PENGARUH SERVICESCAPE TERHADAP REVISIT INTENTION DENGAN PLEASURE FEELING EMOTION SEBAGAI VARIABEL MEDIASI (Studi Pada Pengunjung Wisata edukasi The Bagong Adventure Museum Tubuh)
Bagus Basuki Rahmat
Faculty of Economics and Business University of Brawijaya [email protected]
Dosen Pembimbing:
Taufiq Ismail, SE.,SS.,MM.
ABSTRACT
This study aims to examine and analyze the influence of the implementation of servicescape against the revisit intention with the pleasure feeling emotion as a mediation variable ( A study at The Bagong Adventure Museum Tubuh). This explanatory research explains causal relation between the variables through hypothesis testing.This study uses 120 samples taken from the population of visitors of Wisata Edukasi The Bagong Adventure Museum Tubuh.
The samples are selected using purposive sampling technique. The sample should be at least 17 years age, have visited Wisata Edukasi The Bagong Adventure Museum Tubuh at least once. Analysis Method using PLS SEM with SmartPLS software 3.2.6. The research instrument test includes test outer model, inner model test, and hypothesis test. The direct hypothesis test uses t-test while the hypothesis does not directly use the sobel test.The result of this study shows that, servicescape positively and significantly affect the pleasure feeling emotion of the visitors of Wisata Edukasi The Bagong Adventure Museum Tubuh. Pleasure feeling emotion does not have a positive and significant effect on the revisit intention of the visitor of Wisata Edukasi The Bagong Adventure Museum Tubuh.
Servicescape positively and significantly affect the revisit intention of the visitors of Wisata Edukasi The Bagong Adventure Museum Tubuh. As for the indirect influence of servicescape to the revisit intention through the pleasure feeling emotion shows positive and significant results.
KEYWORDS: Servicescape, Pleasure Feeling Emotion, Revisit Intention
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh penerapan servicescape terhadap revisit intention dengan pleasure feeling emotion sebagai variabel mediasi(Studi Pada Wisata Edukasi The Bagong Adventure Museum Tubuh). Jenis penelitian ini adalah explanatory research yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 120 responden yang diambil dari populasi pengunjung Wisata Edukasi The Bagong Adventure Museum Tubuh. Pengambilan sampel menggunakan tekhnik purposive sampling dengan karakterisitik sampel yang dipilih yaitu minimal berusia 17 tahun, minimal pernah satu kali berkunjung ke Wisata Edukasi The Bagong Adventure Museum Tubuh. Metode Analisis menggunakan PLS SEM dengan software SmartPLS 3.2.6. Uji instrumen penelitian meliputi uji outer model, uji inner model, dan uji hipotesis. Uji hipotesis langsung menggunakan t-test sedangkan hipotesis tidak langsung menggunakan uji sobel. Hasil penelitian menunjukan bahwa servicescape mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pleasure feeling emotion pengunjung Wisata Edukasi The Bagong Adventure Museum Tubuh. Pleasure feeling emotion tidak mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel revisit intention pengunjung Wisata Edukasi The Bagong Adventure Museum Tubuh. Servicescape mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap revisit intention pengunjung Wisata Edukasi The Bagong Adventure Museum Tubuh. Sedangkan untuk pengaruh tidak langsung servicescape terhadap revisit intention melalui pleasure feeling emotion menunjukan hasil yang positif dan signifikan.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal memiliki kekayaan alam yang melimpah. Hal ini membawa keuntungan tersendiri bagi Indonesia, karena dengan bermodalkan kekayaan alam dan budaya yang melimpah, membuat sektor pariwisata menjadi salah satu bidang industri yang paling banyak diminati. Pariwisata Indonesia saat ini terus mengalami peningkatan
yang cukup signifikan. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia dari tahun ke tahun. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada tahun 2016, meningkat cukup signifikan mencapai 11,4 juta wisatawan, dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 10,4 juta wisatawan. ( Kemenpar, 2016). Peran sektor
pariwisata dalam menyumbang devisa negaradipaparkan oleh Menteri Pariwisata Indonesia dalam Perencanaan Pembangunan Nasional di Yogyakarta pada tanggal 22 September 2016 (Kemenpar, 2016).
Menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya, industri pariwisata di Indonesia tumbuh sebesar 7,2% yang lebih tinggi dari pada rata-rata pertumbuhan industri pariwisata di dunia yaitu 4,7%. Dengan jumlah turis dunia yang mencapai 1,3 miliar orang, maka masih ada potensi untuk meningkatkan pertumbuhan kunjungan wisata di Indonesia.
Selain itu dalam pemaparan tersebut juga dijelaskan bahwa sektor pariwisata akan terus dilakukan pengembangan berkelanjutan pada tahun 2015 hingga 2019 mendatang.
Dari sekian banyak industri pariwisata yang berkembang di Indonesia, Provinsi Jawa Timur memiliki daya tarik pariwisata khususnya di Kota Batu. Kota seluas 19.908,72 ha ini, yang terletak di lereng Gunung Panderman dan Arjuna memiliki pemandangan pegunungan dan perbukitan yang indah. Kondisi topografi pegunungan
dan perbukitan tersebut membuat Kota Batu terkenal dengan kota yang sejuk. Selain itu, kondisi geografi ini juga menarik wisatawan untuk menjadikan Kota Batu sebagai tujuan wisata. Jumlah kunjungan ke Kota Batu pada tahun 2015 mencapai 2.249.201 wisatawan, yang
mengalami peningkatan
dibandingkan dengan tahun 2014 yang hanya mencapai 2.089.022 (BPS Kota Batu, 2016).
Pariwisata di Kota Batu telah didominasi oleh Jawa Timur Park Group sebagai perusahaan yang bergerak dibidang pariwisata.
Banyak unit bisnis dari Jawa Timur Park Group yang berada di Kota Batu, diantaranya adalah Jawa Timur Park 1, Jawa Timur Park 2, Batu Night Spectaculer (BNS), Eco Green Park, Museum Angkut, Secret Zoo, Museum Satwa, Predator Fun Park dan yang baru didirikan diawal tahun 2015 adalah The Bagong Adventure Museum Tubuh(Jawa Timur Park Group, 2016). Salah satu unit bisnis dari Jawa Timur Park Group ini memang baru berdiri di awal tahun 2015 namun diharapkan bisa bersaing dengan unit bisnis lainya
dari Jawa Timur Park Group, maupun dengan tempat wisata lain diluar unit bisnis Jawa Timur Park Group. Setiap tempat wisata memiliki keunikan atau kelebihan tersendiri dari pesaing. Oleh karena itu pebisnis harus menciptakan tempat yang kreatif agar dapat menarik wisatawan. Salah satu strategi yang dapat digunakanyaitu dengan menawarkan servicescape yang berbeda dengan pesaing.
Menurut Zeithaml, Bitner dan Gremler (2013:278), servicescape (termasuk dalam physical evidence) merupakan seluruh aspek dari fasilitas fisik suatu organisasi yang merupakan komunikasi nyata.
Terdapat elemen-elemen dari physical evidence yang dapat
mempengaruhi konsumen
diantaranya exterior attributes (signage, parking, landscape) dan interior attributes (design, layout, decor). Dimensi dari servicescape menurut Kim dan Moon (2009) yaitu (1) facility aesthetic, (2) layout, (3) electric equipment, (4) seating comfort, (5) ambient condition.
Servicescape menggambarkan gaya dan tampilan lingkungan fisik, serta elemen experiental lainya yang dinilai oleh pelanggan pada saat pertukaran jasa terjadi (Lovelock dan Wirtz, 2011:284). Dengan kata lain mendesain lingkungan jasa dapat membantu menciptakan pengalaman pelanggan, menyampaikan citra yang direncanakan perusahaan, meningkatkan gairah respon dari pelanggan, mendukung operasional perusahaan, serta meningkatkan kualitas dan produktivitas. Pelanggan menerima dan mengolah informasi, melakukan proses pemilihan, pencarian dan pengambilan keputusan (Baker et al, dalam Kim dan Moon, 2009). Dengan demikian dapat menciptakan perilaku pembelian oleh pengunjung, yang diperoleh melalui proses internal yang dipengaruhi oleh emosional seseorang. Pengunjung akan merasakan kesan pertama saat melihat bentuk bangunan ataupun lingkungan fisik dari suatu tempat yang dikunjungi.
