PENGATURAN DAN PERLINDUNGAN
HAM DALAM
UUD 1945 SERTA ASPEK PIDANA NASIONAL DANINTERNASIONAL
Oleh: Lisnawaty Badu
Abstract
Developments in society requires the recognition of human rights as the most fundamental rights. Understanding human rights, as well as the related liability so
between the two are inseparable. Obligations contemplated in this paper is none other than the regulation and protection of human rights in the Constitution of 1945 and the I ndones i an cr iminal I qw.
One thing is
for
sure thqt human rights hene a primary position and the first in living in a society, because the existence of rights inherent in its nature has been since the birth of the hurnan person. Reality shows that human rights in Indonesia is always o highlight sharp and continuous conversation material, either because the basic conceptderivedfrom the Constitution in 1945 and its practical realities onthe groundfull
of
violations. The emergence of various cases of human rights abuses has spawned a collective consciousness aboul the need for regulation and protection of human rights through legal instruments such as the basic lcrw and legislation such as criminal lqw.Keywords: Protection, Human Rights, UUD 1945, Criminal Law.
Pendahuluan
Sejarah peduangan
bangsaIndonesia hingga
kini
pernah mencatat berbagai penderitaan, kesengsaraan dan kesenjangan sosial,yang
disebabkanoleh perilaku tidak adil
dandiskriminatif atas dasar etnik,
ras, warnakulit,
budaya, bahasa, agama, golongan,jenis kelarnin dan
status sosial lainnya. Perilaku tidak adil dandiskriminatif tersebut
merupakanpelanggaran
hak
asasi manusia, baik yang bersifat Yertiknl (dilakukan oleh aparat negara teihadapltarga
negaraatau
sebaliknya) maupun Horisontal (antarwarga negara sendiri) dan tidaksedikit yang
masukdalam
kategoripelanggaran hak asasi manusia yang
berat (Gross Yiolation Of
HumanRighn).
Bergulirnya
iklim
reformasi dan demokratisasidi
Indoseia dalam kurunwaktu lima tahun terakhir
telah membawaangin
perubahan berupa kebebasan berekspresiyang
sangatbebas. Kebebasan tersebut
padabeberapa kesempatan telah kebabalasan
bahkan
berujung pada
konflik.Pada kenyataannya selama64
(enam puluh empat) tahun usia Republik Indonesia, pelaksanaan penghormatan, perlindungan atau penegakan hak asasimanusia masih
jauh dari
memuaskan.Hal
tersebut tercermindari
kejadian berupa penangkapanyang tidak
sah, penculikan, penganiayaan, perkosaan,il
Jurnal Legalitas VoL 3 No.2penghilangan paksa,
pembunuhan, pembakaran saranapendidikan
dan tempat ibadah, dan teror bom (teroris) r.ang semakin berkembang. Selain itu, terjadi pula penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat publik dan aparat penegak hukum sebagai pemelihara keamanandan pelindung rakyat, tetapi
justru mengintirnidasi,menghilangkan
menganiaya,
paksa
atau menghilangkan nyawa.Guna lebih
memantapkan perhatian atas perkembanganHAM
dilndonesia, oleh berbagai
kalanganmasyarakat (organisasi
maupunlembaga)
telah
diusulkan agar dapatditerbitkan suatu ketentuan
hukumdasar dan peraturan
perundang_undangan yang mengatur dan memberi
perlindungan terhadap Hak
Asasi\{anusia.
Secara
jelas
dan tegas Undang_undang
Dasar lg45 telah
mengatur lentangHak Asasi
Manusia (HAM).Hal
ini
dapat dilihat dengan terbentuk L'ndang-undangNo 39 Tahun
lgggIentang Hak Asasi Manusia
danL'ndang-undang
No 26
Tahun 2000 :entang Pengadilan Hak Asasi Manusia,-\
ang diikuti dengan
pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.\amun disayangkan
terbentuknya seperangkat peraturantentang
HakAsasi
Manusia, KomnasHak
Asasi I'lanusia(HAM)
dan aparatur penegak dan kelembagaan peradilan Hak Asasi\{anusia (HAM), ternyata
belum menunjukkanhasil yang
memuaskandan dirasakan manfaatnya oleh rakyat Indonesia.
Tulisan ini mengakui bahwa pada dasarnya pengaturan dan perlindungan
Hak Asasi
Manusia memang sudahdiatur dalam UUD lg4i,
namundemikian, karena UUD lg45
telah mengalami beberapakali
amandemen, maka sudah tentu menjadi pertanyaan sejauhmana amandemenyang
telah dilakukan tersebut mampumengakomodasi pengaturan
danperlindungan
Hak Asasi
Manusia.Demikian pula berbagai
ketentuanhukum
pidana internasional sejauhmanakahdapat
diakomodasi dalam hukum pidana materil maupun formil tentang perlindungan Hak Asasi Manusia. Untukitu
dalam tulisan ini, penulis mencoba menelusuri berbagaidokumen penting yang
ada hubungannya dengan perlidungan HakAsasi Manusia baik dalam
hasil amandemenUUD
1945 maupun dalamaspek pidana nasional
daninternasional.
