• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TERAPI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PENGARUH TERAPI"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

MUHAMMAD HUMAIDI NIM.170303021

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM

2021

(2)

ii

PENGARUH TERAPI CLIENT CENTERED TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X SMA YP3I MUAMALAH LOMBAN DESA

JURANG JALER KABUPATEN LOMBOK TENGAH SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar sarjana Sosial

Oleh:

MUHAMMAD HUMAIDI NIM.170303021

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM

2021

(3)

iii

(4)

iv

(5)

vi

(6)

vii

MOTTO

َّ نِإ

ََّعَم َّ

َِّرْسُعْلا َّ

َّ

َّ ارْسُي

َّ

- ٦ - اَذِإَف َّ

ََّتْغَرَف َّ

َّْبَصناَف َّ

َّ

- ٧

Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.

Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)”.

1

1 Q.S.Asy Syarh : 6-7

(7)

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk Bapak, Ibu tercinta dan saudara- saudaraku tersayang.

Tiada kasih sayang setulus kasih sayangmu, terimalah kesuksesan ini, karena jerih payahmu jualah hingga kesuksesan ini dapat saya raih. Do’aku semoga semua pengorbananmu mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah Subhaanahu Wata’aala Aamiin………… Aamiin…………

Aamiin………… Yaa Robbal Aalamiin.

(8)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, juga kepada keluarga, sahabat, dan semua pengiktnya. Amin.

Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sebagai berikut.

1. Terima kasih kepada kedua orangtuaku tercinta bapak H. M. Junaidi Ibrahim dan Ibu Junih yang telah menyertaiku dalam do’a, dukungan, pengorbanan dalam memenuhi kebutuhan selama berperoses hingga titik penyelesaiaan penyusunan skripsi ini;

2. Dr. Mira Mareta, M.A, sebagai pembimbing I dan H. M Syarifuddin, M.Pd, sebagai pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail, terus menerus, dan tanpa bosan ditengah kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan skripsi ini lebih matang dan cepat selesai;

3. Kepada penguji yang telah memberikan saran konstruktif bagi penyempurnaan skripsi ini;

4. Dr. Mira Mareta, M.A sebagai ketua jurusan;

5. Dr. Muhammad Saleh Ending, M.A, Selaku dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi;

(9)

x

6. Prof. Dr. H. Masnun, M. Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberikan tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama dikampus tanpa pernah selesai;

7. Kepada sahabat-sahabat seperjuangan seperti Erika Namira, Samsudin, Hulwatun Amniyati, Zuhratul Azizah, Nasarudin, Lalu Waton Salendra dan teman-teman bki a angkatan 2017 terimakasih telah memberikan support, motivasi yang luar biasa hingga penyusunan skripsi ini selesai;

Semoga amal kebaikan dan berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT, dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semesta. Amin.

Mataram, 23 November 2021 Penulis

MUHAMMAD HUMAIDI

(10)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

NOTA DINAS PEMBIMBING ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xiii

ABSTRAK ... xiv BAB I PENDAHULUAN ...

A. Latar Belakang ...

B. Rumusan Masalah ...

C. Tujuan Penelitian ...

D. Manfaat Penelitian ...

E. Definisi Operasional...

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Pustaka ...

B. Kerangka Berfikir...

1. Terapi Client Centered ...

a) Definisi Client Centered ...

b) Tujuan Client Centered ...

c) Ciri-ciri Cliente Centered ...

d) Kelebihan dan Kekurangan Client Centered...

e) Teknik-Teknik Client Centered ...

f) Langkah-Langkah Penerapan Client Centered ...

2. Motivasi Belajar ...

a) Definisi Motivasi ...

(11)

xii

b) Definisi Belajar ...

c) Definisi Motivasi Belajar ...

C. Hipotesis Penelitian ...

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Pendekatan Penelitian ...

B. Populasi dan Sampel ...

C. Waktu dan Tempat Penelitian ...

D. Variabel Penelitian ...

E. Desain Penelitian ...

F. Instrumen Penelitian...

G. Teknik Pengumpulan Data ...

H. Teknik Analisis Data ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PERSEMBAHAN

A. Hasil Penelitian ...

a) Profil Lokasi Penelitian ...

b) Identitas Sekolah ...

c) Letak Geografis SMA YP3I Muamalah Lomban ...

d) Struktur Organisasi SMA YP3I Muamalah Lomban ...

e) Keadaan Gedung SMA YP3I Muamalah Lomban...

f) Keadaan Siswa dan Wali Kelas SMA YP3I Muamalah Lomban ...

g) Keadaan Guru SMA YP3I Muamalah Lomban ...

h) Validitas Instrumen ...

i) Reliabilitas Instrumen ...

j) Hasil Analisis Data ...

B. Pembahasan ...

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...

B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(12)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Skor jawaban Pernyataan Positif dan Negatif.

Tabel 1.2 Kisi-kisi Instrumen Skala Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMA YP3I Muamalah Lomban.

Tabel 1.3 Kisi-kisi Instrumen Skala Terapi Client Centered.

Tabel 1.4 Struktur Organisasi Sekolah Menengah Atas (SMA) YP3I Muamalah Lomban

Tabel 1.5 Keadaan Ruangan Sekolah Menengah Atas (SMA) YP3I

Muamalah Lomban Desa Jurang Jaler Kabupaten Lombok Tengah.

Tabel 1.6 Keadaan Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) YP3I Muamalah Lomban Desa Jurang Jaler Kabupaten Lombok Tengah.

Tabel 1.7 Keadaan Wali Kelas Sekolah Menengah Atas (SMA) YP3I

Muamalah Lomban Desa Jurang Jaler Kabupaten Lombok Tengah.

Tabel 1.8 Data Keadaan Guru Sekolah Menengah Atas (SMA) YP3I

Muamalah Lomban Desa Jurang Jaler Kabupaten Lombok Tengah.

Tabel 1.9 Hasil Uji Skala Reliabilitas Skala Terapi Client Centered dan Motivasi Belajar.

Tabel 2.0 Tabel Korelasi.

Tabel 2.1 Model Summary.

Tabel 2.2 Anova.

Tabel 2.3 Coefficients.

Tabel 2.4 Tabulasi Data Instrumen.