Perasaan atau emosi seseorang menentukan apa yang akan dilakukan dan bagaimana cara
melakukanya, hal ini di sebutkan oleh psikolog lingkungan. Hal ini sependapat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Spies et al dalam Kim dan Moon (2009) yang menyebutkan bahwa suasana hati konsumen meningkat menjadi menyenangkan dan berubah memburuk ketika suasana toko kurang menyenangkan. Selain itu Menurut Mehrabian dan Russell (dalam Jang dan Namkung, 2009)
rangsangan lingkungan
mempengaruhi keadaan emosi individu yang nantinya menentukan tindakan seseorang berupa pendekatan atau penghindaran.
Reaksi konsumen dalam menanggapi rangsangan fisik dibagi menjadi tiga yaitu, rangsangan lingkungan, emosional dan perilaku approach (pendekatan)serta perilaku avoidance (penghindaran). Hal ini di jelaskan oleh Kim dan Moon (2009) dalam pernyataan Mehrabian dan Russell tentang rangsangan lingkungan, selain itu terdapat model Mehrabian dan Russell atau disebut juga model M – R yang menjelaskan tentang reaksi fisik seperti penjelasan di atas.
Servicescape pada The Bagong Adventure Museum Tubuh yang didesain unik serta menarik dapat menarik minat konsumen untuk berkunjung. Selain itu pengunjung akan merasakan pengalaman yang berbeda seperti memasuki sebuah tubuh dari Bagong (karakter pewayangan budaya Jawa) itu sendiri. Dengan begitu akan timbul perasaan senang (pleasure feeling emotion) dari pengunjung,
yang nantinya akan
merekomendasikannya kepada orang lain, atau menimbulkan keinginan untuk berkunjung kembali (revisit intention).
Mehrabian dan Russell (dalam Ebru dan Allev, 2012) menjelaskan Revisit intention merupakan kecenderungan pengunjung untuk melakukan kunjunganya kembali ke suatu tempat tertentu, merekomendasikanya dengan menyebarkan Word Of Mouth (WOM), merasa puas dan lebih sering mengunjungi suatu tempat.
Dari fenomena tersebut peneliti merujuk pada penelitian terdahulu yang menyebutkan bahwa
servicescape yang baik dapat menciptakan perasaan senang (pleasure feeling emotion) dihati pengunjung, yang nantinya dapat menimbulkan rasa ingin berkunjung kembali (revisit intention) ke suatu tempat. (Kim dan Moon dalam Elok,2015 ).
LANDASAN TEORI Servicescape
Servicescape atau lingkungan fisik merupakan fasilitas fisik organisasi yang digunakan untuk mempengaruhi perasaan konsumen agar senang dan positif (Pangkey, 2013). Menurut Bitner dalam Kim dan Moon (2009), servicescape merupakan lingkungan fisik buatan manusia yang dihias sebaik mungkin dalam memberikan layanan kepada konsumen.
Pleasure Feeling Emotion
Emosi konsumen atau afeksi adalah perasaan emosional individu yang muncul akibat adanya rangsangan dari lingkungan (Peter and Olson, 2009).Emosi konsumen menjadi sebuah dimensi penting yang perlu diperhatikan oleh peneliti ritel dalam teori psikologi.Fiore dan Kim dalam Goi dan Vigness (2015),
menjelaskan bahwa emosi merupakan perasaan subjektif yang ada dalam diri masing-masing individu. Psikolog lingkungan menunjukkan bahwa perasaan atau emosi seseorang menentukan apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya. Menurut Mehrabian dan Russell dalam Kim dan Moon (2009), menjelaskan bahwa terdapat model pendekatan Mehrabian dan Russell (disebut juga model M – R), yang menunjukkan jika reaksi konsumen dalam menanggapi rangsangan fisik dibagi menjadi tiga, yaitu rangsangan lingkungan, emosional, dan dua tanggapan yang berlawanan yakni perilaku approach (pendekatan) dan perilaku avoidance (penghindaran).
Model M – R menggabungkan konsep lingkungan fisik, emosi, dan respon konsumen.Model ini mengasumsikan bahwa lingkungan fisik seperti servicescape dapat mempengaruhi perilaku konsumen berupa perilaku approach (pendekatan) dan perilaku avoidance (penghindaran) terhadap lingkungan fisik melalui emosi dan tanggapan konsumen.
Revisit Intention
Revisit intention merupakan bentuk perilaku (behavioral intention) atau keinginan pelanggan untuk datang kembali, memberi word of mouth yang positif, tinggal lebih lama dari perkiraan, berbelanja lebih banyak dari perkiraan. Hal ini sependapat dengan Mehrabian dan Russell dalam Ebru & Alev (2012), menjelaskan bahwa revisit intention merupakan kecenderungan pengunjung untuk melakukan kunjungan kembali ke suatu tempat, niat rekomendasi dengan menyebarkan positive WOM, merasa puas, dan mengunjungi suatu tempat lebih sering dari perkiraan.