Hakekat Hak Asasi Manusia
Dalam pasal
I
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhanyang
MahaEsa dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dandilindungi oleh negara,
hukum, pemerintahdan setiap orang,
demiJurnal Legalitas
y;i
3 Nai-
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Menurut seorang ahli hukum tata negara yakni John Locke sebagaimana
dikutip
oleh
Mansyur Effendi, (2005) menyatakan bahwa Hak Asasi Manusiaadalah hak-hak yang
diberikan langsungoleh Tuhan Yang
Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati.Hak Asasi Manusia adalah hak- hak dasar yang
dimiliki
oleh manusia,sesuai dengan kodratnya
(Kaelan:2002).
Hak Asasi Manusia
adalahseperangkat hak yang melekat hakikat dan keberadaan setiap manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah yang
wajibdihormati, dijunjung tinggi,
dandilindungi oleh negara,
hukum,pemerintahan dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan
martabat rnanusia.Artinya
HakAsasi
Manusiamerupakanhak
yangmelekat pada diri setiap
pribadi manusia. Karena itu hak asasi manusia{the kuman rights) itu
berbeda dari pengertianhak warga
negara (thecitizen's
rights). Namun karena hakasasi manusia itu telah
tercantumdengan tegas dalam UUD
1945,sehingga jauh telah resmi menjadi hak konstitusioal setiap warga negara atau
constitutianal lghts
(Assiddiqie, 200e).Menurut Mahfud MD,
2001:127\ Hak asasi diartikan sebagai hak yang melekat pada martabat mansusia sejak
lahir ke muka bumi dan
haktersebut bersifat
fitri
(kodrati), bukan merupakan pemberian manusia ataunegara.
Hendarmin
Ranadireksa sebagaimana dikutip oleh Lubis (2005:39), mendefinisikan hak asasi manusia
sebagai perangkat ketentuan
atauaturan untuk melindungi warga negara
dari kemunginan
penindasan, pemasungandan atau
pembatasanruang gerak
rarga
negara oleh negara.Artinya ada
pembatasan-pembatasan tertentu yang diberlakukan pada negaraagar
hak
warga negarayang
palinghakiki terlindungi dari
kesewenang- kewenangan kekuasaan.Melihat rumusan apa yang ada di dalam Pasal
I UU No
39 tahun 1999dan apa yang dikemukakan
oleh pandangangan paraahli
hukum, maka dengan demikian dapat dikatakanHak Asasi Manusia
adalahseperangkat
hak yang
melekat padahakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk TuhanYang
Maha Kuasadan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggidan dilindungi oleh
negara, hukum, Pemerintahdan setiap orang,
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.Selanjutnya
untuk
memahamiHAM lebih
mendalam,maka
harus dikaji dengan menggunakan paradigma sebagai berikut (Effendi, 2005: 46):a.
Kesadaranmakna hak
asasimanusia sebagai hak dasar yang
suci dan
melakatpada
setiapmanusia adalah
pemberian Jurnal Legalitas VoL 3 No. 2Tuhan selamanya,
ketikamenggunakan haknya
tidakboleh merugikan
anggota masyarakat lainya;b. Dalam memenuhi hak
asasimanusianya, Iebih
dahulu mengedepankankepuasaan/kebutuhan
bathin(spritual need) dan
kebutuhan Iahir setiap warga masyarakat;c. Domain hak asasi
manusia berkembang terus seirama,/sesuai dengannurani,
kebutuhan/tuntutan perkembangan pemikiran, budaya dan cita_cita manusta;
d.
Manusia tanpa menjadi robot martabatkemanusiaannya;
e.
Kesadaranhak asasi
tersebuttelah suci, menurut
setiap manusiapada tataran
aplikasi dibarengi dengan kesadaran akankewajiban asasi
dan
tanggungjawab asasi, sehingga
tigaelemen berjalan
beriringan.Pencabutan
HAM
hanyaatas
perintahhukum/undang-undang
yangjelas/tegas;
f. Negara/pemerintah
denganseluruh pejabaUaparat yang ada
menjadi pihak utama
danpertama pelindung hak
asasimanusia. Hal ini
merupakankonsekuensi logis
ataskesediannya mengemban tugas
sebagai
pejabat/aparat denganseluruh fasilitas yang
sehingga salah
satu utamanyatersedia, tugas
melindungi/menghormati
hakasasi
manusiadan
mencegah pelanggaran HAM.Pengaturan Dan perlindungan
HAM
Dalam UUD 1945
Pemikiran
Hak Asasi
Manusiaperiode
sebelum kemerdekaan yang paling menonjol pada Indischepartij adalah hak untuk
mendapatkankemerdekaan serta
mendapatkanperlakukan yang sama
hak kemerdekaan.Dalam
perkembanganselanjutnya ketika
Indonesiamenyatakan diri sebagai
negara merdeka, konsephak
asasi manusia merupakansalah satu ajaran
yang diterima dan dimuat dalam konstitusi negara. Pada dasarnya negara Indonesia sempat beberapakali
memperlakukanUUD yakni
dimulaidari UUD
1945, kemudian Konstitusi Indonesia Serikat, seterusnyaUUD
1950,dan
kembaliIagi pada UUD 1945.
