PENGARUH SIKAP BELAJAR SISWA, KEMAMPUAN MENGAJAR GURU, KESIAPAN BELAJAR DAN IKLIM KELAS TERHADAP KEAKTIFAN
BELAJAR SISWA IPS TERPADU KELAS VII SMPN 12 PADANG
, ,
1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat
2Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat [email protected]
ABSTRACT
This study aimed to analyze the influence of student learning attitudes, teacher's teaching ability, readiness of learning and classroom climate to the learning activities of students of Integrated IPS class VII SMPN 12 Padang. The results showed that: (1) Students' attitudes significant effect on class climate where the coefficient value is 0,391 and tcount 4,327> ttabel 1,97. (2) Teachers' ability to significantly influence the class climate where the coefficient values obtained 0,292 and tcount 2,771> ttabel 1.97. (3) Study readiness significant effect on climate class where the coefficient value of lane 0,206 and tcount 3,087>
ttabel 1,97. (4) Student attitude significant effect on learning activity where the coefficient value 0,172 and tcount 2,356> ttable 1,97. (5) Teachers' ability to significantly influence the learning activity where the value of coefficient lane 0,192 and tcount 2,330> ttable 1,97. (6) learning readiness significant effect on learning activity, where the coefficient value of 0,293 and tcount 5,579> ttable 1,97. (7) Class climate significant effect on the learning activity where the value of coefficient of lane 0,359 and tcount 5,846> ttable 1,97. It show the value of F 144,090> Ftable 2,43 with a significant level of 0.000 <α = 0.05. This means Ha accepted and H0 is rejected.
Keywords:Student Learning Attitude, Teaching Teacher Learning, Learning Preparation, Climate Class, Student Activity
PENDAHULUAN
Kemajuan suatu bangsa dimasa yang akan datang sangat tergantung pada mutu pendidikan generasi muda saat ini.
Kualitas sumber daya manusia dipandang sebagai salah satu faktor penting dalam menghadapi suatu era globalisasi.
Penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, sikap, mental dan jiwa yang selalu berkarya merupakan faktor kunci dalam menghadapi perkembangan zaman yang modern. Kualitas sumber daya manusia
tersebut, salah satunya dapat diperoleh melalui jalur pendidikan.
Pengertian pendidikan tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Sistem pendidikan nasional merupakan keseluruhan komponen pendidikan yang saling terikat secara terpadu untuk mencapai hasil tujuan dari pendidikan nasional. Tujuan pendidikan tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan hasil belajar sebagai suatu pencapaian dari proses pembelajaran akan menunjukkan atau menggambarkan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai.
Pendidikan dilakukan dalam tiga tahapan, pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah, berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari SD, MI atau bentuk lain yang sederajat. Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan lanjutan dari SMP.
Dalam dunia pendidikan, menilai merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat ditinggalkan. Menilai merupakan salah satu proses belajar dan mengajar.
Kegiatan menilai bidang akademik di sekolah dapat dilakukan dengan adanya
tugas individu, ulangan dan ujian. Dengan kegiatan tersebut dapat diketahui sejauh mana keaktifan belajar seseorang siswa.
Menurut Dalyono (2010:195) keaktifan dalam belajar adalah suatu proses kegiatan belajar-mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional, sehingga subjek didik betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya, mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Keaktifan dalam proses pembelajaran ditandai dengan hasil belajar yang baik. Apabila siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar, maka hasil belajarnya belum tentu baik. Keaktifan siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu meliputi faktor jasmani, psikologi dan faktor kesehatan. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar diri individu meliputi faktor keluarga, sekolah, dan lingkungan. Di dalam faktor intern yaitu sikap siswa, kesiapan belajar, dan faktor ekstern meliputi kemampuan mengajar guru dan iklim kelas.
