Komunkasi dan Penyiaran Islam Program Reguler.

3. Dosen Pembimbing Ibu Dra. Armawati Arbi, M.Si yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam tahapan pembuatan skripsi ini dengan baik.

4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

5. Segenap karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memudahkan penulis untuk mendapatkan berbagai referensi dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Kepada orang tua tercinta, Abeh Djaelani dan Umi Halimah. Khususnya Umi tersayang yang tanpa lelah selalu memberikan dorongan motivasi, doa, dan kasih sayangnya demi keberhasilan penulis. Semoga kebahagiaan akan selallu menyertai papa dan mama

7. Kakak-kakakku, yang telah memberikan semangat serta doanya.

(8)

iv

kerjasamanya yang telah membantu penulis untuk mengadakan penelitian dan memperoleh informasi yang terkait dengan judul skripsi penulis.

10.Teman-teman KPI angkatan 2006. Khususnya, Mukhtar Fauzi, Irsan Taqdirullah, dan Miftah Hushahih, yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

11.Kepada sahabat seperjuangan Dian Saputra Junaidi, terima kasih atas segala bantuannya.

Dan akhir kata dari penulis, semoga segala bantunan dan motivasi yang diberikan epada penulis mendapatkan balasan dan ridho Allah SWT.

Amin…………

Jakarta, 18 Januari 2011

(9)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR ……….. iii

DAFTAR ISI……….. vi

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masa ……….. 5

C. Tujuan Penelitian ……… 6

D. Manfaat Penelitian ……….. 6

E. Tinjauan Pustaka ………. 7

F. Kerangka Konsep ……… 9

G. Metodologi Penelitian ………. 10

1. Pendekatan yang digunakan ……… 10

2. Subjek dan Objek Penelitian ……… 11

3. Tahapan Penelitian ………. 11

a. Pengumpulan Data ………. 11

a.1 Wawancara……….. 11

a.2 Telaah Teks Rekaman Program……….. 12

(10)

vi

c. Analisis data ……… 14

H. Sistematika Penulisan ……… 15

BAB II KAJIAN TEORI ……….. 17

A. Teori Konstruksi Sosial Media Massa ………...….………. 17

B. Analisis Produksi ……….. 25

1. Pengertian Analisis ………. 25

2. Pengertian Produksi ………... 25

3. Pengertian Analisis Produksi ………. 26

C. Proses Produksi Program Radio ..……… 27

1. Pra Produksi ……… 27

2. Produksi ……….. 29

3. Pasca Produksi/Evaluasi ………. 35

D. Format Program Radio ………..………. 37

BAB III Profil Stasiun Radio KISI 93. 4 FM Bogor ……… 42

1. Pengertian, Sejarah, dan Perkembangan Radio ……….. 42

1.1 Pengertian Radio ………. 42

1.2 Sejarah dan Perkembangan Radio ……….. 44

2. Gambaran Umum, Sejarah, dan Perkembangan Radio KISI FM ….. 47

3. Visi dan Misi, dan Struktur Organisasi di Radio KISI FM …………. 51

(11)

vii

4.1 Program On Air ……… 55

4.1.1 Regular Program ……… 56

4.1.2 Spesial Program ………. 58

4.2 Program Off Air …..………. 60

BAB IV Analisis Hasil Penelitian ……… 61

A. Proses Produksi dan Penyiaran Program Voice of Islam ……… 61

1. Tahap Penerapan Unsur Komunikasi Dakwah ……… 61

2. Tahap Pembentukan dan Pengemasan Realitas Simbolik ………... 78

3. Tahap Penetapan Realitas Objektif ……….. 88

BAB V Penutup ………. 92

A. Kesimpulan ………. 92

B. Saran ……… 96

DAFTAR PUSTAKA………. 98

(12)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan media komunikasi modern dewasa ini telah memungkinkan orang di seluruh dunia untuk dapat saling berkomunikasi. Hal ini dimungkinkan karena adanya berbagai media (channel) yang dapat digunakan sebagai sarana penyampaian pesan. Media penyiaran, yaitu radio dan televisi merupakan salah satu bentuk media massa yang efisien dalam mencapai audiennya dalam jumlah yang sangat banyak. Karenanya media penyiaran memegang peranan yang sangat penting dalam ilmu komunikasi pada umumnya dan khususnya ilmu komunikasi massa.1

Berbicara mengenai media massa elektronik, salah satunya adalah radio. Radio adalah media massa elektronik tertua dan sangat luwes. Selama hampir satu abad lebih keberadaan radio siaran telah berhasil mengatasi persaingan keras seperti dengan bioskop, dan televisi. Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia, dengan mengembangkan hubungan saling menguntungkan dan melengkapi dengan media lainnya. Kelebihan dari media massa elektronik radio siaran ini adalah berada dimana saja. Kemampuan yang tinggi untuk menjangkau setiap pendengarnya yang sedang melakukan kegiatan-kegiatan yang lain sekalipun atau bahkan sedang

1

(13)

menikmati media massa lainnya. Radio melibatkan dan merangsang imajinasi, dimensi waktu dan ruang bisa dikembangkan. Secara potensial radio memungkinkan untuk menjangkau seluruh penduduk, bahkan penduduk miskin sekalipun, dan dengan biaya sedikit.2

Tidak ada yang lebih penting lagi dari acara atau program sebagai faktor yang lebih penting dan menentukan dalam mendukung keberhasilan finansial suatu stasiun penyiaran radio. Adalah program yang membawa audien mengenal suatu stasiun penyiaran. Jika suatu stasiun memperoleh jumlah audien yang besar dan jika audien itu memiliki karakteristik yag dicari oleh pemasang iklan, maka stasiun bersangkutan akan sangat menarik bagi pemasang iklan. Dengan demikian, pendapatan dan keuntungan stasiun penyiaran sangat dipengaruhi oleh programnya.

Kecanggihan teknologi radio, juga turut serta mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk di dalamnya kegiatan dakwah. Dengan mengetahui kelebihan radio, maka alat tersebut dapat digunakan sebagai media dakwah, sebab sangat diharapkan bahwa dakwah yang dilakukan melalui siaran-siaran di radio dapat berjalan dengan efektif dan efisien sebagai salah satu pola penyampaian informasi dan upaya transfer ilmu pengetahuan.3

Ciri utama yang paling jelas yang dimiliki media massa adalah bahwa institusi ini dirancang untuk dapat menjangkau masyarakat luas. Potensi audien dipandang

2

Howard Goug, Perencanaan Penyajian Produksi program Radio, (Jakarta: Pengurus Pusat HPPI Himpunan Praktisi Penyiaran Indonesia, 1999), h. 272.

3

(14)

sebagai kumpulan orang dalam jumlah besar yang memiliki sifat tidak saling mengenal satu sama lain. Begitu pula hubungan antara pengirim pesan (sender) dan penerima pesan (receiver), adalah tidak saling mengenal.4 Berdasarkan pertimbangan di atas, maka sudah selayaknya jika para penyampai dakwah Islam sekarang ini memanfaatkan media massa sebagai alat atau kendaraan dalam berdakwah. Meskipun pada dasarnya program yang dibuat setiap media massa, dituntut akan kebutuhan profit yang dihasilkan. Namun tidak berarti bahwa program yang dihasilkan oleh media massa elektronik khususnya radio mengabaikan nilai-nilai kebaikan. Pada perkembangan radio sekarang ini, telah banyak isi program siarannya yang memuat materi-materi dakwah. Dengan berbagai konsep yang menarik, sehingga tidak kalah menariknya dengan program-program hiburan. Bahkan saat ini ada beberapa radio yang khusus sebagai radio religi atau radio dakwah.

Program acara merupakan faktor terpenting dalam keberhasilan sebuah stasiun radio. Maka dalam perusahaan radio terdapat beragam program acara yang disiarkan. Beragam program acara disajikan dengan format semenarik dan seunik mungkin untuk mendapat perhatian dari pendengar.