Masa berlakuknyamulai dari UUD
1945, kemudian Konstitusi Indonesia Seriktasampai kembali UUD 1945
tetapmengakui Hak Asasi
Manusia merupakan hak dasar yang harus diaturdan dilindungi dalam
kehidupan ketatanegaraan.Perlindungan hak asasi manusia
di
Indonesia secaralebih jelas
danterinci diatur pada Undang-undang No
39 Tahun
1999 tentangHak
AsasiManusia.
Undang-undang tersebut hak asasi berubahhidup, kehilangan
dan sifat
Jurnul Legalitas Vol. 3 No. 2
secara
rinci
mengatur mengenai hakuntuk hidup, dan hak untuk
tidakdihilangkan paksa dan/atau
tidak dihilangkan nyawa,hak
berkeluargadan melanjutkan keturunan,
hakmengembangkan
diri,
hak memperoleh keadilan,hak
atas kebebasan pribadi,hak atas rasa &man, hak
ataskesejahteraan,
hak turut
serta dalam pemerintahan,hak
wanita,hak
anak,dan hak atas
kebebasan beragama.Selain mengatur
hak
asasi manusia, diatur pula mengenai kewajiban dasar,sefta tugas dan
tanggungiawab pemerintah dalam penekanhak
asasi manusiaNamun demikian
jauh
sebelumUU No 39 tahun
1999 dinYatakanberlaku, pengaturan dan perlindungan
HAM di
Indonesia mengalami pasang surut seiring dengan kepentingan siapayang
memegang kekuasaan. Olehkarena itu tidak keliru kalau
kitakembali
kebelakanguntuk
melihat pengaturandan
perlindungan HAM dalam UUD 1945.Hak Asasi Manusia
(HAM)merupakan
materi inti dari
naskahUndang-Undang Dasar Negara modern'
Dernikian pula hak dan
kewajiban warga negara yang merupakan salah satu materi pokok yang diatur dalam setiap Undang-Undang Dasar sesuaidengan paham konstitusi
negara modern.Indonesia sebagai anggota PBB
harus menerima dan
meratifikasi instrumenHAM
internasional dengan menyesuaikan pada falsafah Pancasiladan UUD 1945, serta
kebudayaanbangsa Indonesia. Perkembangan HAM
di
[ndonesia, sebenarnya dalam UUD1945 telah tersurat, namun
belum tercantum secara transparan. Setelah dilakukan beberapakali
amandemen,HAM sudah menjadi bagian
darikomitmen bangsa.
Hal ini
dipertegas dengan beberapa ketentuan undang- undang yang mengtur HAM.Bila kita cermati
secaramendalam setidaknya
di
dalam UUD1945
pasal-pasalyang
berhubungan denganHAM
dapat ditemukan antara lain sebagai berikut:a. Hak untuk
menentukan diri sendiri Qtreambule), hak warga negaradiatur dalam
Pasal 26 UUD 1945;b. Hak
akanpersamaan di
diatur
dalam 1945;kesamaan
dandepan
hukumPasal 27
UUDc.
Hak asasi manusia sebagaimanadiatur dalam Pasal
28A
sampai28J. Sementara Pasal 28G;
Hak
beragamadiatur
dalam Pasal29 UUD 1945;Hak untuk membela
negaradiatur dalam Pasal 30
UUDt945;
Hak untuk
mendapatkanpendidikan dan hak
untukmempertahankan bahasa daerah
diatur dalam Pasal 31
UUD 1945"g. Hak untuk
memPertahankan tradisi budaya penjelasan Pasal 32 UUD 1945;d.
e.
ry
Jurnal Legalitas VoL 3 No.2h. Hak
kesejahteraan sosial diatur dalam pasal33 UUD 1945;i.
Hak akan jaminan sosial diatur dalam pasal34 UUD 1945;j Hak akan kebebasan
dan kemandirian peradilan terdapat dalam penjelasan dalam pasal24 dan pasal25 UUD 1945.Bergulirnya refonnasi
yangdiikuti
dengan demokratisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara diIndonesia berdampak pada
upaya penegakanhukum dan
perlindungan terhadaplrak
asasi manusia. Bangsa Indonesia sebagai negara demokrasi menunjukkansalah satu ciri
negarademokrasi adalah
proteksi konstitusionalatau
kekuasaan negara dilaksanakan berdasarkan konstitusi(rechstaats) bukan atas
kekuasaan belaka. Konstitusikita
mengatur pulatentang perlindungan hak
asasi manusia.Kewajiban menghormati
hakasasi manusia tersebut tercermin dalam Pembukaan
UUD
1945 yang menjiwaikeseluruhan pasal dalam
batangtubuhnya, terutama berkaitan d"ngun persamaan kedudukan
warga
negara dalam hukumdan
pemerintahan, hak atas pekerjaan dan penghidupan yanglavak,
kemerdekaanberserikat
Aanberkumpul,
hak untuk
mengeluarkanpikiran dengan lisan dan
tulisan, kebebasan memeluk agama dan untukberibadat sesuai agama
dankepercayaanya itu, hak
untukmemperoleh pendidikan
danpengajaran.