Keaktifan siswa dalam belajar dapat dilihat dari kemampuannya menjawab pertanyaan pada forum diskusi, dan bertanya saat diskusi. Dengan adanya keaktifan siswa maka kita dapat
mengetahui seberapa jauhnya kemampuan dan kualitas siswa dalam mengikuti materi yang telah dipelajari dalam proses
pembelajaran. Dapat kita lihat berdasarkan observasi yang dilakukan di SMPN 12 Padang diperoleh data sebagai beriku
Tabel 1. Jumlah Keaktifan Belajar Siswa Kelas VII Semester 1 TP 2016/2017 No Kelas Jumlah Siswa Keaktifan Siswa
Aktif Kurang Tidak Aktif
1 VII 1 31 18 6 7
2 VII 2 31 22 5 4
3 VII 3 32 20 6 6
4 VII 4 36 16 8 12
5 VII 5 34 19 7 8
6 VII 6 34 13 11 10
7 VII 7 35 15 15 5
8 VII 8 34 13 14 7
Jumlah 267 136 72 59
Sumber: Guru IPS Terpadu Kelas VII SMPN 12 Padang, 2016
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat hanya 136 siswa yang aktif dalam belajar IPS, 72 siswa yang kurang aktif dan 59 siswa yang tidak aktif. Dengan demikian dilihat dari keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar siswa kelas VII di SMPN 12 Padang masih rendah dan masih ada beberapa siswa yang tidak aktif dalam proses pembelajara mata pelajaran IPS Terpadu, walaupun SMPN 12 Padang sudah menjadi sekolah favorit dan memakai kurikulum 2013 dimana siswa dituntut lebih aktif. Peneliti menduga rendahnya keaktifan siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu disebabkan oleh sikap siswa, kesiapan belajar, kemampuan mengajar guru dan iklim kelas.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif dan asosiatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan menjelaskan atau mendeskripsikan suatu hal apa adanya. Sedangkan penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Menurut Sugiyono (2009:56) hubungan yang terbentuk bersifat sebab akibat dimana adanya variabel yang mempengaruhi (independen) dan variabel yang dipengaruhi (dependen). Penelitian ini dilakukan di SMPN 12 Padang, yang beralamat di Jalan Jhoni Anwar Lapai Kecamatan Nanggalo Padang, Telp (0751) 7054281. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2017.
Menurut Arikunto (2006:130) populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP N 12 Padang tahun ajaran 2016/2017 dengan jumlah populasi sebesar 267 siswa.
Berdasarkan rumusan di atas, dari jumlah populasi 267 orang siswa yang dijadikan sampel sebanyak 158 orang. Sampel tersebut diambil dengan teknik
“proporsional random sampling”
menggunakan angket.
Sebelum angket disebarkan maka perlu dilakukan pengujian instrumen agar angket yang disebarkan valid dan reliabel.
Layak atau tidaknya alat ukur tersebut dapat dilihat dari uji validitas dan uji reliabilitas. Untuk mengukur validitas instrumen dalam penelitian ini, peneliti melihat nilai Correted Item – Total Correlation dengan menggunakan bantuan program Statistical Product Service Solution (SPSS) versi 16.0. Menurut Siregar (dalam Azwar, 1992) nilai Correted Item – Total Correlation, bila nilainya negatif atau kecil dari r tabel (n =30, r tabe l= 0,361), maka nomor item tersebut tidak valid dan sebaliknya bila nilainya positif, besar dari r tabel (n=30, r tabel = 0,361), maka nomor item tersebut valid.
Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan Arikunto (2010:221). Menurut Nunnally dalam Ghozali (2011:38) suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha> 0,70.
Untuk mengukur reliabilitas dari suatu instrumen dalam penelitian ini, peneliti melihat nilai Cronbach Alphadengan menggunakan bantuan program SPSS Versi 16.0.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini adalah berdasarkan analisis data diketahui untuk pengujian hipotesis pertama yang telah dilakukan diperoleh nilai koefisien jalur sikap belajar terhadap iklim kelas sebesar 0,391. Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitung sebesar 4,327> ttabel0,05 (1,97).
Artinya apabila sikap belajar siswa naik pada setiap satuanya, maka iklim kelas akan naik sebesar 0,391 dalam setiap satu satuannya. Ha diterima dan Ho ditolak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap belajar mampu meningkatkan iklim kelas.
Dengan sikap belajar yang baik serta didukung olehlingkungan belajar yang baik maka siswa dapat memahami pembelajaran denganterciptanya sikap belajar yang baik akan menciptakan iklim kelas yang baik juga.
Berdasarkan analisis data untuk pengujian hipotesis kedua yang telah dilakukan diperoleh nilai koefisien jalur kemampuan mengajar guru terhadap iklim kelas sebesar 0,292. Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitung sebesar 2,771
> ttabel 0,05 (1,97). Artinya apabila kemampuan mengajar guru naik pada setiap satuanya, maka iklim kelas akan naik
sebesar 0,292 dalam setiap satu satuannya.
Ha diterima dan Ho ditolak.Iklim kelas adalah faktor penting di dalam menentukan efektivitas kelas, efektivitas itu diukur dengan pembelajaran peserta didik.
Kemampuan mengajar guru sangat berpengaruh terhadap iklim kelas yang lebih kondusif.
Berdasarkan hasil pengujian tahap ketiga yang telah dilakukan diperoleh nilai koefisien jalur kesiapan belajar terhadap iklim kelas sebesar 0,206. Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitung sebesar 3,087 > ttabel 0,05 (1,97). Artinya apabila kesiapan belajar siswa naik pada setiap satuanya, maka iklim kelasakan naik sebesar 0,206 dalam setiap satu satuannya.
Ha diterima dan Ho ditolak. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan sudah ada kesiapan, maka iklim kelas akan lebih baik.