Sebaiknya perlu disadari oleh bagian produksi bahwa segala produksi program yang disirkan adalah hasil kerja tim atau kelompok. Semua orang yang terlibat di dalam proses maupun hasil produksi program harus menyadari, bahwa sebuah program yang bagus dan menarik juga merupakan hasil kerjasama tim. Setiap orang yang berada di dalam bagian produksi siaran mempunyai perannya masing-masing.

4

(15)

Ada Manajer Produksi atau Manajer Siaran, Program Director/Penata Program, Music Director/Penata Musik, Produser, Script Writer/Penulis Naskah, DJ/Penyiar, Reporter, dan Operator Siar/Rekam. Orang-orang inilah yang menjadi kunci atau berperan penting di balik kesuksesan sebuah program radio. Baik program musik maupun berita.5

Radio KISI 93.4 FM merupakan radio yang memposisikan diri sebagai radio anak muda yang senantiasa memberikan informasi terkini bagi pendengarnya, meliputi informasi, musik, dn film sekaligus gosip-gosip terbaru,berita seputar gaya hidup dan pengetahuan ilmiah popular yang terkait dengan kehidupan anak muda masa kini. Sebagian besar program-program acara yang disajikan di radio KISI FM adalah program News dan Lifestyle (musik & entertainment). Kemudian KISI FM yang notabene merupakan radio News dan Lifestyle, membuat acara Voice of Islam. Acara ini berupa acara siraman rohani yang berdurasi selama satu jam, mulai dari jam 05-06 pagi setiap harinya.

Pada program Voice of Islam, narasumbernya berasal dari satu paguyuban yang berada di Bogor yang secara bergantian datang sebagai narasumber di radio KISI FM. Cara penyampaian dan materinya yang dekat sekali dengan pergaulan anak muda masa kini tanpa terkesan menggurui menjadi daya tarik tersendiri dari program ini. Belum lagi musik-musik religi yang disajikan pada program ini betul-betul memahami selera anak muda masa kini. Atas dasar alasan itu sekiranya penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai program Voice of Islam tersebut.

5

(16)

Karena kebanyakan acara dakwah biasanya berasal dari stasiun radio religi (dakwah) atau hadir pada saat-saat tertentu (misalnya bulan ramadhan). Namun acara ini hadir setiap hari dan bukan berasal dari radio religi.

Berdasarkan latar belakang dan pemikiran diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan diberi judul: “Analisis Produksi Program Voice of Islam di Radio KISI 93. 4 FM, Bogor ”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini, pembatasan masalah diambil agar penelitian yang penulis lakukan lebih terarah dan terperinci. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini dibatasi pada program acara Voice of Islam yang meliputi kriteria unsur-unsur komunikasi yang terlibat di dalamnya, seperti narasumber, materi siaran, segmentasi, dan tujuan yang diharapkan dari program Voice of Islam di radio KISI 93. 4 FM Bogor, kemudian bagaimana dalam memproduksi program Voice of Islam ditinjau dari pra, produksi, dan pasca produksi selama bulan Oktober sampai Desember 2010.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

(17)

a) Kriteria penetapan perencanaan unsur-unsur komunikasi pada pra produksi yang meliputi narasumber, materi, penyiar, dan corak format pada program Voice of Islam ?

b) Kriteria penerapan unsur-unsur komunikasi pada proses produksi ? c) Bagaimana evaluasi pasca produksi ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengungkapkan proses produksi pada program Voice of Islam di radio KISI 93. 4 FM yang ditinjau dari a) pra produksi b) produksi c) pasca produksi. b. Mengetahui format acara pada program Voice of Islam di radio KISI FM 93.

4 FM.

D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

Menambah khazanah dan referensi bagi pengembangan ilmu komunikasi di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, melalui kajian proses produksi program acara radio serta mendalami corak format acara pada program radio, dalam hal ini adalah radio KISI 93. 4 FM, Bogor. b. Manfaat Praktis

(18)

2. Corak format dan produksi program ini juga bermanfaat bagi para pelaku produksi radio komersil lainnya seperti Manajer Produksi, Program Director, Music Director, Produser, Scriptwriter, dan Penyiar, untuk lebih

meningkatkan kualitas dan kreatifitas yang lebih baik dan variatif.

E. TINJAUAN PUSTAKA

Yofy Andres, “Analisis Produksi Program Drama Komedi Situasi (SITKOM)

“OB”Office Boy di RCTI”. Persamaan pada dari skripsi ini dengan penulis adalah

dalam membahas mengenai analisis produksi program yang ditinjau dari para, produksi, hingga pasca produksi. Perbedaannya terletak pada media massa yang diteliti, pada skripsi ini adalah televisi, sedangkan penulis pada radio.6

Ade Indra Wijaya, “Analisis Isi Program Siaran Lentera Hati di 93. 6 FM Radio El-Mizan Cakrawala Cemerlang (EMC), Tangerang”. Persamaannya dalam

membahas program radio. Perbedaannya skripsi ini lebih kepada isi program (produksi), dan mendalam kepada isi pesan yang lebih dominan dalam program siaran Lentera Hati tersebut.7

Novita Roliana, “Analisis Produksi Program Dakwah “Assalamualaikum” di M2

Radio 88. 2 FM, Bekasi”. Persamaannya adalah sama-sama membahas mengenai proses produksi yang ditinjau dari pra, produksi, hingga evaluasinya. Hampir tidak

6

Yofy Andres, Analisis Produksi Program Drama Komedi Situasi (SITKOM) “OB” di RCTI, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

7

(19)

ada perbedaan signifikan dengan skripsi ini, namun pada setiap program yang berbeda di setiap radio, tentunya akan memiliki perbedaan dari mulai narasumber, materi siarannya, hingga bentuk format yang disajikan.8

Anne Chrisnasari Syahman, Analisis produksi Program “Forum Kerukunan

Umat Beragama” di TVRI”. Persamaannya terletak pada penelitian produksi program

siaran yang ditinjau dari pra, produksi, hingga pasca produksi. Sedangkan perbedaannya selain media massa yang diteliti, juga pada skripsi ini lebih fokus kepada format penyajian programnya.9

8

Novita Roliana, Analisis Produksi Program Dakwah “Assalamualaikum” di Radio 88. 2FM

Bekasi, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

9

(20)

F. Kerangka Konsep

1. Konstruksi sosial media massa, terciptanya konstruksi sosial itu melalui tiga momen dialektis, yakni eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.

2. Enam proses konstruksi sosial media massa: a) Tahap penerapan unsur-unsur komunikasi dakwah adalah pada persiapan pra produksi seperti pendakwah atau narasumber, penyiar, pesan prolog, dan dan format yang akan disajikan. b) tahap pembingkaian prolog/skrip kasus adalah proses dimana seorang pendakwah atau narasumber menyiapkan prolog dan penyiar menyiapkan skrip kasus bagi radio. c) tahap pengungkapan diri adalah adalah dimana penyiar dan narasumber membingkai fakta pendengar berdasarkan pengungkapan diri yang dikakukan oleh pendengar tersebut. d) tahap pembentukan realitas subjektif adalah proses

KONSTRUKSI SOSIAL MEDIA MASSA

Enam Proses Konstruksi Sosial Media Massa: 1. Tahap Penerapan Unsur-unsur Komunikasi Dakwah 2. Tahap Pembingkaian Prolog/Skrip Kasus

3. Tahap Pengungkapan Diri

4. Tahap Pembentukan Realitas Subjektif 5. Tahap Pengemasan Realitas Simbolik

(21)

seleksi pendengar yang dilakukan oleh penyiar. e) tahap pengemasan realitas simbolik adalah strategi yang dilakukan dalam upaya menarik perhatian pendengar. f) tahap penetapan realitas subjektif adalah proses evaluasi yang dilakukan radio untuk melihat hasil dari program.

3. Proses produksi ditinjau dari pra, produksi, dan pasca atau evaluasi. Kriteria penetapan unsur-unsur komunikasi seperti narasumber, materi, penyiar, dan corak format yang disajikan dimulai pada pra, hingga pasca produksinya.

G. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Metode yang digunakan oleh penulis adalah dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang memaparkan situasi atau peristiwa, dimana pada hakikatnya metode deskriptif adalah mengumpulkan data-data.10

Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya

10

(22)

maupun dalam peristilahannya.11 Dengan menggunakan metode deskriptif ini, maka data yang diperoleh dari hasil penelitian dipaparkan atau digambarkan dalam sebuah tulisan ilmiah.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber-sumber tempat memperoleh keterangan.12Yang menjadi subjek penelitian adalah radio KISI 93. 4 FM, Bogor. Sedangkan yang menjadi objek penelitiannya adalah program Voice of Islam. Sumber data didapat dari radio KISI FM sebagai stasiun radio yang menyiarkan program Voice of Islam serta mereka yang memberikan informasi mengenai objek penelitian.

3. Tahapan Penelitian

Prosedur dalam melakukan penelitian ini adalah:

a. Pengumpulan Data

1. Wawancara mendalam

Wawancara adalah teknik dalam upaya menghimpun data yang akurat untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu, yang sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian.13

11

Lexy J. Moleong, Metodologi penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, ed. Revisi, 2007), h. 4.

12

Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1968), h. 92.

13

(23)

Keunggulan utama wawancara mendalam ialah memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah data yang banyak, sebaliknya kelemahan ialah karena wawancara melibatkan aspek emosi, maka kerja sama yang baik antara pewawancara dan yang di wawancarai sangat diperlukan.14 Wawancara mendalam dilakukan kepada Station Manager dan Program Director, karena Program Director merupakan orang yang berperan penting dalam memproduksi

program ini. Selain itu, Program Director juga mengetahui banyak hal mengenai alasan pemilihan tema, pengisi acara, dan lain sebagainya. Wawancara juga dilakukan kepada para pengisi acara, yaitu: presenter, narasumber, dan pendukung pengisi acara. Dengan alasan untuk meminta pendapat mereka mengenai program Voice of Islam itu sendiri.

2. Telaah Teks Rekaman Program

Selain wawancara, penulis mencoba menggali informasi/data secara lebih mendalam lagi, yaitu melalui telaah teks rekaman program. Data wawancara yang diperoleh ketika program siaran Voice of Islam on air yang berada di alat rekam (type recorder), begitu juga dengan data-data lainnya seperti data wawancara, penulis mencoba tuangkan ke dalam bentuk teks, kemudian penulis analisis dan mengambil kesimpulan.

14

(24)

3. Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti yang terjadi dalam kenyataan, dengan observasi akan diperoleh sebuah gambaran yang jelas tentang kenyataan.15Observasi ini dilakukan selama bulan Oktober sampai Desember 2010. Karena untuk mengetahui proses produksinya maka dilakukan waktu yang cukup lama. Dalam teknik observasinya, peneliti gunakan observasi yang bersifat langsung dan tidak langsung. Langsung yakni dengan melakukan kunjungan serta mengikuti pelaksanaan produksi Voice of Islam di radio KISI FM Bogor, dan tidak langsung dengan mendengarkan serta mengamati pada program Voice of Islam di radio KISI 93. 4 FM.

Nasution (1988) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.16Teknik yang peneliti gunakan dalam observasi ini sifatnya pengamatan.

Menurut M. Q. Patton (1980: 123-126), peneliti yang melakukan pengamatan akan mendapatkan manfaat seperti (a) pandangan yang holistik dan menyeluruh, (b) membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery, (c) dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, (d) dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkap oleh responden, (e) dapat memperoleh

15

Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 106.

16

(25)

gambaran yang komprehensif mengenai objek yang diteliti, (f) mendapatkan kesan-kesan pribadi.17

Observasi dilakukan langsung oleh peneliti untuk mendapatkan data mengenai Program Voice of Islam. Dan untuk itu, penulis mengadakan kunjungan langsung ke radio KISI 93. 4 FM di Bogor tepatnya:

JL. Puter No. 1 Tanah Sareal. Bogor.

4. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan menginvestasi dokumen-dokumen yang relevan dan terkait dengan permasalahan yang diteliti. Yaitu mempelajari dan menganalisa bahan-bahan berupa tulisan atau gambar yang diambil dari foto-foto, rundown, arsip berupa diktat, dan lain sebagainya untuk penguat atas kebenaran data yang diperoleh melalui observasi dan interview. Dalam hal ini yaitu data-data, foto-foto, arsip-arsip yang berhubungan dengan program Voice of Islam, seperti rundown, foto wawancara dan studio siar, yang dapat memperkuat data penelitian, data ini dapat diperoleh langsung dari dokumen yang ada di radio KISI FM.

b. Pengolahan Data

17

(26)

Dalam melakukan pengolahan data, penulis mencoba menyederhanakan dan mengolah data, maka data yang ada dimasukkan ke dalam bentuk tabel, bagan, roda jam siar, dan foto-foto.

c. Analisis Data

Dari data-data yang dikumpulkan, kemudian penulis analisis dan dari hasil analisis yang dirasa kurang tepat, peneliti kritisi lebih lanjut. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis, yang melaporkan data dengan menerangkan, memberikan gambaran, dan mengklasifikasikan serta menginterpretasikan data yang terkumpul apa adanya, kemudian disimpulkan.

H. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dalam penelitian ini, yaitu penulis menyusun dengan membagi menjadi lima bab:

BAB I PENDAHULUAN: Dalam bab ini membahas mengenai latar belakang masalah penelitian, perumusan dan pembatasan masalah dalam penelitian, tujuan dan manfaat dari penelitian, tinjauan pustaka, metodologi yang digunakan dalam penelitian, dan sistematika penulisan.

(27)

BAB III PROFIL STASIUN RADIO KISI FM: Membahas pengertian, sejarah, dan perkembangan radio, gambaran umum radio KISI FM, sejarah dan perkembangan radio KISI FM, visi dam misi radio KISI FM, struktur organisasi di radio KISI FM, serta gambaran umum program-program KISI FM.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN: Dalam bab ini membahas proses produksi dan peyiaran program acara Voice of Islam ditinjau dari pra, produksi, dan pasca atau evaluasi, kemudian juga format siaran program Voice of Islam.

(28)

17

KAJIAN TEORI

A. Konstruksi Sosial Media Massa

Berger dan Luckmann (1990:1) mulai menjelaskan realitas sosial dengan memisahkan pemahaman „kenyataan’ dan „pengetahuan’. Realitas diartikan sebagai

kualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas yang diakui sebagai memiliki keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada kehendak kita sendiri. Sedangkan pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik.

Pendek kata, Berger daan Luckmann (1966: 61) mengatakan terjadi dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalui eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.

(29)

ketika produk sosial tercipta didalam masyarakat, kemudian individu mengeksternalisasikan (penyesuaiaan diri) ke dalam dunia sosio-kulturalnya sebagai bagian dari produk manusia.

Tahap obyektivasi produk sosial terjadi dalam dunia intersubyektif masyarakat yang dilembagakan. Pada tahap ini sebuah produk sosial berada pada proses institusionalisasi, sedangkan individu oleh Berger dan Luckmann (1990: 49) mengatakan, memanifestasikan diri dalam produk-produk kegiatan manusia yang tersedia, baik bagi produsen-produsennya maupun bagi orang lain sebagai unsur dari dunia bersama.

Internalisasi dalam arti umum merupakan dasar; pertama, bagi pemahaman mengenai „sesama saya’, yaitu pemahaman individu dan orang lain; kedua, bagi

pemahaman mengenai dunia sebagai sesuatu yang maknawi dari kenyataan sosial.

Kesimpulannya teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas terjadi secara simultan melalui tiga proses sosial, yaitu eksternalisasi, obyektivasi, dan internalisasi. Tiga proses ini terjadi diantara individu satu dengan individu lainnya dalam masyarakat.