Kerangka Konsep
Masalah yang diangkat oleh peneliti yaitu pengaruh servicescape terhadap revisit intention dengan pleasure feeling emotion sebagai variabel mediasi (Studi pada Penungjung The Bagong Adventure Museum Tubuh). Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan, maka kerangka pemikiran teoritis untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
Sumber: Peneliti, 2017 Hipotesis
H1 : Servicescape berpengaruh langsung terhadap pleasure feeling emotion.
H2 : pleasure feeling emotion berpengaruh langsung terhadap revisit intention.
H3 : servicescape mempunyai pengaruh langsung terhadap revisit intention
H4 : servicescape mempunyai pengaruh langsung terhadap revisit intention melalui pleasure feeling eotion sebagai variabel mediasi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian explanatory research
Servicescape (X)
Pleasure Feeling Emotion
(Z)
Revisit Intention H3 (Y)
H1 H2
H4
dengan pendekatan kuantitatif.
Variabel yang diteliti meliputi Servicescape, pleasure feeling emotion, dan Revisit Intention.
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 120 orang yang diperoleh berdasarkan perhitungan jumlah indikator dikali 5-10 (Roscoe dalam Sekaran, 2006). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probability sampling dengan purposive sampling.
Penyebaran kuesioner dilakukan secara online dan offline (secara langsung) kepada pengunjung The Bagong Adventure Museum Tubuh yang berusia minimal 17 tahun. Data pada penelitian ini dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan Partial Least Square (PLS) serta uji sobel digunakan untuk menguji variabel mediasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa dari 120 responden yang terlibat dalam penelitian ini didominasi oleh pengunjung dengan rentang usia 17- 22 tahun dengan jumlah 69 responden atau 57,5%. Berdasarkan jenis kelamin sebagian besar
responden adalah perempuan yaitu 55 responden atau 45,8%, sisanya laki-laki berjumlah 65 responden atau 54,2%. Berdasarkan pendidikan terakhir, mayoritas adalah SMA / SMK yaitu 79 responden atau 65,8%.
Berdasarkan pendapatan tiap bulan dan pekerjaan didominasi oleh pengunjung dengan rentang pendapatan Rp 1.000.001-Rp 2.000.001 yaitu 45 responden atau 37,5% serta pengunjung dengan pekerjaan sebagai pelajar / mahasiswa yaitu 61 responden atau 50,8%. Berdasarkan jumlah kunjungan didominasi oleh pengunjung dengan jumlah kunjungan sebanyak >2 kali yaitu 95 responden atau 79,2%.
Penelitian ini untuk menganalisis evaluasi model menggunakan Partial Least Square (PLS). Evaluasi model dilakukan dengan pengujian terhadap validitas dan reliabilitas.
Uji Validitas
Validitas Konvergen
Penilaian dalam pengujian validitas konvergen ini didasari oleh nilai loading factor yang melebihi batas 0,5 sehingga seluruh indikator
pada penelitian ini memiliki validitas yang baik.
Validitas Diskriminan
Validitas diskriminan merupakan pengukuran yang berdasarkan penilaian dari nilai cross loading dengan membandingkan nilai loading pada variabel yang dituju harus lebih besar dari nilai loading dengan variabel yang lain. Nilai cross loading pada penelitian ini masing-masing inidikator yang dituju memiliki korelasi yang lebih tinggi dengan masing-masing variabelnya dibandingkan dengan variabel yang lainnya sehingga indikator pada penelitian ini memiliki validitas yang baik.
Uji Reliabilitas
Suatu kuesioner dapat dikatakan reliabel apabila konstruk pada composite reliability lebih dari 0,7, hasil cronbach’s alpha diatas 0,6 dan hasil average variance extracted (AVE) diatas 0,5. Hasil penelitian ini dapat memenuhi syarat tersebut sehingga penelitian ini memiliki reliabilitas yang baik.
Adjusted R-square (R2)
Nilai R2digunakan untuk melihat tingkat variasi perubahan variabel
eksogen terhadap variabel endogen.