(13)

xiv

PENGARUH TERAPI CLIENT CENTERED TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X SMA YP3I MUAMALAH LOMBAN DESA

JURANG JALER KABUPATEN LOMBOK TENGAH Oleh:

Muhammad Humaidi NIM 170303021

ABSTRAK

Rendahnya motivasi belajar siswa kelas X SMA YP3I Muamalah Lomban menjadi sebab pentingnya dilakukan terapi client centered karena terapi ini berpusat pada pengalaman individual sehingga terapi ini dapat mengembangkan potensi yang dimiliki. Hal ini disebabkan karena siswa seringkali malas masuk sekolah dan malas membaca buku yang mengakibatkan proses pembelajaran tidak berjalan efektif. Oleh karena inilah yang melatarbelakangi penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana terapi client centered berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa dan melihat seberapa pengaruh terapi client centered terhadap motivasi belajar siswa kelas X SMA YP3I Muamalah Lomban. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah metode pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode angket dan metode dokumentasi.

Lokasi penelitian dilakukan di SMA YP3I Muamalah Lomban Desa Jurang Jaler Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah dengan jumlah populasi sampel 21 siswa. Hasil pengolahan penelitian ini R (korelasi) sebesar 0,601, hubungan variabel terapi Client Centered dengan Motivasi Belajar positif. R Square (korelasi koefisien) sebesar 36,1% menunjukkan kontribusi yang disumbangkan X kepada Y. Hasil penelitian yang didapatkan melalui SPSS, bahwa terapi client centered berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa dengan F_hit=10.725 > F_tab= 3,49. Karena nilai koefisien regresi bernilai (+) maka dapat dikatakan bahwa terapi client centered berpengaruh positif terhadap Motivasi Belajar siswa kelas X SMA YP3I Muamalah Lomban. Sehingga persamaan regresinya adalah: 105.672+1.045. Dengan pengujian hipotesis, diketahui nilai t_hit sebesar 3.275. selanjutnya mencari nilai t_tab dengan rumus Nilai a/2=

0,05/2= 0,025. Derajat kebebasan (df)= n - 2 = 21 – 2 = 19, nilai 0,025;10, maka nilai t_tab sebesar 2.093. itu artinya t_hit sebesar 3.275 > 2.093 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima.

Kata Kunci: Terapi, Client Centered, Motivasi Belajar

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja agar anak didik memiliki sikap dan kepribadian yang baik, sehingga penerapan pendidikan harus diselenggarakan sesuai dengan sistem pendidikan nasional. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal, harus mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Sekolah merupakan lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks karena sekolah sebagai organisasi memiliki berbagai dimensi yang satu sama lainnya saling berkaitan dan saling menunjang. Bersifat unik karena sekolah memiliki karakter tersendiri, dimana didalamnya terdapat proses belajar mengajar, tempat terselenggaranya pembudayaan yang ditunjukkan bagi peningkatan kualitas dan pengembangan potensi peserta didik.

Potensi pesetra didik meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.2 Dalam kegiatan belajar, motivasi juga dapat menjadi sebuah tolak ukur keberhasilan dalam pembelajaran. Apabila terdapat siswa yang mempunyai motivasi dalam belajar maka otomatis siswa tersebut tidak melakukan proses belajar dengan baik.3 Motivasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mendorong semangat belajar siswa.

Didalam motivasi juga terdapat keinginan dan cita-cita yang tinggi.

2 Amni Fauziah dkk, “Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Minat Belajar Siswa Kelas IV SDN Poris Gaga 05 Kota Tangerang”, Jurnal JPSD, Vol. 4 Nomor 1, tahun 2017, hlm 48.

3 Neng Syifa Zahra, “Terapi Muhasabah Diri Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Di SMKN 6 Bandung”,(Skripsi FU UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, 2019),.

(15)

Sehingga siswa mempunyai motivasi belajar akan mengerti dengan apa yang menjadi tujuan dalam belajar, disamping itu keadaan siswa yang baik dalam belajar akan menyebabkan siswa tersebut semangat dalam belajar dan mampu menyelesaikan tugas dengan baik.4

Motivasi menurut Bimo Walgito berarti “bergerak” atau to move. Jadi, motivasi diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat. Dalam Bahasa agama istilah motivasi menurut Tayar Yusuf tidak jauh berbeda dengan ”niatan/niat”, yaitu kecenderungan hati yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan sesuatu. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.5

Rendahnya motivasi belajar siswa khususnya di SMA YP3I Muamalah Lomban dampaknya terhadap siswa sangatlah buruk, karena dengan tidak adanya motivasi di dalam diri siswa, maka itu suatu penghambat proses belajar di sekolah, dikarenakan siswa seringkali mengabaikan pelajaran yang diberikan di sekolah, siswa seringkali malas masuk sekolah dan malas membaca buku. Apalagi dengan adanya teknologi yang lebih canggih, maka dari itu siswa seringkali tidak menggunakan teknologi dengan baik dan itu sangat besar efeknya ke siswa tersebut. Maka pengetahuan siswa itu terbilang rendah.6

4 Ibid, hlm 48.

5 Ifki Oktiani, “Kreativitas Guru Dalam Memotivasi Belajar Peserta Didik”, Jurnal Kependidikan, Vol. 5, Nomor 2, November 2017,.

6 Asnawati, wawancara,2 april 2021

(16)

Untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik yang rendah, maka diperlukan upaya untuk mendapatkan motivasi tersebut. Upaya yang dilakukan yaitu dengan mengembangkan motivasi intrinsik sebagai faktor yang paling besar dalam mempengaruhi motivasi belajar siswa. Terdapat beberapa cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yang rendah salah satunya dengan menggunakan pendekatan Client Centered.

Carl Rogers menyebutkan bahwa, Client Centered Therapy atau Konseling non-direktif adalah suatu metode perawatan psikis yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dengan konseli agar tercapai gambaran yang serasi antara ideal self (diri konseli yang ideal) dengan Actual self (diri konseli sesuai kenyataan yang sebenarnya).7

Sebagaimana dengan proses konseling dengan menggunakan pendekatan Client Centered yaitu memusatkan pada pengalaman individual sehingga dapat mengembangkan potensi yang dimiliki. Setelah itu meminimalisir apa yang dirasakan oleh klien, dan memaksimalkan serta menopang eksplorasi diri. Kemudian perubahan perilaku datang melalui pemanfaatan potensi individu untuk menilai pengalamannya, membuatnya untuk memperjelas dan mendapat tilikan perasaan yang mengarah pada pertumbuhan.

Melalui penerimaan terhadap klien, konselor membantu untuk menyatakan, mengkaji dan memadukan pengalaman-pengalaman sebelunya ke dalam konsep diri. Dengan redefinisi, pengalaman, individu

7 Sofyan S Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm 63.

(17)

mencapai penerimaan diri dan menerima orang lain dan menjadi orang yang berkembang penuh.