(30)

kelompoknya, pimpinan dengan kelompoknya, orang tua dengan anggota keluarganya menjadi sekunder-rasional. Hubungan-hubungan sosial primer dan semisekunder hampir tak ada lagi dalam kehidupan masyarakat modern dan postmodern. Dengan demikian, teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan Luckmann menjadi tak bermakna lagi.

Posisi “konstruksi sosial media massa” adalah mengoreksi substansi kelemahan

dan melengkapi “konstruksi sosial atas realitas”, dengan menempatkan seluruh

kelebihan media massa dan efek media pada keunggulan “konstruksi sosial media massa” atas “konstruksi sosial atas realitas”.

Gambar 1. Proses Konstruksi Sosial Media Massa

Namun proses simultan yang digambarkan diatas tidak bekerja secara tiba-tiba, namun terbentuknya proses tersebut melalui beberapa tahap penting. Dari konten

(31)

konstruksi sosial media massa, dan proses kelahiran konstruksi sosial media massa melalui tahap-tahap sebagai berikut: (a) tahap menyiapkan materi konstruksi; (b) tahap sebaran konstruksi; (c) tahap pembentukan konstruksi realitas; dan (d) tahap konfirmasi.1

Jika Peter L. Berger dan Luckmann mengangkat mengenai bagaimana individu mengkonstruksi realitas melalui media massa, maka penulis mengangkat mengenai analisis terhadap produksi program di radio, dalam hal ini adalah radio KISI 93. 4 FM. sebagai salah satu bagian dari radio komersil yang brsegmentasi anak muda, tentunya radio KISI FM harus memiliki posisi pasar yang jelas untuk meraih perhatian pendengar.

Bagi stasiun radio komersial, iklan merupakan jantung kehidupannya. Tanpa iklan, dipastikan radio tersebut lambat-laun tak bakal beroperasi lagi. Iklan radio memiliki karakteristiknya sendiri. Hanya mengandalkan suara (kata-kata/musik/efek) dengan durasi singkat, diharapkan seseorang memahami pesan-pesannya. Meski begitu, memasang iklan di radio, tidak bisa sekali putar. Tetapi memang harus diputar berulang-ulang agar pendengar sedapatnya teringat di dalam benaknya. Secara teoritis, Bettinghaus dalam Persuasive Communication: An Introduction (1973: 41), menyatakan, as the number of rewarded repetition of response increase, the probability that the response will be made increase. Untuk memahami iklan-iklan

1

(32)

yang ada di radio, berikut terdapat tiga jenis yang dikenal yaitu Ad Lib, Spot, dan Sponsor Program.2

Tanpa disadari pula setiap tayangan iklan selalu didekonstruksi oleh pemirsa iklan televisi itu sendiri. Proses dekonstruksi terjadi melaui pemilihan metode penafsiran, baik terhadap teks visual iklan maupun wacana iklan itu sendiri sebagai bagian dari pengetahuan. Proses dekonstruksi terhadap konstruksi sosial iklan televisi ini kemudian menjadi realitas sosial baru dalam kesadaran umum masyarakat pemirsa, kemudian kesadaran ini membentuk realitas social melalui tahap eksternalisasi, subyektivasi, dan internalisasi yang berlangsung dalam proses konstruksi sosial iklan televisi.

Dalam realitas sosial iklan televisi, penciptaan realitas dilakukan bersama-sama antara pencipta iklan dan media massa televisi. Dengan kata lain, individu tidak sendiri menciptakan realitas, namun penciptaan itu dibantu oleh kekuatan media, bahkan tanpa media televisi realitas itu tidak ada. Dengan demikian, maka realitas iklan televisi hanya ada dalam media televisi, baru kemudian terjadi proses decoding dan rekoding oleh pemirsa saat dan setelah ia menonton televisi. Inilah yang dimaksud dengan „realitas sosial media’ atau „realitas media’ dan „kesadaran semu’.

Bahwa realitas sosial media adalah bagian kesadaran semu individu terhadap realitas itu, yang sebenarnya tidak terjadi dalam realitas sosial nyata, namun dirasakan oleh

2

(33)

pemirsa sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi, atau mungkin akan terjadi kemudian dalam hidupnya.3

Dalam penelitian disertasi, Dra. Armawati Arbi, M.Si mengemukakan bahwa konstruksi radio atas realitas berlangsung dalam tiga tahap proses dialektika: pertama, tahap eksternalisasi pendengar dan tim radio membentuk realitas subjektif. Kedua, tahap objektivasi tim produksi dan pendengar mengemas realitas simbolik. Ketiga, tahap internalisasi tim radio dan pendengar menetapkan realitas objektif. Institusionalisasi, legitimasi, dan sosialisasi dilakukan melalui enam tahap proses konstruksi tersebut: a) tahap penerapan unsur-unsur komunikasi dakwah, b) tahap pembingkaian prolog/monolog skrip kasus, c) tahap pengungkapan diri, d) tahap pembentukan realitas subjektif, e) tahap pengemasan realitas simbolik, dan f) tahap penetapan realitas objektif. Penelitian ini mengkritik pandangan Burhan Bungin tentang proses konstruksi media massa atas realitas sosial secara simultan. Namun perbedaannya, Burhan Bungin berfokus pada iklan televisi sebagai produksi tapping (rekaman), bukan produksi siaran langsung (live). Sedangkan peneltian disertasi Dra. Armawati Arbi, M.Si memproduksi program dakwah dan program konsultasi keluarga siaran langsung.

1). Penelitian ini, tim radio (struktur) menyiapkan unsur-unsur komunikasi dakwah, yaitu pendakwah, narasumber atau penyiar, pesan prolog, format dan pengungkapan diri (self-disclosure). Tim manajemen mengadakan MOU/kontrak kerja pendakwah, narasumber atau penyiar. Tim produksi

3

(34)

bersama mitranya direktur program menyiapkan tugasnya masing-masing (menyiapkan insert al-Hadist/al-Quran, jingle acara, lagu, dan promosi acara). Hasil tahap pertama penelitian ini adalah roda jam siar permenit selama satu jam. Sedangkan Burhan Bungin pada tahap pertama hanya menyiapkan materi iklan saja. Hasilnya adalah tahap penyiapan materi konstruksi iklan adalah gambar naskah iklan (karikatur).

2). Tahap kedua adalah pembingkaian prolog atao monolog skrip kasus. Tugas pendakwah/narasumber menyiapkan prolog. Pembawa acara menyiapkan skrip kasus bagi radio KISI FM. Sedangkan tahap kedua Burhan Bungin adalah sebaran konstruksi, menyiapkan segmen iklan, minat pemirsa melalui strategi iklannya dari ilmu semiotika. Dari tokoh, isi pesan, bahasanya disesuaikan dengan segmennya. Sedangkan Burhan Bungin menyiapkan materi dan khalayakya pada tahap pertama dan kedua.

3). Tahap ketiga adalah pengungkapan diri. Narasumber dan penyiar membingkai fakta pendengar. Hasil pengungkapan diri adalah bingkai pendengar atas realitas problem pendengar dan bingkai tim radio. Pada penelitian Bungin, realitas sosial iklan televisi tidak diambil dari data dan pengalaman pemirsanya.

(35)

pendengar. Hasilnya adalah skrip kasus atau intisari pertanyaan dari fakta pendengar dan pertanyaan pendengar.

5). Tahap lima adalah pengemasan realitas simbolik. Menciptakan dan meningkatkan pengetahuan pendengar, kesadaran pendengar, pemberdayaan pendengar, dan pencitraan problem pendengar. Burhan Bungin menyebutnya sebagai tahap pembentukan konstruksi citra.

6). Tahap penetapan realitas objektif. Tahap ini mengevaluasi unsur-unsur komunikasi dakwah, unsur tersebut dipertahankan atau direvisi. Semua pelaku konstruksi yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses ini merefleksi diri dan menginternalisasi objektif melalui pengalaman realitas subjektif dan realitas simboliknya. Jika narasumber, pendakwah atau penyiar, pesan, format dipetahankan, apa alasannya.