Hal ini sesuai
denganpandangan
para ahli seperti
yang diuraikan di bawah ini.Cerakan pembelaan
hak
asasi manusia pada mulanya ditujukan padahubungan afitara masyarakat
dannegara. Dalam
perkembangannya, menurut RhodaE.
Howard (2000: Z), garnbaran sosiologis masyarakat sekitar abad20
(dua puluh) memperlihatkantuntutan
manusiaakan privasi
danperlindungan individu terhadap negara, masyarakat bahkan keluarga. Lebih lanjut Howard mengatakan bahwa pada
kenyataannya
hak asasi
manusiamengimplikasikan bentuk
tertentu hubungan individu dengan masyarakat dan negara. Makadari itu,
sekarangHak Asasi Manusia tidak
tagi dipandang sebagai persoalan yang tidakhanya terjadi dalam
hubungan masyarakat dengan negara tetapi antara anggota masyarakat dalam komunitas teftentu dan juga antar individu dalam lingkungan tertentu.Selanjutnya setelah amandemen
UUD 1945, pengaturan
danperlindungan
HAM
dalamUUD
1945 mencerminkan adanya keinginan yangkuat dari negara untuk
lebih memperhatikanperlindungan
HAM warga negara. Sebab dalam prospektifdemokratisasi, negara tidak
saja dibangun atas dasar kekuasaan yangdemokratis, tetapi negara
harusdibangun atas dasar
pengakuan terhadap hak asasi manusia.Hal ini dilihat dari
prospektif teoritis terdapat paradigma baru dalam pengaturan dan perlindunganHAM
diJ u rnat Legatiii; Voi.-i No.,
Indonesia. HAM yang dilindungi bukan
hanya mencerminkan
adanYapositivisasi ide mengenai perlindungan hak dalam bentuk hukum dan bukan
hanya HAM yang masuk
dalam kategori hak-hak kodrati (seperti hak- hak untuk hidup, hak kebebasan dan hak untukmemiliki),
tetapijuga
hakyang masuk pengakuan
akankeberagaman
sosial
budaya. BahkanUUD
1945juga
mengadoPsi hak-hak yang disuarakanoleh
gerakan-geraka sosial modern seperti hak perempuan dan hak atas lingkungan hidup. Olehkarena itu
perlindunganHAM
diIndonesia setelah UUD 1945
diamandemen mengkompromikan
pandangan
teoritis dari teori
hukumkodrat, teori
positivisnredan
teori relativisme budaya.Konsekuensi komPromis
ininampak pada pengaturan
HAM
dalam UU No 39 tahun 1999 dan UUNo
26tahun 2000, yang pada dasarnya ada
l0
(sepuluh)klasifikasi hak
asas yang terdapat dalam dua instrumen peraturantersebut, yakni sebagai
berikut:Pertama, hak untuk hiduP. Kedua, hak
berkeluarga dan
melanjutkanketurunan. Ketiga,
hakmengembangkan
diri.
KeemPat, hak memperoleh keadilan. Kelima, hak atas kebebasan pribadi. Keenam, hak atasrasa aman. Ketujuh, hak
ataskesejahteraan. Kedelapan,
hak
turut serta dalam pemerintahan. Kesembilan, hak wanita. Kesepuluh, hak anak.Namun demikian instrumen Yang dikembangkan
itu
sebagai bagian yangmenyeluruh
dari
hukum internasional baik yang terulis maupun tidak tertulis, yang hanya membebankan kewajiban pada negara-negara anggota PBB, dan sebagian mengikat secarayuridis
dan sebagianlagi
kewajiban secara moral meskipun negara-negara anggota PBB tersebut melakukanratifikasi
secaraformal.
Dengan demikian konseP HAM
tersebut tidak secara
universaldisesuaikan dengan kebudayaan negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan UUD
1945.Hal ini
diperlukan sebab ada kaitannya dengan falsafah,doktrin dan wawasan
kebangsaanIndonesia, baik secara individu maupun
kolektif
kehidupan masyarakat yang berasaskankekeluargaan.
Manusia dipandang sebagaipribadi,
sebagaimakhluk sosial dan dipandang sebagai
warga negara. Dengan
demikianwalaupun konsep
HAM
tersebut hanya berasaldari
pandangandunia
barat, dalam konsepHAM
Indonesia sendiritelah
berusaha menyesuaikan situasidan kondisi, sehinggan
berbagaituntutan tentang Pengaturan
dan perlindungan terhadapHAM
sudalrdiatur dalam UUD 1945
versiamandemen. Selain kewajiban
pemerintah untuk
menghormati,melindungi menegakkan
danmemajukkan
HAM
yang telah diaturberdasarkan peraturan
perundang-undangan dan bahkan
hukuminternasional
HAM
yang telah diterima oleh Indonesia.Jurnal Legalitas VoL 3 No. 2
perlindungan terlradap
tersangkadengan antara lain hak
unirk diperlakukantidak
bersalah (pradugatak
bersalah)hak untuk
memp".ol"h_iasa advice atau bantuan hukum dari advokat,
untuk untuk tidak
ditahan tanpa adanya surat penahanan yang sahatau dengan kata lain
diperlakuka semena-mena, hak untuk tidak disiksa dan dianiaya dalam proses penyidikan,hak untuk
mengajukanpra
peradilanapabila terdapat kesalahan
dalamproses mulai dari pemeriksaan sampai pembacaan putusan di pengadilan.