Nilai R2 dari variabel pleasure feeling eotion yaitu sebesar 0,786, yang berarti bahwa servicescape dipengaruhi leasure feeling emotion sebesar 78,6%. Hasil R2 dari variabel revisit intention yaitu 0,742, yang berarti bahwa servicescape dapat dipengaruhi oleh revisit intention yaitu sebesar 74,2%.
Pengujian Hipotesis Hipotesis 1
Servicescape berpengaruh langsung terhadap pleasure feeling emotion. Servicescape yang unik dan menarik dapat membuat para pengunjung The Bagong Adventure Museum Tubuh merasa senang. Hal ini memiliki arti bahwa item-item dari variabel servicescape tersebut memiliki pengaruh yang besar terhadap pleasure feeling emotion pada The Bagong Adventure Museum Tubuh. servicescape merupakan faktor dominan terhadap hubungannya dengan pleasure feeling emotion karena penawaran servicescape yang menarik dapat menciptakan suasana menyenangkan dan rasa puas terhadap fasilitas yang
diberikan. Hasil analisis penelitian ini turut didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Elok (2015) dan juga penelitian yang dilakukan oleh Kim dan Moon (2009).
Hipotesis 2
Pleasure Feeling Emotion berpengaruh langsung terhadap revisit intention. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan.
Perasaan senang atau pleasure feeling emotion pengunjung tidak dapat mempengaruhi secara langsung terhadap keinginan berkunjung kembali atau revisit intention.
Pengunjung memang senang dengan fasilitas lingkungan fisik yang diberikan The Bagong Adventure Museum tubuh tetapi tidak mampu mempengaruhi pengunjung untuk berkunjung kembali.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan yang dilakukan Elok (2015) dimana menyebutkan pleasure feeling emotion dapat mempengaruhi pengunjung untuk berkunjung kembali pada wisata kampung coklat.
Hipotesis 3
Servicescape berpengaruh secara langsung terhadap revisit intention.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan. Servicescape yang dihias sebaik mungkin dan menarik mampu mempengaruhi pengunjung untuk berkunjung kembali pada The Bagong Adventure Museum Tubuh.
Hal ini memiliki arti bahwa item- item dari variabel servicescape mempunyai pengaruh yang besar terhadap revisit intention pada The Bagong Adventure Museum Tubuh.
Servicescape yang menarik dan meiliki ciri khas dari pada yang lain membuat pengunjung terangsang untuk melakukan kunjungan kembali. Servicescape yang ditawarkan oleh Wisata Edukasi The Bagong Adventure Museum Tubuh seperti suasana tempat wisata yang nyaman, arsitektur bangunan dan dekorasi yang khas, serta fasilitas yang memadai, mampu menarik pengunjung untuk datang kembali ke tempat wisata tersebut.
Hasil penelitian ini turut didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kardina (2015) yang
menyebutkan bahwa servicescape pada hotel dapat mempengaruhi konsumen secara langsung terhadap revisit intention.
Hipotesis 4
Servicescape berpengaruh positif dan signifikan terhadap revisit intention melalui pleasure feeling emotion. Hasil ini diketahui memalui uji sobel untuk menguji pengaruh secara tidak langsung. Servicescape yang diberikan kepada pengunjung dapat mempengaruhi pengunjung untuk berkungjung kembali. Hal ini memiliki arti bahwa item-item dari variabel servicescape tersebut meiliki pengaruh terhadap pleasure feeling emotion yang juga berdampak terhadap revisit intention pada The Bagong Adventure Museum Tubuh. Servicescape yang didesain unik dan menarik dapat membuat pengunjung senang yang nantinya akan menimbulkan keinginan untuk berkunjung kembali.
Pleasure feeling emotion dalam penelitian ini merupakan mediasi sebagian yang ditunjukkan dari hasil path coefficients dari hipotesis 1 memiliki nilai lebih besar dari hipotesis 4. penawaran servicescape
yang sesuai dengan konsep petualangan di tubuh Bagong (karakter pewayangan Jawa) dan wisata edukasi dapat menciptakan rasa senang pengunjung sehingga muncul minat untuk berkunjung kembali (revisit intention).
Hasil analisis penelitian ini turut didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kim dan Moon (2009).
Hasil analisis penelitian ini turut didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan Farisya (2012).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Servicescape yang terdiri dari ambient condition, fascility aesthetic, layout, electric equipment, dan employee factor apabila ditingkatkan secara bersama-sama, maka akan meningkatkan revisit intention pada The Bagong Adventure Museum Tubuh.