(36)

sedangkan radio disimak untuk mencari informasi cuaca, berita dan kondisi perjalanan serta tempat kuliner.4

B. Analisis Produksi

1. Pengertian Analisis

Analisis sepadan dengan kata analisys, yaitu membuat atau menganalisa perancangan alur, sehingga menjadi mudah dan gamblang untuk dibuat maupun dibaca, dapat berarti juga analisa, pemisahan, pemeriksaan yang teliti.5

Analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah penelitian guna meneliti struktur kegiatan tersebut secara mendalam. Kata analisa atau analisis dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan di lapangan untuk memeriksa beberapa pengaruh kegiatan itu dilakukan.

2. Pengertian Produksi

Menurut Masduki, produksi siaran merupakan keterampilan memadukan wawasan, kreatifitas, dan kemampuan mengoperasikan peralatan produksi.6

Sedangkan menurut Gilang, sebagaimana yang diungkapkan Munthe menyatakan bahwa produksi siaran radio adalah hasil produk dari suatu stasiun radio yang merupakan hasil kerja tim, yang perlu dukungan dan kekompakan bersama.7

4

Armawati Arbi, Konstruksi Radio Dangdut Jakarta Atas Realitas Problem Keluarga, Disertasi.

5

John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta : PT. Gramedia, 1990), h. 28.

6

(37)

Produksi (peliputan) adalah semua kegiatan liputan (shooting) baik di studio, di lapangan, atau di studio maupun di lapangan. Proses liputan (shooting) juga disebut taping.8

3. Pengertian Analisis Produksi

Produksi radio merupakan proses pembuatan actra untuk disiarkan di radio. Proses produksi ini merupakan perjalanan panjang yang melewati berbagai tahapan, melibatkan banyak sumber daya manusia dengan berbagai keahlian dan berbagai peralatan serta dukungan biaya. Dalam pengertian analisis produksi disini adalah dimana dalam setiap produksi itu memiliki beberapa tahapan, yang harus kita ketahui. Menganalisa berarti kita menyelidiki proses itu terjadi sehingga kita mengetahui dengan pasti akan kebenarannya.

Tahap pelaksanaan produksi suatu produksi program radio yang melibatkan banyak peralatan, orang yang dengan sendirinya membutuhkan biaya yang besar, selain memerlukan suatu organisasi yang rapih, juga perlu suatu tahap pelaksanaan produksi yang jelas dan efisien. Setiap tahap harus jelas kemajuannya dibandingkan dengan tahap sebelumnya. Tahap produksi terdiri dari tiga bagian di radio yang lazim disebut Standar Operation Procedure (SOP), seperti berikut: 1. Pra-Produksi (ide, rencana, dan persiapan), 2. Produksi (pelaksanaan), 3. Pasca Produksi (penyelesaian dan penayangan).

7

Munthe, Muryanto Ginting, Media Komunikasi Radio, ( Kumpulan Karangan, Jakarta Pusat Sinar Harapan, 1996), Cet. 1, h. 12.

8

(38)

C. Proses Produksi dan Penyiaran Program Radio

1. Pra Produksi

Pada tahap ini merupakan proses awal dari seluruh kegiatan produksi program siaran, karena itu tahapan ini merupakan tahapan planning production. Bermula dari timbulnya ide atau gagasan, dan berpijak dari ide atau gagasan ini produser mulai melakukan berbagai kegiatan untuk mengumpulkan berbagai data yang diperlukan untuk bahan pengembangan ide atau gagasan tersebut.

Tahap pra produksi itu sangat penting sebab jika tahap ini dilaksanakan dengan rinci dan baik sebagai pekerjaan dari produksi yang direncanakan sudah beres. Tahap-tahap dalam pra produksi ini adalah sebagai berikut:

a. Penemuan ide

(39)

b. Perencanaan

Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja, penyempurnaan naskah, pemilihan artis atau narasumber, lokasi, dan crew. Selain estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat dan secara hati-hati dan teliti. Dalam perencanaan ini sudah terjadi proses interaksi antara kreativitas manusia dan peralatan pendukung yang dimilikinya. Proses interaksi ini akan lebih nyata lagi pada waktu produksi di lapangan dan pasca produksi.

c. Persiapan

Tahap ini merupakan pemberesan semua kontak, perizinan dan surat menyurat. Latihan para narasumber dan pembuatan setting, meliputi dan melengkapi peralatan yang diperlukan. Semua ini paling baik dilaksanakan menurut jangka waktu kerja (time schedule) yang sudah ditetapkan.

Kunci keberhasilan produksi televisi dan radio sangat ditentukan oleh keberesan tahap perencanaan dan persiapan itu. Orang yang begitu percaya pada kemampuan teknis sering mengabaikan hal-hal yang sifatnya pemikiran diatas kertas. Dalam produksi televisi atau radio, hal itu dapat berupa kegagalan.9

Setiap stasiun radio, khususnya di bagian produksi siaran, sangat membutuhkan para kreator atau orang-orang yang kreatif sekaligus inovatif dalam mengemas produksi program yang hendak disiarkannya. Hal ini disebabkan dari sifat atau

9

(40)

perilaku pendengar radio yang kerap berubah sesuai selera di dalam perkembangan setiap zamannya. Sehingga hal demikian, mau tidak mau, penyajian program radio siaran menuntut perlu adanya sesuatu yang isinya baru/aktual, orisinal, unik, dinamis, menghibur, informatif, edukatif, trendi, serta komunikatif. Seperti dikutip Maricar, Raymond L. Carroll dan Donald M. Davis dalam Electronic Media Programming, Strategies and Decision Making, menyarankan, untuk membuat program agar sesuai

dengan kebutuhan pendengar, maka yang sebaiknya perlu dilakukan adalah pertama memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan periode waktu siaran. Kedua melakukan penjadwalan acara, dan yang ketiga berkaitan dengan konsiderasi penataan acara. Ide atau gagasan yang berasal dari para orang atau insan kreatif produksi program yang menghasilkan beragam format atau jenis program. Ada program talkshow, news, musik, wawancara, komedi, kuis, variety show, drama, dokumenter, feature, dan sebagainya. Semua program tersebut, setidaknya, harus unik, khas, orisinal, inovatif, dan jug menghibur. Untuk itu para awak produksi dituntut untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam menyajikan programnya.10

2. Produksi

Tahap produksi merupakan tahap pembuatan dan penyiaran live. Tahap ini adalah seluruh kegiatan pengambilan gambar baik di studio maupun diluar studio. Ketika tahap perencanaan dan persiapan sudah selesai, barulah pelaksanaan produksi

10

(41)

dimulai. Sutradara bekerjasama sama dengan para artis atau narasumber dan crew mencoba mewujudkan apa yang direncanakan dalam kertas dan tulisan (shooting script) menjadi susunan gambar yang bercerita.

Dalam pelaksanaan produksi ini, sutradara menentukan jenis shoot yang akan diambil di dalam adegan (scene). Biasanya sutradara mempersiapkan suatu daftar shoot (shoot list) dari setiap adegan. Semua shoot yang dibuat, dicatat oleh bagian

pencatat kode waktu dengan nomor pada pita. Nomor itu berputar ketika kamera dihidupkan dan terekam dalam gambar. Catatan kode waktu nanti akan berguna dalam proses editing.

Biasanya gambar hasil shooting dikontrol setiap malam diakhir shooting hari itu apakah hasil pengambilan gambar itu baik atau tidak. Apabila tidak, maka adegan itu perlu diulang pengambilan gambarnya. Semua adegan di dalam naskah selesai diambil, maka hasil gambar asli (original material/row footage) dibuat catatannya (loading) untuk kemudian masuk dalam post production, yaitu editing.