Dalarn perspektif
nilai_nilai universal, kejahatan atau pelanggaran terhadap hak asasi manusia, bukan hal baru.Nilai-nilai HAM
merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat padadiri
setiap manusia, bersifat universaldan langgeng sehingga
harusdilindungi, dihormati dan
tidak
boleh diabaikan, dikurangi
atau dirampasoleh siapa pun. Dalam
konteksPerlindungan HAM Dari
Aspek Pidana Nasional Dan InternasionalKUHpidana bukanlah
produk)'an
sempurna,tetapi
secara umumdapat disebut bahwa KUHP
telahmemberikan dasar_dasar
hukumsubstantif yang komprehensip tentang
pengaturan HAM. Demikian
jugaKUHAP telah
meletakan dasar-dasa.hukum prosedural bagi
praktek perlindunganHAM,
sepertihuman
right
law yang secara populerdikenal dengan istilah
TheInternational
Bill of Human
Rights(berisi empat dokumen pBB ,ul,u (Jniversal Declaration of n *on
Rights 1948, Internotional Covenant on Economic, Social and Cultural Rights 1966, International Covenant on
ifril and Political 1966 dan
Optional Protocol to The International Covenant on Civil and political Rights 1966).Konsep perlindungan Hak asasi Manusia
tidak
dapat dilepaskan juga dengan hukum pidanayang
berlaku.Hal ini
berkaitanerat juga
pelakumapun korban pelanggaran
dankejahatan Hak asasi Manusia.
Dalam kaitannya dengan pelaku
dan korban dari
pelanggaran dan kejahatanHak
asasi Manusia secara tegas danjelas
hukum pidana telah mengaturnya. Bahkanhampir
semua substansi pasal ada dalam KHUpidanamengatur perlindungan Hak
asasiManusia. Istilah yang
digunakan dengan menggunakan kata-kata barang siapa diancam ... menunjukkan bahwa pada dasarnya merupakan wujud dariperlindunga,., adanya
tindakan pelanggarandan
kejahatan terhadap Hak asasi Manusia.Dalam konteks hukum
pidana kejahatanhak
asasi manusia sebagai pelanggaranHAM yang
berkategori berat, adalahextra ordinary
crimes(kejahatan kuar biasa) dan berdampak secara luas baik pada tingkat nasional
maupun internasional dan
bukan merupakan tindak pidana yang diatur internasional,upaya
untukmewujudkan penghormatan
danperlindungan nilai-nilai
HAM
tersebut, antara lain terdokumentasi dalam suatuIi-
t
*;rt
i:,r;,n;-
yrLT N^ 2dalam
Kitab
Undang-undang HukumPidana (KUHP) serta
menimbulkankerugian baik materiel
maupunimmateriel yang
mengakibatkan perasaantidak aman baik
terhadaP perseoranganmaupun
masYarakat, sehingga perlu segera dipulihkan dalam mewujudkan supremasi hukum untukmencapai kedamaian,
ketertiban,ketentraman, kedailan
dankesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Upaya pelembagaan
konsePperlindungan HAM dengan
carameregulasikannya dalam
undang- undang agar dapat ditegakkan sewaktu- waktu terjadi pelanggaran terhadapnya, tampaknyabukan
persoalan mudah,terutama dalam PersiaPan
untukmembentuk
KUHPidana yang
baru menggantikan KUHPidana lama buatan penjajah Belanda. Bahkan lebih jauhlagi
apabila dengan maksud untuk 'omenyeret" ke meja hijau para pelakupelanggaran HAM masa
lamPausebelum undang-undang HAM berlaku.
Hal ini karena adanya
beberaPaproblern yang
menyertainYa, Yakni sebagai berikut (Sinta, 2006): Pertarna, secarayuridis upaya
tersebut akan bertentangandengan asas
legalitas'Kedua,
sebagianbesar
PelanggaranHAM
yang dilakukan oleh aparat ataupejabat negara cenderung
bersifatpolitis dan dalam
kerangkamelaksanakan
kebija.kan-kebijakanpolitis
tertentudari
penguasa. Faktademikian tentunya sanagat
mudahuntuk dijadikan basis
argumentasibahwa pengadilan
HAM
hakikatnYaadalah pengadilan terhadap kebijakan pemerintahan n€gara. Pandangan inilah yang sering menyebabkan pihak-pihak yang diduga terlibat pelanggaran HAM mengambil sikap tidak mau dan merasa tidak perlu bertanggung jawab. Ketiga, konsep
HAM
sebagai wacana yangrelatif masih baru di
Indonesia,diperkirakan dapat
menjadi
problemtersendiri terutama pada
tataranimplementasi
oleh aparat
penegakhukum, baik jaksa maupun hakim ad
hoc.
Keempat, beberapa kelemahansubstansial yang terdapat
dalam undang-undangPengadilan
HAM, secarapolitis mudah
dimanfaatkan kelompok-kelompoktertentu
untuk menggagalkan terwujudnya peradilanatas kejahatan HAM.