Dari latar belakang diatas, maka peneliti termotivasi untuk untuk penelitian di SMA YP3I Muamalah. Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah di Jurang Jaler. Penelitian ini dilakukan karena di sekolah tersebut dikarenakan motivasi belajar siswa masih rendah. sehingga peneliti sangat tertarik untuk meneliti di sekolah tersebut dan mengangkat judul

“Pengaruh Terapi Client Centered Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMA YP3I Muamalah Desa Jurang Jaler Kabupaten Lombok Tengah”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan pembahasan diatas, maka rumusan masalah dari penelitian, maka dirumuskan masalah “Adakah pengaruh terapi Client Centered terhadap motivasi belajar siswa kelas X SMA YP3I Muamalah Lomban Desa Jurang Jaler Kabupaten Lombok Tengah?”.

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah

“Untuk mengetahui adanya pengaruh terapi Client Centered terhadap motivasi belajar siswa kelas X SMA YP3I Muamalah Lomban Desa Jurang Jaler Kabupaten Lombok Tengah”.

(18)

D. Manfaat

1. Manfaat secara praktis

a. Peneliti berharap dengan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru BK khususnya yang ada di SMA YP3I Muamalah untuk lebih meningkatkan peran dan fungsinya dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di SMA YP3I Muamalah melalui terapi Client Centered.

2. Manfaat secara teoritis

a. Dapat menambah wawasan pengetahuan tentang perlunya meningkatkan motivasi belajar siswa.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait pengaruh Terapi Client Centered.

3. Manfaat secara akademik

a. Penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam upaya mencapai kebutuhan studi strata 1 (S-1) di UIN Mataram.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variabel- variabel yang sedang diteliti menjadi bersifat operasional dalam kaitannya dengan proses pengukuran variabel-variabel tersebut. Definisi operasional memungkinkan sebuah konsep yang bersifat abstrak dijadikan suatu yang

(19)

operasional sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan pengukuran.8

1. Motivasi Belajar

Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi belajar, motivasi sering dipandang sebagai faktor yang cukup dominan. Meski diakui bahwa intelegensi dan bakat merupakan modal utama dalam usaha mencapai prestasi belajar, namun keduanya tidak akan banyak berarti bila siswa sebagai individu tidak memiliki motivasi untuk berprestasi sebaik-baiknya. Dalam hal ini, bila faktor-faktor lain yang mempengaruhi belajar adalah sama, maka dapat diasumsikan bahwa individu yang memiliki motivasi lebih tinggi akan mencapai hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang memiliki motivasi rendah atau tidak memiliki sama sekali. Setiap aktivitas manusia pada dasarnya dilandasi oleh adanya dorongan untuk mencapai tujuan atau terpenuhinya kebutuhannya. Adanya daya pendorong ini disebut motivasi. Motivasi dinyatakan sebagai suatu kebutuhan (needs), keinginan (wants), gerak hati (impulse), naluri, (instincts), dan dorongan (drive), yaitu sesuatu yang memaksa organisme manusia untuk berbuat atau bertindak.9

8 Jonathan Sarwono “Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif” (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006) hlm 27.

9 Nyanyu Khodijah “Psikologi Pendidikan” (Depok : PT RajaGrafindo Persada, 2014) hlm 149.

(20)

2. Terapi Client Centered

Client Centered Therapy adalah ciptaan Carl Rogers, seorang ahli psikolog klinik. Rogers menciptakan istilah terapi "non directive" dan disusul dengan client centered therapy untuk menggambarkan pendekatan yang digunakan. Evolusi client centered therapy berbeda dari kebanyakan terapi lainnya. Rogers melihat relasi antara ahli terapi dengan klien sebagai hal yang amat penting dalam proses terapi.

Kondisi yang paling penting bagi keberhasilan psikoterapi adalah keaslian (apa adanya), pemahaman yang peka serta anggapan positif ahli terapi dalam menerima apa yang dinyatakan oleh klien. Menurut Rogers, terapi diperlukan bila klien merasa tidak mampu menyatakan diri atau orang lain yang sebenarnya. Pada saat yang sama konselor yang bersikap hangat terhadap klien dan mempunyai kesensitifan yang akurat. Kondisi yang demikian penting, untuk terjadinya perubahan tingkah laku. Selama peristiwa perubahan, klien harus tambah lama makin bebas dan apa adanya dalam menyatakan perasaannya.10

10 Kukuh Jumi Adi, “Pendekatan Trait and Factor dan Client Centered” (Yogyakarta:

Garudhawaca, 2013) hlm 63.

(21)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Pustaka

Penelitian tentang motivasi belajar telah banyak dilakukan dan buku yang mengkaji tentang motivasi belajar telah banyak diterbitkan, oleh karena itu untuk menghindari adanya duplikasi penelitian, maka penulis memaparkan karya yang telah ada dan memiliki kemiripan dengan penelitian yang akan penulis laksanakan, yaitu sebagai berikut:

a. Muhammad Rizqi Ramadhan. Penelitian ini berjudul “Bimbingan dan Konseling Islam Dengan Terapi Client Centered Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Seorang Remaja Kejar Paket A di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Permata Bangsa Surabaya”. Fokus penelitian ini adalah Bagaimana Pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan terapi Client Centered dalam meningkatkan Motivasi belajar remaja kejar paket A di PKBM Permata Bangsa Surabaya dan Bagaimana Hasil Pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan terapi Client Centered’ dalam meningkatkan Motivasi belajar remaja kejar paket A di PKBM Permata Bangsa Surabaya. peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif atau disebut dengan metode penelitian naturalistik dan etnographi merupakan sebuah penelitian yang dilakukan di ruang lingkup budaya, alamiah dan berlawanan dengan sifat eksprimental.

(22)

Peneliti dapat melihat hasil dari proses terapi client centred dalam menangani motivasi belajar seorang remaja terhadap lingkungan di PKBM Permata Bangsa Surabaya dapat dikategorika sebagai berhasil.

Dapat dijelaskan bahwa dari 10 point yang ada konseli mengalami perubahan sebanyak 7,5 point manakalah 2,5 point masih belum berubah diharapkan point yang selebihnya konseli dapat berusaha mencapai target perubahan yang maksimal dan terus mengembangkan motivasi belajarnya yang ada pada diri konseli.11

Adapun Persamaan penelitian ini adalah menggunakan Bimbingan dan Konseling Islam dan Terapi Client Centered.

Perbedaan penelitian ini adalah menggunakan jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif, sedangkan penulis menggunakan penelitian kuantitatif.

b. Chandra. Penelitian ini berjudul “Peranan Konselor Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Layanan Informasi di Mts. Swasta Proyek Kandepag Medan”. Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Ada pun informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru pembimbing, dan siswa. Teknik pengumpulan data ini menggunakan alat pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan analisis data dari hasil penelitian ini,

11 Muhammad Rizqi Ramadhan ”Bimbingan dan Konseling Islam Dengan Terapi Client Centered Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Seorang Remaja Kejar Paket A di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Permata Bangsa Surabaya” (Skripsi, FDK UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2018).