(42)

audien dalam hal musik dan informasi. Program yang dibahas pada bagian ini adalah: 1) produksi berita radio; 2) perbincangan (talk show); 3) info hiburan; dan 4) jingle.

a. Berita Radio

Berita radio merupakan laporan atas suatu peristiwa atau pendapat yang penting atau menarik. Siaran berita dibedakan dengan siaran informasi. Siaran berita adalah sajian fakta yang diolah kembali menurut kaidah jurnalistik radio. Sedangkan siaran informasi tidak selalu bersumber dari fakta di lapangan namun tetap dikerjakan menurut kaidah jurnalistik. Salah satu bentuk siaran informasi populer di radio adalah informasi aktual yang diambil dari surat kabar atau internet.

Berita radio hendaknya merupakan informasi yang dapat menarik sebanyak mungkin audien radio bersangkutan. Jika audien radio adalah para eksekutif muda, maka tentunya berita yang disiarkan terkait dengan informasi yang mereka butuhkan misalnya informasi bisnis atau peraturan ekonomi baru yang dikeluarkan pemerintah dan sebagainya.11

Suara merupakan hal yang sangat penting dalam produksi radio. Dalam laporan jurnalistik radio, terdapat tiga elemen suara yang harus ada dan terdengar oleh pendengar, yaitu: narasi yang dituturkan reporter atau penyiar, rekaman wawancara dengan narasumber, dan rekaman atmosfer yaitu suara asli peristiwa.

11

(43)

Dalam produksi program informasi, kemasannya bisa hanya berupa teks berisi ringkasan berita dari koran kemudian dibacakan oleh penyiar atau bisa juga teks yang dikemas dengan menyertakan musik latar (backsound). Penayangan siaran informasi ini dapat dilakukan dalam program khusus, misalnya Newapaper Today atau hanya berupa selingan, ditempatkan diantara pemutar lagu, iklan, dan acara lain.

Tujuan menyajikan acara informasi antara lain menginformasikan materi berita/tips yang belum diketahui pandengar atau memberikan atensi ulang atau penekanan atas topik tertentu bagi pendengar yang sudah membaca materi itu di Koran atau media massa lainnya.

b. Perbincangan Radio

Perbincangan radio (talk show) pada dasarnya adalah kombinasi antara seni berbicara dan seni wawancara. Setiap penyiar radio sudah semestinya adalah seorang yang pandai menyusun kata-kata. Singkatnya seorang penyiar haruslah pandai bicara. Namun penyiar yang pandai berkata-kata belum tentu bagus mewawancarai orang. Tidak semua penyiar, pandai mewawancarai orang. Apalagi menggabungkan keterampilan berbicara dengan berwawancara.

(44)

dirancang sebelumnya. Tiga bentuk program perbincangan yang banyak digunakan stasiun radio adalah:12

1) One-on-one-show, yaitu bentuk perbincangan saat penyiar (pewawancara) dan narasumber mendiskusikan suatu topic dengan dua posisi mikrofon terpisah di ruang yang sama.

2) Panel discussion, pewawancara sebagai moderator hadir bersama sejumlah narasumber.

3) Call in show, program perbincangan yang hanya melibatkan telepon dari pendengar. Topik ditentukan terlebih dahulu oleh penyiar di studio, diberikn contoh berdasarkan pengalaman penyiar, kemudian pendengar dimunta untuk memberikan respons berdasarkan pengalaman masing-masing ke stasiun radio. Tidak semua respons audien layak disiarkan sehingga perlu petugas penyeleksi telepon masuk sebelum diudarakan.

Perencanaan produksi talk show antara lain meliputi: penentuan target pendengar yang dituju agar topik yang dipilih sesuai dengan kebutuhan pendengar, menentukan narasumber yang kompeten terhadap topik yang dibahas, memilih penyiar serta menyiapkan lokasi dan peralatan on air terutama jika siaran langsung dari lapangan.

Dalam pelaksanaanya, urutan proses talk show adalah sebagai berikut: pertama, pembukaan, yang berisi perkenalan topik, latar belakang, narasumber, dan informasi interaksi dengan pendengar jika memang akan dilakukan demikian. Kedua, diskusi

12

(45)

utama, yang berisi pertanyaan awal penyiar, tanggapan narasumber dan interaksi pendengar. Ketiga, penutup, yang berisi kesimpulan, dan ucapan terima kasih.

c. Infotainment Radio

Infotainment merupakan singkatan dari information and entertainment yang berarti suatu kombinasi suatu sajian siaran informasi dan hiburan atau sajian informasi yang bersifat menghibur. Infotainment dalam kemasan yang lebih lengkap kerap disebut majalah udara yaitu suatu acara yang memadukan antara musik, lagu, tuturan informasi, berita, dan iklan. Segmentasi program ini bersifat heterogen dan umumnya disajikan secara easy listening dengan durasi 5 hingga 60 menit. Program terbagi ke dalam sejumlah segmen yang diselingi lagu-lagu dan jeda iklan.

d. Jingle Radio

Jingle atau radio air promo adalah gabungan musik dan kata yang mengidentifikasi keberadaan sebuah stasiun radio. Tujuan produksi jingle bagi radio adalah untuk mempromosikan keberadaan radio baru di tengah masyarakat, memberikan informasi simbol atau identitas terpenting dari radio agar selalu diingat pendengar, membentuk citra radio di benak pendengar, pada saat disiarkan berfungsi sebagai jeda, selingan, dan sejenisnya.

(46)

pendengar, memiliki kekhasan materi dan kemasan dibandingkan radio lain, dan dapat disiarkan berulang-ulang terutama saat pergantian acara.

3. Pasca Produksi/Evaluasi

Tahap terakhir adalah pasca produksi, dimaksudkan sebagai tahap penyelesaian akhir atau penyempurnaan dari produksi. Tahap penyelesaian meliputi melaksanakan editing baik video maupun audio, pengisian narasi, pembuatan efek khusus, melakukan evaluasi hasil akhir dari produksi.

Pada tahapan pasca produksi harus dikerjakan seteliti mungkin, sebab sudah kita maklumi bahwa radio sebagai media massa elektronik yang pengaruhnya sangat besar. Karena itulah memproduksi acara siaran dituntut untuk bekerja lebih cermat, agar hal-hal yang tidak di inginkan tidak terjadi.

Evaluasi disini mempunyai dua maksud. Maksud yang pertama, ialah evaluasi program yang bertujuan untuk menilai seberapa jauh program-program ini bisa dianggap baik menurut sasaran. Yang kedua ialah evaluasi intruksional. Disini dibicarakan mengenai kemampuan dan kelemahan program, tetapi yang diutamakan adalah audiens dalam memahami isi program intruksional yang diselenggarakan.13

Adapun evaluasi mengenai berhasil atau tidaknya suatu pesan yang telah dilancarkan oleh suatu organisasi instansi adalah dengan mengadakan Reader Interest Study dan Readibility Test. Kemungkinan lain untuk mengukur efektifitas suatu

13

(47)

pesan adalah dengan radio atau televisi adalah dengan Audience Research serta Programme Analisys Test.

Baik acara yang di produksi individu maupun kelompok harus mendapatkan evaluasi yang meliputi kemasan acara (pembuka-penutup, efek, kontrol suara, durasi) dan sisi materi acara. Adapun evaluasi acara siaran sebagai berikut:

1. Per-acara (sebaiknya dilakukan langsung usai acara disiarkan),melibatkan penyiar, pengisi acara, dan pendengar).

2. Per-divisi (divisi musik dan berita, dilakukan mingguan atau bulanan), melibatkan kepala divisi, para staf pelaksana program divisi.

3. Antar divisi (evaluasi menyeluruh, dilakukan bulanan atau tahunan), melibatkan seluruh pengelola radio.14

Tujuan dari evaluasi tersebut adalah mengukur kekurangan materi dan kemasan acara, mengukur disiplin dan kreatifitas pelaksanaan acara, mengukur dampak acara (reaksi pendengar).

D. Format Program Siaran Radio

Kata “program” berasal dari bahasa Inggris programme atau program yang

berarti acara atau rencana. Undang-Undang penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara tetapi menggunakan istilah “siaran” yang didefinisikan

14

(48)

sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Namun kata “program” lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di Indonesia daripada

kata “siaran” untuk mengacu kepada pengertian acara. Program adalah segala hal

yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiennya.

Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat audien tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran apakah itu radio atau televisi. Program dapat disamakan atau dianalogikan dengan produk atau barang (goods) atau pelayanan (services) yang dijual kepada pihak lain, dalam hal ini audien dan pemasang iklan. Dengan demikian, program adalah produk yang dibutuhkan orang sehingga mereka bersedia mengikutinya. Dalam hal ini terdapat suatu rumusan dalam dunia penyiaran yaitu program yang baik akan mendapatkan pendengar atau penonton yang lebih besar, sedangkan acara yang buruk tidak akan mendapatkan pendengar atau penonton.

(49)

Pringle-Starr-McCavitt (1991) menjelaskan bahwa: the programming of most stasions is dominate by ne principal content element or sound, known as format (program sebagian besar stasiun radio didominasi oleh satu elemen isi atau suara yang utama yang dikenal dengan format). Dengan kalimat lain dapat dikatakan bahwa format adalah penyajian program dan musik yang memliki cirri-ciri tertentu oleh stasiun radio. Secara lebih sederhana dapat dikatakan format stasiun penyiaran atau format siaran radio dapat didefinisikan sebagai upaya pengelola stasiun radio untuk memproduksi program siaran yang dapat memenuhi kebutuhan audiennya.15

Pada stasiun penyiaran radio terdapat beberapa format, misalnya radio anak-anak, remaja, muda, dewasa, dan tua. Berdasarkan profesi, perilaku, atau gaya hidup ada radio berformat: profesional, intelektual, petani, buruh, mahasiswa, nelayan, dan sebagainya. Menurut Joseph Dominick (2001) format stasiun penyiaran radio ketika diterjemahkan dalam kegiatan siaran harus tampil dalam empat wilayah, yaitu: 1). Kepribadian (personality) penyiar dan reporter, 2). Pilihan musik dan lagu, 3). Pilihan musik dan gaya bertutur (talk), 4). Spot atau kemasan iklan, jingle, dan bentuk-bentuk promosi acara radio lainnya.16

Michael C. Keith (1987) kemudian menyusun karakteristik empat format siaran utama yang popular di dunia sebagai berikut:17

15

Morissan M.A, Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet .1, h. 22.

16

Yoseph R. Dominick, Broadcasting, Cable, Internet and Beyond, An Introduction to Modern Electronic Media, USA; McGraw Hill Company, 2001.

17

(50)

Adult

Contemporary (AC)

Untuk kaum muda dan dewasa dengan rentang umur sangat luas antara 25-50 tahun, berdaya beli tinggi. Menyiarkan musik pop masa kini, softrock, balada. Menyiarkan berita olahraga, ekonomi, politik. Format AC ini berkembang pula ke dalam format lain seperti Middle of the Road, Album Oriented Rock, dan Easy listening. Contemporary Hit

Radio atau Top 40 Radio (CHR)

Untuk ABG dan muda belia berumur antara 12-20 tahun. Format paling popular yang berisi lagu-lagu Top 40/30, lagu baru, dan terlaris. Menyiarkan berita seputar gosip idola dan tips praktis. Sebelum menjadi CHR awalnya disebut Top 40 Radio. Mike Yoseph mnggambarkan CHR sebagai radio yang ketat memutar 0 rekaman terkini, bukan album lama, tidak memutar ulang sebuah lagu yang sama secara berdekatan, perpindahan antar lagu sangat cepat.

(51)

dan bincang ekonomi-politik menjadi primadona.

Classic/Oldies Untuk kalangan dewasa dan tua berumur 35-60 tahun. Memutar lagu-lagu klasik, apresiasi penyanyi dan lirik lagu lebih penting dari lagunya. Menyiarkan berita kilas balik masa lalu, berita mistik. Oldies juga mencakup segmen beragam pada level ekonomi menengah ke bawah dengan dominasi musik dangdut dan kolaborasi.

Adult Contemporary (AC) adalah format siaran dengan segmentasi kaum muda sampai dewasa dengan rentang umur antara 25-50 tahun. Menyiarkan music pop masa kini, softrock, dan balada, format siaran Contemporary Hit Radio atau Top 40 Radio (CHR) untuk ABG muda dan belia dengan kisaran usia antara 12-20 tahun, meyiarkan berita seputar gosip idola dan tips praktis disamping musik yang baru. All News/All Talks dengan segmentasi anak muda dan dewasa dengan kisaran usia antara 25-50 tahun, konsep siaran yang talkshow interaktif isu-isu lokal dan berita ekonomi-politik. Classic/Oldies untuk kalangan dewasa dan tua dengan kisaran usia antara 35-60 tahun, memutar lagu-lagu klasik dan berita kilas balik masa lalu dan mistik.

(52)

radio berdasarkan umur: radio anak-anak, ABG, muda, dewasa, dan tua (manula). Format radio berdasarkan jenis kelamin: radio untuk laki-laki, perempuan, dan gay/lesbian. Brdasarkan profesi, perilaku, atau gaya hidup ada radio berformat: dugem, profesional, intelektual, petani, buruh, mahasiswa, nelayan, dan sebagainya. Menurut Yoseph R. Dominick, format stasiun ketika diterjemahkan dalam out put on air siaran harus tampil dalam empat wilayah, yaitu (1) kepribadian (personalities)

penyiar dan reporter; (2) pilihan musik dan lagu; (3) pilihan materi dan gaya bertutur (talk); (4) spot atau kemasan iklan, jingle, dan bentuk-bentuk promosi acara radio lainnya.18

Di Indonesia format siaran menjadi wajib dimiiki setiap stasiun penyiaran sebagaimana ketentuan Undang-Undang Penyiaran yang menyatakan bahwa pemohon izin penyiaran yang ingin membuka stasiun penyiaran wajib mencantumkan nama visi, misi, dan format siaran yang akan diselenggarakan serta memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan undang-undang. Pencantuman format siaran untuk mendapatkan izin penyiaran ini tidak dikenal di beberapa negara lain seperti di Amerika sebagaimana ketentuan FCC yang menyatakan bahwa persoalan format siaran bukan menjadi urusan badan regulator tetapi diserahkan kepada stasiun penyiaran itu sendiri untuk menentukan format siarannya sendiri.19

18

Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional, (Yogyakarta: LKIS, 2004), h. 39.

19

(53)
(54)

42 BAB III

PROFIL STASIUN RADIO KISI 93. 4 FM BOGOR

1. Pengertian, Sejarah, dan Perkembangan Radio 1.1 Pengertian Radio

Merujuk pada pengertiannya dalam The Encyclopedia of Americana International (1983: 121a), radio is mean of communication that tillies on the use of electromagnetic waves propagates through space the speed of light. The electronic

wave used for radio communication are similiar to light and heat waves, but generally much lower in frequency (radio adalah alat komunikasi yang menggunakan gelombang eektromagnetik yang disebarkan melalui ruang pada kecepatan cahaya. Gelombang elektromagnetik yang digunakan dalam komunikasi radio persis dengan cahaya dan gelombang panas, tetapi frequensinya lebih rendah).1

Menurut Anton M. Moeliono, pengertian radio adalah siaran (pengiriman) suara/bunyi melalui udara (1982: 791). Sedang Jull Swanell dalam The Little Oxford Dictionary of Current English, mendefinisikan, radio transmission reception of

messages by electronic waves without connecting wires (radio adalah pengiriman dan penerimaan pesan-pesan oleh gelombang elektronik tanpa sambungan kabel). Lebih lanjut, Teguh Meinanda dan Ganjar Nugraha Jiwapraja (1980: 80) menyatakan, radio

1

(55)

adalah keseluruhan sistem gelombang suara yang dipancarkan dari stasiun dan kemudian dapat diterima oleh berbagai pesawat penerima baik di rumah, di kapal, di mobil dan sebagainya. Radio merupakan media komunikasi yang dimanfaatkan untuk mengirim warta/pesan jarak jauh yang dapat ditangkap oleh sekelompok orang yang mendengarkan melalui pemancar radio yang diinginkan.2