2. Servicescape yang terdiri dari ambient condition, fascility aesthetic, layout, electric equipment, dan employee factor apabila ditingkatkan secara bersama-sama, maka
akan meningkatkan pleasure feeling emotion pada pengunjung The Bagong Adventure Museum Tubuh.
3. Pleasure feeling emotion tidak meningkatkan revisit intention secara langsung pada The Bagong Adventure Museum Tubuh.
4. Servicescape yang terdiri dari ambient condition, fascility aesthetic, layout, electric equipment, dan employee factor melalui pleasure feeling emotion memberi dampak positif terhadap revisit intention.
Saran
1. The Bagong Adventure Museum Tubuh sebaiknya terus memperhatikan dan mengelola servicescape dengan melakukan pemeriksaan secara berkala, menjaga kenyamanan, kebersihan dan menambahkan fasilitas baru yang lebih menarik.
2. The Bagong Adventure Museum
Tubuh sebaiknya
memperhatikan pleasure feeling emotion karena secara tidak
langsung dapat mempengaruhi keinginan untuk berkunjung kembali dengann cara memnuhi kebutuhan pengunjung selama berwisata.
3. Penting bagi The Bagong Adventure Museum Tubuh untuk melakukan inovasi penyampaian jasa dan pengembangan pasar untuk menarik minat pengunjung dari dalam maupun luar negeri. Oleh karena itu target pasar harus ditingkatkan demi mencapai kesuksesan The Bagong Adventure Museum Tubuh.
4. The Bagong Adventure Museum Tubuh sebaiknya meningkatkan sumberdaya manusia dalam menyampaikan jasa kepada pengunjung melalui pelatihan untuk menambah pengetahuan, pembentukan sikap dan perilaku, membentuk kepribadian yang lebih menarik, serta melakukan evaluasi pada periode tertentu.
5. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel dan indikator yang baru agar dapat memperkaya serta memperbarui model yang
digunakan pada penelitian ini.
Selain itu, peneliti selanjutnya dapat menguji model penelitian ini pada objek yang berbeda untuk memperoleh temuan yang berbeda pula.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2016. Data Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Tahun 2016, diakses tanggal 20 April 2017.
Cozby, Paul C. (2009). Methods in Behavioral Research, Tenth Edition. New York: McGraw Hill.
Firmansyah, Fani, dan Hashniyah Zaadah FA. 2013. Aplikasi People, Process, and Physical Evidence di PT Bank Syariah Mandiri Singosari. Jurnal Akuntansi Aktual 2, pp 2.
Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Malang.
Ghozali, Imam dan Latan, Hengky.
2012. Partial Least Squares
"Konsep, Metode dan Aplikasi"
SmartPLS 3.0 M3. Semarang : Badan Penerbitan Universitas Diponegoro.
Hartono, J., Abdillah W. 2009.
Konsep dan Aplikasi PLS (Partial Least Square) Untuk Penelitian Empiris. Yogyakarta:
BPFE.
Hawkins, Del. I and David. 2010.
Consumer Behaviour: Building
Marketing Strategy. 11th Edition.
New York: McGraw-Hill.
Heung, Vincent & Gu, Tianming.
2012. Influence of Restaurant Atmospherics on Patron Satisfaction and Behavioral Intentions. International Journal of Hospitality Management 31 (4) : 1167-1177.
Hussein, Ananda S. 2015 Penelitian Bisnis dan manajemen dengan PLS menggunakan Smart PLS 3.0, diakses pada 28 Mei 2017, Researchgate.com.
Hoffman , Douglass & Bateson John.
2011. Services Marketing Concept, Strategies, & Cases, fourth edition. Cengage Learning, South Western.
Jang Soo Cheon & Namkung Young.
2009. Perceived Quality, Emotions, and Behavioral intention: Application of an Extended Mehrabian- Russel Model Restaurants. Journal of Business Research 6, pp 451- 460.
Jawa Timur Park Group. 2016.
Tentang Jawa Timur Park, diakses tanggal 25 Mei 2017.
(http://www.jawatimurpark.com/i d/).
Kementrian Pariwisata. 2016. Data
Kunjungan Wisatawan
Mancanegara Tahun 2016, diakses tanggal 20 April 2017.
Kemenpar. 2014. Proyeksi Penerimaan Devisa dari Sektor-
sektor Utama dalam
Perekonomian Indonesia.