(23)

dilakukan berdasarkan analisis deskriptif, analisis tersebut terdiri dari tiga alur analisis yang berinteraksi yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah belum terlaksana dengan baik dan efektif dapat terlihat juga dari masih kurangnya tenaga guru bk disekolah menyebabkan tenaga guru bk yang ada tidak sebanding dengan jumlah siswa yang ada. Satu guru bk mengasuh 229 siswa yang seharusnya satu guru bk mengasuh 150 siswa yang sudah ditentukan dan ditetapkan. Juga belum memadainya sarana dan prasana yang menunjang pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah serta belum efektifnya pengawasan dari kepala sekolah tentang pelaksanaan bk di sekolah dan bk lebih di fokuskan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.12

Adapun persamaan penelitian ini adalah membahas tentang motivasi belajar. Perbedaan penelitian ini adalah menggunakan jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif, sedangkan penulis menggunakan penelitian kuantitatif dan jenis pendekatan yang berbeda yaitu layanan informasi, sedangkan peneliti menggunakan Client Centered.

c. Yurdiana Tri Aryati. Penelitian ini berjudul “Bimbingan Dan Konseling Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Bagi Siswa Pemegang Kartu Menuju Sejahtera (Kms) Di Smp Negeri 15

12 Chandra “Peranan Konselor Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Layanan Informasi di Mts. Swasta Proyek Kandepag Medan” (Skripsi, FTIK UIN Sumatera Utara, 2017).

(24)

Yogyakarta”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode Bimbingan dan Konseling Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Bagi Siswa Pemegang Kartu Menuju Sejahtera (KMS) Di SMP Negeri 15 Yogyakarta. Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah belum terlaksana dengan baik dan efektif dapat terlihat juga dari masih kurangnya tenaga guru bk disekolah menyebabkan tenaga guru bk yang ada tidak sebanding dengan jumlah siswa yang ada.

Satu guru bk mengasuh 229 siswa yang seharusnya satu guru bk mengasuh 150 siswa yang sudah ditentukan dan ditetapkan. Juga belum memadainya sarana dan prasana yang menunjang pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah serta belum efektifnya pengawasan dari kepala sekolah tentang pelaksanaan bk di sekolah dan bk lebih di fokuskan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.13

Adapun persamaan penelitian ini adalah membahas tentang motivasi belajar. Perbedaan penelitian ini adalah menggunakan jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif, sedangkan penulis menggunakan penelitian kuantitatif.

d. Muhammad Buchori Ibrahim. Penelitian ini berjudul “Peran Guru Bimbingan Konseling Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Yang Kecanduan Smartphone Melalui Layanan Kelompok”.

13 Yurdiana Tri Aryati “Bimbingan Dan Konseling Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Bagi Siswa Pemegang Kartu Menuju Sejahtera (Kms) Di Smp Negeri 15 Yogyakarta”

(Skripsi, FDK UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2016).

(25)

Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan menggunakan subyek yang disebut Informan yaitu kepala sekolah, guru BK, wali kelas dan siswa kelas XI MAN Batu Bara yang ditentukan dengan menggunakan purposive sampling yaitu pemilihan sampel secara sengaja dan bertujuan dengan mempertimbangkan bahwa informan yang memahami, mengetahui dan merasakan secara langsung permasalahan yang sedang terjadi. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa guru BK di MAN Batu Bara telah menjalankan peran seutuhnya sebagai guru BK khususnya dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yang kecanduan smartphone, hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan dan hasil yang dicapai selama ini dalam meningkatkan motivasi dan meminimalisir penggunaan negatif smartphone menjadi penggunaan yang bermanfaat bagi proses belajar dan menambah motivasi siswa dalam belajar.14

Adapun persamaan penelitian ini adalah membahas tentang motivasi belajar siswa. Perbedaan penelitian ini adalah menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan metode penelitian menggunakan analisis kualitatif, sedangkan peneliti menggunakan terapi Client Centered dengan metode penelitian kuantitatif.

14 Muhammad Buchori Ibrahim “Peran Guru Bimbingan Konseling Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Yang Kecanduan Smartphone Melalui Layanan Kelompok”

(Skripsi, FTK UIN Sumatera Utara, Medan, 2019)

(26)

B. Kerangka Berfikir

1. Terapi Client Centered a. Definisi Client Centered

Client Centered adalah suatu metode perawatan psikis yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dengan konseli, agar tercapainya gambaran serasi antara ideal self (diri konseli yang ideal) dengan actual self (diri konseli sesuai dengan kenyataan sebenarnya).15Client Centered Therapy disebut juga konseling non-direktif yaitu pendekatan yang dikembangkan oleh Carl Ransom Rogers pada tahun 1942 dari Universitas Wisconsin di Amerika Serikat. Pendekatan ini merupakan upaya bantuan pemecahan masalah yang berpusat pada konseli, jadi konseli diberikan kesempatan mengemukakan persoalan, perasaan dan pikiran-pikirannya secara bebas karena pendekatan ini berasumsi dasar bahwa seseorang yang mempunyai masalah pada dasarnya tetap memiliki potensi dan mampu mengatasi masalahnya sendiri.16

Client centered theraphy adalah klien diberi kesempatan mengemukakan persoalan, perasaan dan pikiran- pikirannya secara bebas. Pendekatan ini juga mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai masalah pada dasarnya tetap memiliki potensi dan mampu mengatasi masalahnya sendiri. Jadi client centered therapy

15 Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-dasar Konseling dalam Teori dan Praktik. (Jakarta, Kencana, 2011) hlm. 154

16 Prayitno dan Erman Amti , Dasar-Dasar Bimbingan & Konseling,(Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm 228.

(27)

adalah terapi yang berpusat pada diri client, yang mana seorang konselor hanya memberikan terapi serta mengawasi klien pada saat mendapatkan pemberian terapi tersebut agar klien dapat berkembang atau keluar dari masalah yang dihadapinya atau disebut juga dengan konselor hanya sebagai fasilitator.17

b. Tujuan Client Centered

Tujuan dasar Client Centered adalah menciptakan suasana konseling yang kondusif untuk menjadi pribadi yang dapat berfungsi secara utuh. Titik berat dari tujuan Client Centered adalah menjadikan tingkah laku klien kongruen atau autentik (klien tidak lagi berpura-pura dalam kehidupannya). Klien yang tingkah lakunya bermasalah cenderung mengembangkan kepura-puraan yang digunakan sebagai pertahanan terhadap hal-hal yang dirasakannya mengancam. Kepura-puraan ini akan menghambatnya tampil secara utuh di hadapan orang lain sehingga ia menjadi asing terhadap dirinya sendiri. Melalui terapi Client Centered ini diharapkan klien yang mengembangkan kepura- puraan tersebut. Rogers menguraikan tujuan terapi antara lain : 1. Keterbukaan pada klien.