Berdasarkan hasil pengujian tahap keempat yang telah dilakukan diperoleh nilai koefisien jalur sikap belajar terhadap keaktifan belajarsebesar 0,172. Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitungsebesar 2,356> ttabel0,05 (1,97).
Artinya apabila sikap belajar naik pada setiap satuanya, maka keaktifan belajar akan naik sebesar 0,172 dalam setiap satu satuannya. Ha diterima dan Ho ditolak.Berarti dapat diasumsikan semakin baik sikap belajar seseorang, maka keaktifan yang dipengaruhinya juga
semakin baik, jadi sikap belajar dapat mempengaruhi keaktifan siswa.
Berdasarkan hasil pengujian tahap kelima yang telah dilakukan diperoleh nilai koefisien jalur kemampuan mengajar guru terhadap keaktifan belajar sebesar 0,192.
Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitungsebesar 2,330> ttabel 0,05 (1,97).
Artinya apabila kemampuan mengajarguru naik pada setiap satuanya, maka keaktifan belajar akan naik sebesar 0,192 dalam setiap satu satuannya. Ha diterima dan Ho ditolak.Kemampuan mengajar guru ternyata memberikan pengaruh terhadap keaktifan siswa, maka terdapat hubungan timbal balik antara pengetahuan, keterampilan, kesanggupan, kecakapan, kekuatan dan perilaku yang harus dimilik guru supaya memicu keaktifan siswa.
Berdasarkan hasil pengujian tahap keenam yang telah dilakukan diperoleh nilai koefisien jalur kesiapan belajar terhadap keaktifan belajar sebesar 0,293.
Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitung sebesar 5,579>ttabel 0,05 (1,97).
Artinya apabila kesiapan belajar siswa naik pada setiap satuanya, maka keaktifan belajar akan naik sebesar 0,293 dalam setiap satu satuannya. Ha diterima dan Ho ditolak.Apabila siswa tidak memiliki kesiapan dalam belajar maka itu dapat menganggu proses pembelajaran dan akan mempengaruhi keaktifan siswa.
Berdasarkan hasil pengujian tahap ketujuh yang telah dilakukan diperoleh nilai koefisien jalur iklim kelas terhadap keaktifan belajar sebesar 0,359. Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitungsebesar 5,846> dan ttabel 0,05 (1,97).
Artinya apabila iklim kelas naik pada setiap satuanya, maka keaktifan belajar siswa akan naik sebesar 0,359 dalam setiap satu satuannya. Ha diterima dan Ho ditolak.Jadi, dapat disimpulkan bahwa iklim kelas adalah suasana pembelajaran yang muncul akibat hubungan antara siswa dengan guru dan antara siswa dengan siswa lainnyadi dalam kelas yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Djaali (2013:114) sikap adalah kecenderungan untuk bertindak berkenaan dengan objek tertentu dalam belajar. Sikap bukan tindakan nyata (overt behavior) melainkan masih bersifat tertutup (covert behavior), arah tindakan yang dilakukan seseorang berkenaan dengan suatu objek.
Menurut Kunandar (2007:57) kemampuan guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif.
Menurut Hamalik (2008:33) Siswa yang telah siap belajar akan dapat melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil. Kesiapan ini perlu
diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan sudah ada kesiapan, maka iklim kelas akan lebih baik.
Menurut Hadiyanto (2004:47) menyatakan bahwa iklim kelas merupakan kualitas lingkungan kelas yang terus menerus dialami oleh siswa yang mempengaruhi interaksi siswa dalam menciptakan proses pembelajaran yang konduksif. Dengan iklim kelas yang kondusif maka akan meningkatkan hasil belajar.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Sikap Belajar Siswa berpengaruh signifikan terhadap iklim kelas siswa kelas VII SMPN 12 Padang.
2. Kemampuan mengajar guru berpengaruh signifikan terhadap iklim kelas siswa kelas VII SMPN 12 Padang.
3. Kesiapan belajar berpengaruh signifikan terhadap iklim kelas siswa kelas VII SMPN 12 Padang..
4. Sikap belajar siswa berpengaruh signifikan terhadap keaktifan belajar siswa kelas VII SMPN 12 Padang.
5. Kemampuan mengajar guru berpengaruh signifikan terhadap keaktifan belajar siswa kelas VII SMPN 12 Padang
6. Kesiapan belajar berpengaruh signifikan terhadap keaktifan belajar siswa kelas VII SMPN 12 Padang.
7. Iklim kelas berpengaruh signifikan terhadap keaktifan belajar siswa kelas VII SMPN 12 Padang.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Dalyono. (2010). Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Djaali (2014). Psikologi Pendidikan.
Jakarta : Bumi Aksara.
Djamarah. (2008).Rahasia Sukses Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta
Hamalik, O. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamid, Darmadi. (2010). Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Mulyasa. (2003). Guru Profesional.
Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
S. Nasution. (2009). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Slameto. (2013). Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta:
PT Rineka Cipta.