Wonderful Indonesia.
Kim, Woo Gon & Moon Yu Ji. 2009.
Customer’s cognitive, Emotional, And Actionable, Response To The Servicescape: A Test Of The Moderating Effect Of The Restaurant Type. International Journal of Hospitality Management 28, pp 144-156.
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi:
Bagaimana Meneliti Dan Menulis Tesis edisi 3. Jakarta:
Airlangga.
Kolter, Philip & Gary Armstrong.
2014. Principles of Marketing, 14th Edition. London: Pearson Education.
Kotler, Philip., and Kevin Lane Keller. 2016. Marketing Management 15th Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Lestari, Helmina Dewi & Triono, Rachmadi Agus. 2014. Analisis Pengaruh Servicescape Dengan Pleasure Feeling dan Perceived Service Quality Terhadap Revisit Intention Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Kantor Cabang Graha Mandiri Imam Bonjol Jakarta. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Indonesia. Jakarta.
Lovelock, Christopher. Wirtz, Jochen & Jacky Mussry. 2011.
Pemasaran Jasa
Edisi 7 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Lovelock, Christopher. Wirtz, Jochen & Jacky Mussry. 2011.
Pemasaran Jasa
Edisi 7 Jilid 2. Jakarta: Erlangga .
Malhotra, Naresh K., & Birks, David F., & Wills, Peter A.2010.
Marketing Research. 6th Edition, Boston : Pearson.
Mei Teh Goi and Vigneswari Kalidas. 2015. Constructing a Servicescape Scale for Higher Education Institutions.
International Journal of Innovation, Management and Technology, Vol. 6, No. 3.
Moreira, Pedro & Iao, Christina.
2014. A Longitudinal study on the Factors of Destination Loyalty. International Journal of Social Sciences. Volume 3.
Parwati, Kardina Yudha. 2015.
Pengaruh Servicescape Terhadap Revisit Intention dengan Perceived Service Quality sebagai Variabel Mediasi (Studi Pada Ubud Hotel
& Villas). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ekonomi &
Bisnis. Universitas Brawijaya Malang.
Pangkey, Tito. 2013. Analisis Servicescape Terhadap Loyalitas Pengunjung Pada
Hotel Berbintang di Manado.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis.
Universitas Sam Ratulangi Manado.
Peter, J. P., and J. C Olson. 2009.
Consumer Behavior and
Marketing Strategy. Singapore:
McGraw-Hill Education.
Riduwan dan Kuncoro. 2013. Cara Menggunakan dan Memakai Path Analysis.
Bandung: Alfabeta.
Rohmah, Elok Arifatu. 2016.
Pengaruh Servicescape Terhadap Revisit Intention Dengan Pleasure Feeling Emotion Sebagai Variabel Mediasi (Studi Pada Wisata Edukasi Kampung Wisata Coklat Blitar). Jurnal Ilmiah Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Brawijaya Malang.
Ryu, Kisang & Jang Soo Cheon, 2007, The Effect of Environmental Perceptions on Behavioral Intentions Through Emotions: The Case of Upscale Restaurants. Journal of Hospitality & Tourism Research, 56 (7), 529-539.
Sarwono, Jonathan. 2007. Analisis jalur untuk riset bisnis dengan SPSS. Andi Offset, Yogyakarta.
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis Edisi 4 Buku 2. Salemba Empat, Jakarta.
Singarimbun, Masri., Effendi. 2008.
Metode Penelitian Survai.
Jakarta: PT Pustaka LP3ES.
Sugiyono, 2017, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung:Alfabeta.
The Bagong Adventure Museum Tubuh., 2016. Tentang Museum
Tubuh (Online),
(http://museumtubuh.jawatimurp ark.com/id/tentang-museum- tubuh/, diakses 24 Maret 2017).
Tjiptono, Fandy. 2014. Pemasaran Jasa, Prinsip, Penerapan, dan Penelitian.
Andy Offset, Yogayakarta.
Tumer, Ebru & Alev Kocak. 2012.
Revisit Intention of Consumer Electronics Retailers: Effects of Customers’ Emotion, Technology Orientation and WOM Influence.
Journal Social and Behavioral Sciences 41, pp 65 – 73.
Zeithaml, Bitner, & Gremler. 2013.
Services Marketing: Integrating Customers Focus Across The Firm, Sixth Edition. McGraw- Hill, New York.