2. Kepercayaan terhadap diri sendiri.

3. Menghilangkan sikap dan perilaku yang kaku.

17 Kusuma Ratih Nur Chasanah, Awik Hidayat “Peran Konseling Client Centered Dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa”, Jurnal Advice, Vol. 2, Nomor 1, Juni 2020, hlm 92.

(28)

4. Bersikap lebih matang dan teraktualisasi.18

Terapi client centered menempatkan tangguang jawab utama terhadap arah terapi pada klien. Tujuan-tujuan umumnya ialah menjadi lebih terbuka pada pengalaman, mempercayai organismenya sendiri, mengembangkan evaluasi internal, kesediaan untuk menjadi suatu proses dan dengan cara-cara lain bergerak menuju taraf-taraf yang lebih tinggi dari aktualisasi diri.

Konselor tidak mengajukan tujuan-tujuan dan nilai-nilai yang spesifik kepada klien, klien sendirilah yang menetapkan tujuan- tujuan dan nilai hidup yang sepesifik di dalam diri klien.19

c. Ciri-ciri Client Centered

Ciri-ciri dari pendekatan client centered adalah sebagai berikut:

1. Fokus utama adalah kemampuan individu memecahkan masalah bukan terpecahnya masalah.

2. Sasaran konseling adalah aspek emosi dan perasaan.

3. Titik tolak konseling adalah keadaan individu termasuk kondisi sosial,psikologis masa kini (here and now), dan bukan pengalaman masa lalu.

4. Proses konseling bertujuan untuk menyesuaikan antara ideal-self dengan actual-self.

18 Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-dasar Konseling dalam Teori dan Praktik. (Jakarta, Kencana, 2011). hlm 157-158

19 Gerlard Cory, Teori dan Praktik Konseling dan Psikotrapi,(Bandung: PT. Refika Aditama, 2013), Cet. Ke-7, hal.109.

(29)

5. Peranan yang aktif dalam konseling dipegang oleh klien, sedangkan konseloradalah pasif-reflektif, artinya tidak semata-mata diam dan pasif akan tetapiberusaha membantu agar klien aktif memecahkan masalahnya.20

d. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Client Centered 1. Kelebihan

a) Pendekatan ini menekankan bahwa konseli dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan konseling

b) Pendekatan ini mengajarkan konseli diberi kebebasan untuk merubah dirinya sendiri.

c) Pendekatan ini menekankan pentingnya hubungan secara pribadi dalam proses konseling.

d) Dalam pendekatan ini konselor berperan untuk mengarahkan dan menunjukkan sikap penuh pemahaman dan penerimaan.

2. Kekurangan

a) Terkadang konseli seolah-olah merasa tidak diarahkan dan merasa tidak adanya tujuan yang jelas dari proses konseling, apalagi jika tidak adanya pengarahan dan saran dari konselor.

b) Pendekatan ini dianggap terlalu terikat pada lingkungan kebudayaan Amerika Serikat, yang sangat menghargai

20 Sofyan S. Willis, “Konseling Individual Teori dan Praktek” (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm 63

(30)

kemandirian seseorang dan pengembangan potensi dalam masyarakat.

c) Konseling Client Centered yang beraliran ortodok akan sulit diterapkan siswa dan mahasiswa serta jarang dilaksanakan dalam institusi pendidikan di Indonesia.21

e. Teknik-teknik Client Centered

Client Centered sama sekali tidak memiliki teknik-teknik yang khusus dirancang untuk menangani klien. Teknik yang digunakan lebih kepada sikap konselor yang menunjukkan kehangatan dan penerimaan yang tulus sehingga klien dapat mengemukakan masalahnya atas kesadarannya sendiri. Adakalanya seorang konselor juga harus mengomunikasikan penerimaan, kepedulian, dan pengertiannya kepada klien. Rogers mengemukakan beberapa sifat konselor yang dijadikan sebagai teknik dalam Client Centered sebagai berikut:

1. Empathy adalah kemampuan untuk sama-sama merasakan kondisi klien dan menyampaikan kembali perasaan tersebut.

2. Positive regard (acceptance) adalah menerima keadaan klien apa adanya secara netral.

3. Congruence. Konselor menjadi pribadi yang terintegrasi antara apa yang dikatakan dan yang dilakukannya.22

21 Gerald Corey,Teori dan Praktek Konseling Psikoterapi (Bandung:Aditama,2009), hlm 13.

22 Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-dasar Konseling dalam Teori dan Praktik. (Jakarta, Kencana, 2011). hlm 158-159.

(31)

f. Langkah-langkah penerapan Client Centered

Langkah-langkah pelaksanaan penerapan Client Centered sebagai berikut :

1. Klien datang kepada konselor atas kemauan sendiri. Apabila klien datang atas suruhan orang lain, maka konselor harus mampu menciptakan situasi yang sangat bebas dan permisif dengan tujuan klien memilih apakah ia akan terusminta bantuan atau akan membatalkannya.

2. Situasi konseling sejak awal harus menjadi tanggung jawab klien, untuk itu konselor menyadarkan klien.

3. Konselor memberanikan klien agar ia mampu mengemukakan perasaannya. Konselor harus bersikap ramah, bersahabat, dan menerima klien sebagaimana adanya.

4. Konselor menerima perasaan klien serta memahaminya.

5. Konselor berusaha agar klien dapat memahami dan menerima keadaan dirinya.

6. Klien menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil (perencanaan).

7. Klien merealisasikan pilihannya itu.23

23 Sofyan S. Willis, “Konseling Individual Teori dan Praktek” (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm 64-65.

(32)

2. Motivasi Belajar a. Definisi Motivasi

Istilah motivasi berasal dari kata motif, artinya daya upaya yang mendorong seseorang dalam melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu guna mencapai tujuan.

Motif tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat diinpretasikan dalam tingkah lakunya berupa dorongan keinginan atau pembangkit munculnya suatu tingkah laku tertentu. Motivasi belajar yaitu dorongan eksternal dan internal pada peserta didik untuk mengadakan perubahan tingkah laku untuk bergerak kearah tujuan tertentu, dan dipengaruhi oleh adanya berbagai macam kebutuhan yang hendak dipenuhi, keinginan, dan dorongan, yaitu sesuatu yang memaksa seseorang untuk berbuat atau bertindak.24

Secara etimologis Motivation berasal dari bahasa inggris yang artinya motivasi. Sedangkan dalam Bahasa latin motif berasal dari kata movere yang berarti bergerak to move. Berbagai hal biasanya terkandung dalam definisi motivasi antara lain adalah keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dorongan, dan intensif.25

Motivasi (movere) berarti “bergerak” atau to move. Jadi, motivasi diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri

24 Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rajawali Pers, 2016), hlm 149

25 Sri Purwaningsih, Penelitian Individu Motivasi dalam Persfektif Al-Qur’an, (Semarang: Anggara DIPA UIN Walisongo, 2011), hlm 45-46.