MisalnYaketentuan dalam
UU No. 26
Tahun2000
menegaskan bahwa pengadilanHAM ad hoc
terhadap kasus-kasus kejahatan HAM masa lalu hanya dapat dibentuk atas usul Dewan Perwakilan Rakyat(DPR RI) dan
dengan dasarKeputusan Presiden.
Pengatamanempirik rnernbuktikan
adanYaintervensi kepentingan politik terhadap irnplementasi
UU
tentang pengadilanHAM, yakni gagalnya
upayamemperadilankan secara ad hoc kasus Tri Saktidan Semanggi.
Berdasarkan
keempat
kendala tersebut diatas, dapat kita kaji satu persatu jalan keluar untuk
mengatasikendala tersebut. Pertama
untukpenyelesaian kemungkinan terjadinya pelanggaran asas legalitas, maka ada Jurnal Legalitas Vol. 3 No.2
ketentuan
bahwa hak untuk tidak
pemahaman terhadap konsep HAM.dituntut atas dasar hukum yang
berraku
Kendara tersebuttidak
hanya diarami surut, dapat dikecuarikan daramhal
oreh aparat penegakhukum,
namun pelanggaranHAM yang digorongkan juga
oreh masyarakat secara ruas danke dalam kejahatan terhadap aparatur
keamanan.
Kelernahankemanusiaan
(pasar 4 uu No 3;
pemahaman tentang hak asasi manusiatahunl999). prinsip tersebut sesuai
bagi karangan aparatur negara bagi sipildengan ciri kejahatan hak asasi
maupun militer mengakibatkan keragu_manusia
yaitu extra ordinary crime/
raguan daram melaksanakan kewajibankejahatan ruar biasa, sehingga
dan tugas serta tanggungjawabnya. Hardiperlukan langkah-langlln ini
terjadi karena adanya kekhawatiran penangananyang ruar
biasa.Kedua terjadinya
peranggaranhak
asasiadalah adanya hambatan yang
bersifat
manusia
atautakut dicap repreif sepertipolitis sebagai akibat dari suatu
rezim orde baru. pemahaman tentang kebijakan penguasa. Hambatankedua
konsep hak asasi manusia bagi seruruhrersebut dapat diatasi dengan karangan/ rapisan
masyarakatpendekatan
pora pikir p"n"gukun
sebenarnyamenjadi tugas
bersamahukum progresif yaitu m"nludikun Komnas HAM dan seluruh
wargahukum sebagai pangrima dan bangsa merarui civ,
education/mengesampingkan faktor-faktor
poritis.
pendidikan kewarganegaraan.Bahwa setiap pembuat kebijakan
dan Tujuan Komnas
HAM komando pelaksana' serta operatordi
sebagaimana amanat konstitusi sebagailapangan
bertanggungjawabsecara lembaga mandiri
adalahhukum' seorang pengambil
kebijakan
mengembangkankondisiyangkondusif)
ang tidak berbuat/ merakukan bagi
peraksanaanhak
asasi manusiapembiaran terjadinya peranggaran dan
meningkatkan perri,durrgan danHAM padahar dia mempunyai
penegakanhak
asasi manusia gunakervenangan untuk *"r""gut-r berkembangnya pribadi
manusiaterjadinya pelanggaran hak asasi
Indonesia seutuhnyadan
kenrampua, manusia dapat dijerat denganketentuan
berpartisipasi daram berbagai bidang hukum tentangHAM.
Kendalaketiga kehidupan. Untuk
mencapainyaadalah konsep hak asasi manusia
KomnasHAM
melaksanakan fungsi sebagai wacanayang reratif
barudi pengkajian, peneritian,
penyuruhan,Indonesia' surit untuk
pemantauan dan mediasi tentang hak diimplernentasikan.t:) t
asasi manusia. Dalam kaitannya denganHal
tersebuttidak seruruhnya
civil education,Komnas HAM bertugasbenar, namun dalam beberapa dan berwenang
melakukankesempatan
memang ada beberapa
penyebarruarun*u*urun
mengenaihakkendala sebagai akibat kurangnya asasi manusia kepada
masyarakat,E
-ii;;iilTrs;tit*nil:'N^2
-*.re
meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang hak asasi
manusia melalui lembaga pendidikanformal dan
non formal serta berbagai kalangan lainnya, serta bekerja sama dengan organisasi, lembaga ataupihak
lainnya,baik
ditingkat nasional, regional,
maupun internasional dalam bidang hak asasimanusia. Kendala keempat
yaituadanya kepentingan
kelompok-kelompok tertentu yang
beruPaYamenggagalkan terwujudnya peradilan
atas
kejahatanHAM, dapat
diatasi melalui pemahaman konsepHAM
dan penegakan hukumdi
kalangan politisi dan mendorong politicalwill
DPR yangmempunyai kewenangan
merekomendasikan pelanggaran HAM
berat. Perlu dilakukan
upaya-upayauntuk melakukan "sterilisasi"
agarkeputusan-keputusan DPR dapat benar-
benar terjaga
"kebersihannya" dari interrest-interrestpolitik
alias tetap fair dan obyektif yuridis.Konsep penyelesaian
pelanggaran HAM berat
daPatdilakukan juga melalui
Komisi Kebenarandan
Rekonsiliasi/ KKR apabila kasus pelanggaranHAM
berat masa lampau tersebut setelah melalui penyelidikan secara mendalam oleh KomnasHAM tidak
prospektif dan akan mengalami banyak kendalajika
diselesaikan melaluijalur
pengadilan.Upaya-upaya
tersebut diatas
untuk menyelesaikan pelanggaran HAM beratdi masa lampau
diharapkan daPat berjalan denganbaik
sehingga tujuan perlindunganHAM
dapat tercapai dandapat mencegah terj adinya/ terulangnya pelanggaran serupa dimasa mendatang.
Dengan penegakan hukum
dankeadilan maka perlindungan hak asasi manusia warga negara Indonesia dapat tercapai sesuai cita-cita negara hukum
yang demokratis
(dentocratische rechtsstaat)atau negara
demokrasiyang berdasar atas
hukum(c ons t itut ion al de mo cr acy).
Ajaran hukum pidana
yangsetidaknya menyinggung paling dekat tentang bentuk pelanggaran Hak asasi Manusia, adalah penggunaan istilah korban pelanggaran dan kejahatan Hak asasi Manusia. Dalam deklarasi korban dinyatakan beberapa hal pokok korban yang harus dijamin dan dilindungi oleh negara yakni: Pertama, hak korban atas tersediaanya mekanisme keadilan dan memperoleh ganti rugi dengan segera.
Kedua,
hak
atas informasi mengenai hak-haknya dalam mengupayakan gantirugi dan mernperoleh
informasi kemajuan proses hukum yang berjalan termasuk ganti rugi. Ketiga, hak untuk menyatakanpandangan
danmemberikan pendapat. Keempat, hak atas tersedianya bantuan selama proses hukuman dijalankan. Kelima, hak atas perlindungan
gangguan/intimidasi/tindakan balasan
dari
pelaku, perlindungan kebebasanpribadi dan keselamatan
baik
pribadimaupun keluarganya. Keenam, hak atas mekanisme/proses keadilan yang cepat dan sederhana/tidak adanya penundaan.
Demikian juga kalau
dibawadalam konteks hukum
pidanary
Jurnal Legalitas VoL 3 No.2pnosedural atau
hukum
acara pidana, dalam Statuta Romadiatur
mengenaiink-hak korban selama
proses peradilan pidana berlangsung, yakni:Fertama,
hak
atas perlindungan bagi korban selama proses peradilan pidana berlangsung. Kedua, hak atas jaminanperlindungan baik dalam
konteks finansial maupun fasilitas lainnya bagi korban kejahatan dan keluarganya.Menurut Dinah Shelton (1999),
sistem peradilan pidana
dapat mengembangkan upaya-upaya pemulihanbagi korban
pelanggarandan
kejahatanHak asasi
Manusia melalui beberapa metode yang secaraearis
besar dibedakan menjadi dua,lakni sebagai berikut:
a.
Monetary remedies
yaknimerupakan yang
mendayagunakan
nilai materi
dalam*ujud
uang ataufisik
untuk mereparasi kerusakan/kerugianyang
diakibatkan oleh adanya pelanggaran dan kejahatan Hak asasi Manusia;b. Non monetary remedies, yakni upaya pemulihan
bagi korban
yang lebih mendasarkan pada perbaikan atas kerusakan/kerugianyang
ditimbulkan dengan langkah-langkah tertentu yangtidak
dapat dipadankan dengan nilai material tertentu.Dalam ranah hukum
nasional sejak diberlakukannya UUNo l3
tahun 1006 tentang Perlindungan Saksi Dan Korban dan PP No 44 tahun 200g, telah mengakomodasi juga hak atas keadilanlang
layak bagi korban karena jaminanperlindungan bagi koran
telahdidapatkan
dalam
proses penyidikan(pidana prosedural/hukum
acarapidana) dilakukan.
Aspek substansial dan prosedural
hukum pidana dalam
rangka perlindungan terhadap pelanggaran dankejahatan Hak asasi
Manusia membawa implikasi yang baik negara,warga negara ataupun
individu.Kondisi demikian memicu tantangan ke
depan
untuk Iebih
ditingkatkan lagi dalam memperbaikidan
memberikansumbansih terbaik dalam
upaya perlindungan dan pemajuan Hak asasi Manusia.Pada akhirnya tanggung jawab
pemajuan, penghormatan
dan perlindunganHAM tidak
saja cukupdiatur
hanyadalam
konstitusi dasar tanpa ada impelemtasi dalam peraturan perundang-undangan pelaksanaan dan tidak hanya cukup diatur oleh hukumpidana saja dan hanya
dibebankan kepada negar4 melainkan juga kepada individu warga negara. Artinya negaradan individu
sama-sama menriliki tanggungjawab
terhadap pemajuan,penghonnatan dan perlindungan HAM.
Karena itu, pengaturan
dan perlindunganHAM
tidak hanya dalam konteks konstitusi dasardan
hukurnpidana saja. Pelanggaran
HAM sebenarnyatidak
saja dilakukan oleh negara kepada rakyatnya, melainkanjuga oleh
rakyat kepada rakyat yangdisebut dengan
pelanggaran HAMsecara horizontal.