Radio merupakan media massa auditif, yakni dikonsumsi ditelinga atau pendengaran. Radio juga menciptakan gambar dalam imajinasi pendengar dengan kekuatan kata dan suara. Siaran radio merupakan seni memainkan imajinasi pendengar melalui kata dan suara, yang disebut dengan theatre of mind. Pendengar hanya bisa membayangkan apa yang dikemukakan termasuk sosok sang penyiar radio. Radio identik dengan musik atau lagu sehingga dijadikan media utama dalam memperdengarkan musik atau lagu. Umumnya, musik merupakan kekuatan yang dimiliki sebuah stasiun radio untuk menyedot pendengar.3

Maka, dari berbagai pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan, seperti dalam Moeryanto Ginting, yang dikutip Ritonga (1996: 93), radio adalah alat komunikasi massa yang menggunakan lambang komunikasi yang berbunyi, (Lee, 1965). Suatu pemancar radio yang sedang in operation tidak membawa pengaruh apa-apa pada audiens/pendengar kalau gelombang-gelombangnya tidak dimuati sesuatu yang

berarti, entah itu berupa sinyal-sinyal, kata-kata terucapkan, maupun nada-nada, atau sesuatu yang berirama (Kertapati, 1981).

2

Antonius Darmanto, Teknik Penulisan Naskah Acara Siaran Radio, (Yogyakarta: Atmajaya, 1998) Cet. 2 h. 69.

3

(56)

1.2Sejarah dan Perkembangan Radio

Mencoba menelusuri jejak kronologi histori dan sepak terjangnya, semenjak awal ditemukannya pada tahun 1877, benda yang menggunakan gelombang elektromagnetik ini terus mengalami perkembangan dalam beberapa eksperimen, dan fungsinya sebagai perwujudan aplikasi teknologi media telah dilakukan oleh James Clerk Maxwell, Heinrich Hertz, Glugliemo Marconi, Lee De Frost, Regisnald Fessenden, serta Charles Herrold.4

Sejarah media penyiaran dunia dimulai ketika ahli fisika Jerman bernama Heinrich Hertz pada tahun 1887 berhasil mengirim dan menerima gelombang radio. Upaya Hertz itu kemudian dilanjutkan oleh Guegliermo Marconi (1874-1937) dari italia yang sukses mengirimkan sinyal morse-berupa titik dan garis-dari sebuah pemancar kepada suatu alat penerima. Sinyal yang dikirimkan Marconi itu berhasil menyeberangi Samudera Atlantik pada tahun 1901 dengan menggunakan gelombang elektromagnetik.

Stasiun radio pertama muncul ketika seorang ahli teknik bernama Frank Conrad di Pittsburgh AS, pada tahun 1920 secara iseng-iseng sebagai bagian dari hobi, membangun sebuah pemancar radio di garasi rumahnya. Conrad menyiarkan lagu-lagu, mengumumkan hasil pertandingan olahraga dan menyiarkan instrument musik yang dimainkan putranya sendiri. Dalam waktu singkat, Conrad berhasil mendapatkan banyak pendengar seiring dengan meningkatnya penjualan pesawat

4

(57)

radio ketika itu. Stasiun radio yang dibangun Conrad itu kemudian diberi nama KDKA dan masih tetap mengudara hingga saat ini, menjadikannya sebagai stasiun radio tertua di Amerika dan mungkin juga di dunia. Seiring dengan munculnya berbagai stasiun radio, peran radio sebagai media massa semakinbesar dan mulai menunjukkkan kekuatannya dalam mempengaruhi masyarakat.5

Tahun 1926, perusahaan manufaktur radio berhasil memperbaiki kualitas produknya. Pesawat radio sudah menggunakan tenaga listrik yang ada di rumah sehingga lebih praktis, menggunakan dua knop untuk mencari sinyal, antena dan penampilannya yang lebih baik menyerupai peralatan furnitur. Tahun 1925 sampai dengan tahun 1930, sebanyak 17 juta pesawat radio terjual kepada masyarakat dan dimulailah era radio menjadi media massa.6

Periode tahun 1950 hingga 1952 amatir radio Indonesia membentuk PARI (Persatuan Amatir Radio Indonesia). Namun pada tahun 1952, pemerintah yang mulai represif mengeluarkan ketentuan bahwa pemancar radio amatir dilarang mengudara kecuali pemancar radio milik pemerintah dan bagi stasiun yang melanggar dikenakan sanksi subversif. Kegiatan amatir radio terpaksa dibekukan pada kurun waktu antara tahun 1952-1965. Pembekuan tersebut diperkuat dengan UU No.5 Tahun 1964 yang mengenakan sanksi terhadap mereka yang memiliki radio pemancar tanpa seizin pihak yang berwenang. Namun di tahun 1966, seiring dengan runtuhnya Orde Lama, antusias amatir radio untuk mulai mengudara kembali tidak dapat dibendung lagi.

5

Morissan M.A, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & televisi, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 1 h. 3.

6

Joseph R. Dominick, The Dynamics of mass Communication, media in The Digital Age,

(58)

Tahun 1966 mengudara Radio Ampera yang merupakan sarana perjuangan kesatuan-kesatuan aksi dalam perjuangan Orde Baru. Muncuul pula berbagai stasiun radio laskar Ampera dan stasiun radio lainnya yang melakukan kegiatan penyiaran. Stasiun-stasiun radio tersebut menamakan dirinya sebagai radio amatir. Pada periode tahun 1966-1967, di berbagai daerah terbentuklah organisasi-organisasi amatir radio. Pada 9 Juli 1968, berdirilah Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia (ORARI).7

Rapat yang dihadiri para tokoh yang sebelumnya aktif mengoperasikan beberapa stasiun radio Jepang sepakat mendirika Radio Republik Indonesia (RRI) pada tanggal 11 September 1945 di enam kota. Rapat juga sepakat memilih Dokter Abdulrahman Saleh sebagai pemimpin umum RRI yang pertama. Selain itu, rapat juga menghasilkan suatu deklarasi yang terkenal dengan sebutan Piagam 11 September 1945, yang berisi 3 butir komitmen tugas dan fungsi RRI yang kemudian dikenal dengan Tri Prasetya RRI yang antara lain merefleksikan komitmen RRI untuk bersikap netral tidak memihak kepada salah satu aliran, keyakinan, partai atau golongan.8

Dewasa ini, RRI mempunyai 52 stasiun penyiaran dan stasiun penyiaran khusus yang ditujukan ke luar negeri dalam 10 bahasa. Kecuali di Jakarta, RRI di daerah hampir seluruhnya menyelenggarakan siaran dalam 3 program yaitu, Program Daerah yang melayani segmen masyarakat yang luas sampai pedesaan, Program Kota (Pro II)

7

Morissan M.A, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & televisi, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 1 h. 9.

8

Gambar

gambaran yang komprehensif mengenai objek yang diteliti, (f) mendapatkan
Gambar 1. Proses Konstruksi Sosial Media Massa
gambar naskah iklan (karikatur).
Gambar 2. Logo KISI 93. 4 FM Bogor.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana cara mengaplikasikan Radio live Streaming

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah usaha tani ubi kayu di Desa Puluh Hali

Berdasarkan identifikasi dari latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka permasalahan diatas dapat dirumuskan pada: “ Bagaimana

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, agar penelitian lebih terarah penulis merumuskan obyek permasalahan yaitu mengenai bagaimana merancang pemodelan

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang, identifikasi masalah, deskripsi masalah, serta pembatasan masalah, maka pertanyaan dari penelitian penulis adalah

Berkenaan dengan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas maka dalam penilitian ini perlu dilakukan pembatasan masalah yang dikaji agar tidak menyimpang dari

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah maka penulis membuat pembatasan masalah agar tidak terjadi kesalahpahaman pada pokok persoalan yang akan

Perumusan Masalah Untuk menghindari penelitian yang tidak sesuai dan terarah berdasarkan Latar belakang dan Batasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah penelitian