(33)

organisme yang mendorong untuk berbuat atau merupakan driving force. Dalam bahasa agama istilah motivasi tidak jauh berbeda dengan “niatan/niat”, (innamal a’m lu binniyat = sesungguhnya perbuatan itu bergantung pada niat), yaitu kecenderungan hati yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan sesuatu. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut motivasi (motivation) atau motif, antara lain kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish), dan dorongan (drive).26

Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya serta menunaikan kewajibannya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Mathis dan Jackson menyatakan motivasi merupakan suatu dorongan yang diatur oleh tujuan dan jarang muncul dalam kekosongan. Istilah kebutuhan, keninginan, hasrat, atau dorongan sama dengan motif, yang merupakan asal dari kata motivasi. Memahami motivasi adalah penting, karena reaksi terhadap kompensasi dan masalah- masalah sumber daya manusia lainnya berkaitan dengan motivasi.

26 Ifki Oktiani, “Kreativitas Guru Dalam Memotivasi Belajar Peserta Didik”, Jurnal Kependidikan, Vol. 5. Nomor 2, November 2017, hlm. 218

(34)

Motivasi membicarakan tentang bagaimana cara mendorong semangat kerja seseorang, agar mau bekerja dengan memberikan secara optimal kemampuan dan keahliannya guna mencapai tujuan.

Rangsanagan ini akan menciptakan dorongan pada seseorang untuk melakukan aktivitas. Motivasi adalah keinginan atau gairah untuk melakukan sesuatu. Tanpa motivasi tak akan ada kegiatan karena tanpa motivasi orang akan menjadi pasif. Oleh karena itu, pada setiap usaha apapun timbulnya motivasi sangat dibutuhkan. Untuk mau berkembang, orang juga memerlukan motivasi. Pemahaman motivasi tidaklah mudah. Ia merupakan sesuatu yang ada dalam diri seseorang dan tidak tampak dari luar serta hanya kelihatan melalui perilaku seseorang yang dapat dilihat. Peranannya sangat besar untuk mendukung prestasi kerja.27

Motivasi merupakan proses perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.28 Ada tiga elemen penting yang terkandung dalam motivasi tersebut yaitu : a. Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri

setiap individu manusia. Walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia, penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

27 Ibid, hlm 219.

28 Ifki Oktiani, “Kreativitas Guru Dalam Memotivasi Belajar Peserta Didik”, Jurnal Kependidikan, Vol. 5. Nomor 2,November 2017, hlm 219.

(35)

b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/ feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan- persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi, motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi yaitu tujuan. Tujuan ini menyangkut soal kebutuhan.

Terdapat banyak teori motivasi yang dipaparkan oleh para ahli, salah satunya adalah teori kebutuhan Abraham Maslow yang terdiri dari lima jenjang kebutuhan dasar manusia yaitu:

a. Kebutuhan fisiologis/physiological needs: meliputi rasa lapar, haus, seksual, berlindung, dan kebutuhan fisik lainnya.

b. Kebutuhan rasa aman/safety needs: meliputi rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional.

c. Kebutuhan sosial/social needs: mencakup rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan.

d. Kebutuhan penghargaan/ estem needs: mencakup faktor penghargaan internal seperti rasa hormat diri, otonomi, dan pencapaian, serta faktor penghargaan eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian.

e. Kebutuhan aktualisasi diri/ self actualiazation needs: yaitu dorongan untuk menjadi seseorang sesuai kecakapannya,

(36)

meliputi pertumbuhan, pencapaian potensi, dan pemenuhan diri sendiri. 29

b. Belajar

1. Definisi Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas untuk memperoleh pengetahuan, baik dilakukan secara individual, kelompok, maupun dengan bimbingan guru sehingga perilakunya berubah.

Perilaku adalah kebiasaan seseorang, baik yang berupa pengetahuan, sikap, pemahaman, maupun keterampilan. Dan perilaku seseorang dapat berupa behavioral performance (penampakan yang dapat diamati) ataupun behavioral tendency (tidak tampak yang tidak teramati). Kedua perilaku tersebut akan semakin baik jika diperoleh melalui belajar yang benar.

Belajar memiliki banyak arti. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.

Perubahan dalam diri seseorang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain- lain aspek yang ada pada individu.

Menurut pengertian secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai

29 Ifki Oktiani, “Kreativitas Guru Dalam Memotivasi Belajar Peserta Didik”, Jurnal Kependidikan, Vol. 5. Nomor 2,November 2017, hlm 220.

(37)

hasil dan interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.30

Menurut Winkel belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif denan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan sikap. Menurut Ngalim Purwanto belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku yang terjadi sebagai hasil dari pelatihan atau pengalaman. 31

Menurut Robert M. Gagne belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.32

Dua konsep ini menjadi terpadu dalam satu kegiatan di mana terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta siswa

30 Slameto, “Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya” (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2010), hlm 2.

31 Ifki Oktiani, “Kreativitas Guru Dalam Memotivasi Belajar Peserta Didik”, Jurnal Kependidikan, Vol. 5. Nomor 2,November 2017, hlm 221.

32 Rora Rizky Wandini dan Maya Rani, “Games Pak Pos Membawa Surat Pada Sintax Model Pembelajaran Tematik”, Jurnal Raudhah, Vol. 06 No. 01, Januari-Juni 2018, hlm 02.

(38)

dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsun. Belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan,kebiasaan, dan tingkah laku.

Belajar juga sebagai suatu upaya memperoleh pengetahuan atau keterampilan melalui instruksi. Instruksi yang dimaksud adalah perintah atau arahan dan bimbingan dari seorang pendidik atau guru.

Belajar adalah memodifikasi atau memperteguh perilaku melaui pengalaman (learning is defined as the modificator or strengthening of behavior through experiencing). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil atau tujuan. Dengan demikian, belajar itu bukan sekedar mengingat atau menghafal saja, namun lebih luas dari itu merupakan mengalami. Selain itu belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu atau seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku ini mencakup perubahan dalam kebiasaan (habit), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Perubahan tingkah laku dalamkegiatan belajar disebabkan oleh pengalaman atau latihan.33

Menurut Slameto belajar adalah merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu

33 Oemar Hamalik, “Proses Belajar Mengajar”, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2017), Cet VI, hlm 27.

(39)

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 34

Dari pendapat-pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman sikap, tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

2. Prinsip-prinsip Belajar

Prinsip-prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda dan oleh setiap peserta didik secara individual adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar.