Jurnal Legatitas
vi[iilo.
2Kesimpulan
Persoalan
Hak Asasi
Manusiabersifat universal, sekaligus
dapatbersifat
kontekstual.Setiap
negara mempunyai sejarah perjuangan dan perkembanganHak Asasi
Manusiayang berbeda. Oleh karena
itu,konsepsi dan implementasi Hak Asasi
Manusia suatu
negaratidak
daPatdisamaratakan.
Adanya Hak
AsasiManusia menimbulkan
konsekuensi adanya suatu kewajibanpula,
dimaa antara hak asasi dan kewajiban berjalan secara paraleldan
merupakan suatu kesatuan yang berjalan secara utuh dantak
dapat dipisahkan. Dalam konteksteoritis Hak Asasi
Manusia, adalah kewajiban suatu negara untuk mengaturHak Asasi Manusia dalam
suatukonstitusi dasar negara
maupunperaturan perundan g-undan gan.
Sebagaimana
diketahui
bahwa konstitusi dasar negara Indonesia yakniUUD
1945 telah mengalami beberapa kali arnandemen, dan hasil amandemen menunjukan bahwa konsep Hak AsasiManusia sudah
mendaPat temPatpenting dalam konstitusi dasar negara
yakni UUD
1945. Selanjutnya dalam rangka rnengintplernentasikan apa yangtelah diatur dalam konstitusi
dasarnegara tersebut, maka
Pemerintahmembuat peraturan
Perundang- undangan yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia yakni UU No 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan UU No 26 tahun Pengadilan Hak Asasi Manusia.Dewasa
ini
ditemukan berbagai pelanggaran Hak Asasi Manusia beratdi
Indonesia,tetapi secara
umum impelementasiHak
Asasi Manusia diIndonesia, baik
menyangkutperkembangan dan penegakanya mulai memperlihatkan
adanya
tanda-tanda kemajuan.Hal ini terlihat
denganadanya berbagai regulasi
hukumterhadap perlindungan Hak
AsasiManusia melalui peraturan perundang-
undangan. Dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana sudah diatur secara substansial mengenai perlunya perlindungan terhadap hak asasi setiap orang.
Hal
ini
dapat dilihat diantaranya berbagai ketentuan hukumyang
ada dalam KUHPidana yang melarang dan mengancampidana
seseorang yang melakukan pelanggaran dan kejahatan terhadap hak asasi seseorang. Sebagai contoh dapatdilihat
dalam Pasal 362KUHPidana yang melarang
danmengancam pidana orang
yang melakukan pencurian atas harta benda oranglain.
Contohlain
adalah Pasal338
KUHPidanayang
melarang danmengancam pidana oratlg
yangmelakukan perbuatan menghilangkan nyawa orang
lain.
Dengan demikian sebenarnya secara substansial hukum pidana secara tegas danjelas
sudah mengakomodasidan
mengatur sertamemberi perlindungan
terhadapKUHPidana yang melarang
danmengancam pidana orang
yangmelakukan. Selanjutnya
juga
dalamKitab
Undang-Undang Hukum Acara Jurnal Legalilos VoL 3 No.2i.lana atau KUHAP sudah
diatur:engan jelas dan tegas
secara:,rosedural mengenai
perlindungan::*adap
Hak Asasi Manusia.Hal
inir,L-er dilihat contohnya
yakniperlindungan hak asasi tersangka dalam pemeriksaan, penahanan dan perlakuan untuk tidak dianiya dan disiksa.
Dalam Teori
dan Daftar PustakaAgustina, Sinta, 2006, Hukum
pidana
Internasional:-;rtek.
Andalas Universty press, padang.Assiddiqie,
Jimly,
2009,Hak
Konstitusional1 :q.esakonnya. Konstitusi press. Jakarta
Perempuan
Dan
TantanganEffendi,
Masyhur, 2005, perkembangan DimensiHak
Asasi Manusia=l-\fi
dan Proses Dinamika penyusunan Hukum Hak Asasi Manusia (HAKHAL,0.;relia.
Bogor.Howard, Rhoda,
E,
2000, HAM, penjelajahanDatih
Reratiisme BudayaTtman
RightsAnd search For
community). diterjemahkanoreh
Nugraha t"-s:' asun gkana. Grafi ti. JakartaKaelan, 2002, pengantar pendidikan pancasila Dan
i
::erbit
Liberty yogyakarta Kewarganegaraan.Lubis, Todung Mulya, 2005, Jaran panjang
Hak
Asasi Manusia. Gramedia -staka Utama. JakartaMahfud, MD,200l , Dasar Dan Struktur Ketatanegaraan Intlonesla. Rhineka - rpta. Jakarta
suiatmoko' Andrey, 2005, Tanggungjawab Negara Atas peranggaran Berat
-i1l{
Indonesia, Timor Leste dan Lainnya, pr.Gramedia widiasarana Indonesia,.
i\arta
Shelton, Dinah, 1999, Remedies -'n iversity. Amerika Serikat.
In International Human Rights Low. Oxford Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Undang-undang No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan Hak Asasi Manusia undang-undang No.
l3
Tahun 2006 tentan g perlindungan saksi Dan Korbanluaal Legalilas yol 3 No.2