Dalam belajar peserta didik diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan intruksional.

b. Sesuai hakikat belajar

Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang lain) sehingga mendapat pengertian yang

34 Ifki Oktiani, “Kreativitas Guru Dalam Memotivasi Belajar Peserta Didik”, Jurnal Kependidikan, Vol. 5. Nomor 2,November 2017, hlm 222.

(40)

diharapkan stimulus yang diberikan dapat menimbulkan respon yang diharapkan.

c. Sesuai materi atau bahan yang akan dipelajari.

Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur penyajian yang bisa ditangkap pengertiannya.

d. Syarat keberhasilan belajar

Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga pesertadidik dapat belajar dengan tenang.35

C. Motivasi Belajar

1. Definisi Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang mendorong bangkitnya kekuatan untuk belajar dengan senang dan sungguh-sungguh, yang pada gilirannya akan terbentuk cara belajar yang sistematis, penuh konsentrasi dan dapat menyeleksi kegiatannya. Pendapat lain mengenai motivasi merupakan keadaan yang terdapat dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu guna pencapaian suatu tujuan. Proses mengarahkan, dan memantapkan perilaku kearah suatu tujuan. Motivasi yaitu kondisi psikologis dan

35 Slameto, “Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya” (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2010), hlm 27-28.

(41)

psiologis yang ada pada diri seseorang dan mendorong untuk melakukan suatu aktivitas dengan tujuan tertentu.36

Motivasi belajar adalah suatu perubahan tenaag dalam diri individu yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu demi mencapai tujuan.37

Motivasi dalam belajar sangat diperlukan. Keberhasilan tujuan pembelajaran bergantung seberapa besar antusias peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.38 Setiap peserta didik memiliki motivasi belajar masing-masing. Pada umumnya motivasi belajar datang dari dua arah, yaitu motivasi dari dalam peserta didik itu sendiri (motivasi intrinsik), dan motivasi yang datang dari luar peserta didik (motivasi ekstrinsik).

1) Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Jika dilihat dari segi tujuan kegiatan belajar maka yang dimaksud motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Jadi motivasi

36 Norman Rudhumbu, Motivational Strategies In The Teaching Of Primary School Mathematics In Zimbabwe,International Journal Of Education Learning And Development UK Vol.2, No.2, Pp. 76-103, June 2014,h. 78

37 Makrifat, “Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi PAI Di SMA-IT Wahdah Islamiyah Makassar”, (Tesis, Universitas Islam Negeri Alauddin, 2012), hlm 17.

38 Ifki Oktiani, “Kreativitas Guru Dalam Memotivasi Belajar Peserta Didik”, Jurnal Kependidikan, Vol. 5. Nomor 2,November 2017, hlm 223.

(42)

muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekadar simbol dan seremonial.

2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Misalnya seseorang belajar karena besok akan ujian dengan harapan mendapat nilai yang baik dan pujian. Jadi bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapat nilai bagus atau pujian. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagi bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.39 Ada beberapa aspek yang memotivasi belajar seseorang, yaitu:

1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas. Sifat ingin tahu mendorong seseorang untuk belajar, sehingga setelah mereka mengetahui segala hal yang sebelumnya tidak diketahui maka akan menimbulkan kepuasan tersendiri pada dirinya.

2. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju. Manusia terus menerus menciptakan sesuatu yang baru karena adanya dorongan untuk lebih maju dan lebih baik dalam kehidupannya.

39 Ibid, hlm 226.

(43)

3. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-teman. Jika seseorang mendapatkan hasil yang baik dalam belajar, maka orang-orang disekelilingnya akan memberikan penghargaan berupa pujian, hadiah dan bentuk-bentuk rasa rimpati yang lain.

4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan kooperasi maupun dengan kompetensi. Suatu kegagalan dapat menjadikan seseorang merasa kecewa dan depresi atau sebaliknya dapat menimbulkan motivasi baru agar berusaha lebih baik lagi.

Usaha mencapai hasil yang lebih tersebut dapat diwujudkan dengan kerjasama bersama orang lain (kooperasi), atau bersaing dengan orang lain (kompetesi).

5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran. Apabila seseorang menguasai pelajaran dengan baik, maka orang tersebut tidak akan merasa khawatir bila menghadapi ujian, pertanyaan-pertanyaan dari guru dan lain-lain karena merasa yakin akan dapat menghadapinya dengan baik. Hal inilah yang menimbulkan rasa aman pada individu.

6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar. Suatu perbuatan yang dilakukan dengan baik pasti akan mendapatkan ganjaran yang baik, dan sebaliknya, bila

(44)

dilakukan kurang sungguh-sungguh maka hasilnya pun kurang baik bahkan mungkin berupa hukuman.40

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hamzah B. Uno bahwa hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal ini mempunyai peranan yang besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Hamzah B. Uno mengemukakan indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.

3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.

4. Adanya penghargaan dalam belajar.

5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif.41 2. Ciri-ciri Motivasi Belajar

Beberapa ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, dapat dikenali selama mengikuti proses pembelajaran di kelas. Brown mengemukakan bahwa ada delapan ciri siswa yang mempunyai motivasi tinggi, yaitu:

40 Siti Khodijah, “Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam”, (Skripsi, FITK UIN Suarif Hidayatullah, Jakarta, 2011), hlm 29-30.

41 Ibid, hlm 32

(45)

1. Tertarik pada guru.

2. Tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan.

3. Antusiasisme tinggi serta mengendalikan perhatian dan energinya kepada kegiatan belajar.

4. Ingin selalu tergabung dalam satu kelompok kelas.

5. Ingin identitas diri diakui orang lain.

6. Tindakan dan kebiasaannya, serta moralnya selalu dalam kontrol diri.

7. Selalu mengingat pelajaran dan selalu mempelajarinya kembali di rumah.

8. Selalu terkontrol oleh lingkungan.42

Sejalan dengan pendapat tersebut Makmun mengemukakan motivasi yang ada pada diri seseorang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Durasi kegiatan, (berapa lama kemampuan penggunaan waktu untuk melakukan kegiatan).

2. Frekuensi kegiatan, (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu).

3. Persistensinya, (ketetapan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan.

4. Ketabahan, keuletan, dan kesulitan untuk mencapai tujuan.

5. Pengabdian dan pengorbanan untuk mencapai tujuan.

6. Tingkat aspirasi, (maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target).

42Brown James W and Tharton JR James W Callege Teaching: A Syistematic Approch Toronto, (MS,Graw Hill Book Compani, 1971), h. 150

(46)

7. Tingkat kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai dari kegiatannya.

8. Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan.43

Seperti yang dijelaskan dalam bagian sebelumnya bahwa motivasi itu sangat terkait dengan kebutuhan, dan salah satu kebutuhan siswa adalah pencapaian prestasi belajar dari setiap mata pelajaran.

Oleh sebab itu Keller menegaskan bahwa motivasi belajar berpangkal pada bahan pelajaran itu sendiri, motivasi belajar itu ditentukan dalam situasi-situasi yang dibuat pelajaran, bila pelajaran itu memiliki arti penuh, dan berhubungan dengan realitas.44

3. Fungsi Motivasi

Motivasi mempunyai fungsi yang penting dalam belajar, karena motivasi tersebut akan menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan peserta didik terdapat tiga fungsi motivasi, yaitu:

a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.

b. Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.

43Engkoswara, Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung. Cet, I; IKAPI:2010), h.210.

44 J.M Keller, Motivation and Intstruksional Pprespective, (Vol 2,No.4.1978), h. 32.

(47)

c. Sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang.

Kuat lemahnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.45

D. Hipotesis Penelitian

Menurut sugiyono hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan dari data-data empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.46

Ha : Terapi Client Centered berpengaruh dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X SMA YP3I Muamalah Lomban.

Ho : Terapi Client Centered tidak berpengaruh dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X SMA YP3I Muamalah Lomban.

Maka hipotesis penelitian ini adalah terapi Client Centered berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa kelas X SMA YP3I Muamalah Lomban jika Ho ditolak dan Ha diterima.

45 Angga, Dina Thalib , Raja, “Motivasi Belajar, Kemandirian Belajar dan Prestasi Belajar Mahasiswa Beasiswa Bidikmisi Di UPBJJ UT Bandung”. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh”, Volume 15, Nomor 2, September 2014, hlm 83

46 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2015), hlm. 96.

(48)

35 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis pendekatan penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kuantitatif yang merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Definisi lain menyebutkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula pada tahap kesimpulan penelitian akan lebih baik bila disertai dengan gambar, tabel, grafik, atau tampilan lainnya.

Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya.

Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam.47

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu

47 Sandu Suyoto dan M Ali Sodik Dasar Metodologi Penelitian(Yogyakarta : Literasi Media Publishing, 2015), hlm 17-19.

(49)

yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti untuk menarik kesimpulan.48

Populasi merupakan keseluruhan element yang akan dijadikan wilayah generalisasi. Element populasi adalah keseluruhan subyek yang akan diukur, yang merupakan unit yang diteliti.49 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA YP3I Muamalah Lomban yang berjumlah 21 siswa diantaranya laki-laki 15 orang dan perempuan 16 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian jumlah yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili).50

Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah Nonprobability sampling, teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel, dengan cara menggunakan teknik sampling total karena semua anggota populasi dijadikan sampel. Maka yang akan menjadi sampel peneliti disini adalah siswa kelas X SMA YP3I Muamalah Lomban yang berjumlah 21 orang.

48 V Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian (Yogyakarta : PUSTAKA BARU PRESS, 2014), hlm 65.

49 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung : Alfabeta, 2019), hlm 126.

50 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2015), hlm. 118.

(50)

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Yayasan Pembina Pembangunan Pendidikan Islam Muamalah (SMA YP3I Muamalah) pada bulan Juli sampai Agustus 2021 yang bertempat di SMA YP3I Muamalah.

4. Variabel Penelitian

Kata “variabel” hanya ada pada penelitian kuantitatif, karena penelitian kuantitatif berpendapat bahwa suatu gejala dapat diklasifikasikan menjadi variabel.51 Sugiyono mengemukakan bahwa variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat, nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian menarik kesimpulannya.52

1. Variabel Independen (Variabel X). Variabel independen adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Adapun yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah terapi Client Centered.

2. Variabel Dependen (Variabel Y). variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Adapun yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini

51 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B, (Bandung:

ALFABETA, 2019) hlm 67.

52 Ibid, hlm. 61.

(51)

adalah motivasi belajar siswa kelas X Sma Yp3i Muamalah Lomban.

5. Desain Penelitian

Adapun desain penelitian yang akan digunakan yaitu dengan menggunakan desain analisis korelasi dengan teknik korelasi prodeuct moment. Analisis korelasi adalah metode ststistika untuk menentukan suatu besaran yang menyatakan bagaimana kuat hubungan suatu variabel dengan variabel yang lain.53 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi Client Centered terhadap motivasi belajar siswa kelas X SMA YP3I Muamalah Lomban Desa Jurang Jaler Kabupaten Lombok Tengah.

6. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah.54 Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah skala likert yang menggunakan lima tingkatan, yaitu “Sangat Setuju (SS)”, Setuju (ST)”, “Ragu-ragu (RG)”, “Tidak Setuju (TS)”, “Sangat Tidak Setuju (STS)”.

53 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian (Bandung : ALFABETA, 2019) hlm 228.

54 V Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian (Yogyakarta : PUSTAKA BARU PRESS, 2014), hlm 76.

Gambar

Tabel 2.4  ANOVA a Model
Tabel 2.5  Coefficients a

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Penelitian : Uji statistik menggunakan wilcoxon test dengan hasil didapat ada pengaruh terapi musik klasik dan murottal terhadap penurunan tingkat depresi pada

Siswa kelas XI IPA di SMA “X” Bandung menghayati bahwa pada umumnya guru sudah menerapkan prinsip student centered learning, namun pada prinsip 5 (pengaruh motivasi

Berdasarkan hal tersebut diatas maka perlu untuk diteliti salah satu model terapi yang ini belum pernah dilakukan di rumah sakit jiwa daerah surakarta yaitu terapi kognitif

PENGARUH TERAPI MUSIK MOZART TERHADAP PENURUNAN DERAJAT NYERI MENSTRUASI.. PADA REMAJA PUTRI DI SMA

Hasil Penelitian : Uji statistik menggunakan wilcoxon test dengan hasil didapat ada pengaruh terapi musik klasik dan murottal terhadap penurunan tingkat depresi pada

Setelah data-data gula darah acak responden sebelum dan sesudah terapi relaksasi Benson sudah terkumpul, kemudian dikelompokkan dan dilakukan uji statistik dengan paired

Dari hal tersebut diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Terapi Humor Terhadap Penurunan Tingkat Stres Pada

Uji normalitas Tabel 7 Uji Statistik Normalitas Data Pengaruh Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja