• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dengan Aplikasinya dalam proses

N/A
N/A
hairah laila apriani

Academic year: 2025

Membagikan "Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dengan Aplikasinya dalam proses "

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/324771754

BUKU AJAR Penerbit 2018

Book · January 2018

CITATIONS

0

READS

26,161

1 author:

Naharuddin Naharuddin Universitas Tadulako 50PUBLICATIONS   130CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Naharuddin Naharuddin on 26 April 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.

(2)
(3)

BUKU AJAR

Pengelolaan Daerah Airan Sungai

Dan Aplikasinya Dalam Proses Belajar Mengajar

Edisi Pertama

Oleh:

Dr. Naharuddin, M.Si.

Dr. Ir. Herman Harijanto, MP.

Dr. Ir. Abdul Wahid, M.Si.

Penerbit

2018

(4)

Perpustakaan Nasional RI. Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Kutipan Pasal 72:

Sanksi Pelanggaran Undang-Undang Hal Cipta No. 19 Tahun 2002

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayar (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000 (lima miliar rupiah)

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah).

Buku Ajar Pengelolaan Daerah Airan Sungai Dan Aplikasinya Dalam Proses Belajar Mengajar

Naharuddin. dkk. Palu: Untad Press, 2018 ix hal + 81 hal.; 21 x 29 cm

ISBN: 978-602-6619-45-7

© Hak Cipta 2018

1. Non Fiksi i. Judul ii. Naharuddin. Dkk

Penerbit:

UNTAD Press

Jl. Soekarno Hatta KM. 9 Palu Sulawesi Tengah 94118

(5)

KATA PENGANTAR

Pada saat sekarang ini kondisi pendidikan di Indonesia sedang mendapat sorotan dari berbagai pihak. Sorotan paling utama ditujukan pada rendahnya kualitas lulusan lembaga pendidikan kita pada umumnya. Rendahnya kualitas ini tentu saja tidak terlepas dari proses pembelajaran yang mereka lalui.

Berkaitan dengan rendahnya kualitas pendidikan ini, UNESCO (1990), mensinyalir sejumlah faktor yang ikut perpengaruh terhadap rendahnya kualitas tersebut, salah satu diantaranya adalah tidak adanya materi instruksional, terutama buku teks atau buku ajar, yang kalaupun ada, tidak memadai jumlahnya dan tidak disesuaikan dengan kebutuhan.

Buku ajar merupakan salah satu penunjang keberhasilan dalam pencapaian tujuan pembelajaran dan untuk mengetahui bagaimana peran buku ajar yang berkualitas dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran khususnya mata kuliah pengeloaan DAS yang telah disusun.

Sebagai Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako, saya menyambut baik atas disusunnya buku ajar dengan judul “Pengelolaan DAS dan Aplikasinya dalam Proses Belajar Mengajar” yang merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai keberhasilan proses belajar mengajar bagi mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Kehutanan Untad. Dengan adanya buku ajar akan membantu mahasiswa dalam memahami dan menguasai tujuan yang akan dicapai dalam mata kuliah yang ditempuhnya.

Sebagai pimpinan fakultas kami mengucapkan terima kasih kepada penyusun yang telah bersedia menyusun buku ajar “Pengelolaan DAS dan Aplikasinya dalam Proses Belajar Mengajar” semoga buku ajar ini dapat bermanfaat bagi dosen dan mahasiswa serta pengembangan Fakultas Kehutanan Untad yang akan datang.

iii BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Dr. Ir. Adam Malik, M.Sc.

NIP. 19630306 198803 1 003 Palu, Januari 2018

Dekan,

(6)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya, buku ajar pengelolaan daerah aliran sungai dan aplikasinya dalam proses belajar mengajar ini dapat tersusun tepat pada waktunya.

Buku ajar ini dimaksudkan sebagai buku pegangan, sehingga diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam kegiatan proses belajar mengajar pada mata kuliah Pengelolaan DAS, dengan bobot 3 SKS Jurusan Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako. Topik yang disajikan dalam buku ajar ini mengacu pada Silabus Mata Kuliah yang telah disusun sebelumnya. Dalam buku ajar ini dibahas tentang pengelolaan DAS, siklus hidrologi, tata air (debit dan sedimen), karakteristik DAS, konsep pengelolaan DAS terpadu. Pada akhir pokok bahasan dilengkapi dengan bahan diskusi dan latihan soal-soal.

Pada beberapa isi dari buku ajar ini mungkin masih terdapat kekurangan terutama dari struktur kalimat. Tetapi semua kekurangan tersebut, insya Allah akan disempurnakan lagi pada edisi yang akan datang. Akhirnya penulis tak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun buku ajar ini. Mengingat ketidaksempurnaan buku ajar ini, penulis juga akan berterima kasih atas berbagai masukan dan kritikan demi kesempurnaan buku ajar ini dimasa datang, semoga buku ajar ini ada manfaatnya.

Palu, November 2017 Penyusun

iv BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

(7)

DAFTAR ISI

1

1.1. Deskripsi Singkat …………... 1

1.2. Tujuan Pembelajaran ... 1

1.3. Kompetensi Mata Kuliah ………... 1

BAB II. KONSEP PENGELOLAAN DAS ……….…………... 3

2.1. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi………... 3

2.2. Gambaran Umum Materi ………... 3

2.3. Relevansi Bab Ini Dengan Kegunaan Mahasiswa ………... 3

2.4. Tujuan Instruksional Khusus ………... 4

2.5. Materi ………... 4

2.5.1. Daerah Aliran Sungai ……….………. 4

2.5.2. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai ………... 7

2.5.3. Lingkup Pengelolaan DAS ………. 10

2.5.4. Peranan P-DAS dalam Penanganan Permasalahan Hidroorologi .... 10

2.5.5. Fungsi Konservasi Tanah dan Air Dalam Menunjang P-DAS ... 12

BAB III. SIKLUS HIDROLOGI ……….……….…………... 15

3.1. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi………..……... 15

3.2. Gambaran Umum Materi ……... 15

3.3. Relevansi Bab Ini Dengan Kegunaan Mahasiswa ……... 15

3.4. Tujuan Instruksional Khusus ………... 15

3.5. Materi ………... 16

HALAMAN SAMPUL... i

KATA PENGANTAR……….. iii

PRAKATA ………... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix BAB I. TINJAUAN MATA KULIAH PENGELOLAAN DAS ………..…...

v BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

(8)

3.5.1. Mengapa kita perlu mempelajari hidrologi?………. 16

3.5.2. Pengertian Hidrologi ……….……….. 17

3.5.3. Cabang-Cabang Hidrologi ………. 18

3.5.4. Fungsi hidrologi DAS ……… 19

3.5.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi hidrologi DAS ………. 20

3.5.6. Siklus Hidrologi ……….. 22

3.5.7. Proses Terjadinya Siklus Hidrologi ……… 24

3.5.8. Macam Macam Siklus Hidrologi ………. 27

3.5.9. Model Hidrologi ……….. 29

3.5.10. Curah Hujan dan Ketersediaan Sumberdaya Air ... 31

3.5.11. Penutupan dan Penggunaan Lahan ……….. 33

BAB IV. TATA AIR (DEBIT DAN SEDIMEN) ……….…………... 37

4.1. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi………..……... 37

4.2. Gambaran Umum Materi ……... 37

4.3. Relevansi Bab Ini Dengan Kegunaan Mahasiswa ……... 37

4.4. Tujuan Instruksional Khusus ………... 37

4.5. Materi ………... 38

4.5.1. Pendahuluan………. 38

4.5.2. Debit Air ………..……….. 39

4.5.3. Angkutan Sedimen ……….………. 46

4.5.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Debit Air dan Muatan Sedimen Melayang………. 48

BAB V. KARAKTERISTIK DAERAH ALIRAN SUNGAI………... 53

5.1. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi………... 53

5.2. Gambaran Umum Materi ……... 53

5.3. Relevansi Bab Ini Dengan Kegunaan Mahasiswa ……... 53

5.4. Tujuan Instruksional Khusus ………... 53

5.5. Materi... 54

5.5.1. Karakteristik Daerah Aliran Sungai………..………. 54

vi BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

(9)

5.5.2. Pola Aliran Sungai ………..……….. 54

5.5.3. Morfometri DAS..……… 57

BAB VI. PENGELOLAAN DAS TERPADU ……….……... 61

6.1. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi………... 61

6.2. Gambaran Umum Materi ……... 61

6.3. Relevansi Bab Ini Dengan Kegunaan Mahasiswa ……... 61

6.4. Tujuan Instruksional Khusus ………... 61

6.5. Materi... 62

6.5.1. Pengertian………..……… 62

6.5.2. Tujuan Pengelolaan DAS Terpadu……….……….. 62

6.5.3. Komponen Pengelolaan DAS Terpadu……….……….. 63

6.5.4. Panduan Teknis Pengelolaan DAS Terpadu……….……… 65

6.5.5. Kerangka Pikir Pengelolaan DAS Terpadu……….... 66

6.5.6. Implemnetasi Pengelolaan DAS Terpadu ………. 67

6.5.7. Pengelolaan Daerah Tangkapan Air (Catchment area) ………. 68

DAFTAR PUSTAKA ……….……... 69

INDEKS ………. 73

GLOSARIUM ……… 75

BIOGRAFI ……… 77

vii BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Fungsi hidrologi DAS dan relevansi bagi multi pihak ………. 20 Tabel 3.2 Komponen/penyusunan siklus hidrologi ……… 24 Tabel 4.1 Cara pengukuran kecepatan aliran……… 44

viii BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Daerah aliran sungai ……… 6

Gambar 2.2 Komponen sistem daerah aliran sungai ……… 7

Gambar 2.3 Pengelolaan DAS yang terkendali……….. 11

Gambar 3.1 Persentase ketersediaan air yang ada di bumi ……….……… 16

Gambar 3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi dan dipengaruhi fungsi hidrologi DAS……… 21

Gambar 3.3 Aktivitas manusia yang mempengaruhi fungsi hidrologi; (A) perubahan tutupan lahan, (B) pembuangan sampah rumah tangga ke bantaran sungai……… 22

Gambar 3.4 Siklus hidrologi ……… 23

Gambar 3.5 Siklus hidrologi pendek ……….. 27

Gambar 3.6 Siklus hidrologi sedang ……….. 28

Gambar 3.7 Siklus hidrologi panjang ………. 29

Gambar 4.1 Pelampung tongkat ……….. 41

Gambar 5.1 Pola aliran sungai …..…….………..……….. 56

Gambar 5.2 Pelampung dasar aliran sungai pada unit lahan ……….. 56

Gambar 5.3 Bentuk DAS……… 58

Gambar 5.4 Bentuk wilayah sungai .……….. 60

ix BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

(12)

- 1 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

BAB 1 TINJAUAN MATA KULIAH

PENGELOLAAN DAS

1.1. Deskripsi Singkat

Mata kuliah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) mempelajari konsep pengelolaan sumberdaya yang ada di dalam DAS baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia.

Materi Pengelolaan DAS meliputi: (1) pengertian dan perkembangan konsep pengelolaan DAS;

(2) siklus hidrologi diantarnya fungsi hidrologi DAS, faktor-faktor yang mempengaruhi hidrologi DAS, serta macam-macam siklus hidrologi; (3) tata air antara lain debit dan sedmien; (4) karakteristik DAS diantaranya pola aliran sungai, morfometri DAS, pengaruh bentuk DAS terhadap banjir; (5) pengelolan DAS terpadu, elemen-elemen pengelolaan DAS, proses pengelolaan DAS.

Pengelolaan DAS merupakan matakuliah wajib bagi Jurusan Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako. Materi pembelajaran diberikan dalam bentuk diskusi dan diberikan visualisasi keadaan DAS untuk memudahkan mahasiswa memahami keadaan sesungguhnya di lapangan.

1.2. Tujuan Pembelajaran

Setelah selesai mengikuti matakuliah ini mahasiswa dapat memahami konsep dan teori pengelolaan DAS seperti tercantum dalam butir-butir yang telah ditulis dalam diskripsi singkat mata kuliah. Mahasiswa dapat memahami keterkaitan matakuliah Pengelolaan DAS dengan kompetensi jurusan kehutanan.

1.3. Kompetensi Mata Kuliah

Mata kuliah ini bertujuan untuk membentuk mahasiswa yang kompeten dalam hal berikut ini:

1. Menjelaskan pengertian DAS, Pengelolaan DAS, Peranan P-DAS dalam penanganan permasalahan hidroorologi, fungsi konservasi tanah dan air dalam menunjang P-DAS

2. Mempelajari aspek siklus hidrologi dalam kaitannya dengan sumberdaya air di DAS 3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi hidrologi DAS

(13)

- 2 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR 4. Menjelaskan dan menggambarkan macam-macam siklus hidrologi DAS

5. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi debit air dan sedimen

6. Menjelaskan pengaruhi pola penggunaan lahan terhadap debit air dan sedimen 7. Menjelaskan karakteristik DAS, cara menentukan kerapatan aliran sungai, panjang

saluran dan panjang sungai, bentuk DAS dan saluran

8. Menjelaskan karakteristik DAS berdasarkan pola aliran sungai, morfometri DAS.

9. Menjelaskan pengaruh bentuk DAS terhadap kejadian banjir

10. Menjelaskan cara konsep pengelolaan DAS secara terpadu dengan memahami elemen-elemen pengelolaan DAS, proses-proses pengelolaan DAS, pengelolaan DAS sebagai sistem yang terencana, dan kegiatan-kegiatan dalam pengelolaan DAS

11. Menjelaskan sumberdaya yang ada di DAS serta pemanfaatan sumberdaya DAS khususnya sumberdaya hutan.

12. Menjelaskan konsep-konsep pemikiran kebijakan pengelolaan DAS di Indonesia.

(14)

- 3 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

BAB 2 KONSEP PENGELOLAAN DAS

2.1. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi pada materi ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan konsep dan gambaran umum pengelolaan daerah aliran sungai. Indikator pencapaian kompetensi meliputi: 1) mengetahui perbedaan DAS, Sub DAS, Sub-sub DAS, Daerah Tangkapan Air (DTA), wilayah sungai, ciri wilayah hulu, tengah dan hilir DAS; 2) mengetahui konsep pengelolaan DAS.

2.2. Gambaran Umum Materi

Pemahaman tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (P-DAS) dimulai dengan pemahaman tentang Daerah Aliran Sungai (DAS) dan pengertian Pengelolaan secara umum. Perbedaan dan persamaan antara daerah administratif dan DAS didiskusikan

dengan mengemukakan contoh-contoh di lapangan. Dalam bab ini digali didiskusikan masalah-masalah (problem) yang biasa dijumpai dalam DAS.

Dalam bab ini dikemukakan definisi tentang DAS dan P-DAS yang dirumuskan para ahli. Mahasiswa diharap dapat membuat definisi DAS dan P-DAS menurut pemahaman mereka.

2.3. Relevansi Bab Ini Dengan Kegunaan Mahasiswa

Bab ini merupakan dasar kuliah-kuliah berikutnya yaitu matakuliah konservasi tanah dan air, perencanaan RLKT. Dengan menguasai bab ini mahasiswa dapat membatasi atau mengetahui ruang lingkup DAS dan P-DAS. Mahasiswa melihat tantangan/ masalah yang dihadapi dalam P-DAS baik secara lokal, maupun nasional.

Selain itu mahasiswa juga akan menyadari bahwa P-DAS memerlukan dukungan ilmu- ilmu lain.

(15)

- 4 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR 2.4. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa akan dapat menjelaskan pengertian DAS dan P-DAS; memahami persamaan dan perbedaan antara daerah administratif dan DAS. Bab ini merupakan dasar kuliah berikutnya. Dengan menguasai bab ini mahasiswa dapat membatasi atau mengetahui ruang lingkup P-DAS. Mahasiswa dapat melihat tantangan/ masalah yang dihadapi dalam P-DAS baik secara lokal, regional, nasional maupun global. Selain itu mahasiswa juga akan menyadari bahwa P-DAS memerlukan dukungan ilmu-ilmu lain.

2.5. Materi

2.5.1. Daerah Aliran Sungai

Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah yang merupakan kesatuan ekosistem yang dibatasi oleh pemisah topografis dan berfungsi sebagai pengumpul, penyimpan dan penyalur air, sedimen, unsur hara melalui sistem sungai, megeluarkannya melalui outlet tunggal yaitu ke danau/laut. Apabila turun hujan di daerah tersebut, maka air hujan yang turun akan mengalir ke sungai-sungai yang ada disekitar daerah yang dituruni hujan.

Menurut PP No 37 tentang Pengelolaan DAS, Pasal 1, Daerah Aliran Sungai yang biasa disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (Gambar 2.1 dan Gambar 2.2).

DAS dalam bahasa Inggris disebut Watershed atau dalam skala luasan kecil disebut Catchment Area adalah suatu wilayah daratan yang dibatasi oleh punggung bukit atau batas-batas pemisah topografi, yang berfungsi menerima, menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang jatuh di atasnya ke alur-alur sungai dan terus mengalir ke anak sungai dan ke sungai utama, akhirnya bermuara ke danau/waduk atau ke laut.

Berikut ini dicontohkan beberapa definisi DAS yang dikemukakan oleh para ahli.

Linsley dkk., (1980) DAS adalah keseluruhan daerah yang diatus oleh sistem sungai sehingga seluruh aliran dan daerah tersebut dikeluarkan melalui outlet tunggal.

(16)

- 5 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Brooks dkk., (1990) DAS merupakan suatu areal atau daerah yang dibatasi oleh bentuk topografi yang didrainasi oleh suatu sistem aliran yang membentuk suatu sungai yang melewati titik out-let dan total area di atasnya. River basin adalah serupa dengan watershed tetapi mencakup sekala yang luas sebagai contoh : Amazona River Basin, the Misisipi River Basin.

Pedoman Penyusunan Pola-RLKT (1994) DAS adalah suatu daerah tetentu yang bentuk dan sifat alamnya sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak sungainya yang melalui daerah tersebut dalam fungsinya untuk menampung air yang berasal dan curah hujan dan sumber air lainnya, penyimpanannya serta pengalirannya dihimpun dan ditata berdasarkan hukum alam sekelilingnya demi kesinambungan daerah tersebut. Esensinya, DAS adalah salah satu wilayah daratan yang menerima air hujan, menampung dan mengalirkannya melalui sungai utama ke laut/ danau. Satu DAS dipisahkan dan wilayah lain disekitamya (DAS- DAS lain) oleh pemisah alam topografi, seperti punggung bukit dan gunung.

Sub DAS adalah bagian dari DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai uatama. Setiap DAS terbagi habis ke dalam Sub DAS.

Sub DAS adalah suatu wilayah kesatuan ekosistem yang terbentuk secara alamiah, air hujan meresap atau mengalir melalui cabang aliran sungai yang membentuk bagian wilayah DAS.

Sub-sub DAS adalah suatu wilayah kesatuan ekosistem yang terbentuk secara alamiah, dimana air hujan meresap atau mengalir melalui ranting aliran sungai yang membentuk bagian dari Sub DAS. Daerah Tangkapan Air (DTA) adalah suatu kawasan yang berfungsi sebagai daerah penadah air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sumber air di wilayah daerah. Daerah Tangkapan Air (DTA) adalah kawasan di hulu danau yang memasok air ke danau.

Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah tata pengairan sebagai hasil pengembangan satu atau lebih daerah pengaliran sungai. (Permen No 39/1989 Tentang pembagian wilayah sungai Pasal 1 ayat 1). Sungai adalah system pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi pada kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan (Permen No 39/1989 Tentang pembagian wilayah sungai Pasal 1 ayat 2).

(17)

- 6 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Bagian Hulu DAS adalah suatu wilayah daratan bagian dari DAS yang dicirikan dengan topografi bergelombang, berbukit dan atau bergunung, kerapatan drainase relatif tinggi, merupakan sumber air yang masuk ke sungai utama dan sumber erosi yang sebagian terangkut menjadi sedimen daerah hilir. Bagian Hilir DAS adalah suatu wilayah daratan bagian dari DAS yang dicirikan dengan topografi datar sampai landai, merupakan daerah endapan sedimen atau aluvial.

Macam macam DAS berdasarkan fungsi hulu, tengah dan hilir yaitu:

a. Bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan.

b. Bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau.

c. Bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah.

Gambar 2.1. Daerah Aliran Sungai

(18)

- 7 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Gambar 2.2. Komponen Sistem Daerah Aliran Sungai

2.5.2. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Kata pengelolaan banyak digunakan dalam berbagai bidang keilmuan. Kita juga mengenal pengelolaan yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan atau tata-guna lahan seperti pengelolaan hutan produksi, pengelolaan bidang pertanian, pengelolaan hutan lindung, pengelolaan DAS. Pengelolaan DAS didefinisikan sebagai proses perumusan dan pelaksanaan serangkaian tindakan yang melibatkan manipulasi dan sistem alam dan suatu DAS untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu ke arah pembangunan yang berkesinambungan (lestari).

Brooks dkk., (1990) P-DAS (Watershed Management) merupakan proses pengarahan dan pengorganisasian penggunaan lahan dan sumberdaya lainnya pada suatu DAS untuk menyediakan barang-barang dan jasa yang diinginkan tanpa merusakan sumberdaya tanah dan air. Termaktup dalam konsep tersebut adalah adanya pengenalan dalam keterkaitan antara tataguna lahan, tanah dan air; hubungan antara daerah hulu dan hilir.

(19)

- 8 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Suyono (1996) P-DAS terpadu adalah serangkaian kegiatan dengan berbagai eara yang saling terkait dengan penuh pertimbangan untuk mencapai suatu tujuan.

Adapun tujuan P-DAS adalah untuk mencapai kelestarian DAS agar dapat memberikan manfaat yang maksimal dan berkesinambungan bagi kesejahteraan manusia.

Pengelolaan DAS adalah suatu proses formulasi dan implementasi kegiatan atau program yang bersifat menipulasi sumberdaya alam dan manusia yang terdapat di daerah aliran sungai untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumberdaya air dan tanah. (Asdak, 2010).

Kajian berlanjut kepada alokasi sumberdaya alam di daerah aliran sungai termasuk pencegahan banjir dan erosi, serta perlindungan nilai keindahan yang berkaitan dengan sumberdaya alam, antara lain dengan jalan identifikasi keterkaitan antara tataguna lahan, tanah dan air serta keterkaitan antara daerah hulu dan hilir suatu DAS. Pertimbangan aspek sosial, ekonomi, budaya serta kelembagaan yang beroperasi di dalam dan si luar daerah aliran sungai yang bersangkutan. (Asdak, 2010).

Saat ini telah banyak penelitian yang dilakukan oleh para ahli dalam meneliti permasalahan mengenai pengelolaan daerah aliran sungai karena semakin sadarnya kebutuhan serta ketergantungan kehidupan manusia terhadap eksistensi daerah sungai yang ada. Setelah pengkajian serta penelitian dilaksanakan maka gambaran mengenai fungsi pengelolaan serta pengaturan daerah aliran sungai dapat terpaparkan sebagai berikut:

1. Dengan semakin banyaknya pabrik-pabrik industri (terutama tekstil), maka dalam pengelolaan sungai ini diharapkan dapat mengawasi serta meregulasi hingga menindaklanjuti pencemaran lingkungan yang semakin menguat;

2. Peningkatan potensi serta keberlanjutan fungsi-fungsi hidroorologis terutama pada kawasan lindung serta daerah penyangga (buffer area) sehingga keseimbangan ekosistem pun terjaga pula;

3. Dengan adanya pengendalian serta pengelolaan daerah aliran sungai ini, maka intensitas erosi serta banjir dapat terjaga serta terkontrol;

4. Semakin meningkatnya pendapaan serta kesadaran para petani mengenai kelebihan serta dukungan positif dalam pengelolaan daerah aliran sungai, dalam hal ini kaidah

(20)

- 9 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR konservasi tanah dan air dapat dijalankan secara sinkron serta, berkelanjutan hingga berkesinambungan.

Menurut Asdak, 2010 dalam konteks DAS, pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) dapat dicapai apabila perangkat kebijaksanaan yang akan diterapkan pada pengelolaan DAS telah mempertimbangkan beberapa hal seperti di bawah ini :

1. Pengelolaan DAS dan konservasi tanah dan air merupakan “alat” untuk tercapainya pembangunan sumberdaya air dan tanah yang berkelanjutan;

2. Pengelolaan sumberdaya alam yang tidak memadai (pada skala DAS) telah menyebabkan degradasi tanah dan air, pada gilirannya menurunkan tingkat kemakmuran rakyat pedesaan;

3. Kurangnya pemahaman mengenai keterkaitan biogeofisik antara daerah hulu-hilir DAS merupakan alasan yang sangat relevan dimana pengelolaan DAS yang ada tidak memadai. Oleh karena itu produk kebijaksanaan yang dihasilkan tidak atau kurang memadai untuk dijadikan landasan pengelolaan DAS;

4. Adanya ketidaksesuaian antara batas alamiah (ekologi) serta batas administrative (politik) suatu DAS seringkali menjadi kendala bagi tercapainya usaha pengelolaan DAS yang komprehensif dan efektif. Tantangan kebijakan dalam pengelolaan DAS yang cukup mendesak adalah mengusahakan tercapainya keselarasan antara dua sudut pandang tersebut.

5. “Aktor” yang terlibat dalam pengelolaan kebijakan serta realisasi pengelolaan DAS harus menyeluruh. Dengan demikian, dapat dilakukan evaluasi dini terhadap gejala- gejala terjadinya degradasi lingkungan dan tindakan perbaikan yang diperlukan dapat segera dilaksanakan.

Sesuai dengan perkembangan keilmuan khususnya dalam kesesuaian lahan serta kegiatan pengelolaan tanah dan air, maka alokasi lahan di DAS dapat dikelompokkan ke dalam lima bidang, yaitu:

a. kawasan lindung

b. kawasan budidaya tanaman semusim c. kawasan penyangga (buffer area) d. kawasan kota dan industri

e. kawasan pemukiman

(21)

- 10 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR 2.5.3. Lingkup Pengelolaan DAS

Sasaran wilayah pengelolaan DAS adalah wilayah DAS yang utuh sebagai satu kesatuan ekosistem yang membentang dari hulu hingga hilir. Penentuan sasaran wilayah DAS secara utuh ini dimaksudkan agar upaya pengelolaan sumberdaya alam dapat dilakukan secara menyeluruh dan terpadu berdasarkan satu kesatuan perencanaan yang telah mempertimbangkan keterkaitan antar komponen-komponen penyusun ekosistem DAS (biogeofisik dan sosekbud) termasuk pengaturan kelembagaan dan kegiatan monitoring dan evaluasi. Kegiatan yang disebutkan terakhir berfungsi sebagai instrumen pengelolaan yang akan menentukan apakah kegiatan yang dilakukan telah/tidak mencapai sasaran.

Ruang lingkup pengelolaan DAS secara umum meliputi perencanaan, pengorganisasian, implementasi/pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap upaya-upaya pokok berikut:

a) Pengelolaan ruang melalui usaha pengaturan penggunaan lahan (landuse) dan konservasi tanah dalam arti yang luas.

b) Pengelolaan sumberdaya air melalui konservasi, pengembangan, penggunaan dan pengendalian daya rusak air.

c) Pengelolaan vegetasi yang meliputi pengelolaan hutan dan jenis vegetasi darat lainnya yang memiliki fungsi produksi dan perlindungan terhadap tanah dan air.

d) Pembinaan kesadaran dan kemampuan manusia termasuk pengembangan kapasitas kelembagaan dalam pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana, sehingga ikut berperan dalam upaya pengelolaan DAS.

2.5.4. Peranan P-DAS dalam Penanganan Permasalahan Hidroorologi

Kegiatan P-DAS sudah dilaksanakan pada berbagai belahan bumi lebih dari satu abad, namun masih terdapat kelemahan yang mendasar dalam hal penetapan kriteria dan indikator fungsi hidrologi DAS. Adanya harapan yang berlebihan dan kurang realistis tentang dampak pengelolaan DAS telah memunculkan kebijakan yang memerlukan investasi besar seperti 'reboisasi', namun hasilnya masih kurang sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.

Dibeberapa wilayah di Indonesia telah memunculkan berbagai macam permasalahan DAS yang tidak terkendali sehingga memunculkan berbagai dampak

(22)

- 11 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR terhadap lingkungan ekosistem DAS antara lain: banjir dan longsor, tingginya debit air dimusim hujan dan dimusim kemarau debit air berkurang (Gambar 2.3).

Gambar 2.3. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai yang tidak terkendali

Pada tingkat curah hujan tertentu, fungsi hidrologi DAS berhubungan dengan kemampuan DAS dalam hal: (1) transmisi air, (2) penyangga pada puncak kejadian hujan, (3) pelepasan air secara perlahan, (4) memelihara kualitas air, dan (5) mengurangi perpindahan massa tanah, misalnya melalui longsor (Van Noordwijk dkk., 2004).

Konsep P-DAS sebagai penyedia air berkualitas baik secara terus menerus, merupakan konsep yang sudah lama berkembang yang hampir sama lamanya dengan konsep pertanian beririgasi. Namun demikian, masih terdapat ketidak jelasan kriteria dan indikator yang didasarkan pada hubungan sebab - akibat pengelolaan DAS yang dapat memenuhi harapan realistis multi pihak. Selain itu pengelolaan DAS seringkali dihubungkan dengan tingkat penutupan lahan oleh hutan, dengan asumsi bahwa 'reforestasi' atau 'reboisasi' dapat mengembalikan dampak negatif dari terjadinya penggundulan hutan (Van Noordwijk dkk., 2004).

(23)

- 12 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Dewasa ini masih banyak kebingungan di tingkat masyarakat dalam menjawab pertanyaan apakah aliran sungai akan meningkat atau menurun setelah terjadi alih guna hutan atau setelah dilaksanakan reboisasi. Hal ini disebabkan kurang tersedianya data empiris dan/atau kurang diacunya referensi yang tersedia.

Setelah membaca sebuah makalah ilmiah dari Van Noordwijk dkk., 2004 yang berjudul Peranan Agroforestri dalam Mempertahankan Fungsi Hidrologi Daerah Aliran Sungai (DAS), maka didapat beberapa benang merah yang tertangkap yaitu adanya hubungan yang terintegrasi antara pengelolaan DAS, pengelolaan lahan dengan sistem wanatani yang terus dikembangkan terutama oleh instansi pemerintahan di Indonesia.

Sesuai dengan keterkaitan serta hubungan antara pengelolaan DAS yang berkelanjutan dengan fungsi hidrologis dan agroforestri maka, dapat dijabarkan pula fungsi khusus dari ’wanatani’ itu sendiri ialah mempertahankan produktivitas lahan, dan sekaligus memberikan perlindungan terhadap fungsi hidrologi.

2.5.5. Fungsi Konservasi Tanah dan Air Dalam Menunjang P-DAS

Seiring dengan eksploitasi tanah serta air, yang mana ini semua menunjukkan adanya permintaan kesetimbangan yang sangat mustahil dengan populasi manusia yang terus meningkat. Kembali kepada permasalah kebutuhan yang semakin meningkat pula. Sifat serta kemampuan tanah sangatlah unik, dikarenakan sangat berhubungan dengan berbagai aspek yang ada selama manusia menggunakan seluruh daya serta kemampuannya dalam memenuhi segala kebutuhan serta harapan.

Akan tetapi semua keseimbangan serta kesetimbangan lingkungan (ekologi) terus dihisap serta terputus di tengah jalan, tanpa adanya suatu maintenance ataupun treatment sehingga konsistensi fungsi tanah serta air tetap terjaga atau awet.

Beberapa langkah yang nyata dilakukan secara intensif, akan tetapi itu semua bersifat kontraproduktif terutama tidak sesuai dengan beberapa langkah yang bersifat holistik terhadap lingkungan itu sendiri. Disini terdapat suatu cara yaitu jalan pengawetan sumberdaya tanah dan air yang akan bahkan sedang digalakkan. Teknik pengawetan tanah dan air tersebut seringkali disebut konservasi.

Konservasi tanah (soil conservation) merupakan perlindungan tanah terhadap kehilangan fisik (massa) oleh erosi atau terhadap peruskakan kimia, yakni kehilangan kesuburan secara berlebihan baik oleh cara-cara alamiah ataupun buatan. Selain itu

(24)

- 13 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR konservasi itu sendiri merupakan kombinasi semua metode pengolahan dan penggunaan lahan yang melindungi tanah terhadap pemunduran atau perusakan oleh alam atau oleh faktor-faktor yang disebabkan manusia. (Kertonegoro dkk., 2006).

Sama halnya dengan pemaparan Kertonegoro, dalam membicarakan konservasi tanah otomatis elemen bawaannya (air) sangat erat dalam hal pengertian hingga fungsi yang ada dalam teknik konservasi tersebut. Jelaslah bahwa fungsi konservasi tanah dan air dapat diuraikan dari pengertian yang telah diuraikan antara lain sebagai perlindungan tanah (soil protections), pengawetan, kombinasi pengolahan serta penggunaan lahan (land management) terhadap kemunduran potensi serta kerusakan tanah dan air baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi segala aspek kehidupan manusia.

Dalam kaitannya pengeloaan tanah (managing soils) merupakan pembinaan dalam hal pengelolaan tanah, pembinaan-pembinaan ini dimaksudkan agar para petani atau mereka yang menggunakan tanah dapat melakukan pengolahan-pengolahan tanahnya dengan baik agar kesuburan tanah, produktifitas tanah, pengawetan tanah dan air dapat terjamin, sehingga memungkinkan terlaksananya usaha-usaha di bidang pertanian dalam jangka waktu yang panjang dari generasi ke generasi dengan hasil yang dapat memenuhi harapan (Kartasapoetra, 2005).

Latihan Soal

1. Jelaskan Pengertian dari daerah aliran sungai

2. Jelaskan sesuai peta batas DAS, Sub DAS, Sub-sub DAS 3. Jelaskan sasaran pengelolaan DAS

4. Jelaskan ruang lingkup pengelolaan DAS

(25)

- 14 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

(26)

- 15 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

BAB 3 SIKLUS HIDROLOGI

3.1.Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi pada materi ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan konsep dan gambaran umum siklus hidrologi. Indikator pencapaian kompetensi meliputi:

1) mengetahui fungsi hidrologi DAS; 2) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hidrologi DAS; 3) menggambarkan siklus hidrologi.

3.2 Gambaran Umum Materi

Secara keseluruhan volume air di Bumi jumlahnya tetap dan tidak berubah, hal itu terjadi karena adanya proses perputaran air yang disebut siklus hidrologi. Siklus hidrologi adalah suatu proses perputaran air yang berlangsung terus menerus.

Ketersediaan air di daratan bumi dapat tetap terjaga karena adanya hujan. Hujan dapat tercipta karena adanya suatu mekanisme alam yang berlangsung secara siklus dan terus menerus. Dalam pengaturan penyebaran air di daratan bumi, mekanisme alam yang dimaksud tersebut dikenal dengan istilah siklus hidrologi atau siklus air.

Pada bab ini, akan membahas siklus hidrologi mulai dari pengertian, proses terjadi, gambar ilustrasi.

3.3. Relevansi Bab ini Dengan Kegunaan Mahasiswa

Bab ini merupakan dasar kuliah-kuliah berikutnya yaitu pada matakuliah konservasi tanah dan air. Dengan menguasai bab ini mahasiswa akan dapat mengetahui ruang lingkup siklus hidrologi kaitanya denga vegetasi/hutan dan lahan serta aspek-aspek yang mempengaruhi siklus hidrologi.

3.4. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa akan dapat menjelaskan pengertian siklus hidrologi, menggambarkan proses siklus hidrologi, faktor-faktor yang mempengaruhi siklus hidrologi.

(27)

- 16 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Bab ini merupakan dasar kuliah berikutnya yaitu mata kuliah konservasi tanah dan air. Dengan menguasai bab ini mahasiswa akan dapat membatasi atau mengetahui ruang lingkup siklus hidrologi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Selain itu mahasiswa juga akan menyadari bahwa hidrologi memerlukan dukungan ilmu-ilmu lain.

3.5. Materi

3.5.1. Mengapa kita perlu mempelajari hidrologi?

Manusia terdiri dari 60-80% air tergantung usia dan berat badan; metabolisme tubuh kita memerlukan dua hingga tiga liter air dalam sehari; manusia hanya dapat bertahan hidup selama 3-5 hari tanpa minum atau mendapatkan pasokan air dari luar.

Selain itu, air juga diperlukan dalam berbagai aktivitas manusia seperti rumah tangga, kehutanan, pertanian, perikanan, peternakan, industri, pembangkit listrik dan sarana transportasi. Khusus untuk kebutuhan rumah tangga seperti minum, memasak, mencuci dan mandi, air bersih sangat diperlukan.

Menurut Tanika dkk., 2016 Kurang lebih 90% permukaan bumi yang kita tempati berupa air. Namun demikian, hanya 3% dari jumlah air yang tersedia yang dapat kita gunakan secara langsung. Dari 3% tersebut masih terbagi lagi manjadi es/gletser di kutub selatan dan utara (72%), air tanah dalam (aquifer) (20%), dan air permukaan (1%) (Gambar 3.1). Kecilnya jumlah air permukaan yang dapat dimanfaatkan bagi makhluk hidup, mengharuskan kita untuk mengelola dan menggunakannya secara benar dan bijaksana.

Sumber: Tanika dkk., 2016

Gambar 3.1. Persentase ketersediaan air yang ada di Bumi

(28)

- 17 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Ilmu yang mempelajari mengenai distribusi, pergerakan, kualitas, dan siklus air yang lebih dikenal sebagai hidrologi menjadi dasar dalam merencanakan pengelolaan daerah aliran sungai. Oleh karena itu, hidrologi sangat penting untuk dipelajari.

Hidrologi modern, mempelajari distribusi air yang ada di bumi maupun di atmosfer termasuk pergerakannya (Davie, 2008).

Hidrologi menjadi semakin penting dalam kaitannya dengan perubahan iklim (climate change). Dampak paling umum dari perubahan iklim adalah kenaikan suhu udara, perubahan curah hujan dan kenaikan tinggi muka air laut. Di Indonesia penanda perubahan iklim yang paling terasa adalah semakin besarnya potensi fenomena El Nino dan La Nina yang berdampak pada perubahan curah hujan. Fenomena El Nino menyebabkan kelangkaan air/kekeringan, sedangkan La Nina menyebabkan kenaikan curah hujan hingga terjadi banjir.

3.5.2. Pengertian Hidrologi

Berbagai macam air dapat kita lihat di sekitar kita, misalnya air sumur, air sungai, air hujan, air rawa, air telaga, air danau, air laut, air es, dan sebagainya.

Seperti kita ketahui bahwa permukaan bumi kita ini lebih banyak ditutupi oleh air dari pada daratan. Bumi sebagai tempat tinggal merupakan salah satu planet dalam sistem tata surya yang hampir tiga perempat permukaannya tertutup oleh air, baik air yang ada di darat maupun yang ada di laut. Lapisan air yang menutupi permukaan bumi kita ini disebut hidrosfer. Lapisan air yang menutupi permukaan bumi akan membentuk samudera, laut, rawa, telaga, danau, sungai, tumpukan es, awan, uap, dan sebagainya.

Perairan darat adalah semua bentuk perairan yang terdapat di darat. Bentuk perairan yang terdapat di darat meliputi, mata air, air yang mengalir di permukaan dan bergerak menuju ke daerah-daerah yang lebih rendah membentuk sungai, danau, telaga, rawa, dan lain-lain yang memiliki suatu pola aliran yang dinamakan Daerah Aliran Sungai (DAS). Dari berbagai penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa air sumur, air sungai, rawa, telaga, danau, empang dan sejenisnya termasuk jenis perairan darat. Tata air yang berada di wilayah daratan tersebut dipelajari oleh suatu ilmu yang disebut hidrologi.

(29)

- 18 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Air permukaan tanah dan air tanah yang dibutuhkan untuk kehidupan dan produksi adalah air yang terdapat dalam proses daur/siklus hidrologi. Jika peredaran siklus hidrologi atau siklus air tidak merata (hal mana memang terjadi demikian), maka akan terjadi berbagai kesulitan. Peredaran air yang berlebih dapat mengakibatkan permasalahan banjir, untuk ini harus diupayakan segera pengendalian banjir.

sementara itu jika peredaran air sedikit/kurang dapat mengakibatkan permasalahan kekeringan. Untuk mengatasinya maka kekurangan air ini harus ditambah dalam suatu usaha pemanfaatan air.

Berdasarkan uraian di atas, Hidrologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, proses terjadinya, peredaran dan agihannya, sifat-sifat kimia dan fisikanya, dan reaksi dengan lingkungannya, termasuk hubungannya dengan makhluk-makhluk hidup (Seyhan, 1990). Hidrologi juga dapat disebut ilmu yang mempelajari presipitasi (precipitation), evaporasi dan transpirasi (evaporation), aliran permukaan (surface steamflow), dan air tanah (groundwater) (Suyono, 1996).

Dalam perkembangannya hidrologi menjadi ilmu dasar dari pengelolaan sumberdaya air (rumah tangga air) yang merupakan pengembangan, agihan, dan penggunaan sumberdaya air secara terencana.

3.5.3. Cabang-Cabang Hidrologi Cabang-cabang ilmu hidrologi, antara lain:

1. Potamologi, yaitu cabang hidrologi yang mempelajari air yang mengalir di permukaan tanah.

2. Limnologi, yaitu cabang hidrologi yang mempelajari tentang air yang menggenang di permukaan tanah.

3. Geohidrologi, yaitu cabang hidrologi yang mempelajari air yang terdapat di bawah permukaan tanah.

4. Kriologi, yaitu cabang hidrologi yang mempelajari tentang salju dan es.

5. Hidrometeorologi, yaitu cabang hidrologi yang mempelajari tentang pengaruh aspek meteorologi terhadap aspek hidrologi.

Cabang-cabang ilmu di atas tidak berdiri sendiri-sendiri, tetapi saling berkaitan satu sama lain. Mempelajari hidrologi berarti juga mempelajari bagian-bagian Potamologi, Limnologi, Geohidrologi, Kriologi, dan Hidrometeorologi.

(30)

- 19 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR 3.5.4. Fungsi hidrologi DAS

Berkaitan dengan kejadian hujan, fungsi hidrologi DAS mencakup tiga hal (Van Noordwijk dkk., 2004), yaitu:

1. Mempertahankan kuantitas air, dalam bentuk:

a) Mengalirkan air.

DAS dikatakan memiliki fungsi hidrologi yang baik apabila mampu mengalirkan air secara horizontal berupa aliran permukaan tanah, aliran bawah permukaan, dan aliran dasar; maupun secara vertikal berupa aliran batang, infiltrasi, dan perkolasi. DAS mampu mengalirkan air dalam bentuk aliran bawah permukaan dan aliran dasar apabila terjadi peresapan air ke dalam 8 Fungsi Hidrologi pada Daerah Aliran Sungai: Pemahaman, Pemantauan, dan Evaluasi tanah dalam bentuk inflitrasi. Infiltrasi dapat terjadi pada tanah-tanah berpori yang terbentuk karena adanya perakaran tumbuhan, humus, dan fauna tanah, misalnya cacing tanah. Pada tanah-tanah yang padat, proporsi aliran permukaan akan lebih besar, sedangkan aliran bawah permukaan dan aliran dasar menjadi sedikit. Aliran batang memiliki peran dalam menahan laju aliran permukaan tanah, karena air yang mengalir melalui batang secara perlahan akan meresap ke dalam tanah. Aliran batang hanya terjadi pada tanah-tanah yang tertutup oleh tumbuhan, khususnya pohon.

b) Menyangga kejadian puncak hujan.

DAS dikatakan memiliki fungsi hidrologi yang baik apabila memiliki kemampuan dalam menyangga kejadian hujan yang sangat lebat sehingga tidak menyebabkan banjir atau intensitas dan frekuansi kejadian banjir dapat berkurang. DAS mampu berperan sebagai penyangga kejadian puncak hujan apabila memiliki kemampuan dalam menahan laju aliran permukaan. Tekstur tanah yang gembur dengan kandungan bahan organik tinggi yang berasal dari seresah yang lapuk dan tutupan tumbuhan yang rapat merupakan kondisi yang mampu menahan aliran permukaan.

c) Melepas air secara bertahap.

DAS memiliki fungsi hidrologi yang baik apabila mampu melepaskan air secara bertahap dari air tanah, terutama pada musim kemarau, sehingga terhindar dari kekurangan air. Air tanah dapat tersedia dan dilepaskan secara perlahan pada

(31)

- 20 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR musim kemarau apabila terjadi inflitrasi dan perkolasi air dalam jumlah yang cukup pada musim hujan.

2. Mempertahankan kualitas air.

DAS memiliki fungsi hidrologi yang baik apabila mampu menyediakan air dengan kualitas yang baik sehingga dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia maupun makhluk hidup lainnya. Kualitas air mengacu pada bahan pencemar yang ada di dalam air yang menyebabkan air tidak layak untuk dikonsumsi, misalnya pencemaran oleh bahan-bahan kimia seperti pupuk, pestisida, dan limbah industri maupun pencemaran oleh tanah-tanah yang terlarut sehingga menyebabkan air menjadi keruh.

3. Mempertahankan kestabilan tanah.

DAS memiliki fungsi hidrologi yang baik apabila memiliki kemampuan dalam mempertahankan kestabilan tanah dari kejadian erosi, longsor, dan abrasi.

Berbagai pihak memiliki kepentingan yang berbeda dalam kaitannya dengan fungsi hidrologi DAS (Tabel 3.1), meskipun secara umum semua manusia menginginkan fungsi hidrologi DAS dapat berjalan dengan baik.

Tabel. 3.1. Fungsi Hidrologi DAS dan Relevansi Bagi Multi Pihak

Fungsi hidrologi DAS Relevansi bagi Multi Pihak

Kuantitas Mengalirkan air Semua pengguna air

Menyangga kejadian puncak Masyarakat yang tinggal didaerah rawan banjir Melepas air secara bertahap Masyarakat yang

bergantung pada sungai pada musim kemarau Kualitas Memelihara kualitas air Semua pengguna air Kestabilan Tanah Mengurangi kejadian longsor/erosi Masyarakat yang tinggak

di daerah rawan longsor

3.5.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi hidrologi DAS

Fungsi hidrologi DAS dipengaruhi oleh: (a) perubahan iklim, (b) perubahan penggunaan lahan, dan (c) aktivitas manusia. Ketiga faktor tersebut akan mempengaruhi kondisi DAS yang ditunjukkan oleh adanya perubahan kualitas dan

(32)

- 21 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR kuantitas (jumlah) air (Gambar 3.2). Perubahan kualitas dan kuantitas air akan mempengaruhi ketersedian air baik untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri, maupun penggunaan yang lain seperti untuk mikrohidro.

Gambar 3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi dan dipengaruhi fungsi hidrologi DAS

a. Perubahan iklim

Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca pada suatu tempat dalam waktu yang lama.

Perubahan iklim didefinisikan sebagai perubahan secara nyata yang terjadi pada saat ini mengenai pola cuaca yang dihitung berdasarkan angka statistik dalam jangka waktu tertentu dalam kurun waktu puluhan hingga jutaan tahun (IPCC 2007).

Pemanasan global dan perubahan curah hujan yang merupakan bagian dari perubahan iklim berdampak pada siklus hidrologi, yaitu terjadinya perubahan ketersediaan air sebagai akibat dari kekeringan, peningkatan suhu, meningkatnya kejadian dan intensitas banjir akibat siklon tropis (Bates dkk., 2008). Kekeringan dan peningkatan suhu merupakan pemicu kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, di samping aktivitas manusia.

b. Aktivitas manusia dalam pengelolaan lahan

Menurut Guo dkk., (2008), perubahan tutupan lahan mempengaruhi siklus hidrologi melalui proses infiltrasi, evapotranspirasi, dan intersepsi oleh vegetasi.

(33)

- 22 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Sebagai contoh, tutupan lahan hutan yang dikonversi menjadi tanaman semusim menyebabkan berkurangnya tingkat infiltrasi, intersepsi, dan evapotranspirasi.

Perubahan tersebut mengakibatkan curah hujan yang sampai ke permukaan tanah dan menjadi aliran permukaan menjadi semakin besar sehingga berpotensi banjir dan erosi (Gambar 3.3).

c. Aktivitas manusia dalam pengelolaan sumber daya air

Aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan menyebabkan penurunan fungsi hidrologi DAS. Sebagai contoh pemukiman di bantaran sungai yang penyebab limbah rumah tangga langsung masuk ke sungai (Gambar 3.3), penggunaan pestisida dan pupuk kimia secara berlebihan terutama di lahan dekat sumber air.

Gambar 3.3. Aktivitas manusia yang mempengaruhi fungsi hidrologi; (A) perubahan tutupan lahan, (B) pembuangan sampah rumah tangga ke bantaran sungai

3.5.6. Siklus Hidrologi

Siklus hidrologi adalah sirkulasi air dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Pemanasan air laut oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air menguap, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju, hujan gerimis atau kabut. Pada perjalanan menuju bumi air dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh

A B

(34)

- 23 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus terjadi secara kontinu.

Siklus hidrologi memegang peran penting bagi kelangsungan hidup organisme bumi. Melalui siklus ini, ketersediaan air di daratan bumi dapat tetap terjaga, mengingat teraturnya suhu lingkungan, cuaca, hujan, dan keseimbangan ekosistem bumi dapat tercipta karena proses siklus hidrologi. Proses siklus hidrologi dapat dilihat pada gambar (3.3).

Menurut Tanika dkk., (2016), siklus hidrologi melibatkan beberapa komponen/proses antara lain: hujan, aliran batang dan tetesan daun, infiltrasi, aliran bawah permukaan, absorbsi oleh tanaman, aliran permukaan, evaporasi, dan transpirasi (Tabel 3.2).

Gambar 3.4. Siklus Hidrologi

(35)

- 24 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Tabel 3.2. Komponen/proses penyusun siklus hidrologi

Sumber: Tanika dkk., 2016

3.5.7. Proses Terjadinya Siklus Hidrologi

Pada proses siklus hidrologi ini air melalui beberapa tahapan (Gambar 3.3).

Tahapan proses terjadinya siklus hidrologi tersebut antara lain evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, sublimasi, kondensasi, adveksi, presipitasi, run off, dan infiltrasi.

Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing tahapan siklus tersebut.

1. Evaporasi

Siklus hidrologi diawali oleh terjadinya penguapan air yang ada di permukaan bumi. Air-air yang tertampung di badan air seperti danau, sungai, laut, sawah, bendungan atau waduk berubah menjadi uap air karena adanya panas matahari.

Penguapan serupa juga terjadi pada air yang terdapat di permukaan tanah. Penguapan semacam ini disebut dengan istilah evaporasi.

Evaporasi mengubah air berwujud cair menjadi air yang berwujud gas sehingga memungkinkan ia untuk naik ke atas atmosfer bumi. Semakin tinggi panas matahari (misalnya saat musim kemarau), jumlah air yang menjadi uap air dan naik ke atmosfer bumi juga akan semakin besar.

(36)

- 25 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR 2. Transpirasi

Penguapan air di permukaan bumi bukan hanya terjadi di badan air dan tanah.

Penguapan air juga dapat berlangsung di jaringan mahluk hidup, seperti hewan dan tumbuhan. Penguapan semacam ini dikenal dengan istilah transpirasi.

Sama seperti evaporasi, transpirasi juga mengubah air yang berwujud cair dalam jaringan mahluk hidup menjadi uap air dan membawanya naik ke atas menuju atmosfer. Akan tetapi, jumlah air yang menjadi uap melalui proses transpirasi umumnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi.

3. Evapotranspirasi

Evapotranspirasi adalah penguapan air keseluruhan yang terjadi di seluruh permukaan bumi, baik yang terjadi pada badan air dan tanah, maupun pada jaringan mahluk hidup. Evapotranspirasi merupakan gabungan antara evaporasi dan transpirasi. Dalam siklus hidrologi, laju evapotranspirasi ini sangat mempengaruhi jumlah uap air yang terangkut ke atas permukaan atmosfer.

4. Sublimasi

Selain lewat penguapan, baik itu melalui proses evaporasi, transpirasi, maupun evapotranspirasi, naiknya uap air dari permukaan bumi ke atas atmosfer bumi juga dipengaruhi oleh proses sublimasi.

Sublimasi adalah proses perubahan es di kutub atau di puncak gunung menjadi uap air tanpa melalui fase cair terlebih dahulu. Meski sedikit, sublimasi juga tetap berkontribusi terhadap jumlah uap air yang terangkut ke atas atmosfer bumi melalui siklus hidrologi panjang. Akan tetapi, dibanding melalui proses penguapan, proses sublimasi dikatakan berjalan sangat lambat.

5. Kondensasi

Ketika uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, dan proses sublimasi naik hingga mencapai suatu titik ketinggian tertentu, uap air tersebut akan berubah menjadi partikel-partikel es berukuran sangat kecil melalui proses kondensasi. Perubahan wujud uap air menjadi es tersebut terjadi karena pengaruh suhu udara yang sangat rendah di titik ketinggian tersebut.

(37)

- 26 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Partikel-partikel es yang terbentuk akan saling mendekati dan bersatu satu sama lain sehingga membentuk awan. Semakin banyak partikel es yang bergabung, awan yang terbentuk juga akan semakin tebal dan hitam.

6. Adveksi

Awan yang terbentuk dari proses kondensasi selanjutnya akan mengalami adveksi. Adveksi adalah proses perpindahan awan dari satu titik ke titik lain dalam satu horizontal akibat arus angin atau perbedaan tekanan udara. Adveksi memungkinkan awan akan menyebar dan berpindah dari atmosfer lautan menuju atmosfer daratan.

Perlu diketahui bahwa, tahapan adveksi tidak terjadi pada siklus hidrologi pendek.

7. Presipitasi

Awan yang mengalami adveksi selanjutnya akan mengalami proses presipitasi.

Proses prepitasi adalah proses mencairnya awan akibat pengaruh suhu udara yang tinggi. Pada proses inilah hujan terjadi. Butiran-butiran air jatuh dan membasahi permukaan bumi.

Apabila suhu udara di sekitar awan terlalu rendah hingga berkisar < 0 derajat Celcius, presipitasi memungkinkan terjadinya hujan salju. Awan yang mengandung banyak air akan turun ke litosfer dalam bentuk butiran salju tipis seperti yang dapat kita temui di daerah beriklim sub tropis.

8. Run Off

Setelah presipitasi terjadi sehingga air hujan jatuh ke permukaan bumi, proses run off pun terjadi. Run off atau limpasan adalah suatu proses pergerakan air dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah di permukaan bumi. Pergerakan air tersebut misalnya terjadi melalui saluran-saluran seperti saluran got, sungai, danau, muara, laut, hingga samudra. Dalam proses ini, air yang telah melalui siklus hidrologi akan kembali menuju lapisan hidrosfer.

9. Infiltrasi

Tidak semua air hujan yang terbentuk setelah proses presipitasi akan mengalir di permukaan bumi melalui proses run off. Sebagian kecil di antaranya akan bergerak ke dalam pori-pori tanah, merembes, dan terakumulasi menjadi air tanah. Proses pergerakan air ke dalam pori tanah ini disebut proses infiltrasi. Proses infiltrasi akan secara lambat membawa air tanah kembali ke laut.

(38)

- 27 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Setelah melalui proses run off dan infiltrasi, air yang telah mengalami siklus hidrologi tersebut akan kembali berkumpul di lautan. Air tersebut secara berangsur- angsur akan kembali mengalami siklus hidrologi selanjutnya dengan di awali oleh proses evaporasi.

3.5.8. Macam Macam Siklus Hidrologi

Berdasarkan panjang pendeknya proses yang di alaminya siklus hidrologi dapat dibedakan menjadi 3 macam. Macam macam siklus hidrologi tersebut yaitu siklus hidrologi pendek, siklus hidrologi sedang, dan siklus hidrologi panjang.

a. Siklus Hidrologi Pendek

Siklus hidrologi pendek adalah siklus hidrologi yang tidak melalui proses adveksi. Uap air yang terbentuk melalui siklus ini akan diturunkan melalui hujan di daerah sekitar laut. Berikut penjelasan singkat dari siklus hidrologi pendek ini:

Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat adanya panas matahari.

Uap air akan mengalami kondensasi dan membentuk awan.

Awan yang terbentuk akan menjadi hujan di permukaan laut.

Gambar 3.5. Siklus Hidrologi Pendek

(39)

- 28 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR b. Siklus Hidrologi Sedang

Siklus hidrologi sedang adalah siklus hidrologi yang umum terjadi di Indonesia.

Siklus hidrologi ini menghasilkan hujan di daratan karena proses adveksi membawa awan yang terbentuk ke atas daratan. Berikut penjelasan singkat dari siklus hidrologi sedang ini:

Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat adanya panas matahari.

Uap air mengalami adveksi karena angin sehingga bergerak menuju daratan.

Di atmosfer daratan, uap air membentuk awan dan berubah menjadi hujan.

Air hujan di permukaan daratan akan mengalami run off menuju sungai dan kembali ke laut

Gambar 3.6. Siklus Hidrologi Sedang

(40)

- 29 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR c. Siklus Hidrologi Panjang

Siklus hidrologi panjang adalah siklus hidrologi yang umumnya terjadi di daerah beriklim subtropis atau daerah pegunungan. Dalam siklus hidrologi ini, awan tidak langsung diubah menjadi air, melainkan terlebih dahulu turun sebagai salju dan membentuk gletser. Berikut penjelasan singkat dari siklus hidrologi panjang ini:

Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat adanya panas matahari.

Uap air yang terbentuk kemudian mengalami sublimasi

Awan yang mengandung kristal es kemudian terbentuk.

Awan mengalami proses adveksi dan bergerak ke daratan

Awan mengalami presipitasi dan turun sebagai salju.

Salju terakumulasi menjadi gletser.

Gletser mencair karena pengaruh suhu udara dan membentuk aliran sungai.

Air yang berasal dari gletser mengalir di sungai untuk menuju laut kembali.

3.5.9. Model Hidrologi

Model adalah reprensentasi atau gambaran dari suatu keadaan (states), obyek (objects), dan kejadian (events). Representasi tersebut harus diungkapkan dalam bentuk yang sederhana, yaitu dengan mengeliminasi atau meminimalkan variabel- variabel lain yang rumit dan tidak terkait secara langsung dengan model tersebut.

Gambar 3.7. Siklus Hidrologi Panjang

(41)

- 30 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Representasi tersebut dinyatakan dalam bentuk sederhana yang dapat dipergunakan untuk berbagai macam tujuan penelitian.

Penyederhanaan dilakukan secara representatif terhadap perilaku proses yang relevan dari keadaan yang sebenarnya (Hidayat, 2001). Hal yang sama dinyatakan Sri Harto (1983), bahwa model hidrologi adalah sebuah sajian sederhana (simple representation) dari sebuah sistem hidrologi yang kompleks.

Menurut Dasanto (2000), model di dalam studi hidrologi atas dasar pendekatan pembentukan model, dapat dipilah secara umum menjadi lima, yaitu :

1. Model Stokastik

Model Stokastik adalah suatu model matematik yang dapat menerima sembarang peubah, yaitu sebagai peubah acak (random variable) yang mempunyai sebaran acak. Model ini umumnya digunakan untuk menganalisa sifat fisik statistik output dari suatu sistem yang didasarkan pada urutan kejadian sebagai akibat perubahan waktu dan menghasilkan suatu set data dalam jangka panjang dengan sifat yang sama pula. Set data tersebut dapat dianalisa untuk memperoleh gambaran mengenai kemungkinan urutan kejadian yang akan terjadi di masa datang, misalnya frekuensi harapan dari debit air.

2. Model Probabilitas

Dalam model ini konsep frekuensi dan probabilitas memegang peranan penting seperti halnya dalam model stokastik, namun dalam model ini tidak memperhitungkan urutan kejadian. Misalnya kejadian diperlakukan sebagai timeindependent dan memperkirakan kejadian yang paling ekstrim berdasarkan karakteristik dari populasi data yang tersedia.

3. Model Konseptual

Model Konseptual didasarkan pada keadaan yang sebenarnya dari sistem dengan struktur yang lebih sederhana, misalnya penyederhanaan proses di dalam DAS dan modelnya antara lain : (1) pendekatan model rasional, (2) pendekatan linear dan non linear dari suatu reservoir, (3) kombinasi model rasional dan pendekatan reservoir.

4. Model Parametrik

Model ini umumnya digunakan untuk mendapatkan pernyataan matematik yang mengungkapkan fungsi dari DAS yang akan dikonversi ke dalam input dan output (black box models). Selanjutnya model tersebut akan menjadi lebih rumit apabila

(42)

- 31 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR ditambahkan parameterparameter DAS penting yang muncul kemudian jika dibandingkan dengan respon yang berbeda dari DAS lain berdasarkan input yang sama. Model parametrik akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai bagaimana sistem bekerja.

5. Model Deterministik

Model Deterministik adalah suatu model matematik yang hanya dapat menerima peubah yang bebas dari variasi acak (random variation).

Model ini didasarkan pada struktur sebenarnya dari sistem dan kaidah fisika yang mengatur perilaku sistem tersebut. Berdasarkan variable dan parameter input atau output maka model deterministik dapat dikelompokkan dalam dua bentuk, yaitu lumped dan terdistribusi (distributed). Variabel atau parameter disebut lumped apabila besaran yang diwakilinya tidak mempunyai variabilitas ruang, misalnya masukan yang berupa hujan rata-rata DAS adalah masukan yang bersifat lumped. Sebaliknya, variabel dan parameter yang distributed mengandung variabilitas ruang dan waktu.

Pengertian parameter adalah suatu besaran yang menandai suatu sistem hidrologi yang memiliki nilai tetap, tidak tergantung pada waktu. Variabel adalah besaran yang menandai suatu sistem yang dapat diukur dan memiliki nilai berbeda pada waktu berbeda.

3.5.10. Curah Hujan dan Ketersediaan Sumberdaya Air

Hujan merupakan suatu bentuk presivitasi uap air yang berasal dari awan yang terdapat di atmosfer, bentuk presivitasi tersebut adalah salju/es. Untuk terjadinya hujan diperlukan titik-titik kondensasi-amoniak-debu-es-belerang (titik kondensasi mempunyai sifat dapat mengambil uap air dari udara. Maka dengan adanya sifat tersebut menjadikan adanya potensi dalam pengambilan uap air dari udara (Kartasapoetra, 2005).

Berdasarkan terjadinya proses dari presivitasi maka dapat dikenal adanya istilah hujan konveksi (proses hujan yang berdasarkan atas pengembangan dari udara yang dipanasi, jadi aka terus naik, dimana pada waktu naik tersebut temperatur akan turun, dan sampai suatu saat terjadi kondensasi dan timbullah hujan), hujan orografis (terjadi karena ada penghalang seperti misalnya gunung, pada lereng gunung yang menghadap dari mana datangnya angin akan mempunyai curah hujan yang tinggi,

(43)

- 32 - BUKU AJAR| PENGELOLAAN DAS DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR sedang pada lereng sebelahnya dimana udara turun terjadi panas yang sifatnya kering) (Kartasapoetra, 2005).

Bukti kuat yang terdokumentasi tentang perubahan pola hujan sebagai akibat penggundulan hutan hampir tidak ada, dan hubungan sebab akibat dari hutan dan hujan (hujan => hutan) umumnya terjadi sebaliknya (hutan => hujan). Hasil analisis ulang terbaru tentang pola hujan untuk Indonesia (Kaimuddin, 2000), mengindikasikan pergeseran-pergeseran dalam isohyet (zone-zone dengan hujan yang sama) di Indonesia tidak secara jelas berhubungan dengan perubahan penutupan lahan lokal:

beberapa areal yang hilang tutupan hutannya menjadi lebih basah, tetapi daerah- daerah lain yang hilang tutupan hutannya menjadi lebih kering. Untuk Indonesia secara keseluruhan, rata-rata curah hujan tidak berubah, walaupun banyak pengurangan tutupan hutan, tetapi kemungkinan bisa terjadi suatu perubahan pola sirkulasi global yang mempengaruhi pola hujan lokal. Meskipun pada skala lokal terjadi perubahan-perubahan yang nyata dalam pola hujan sehubungan dengan perubahan- perubahan penutupan hutan, namun tidak ada bukti yang meyakinkan untuk mendukung hipotesa hubungan sebab akibat tersebut. Cara suatu landsekap memproses hujan yang datang, sangat tergantung pada penutupan lahan dan jumlah hujan. Keteraturan aliran dan kualitas air sungai secara langsung dipengaruhi oleh perubahan-perubahan tutupan (Van Noorwijk dkk., 2004).

Suatu kutipan akhir dari sejarah: " Pandangan yang umum diterima jaman dahulu adalah bahwa hutan memiliki kecenderungan untuk meningkatkan hujan sampai jumlah besar. Dewasa ini pandangan tersebut ditolak oleh banyak peneliti;

sementara peneliti lain mendukung pandangan bahwa penyebaran hujan dapat dirubah oleh hutan, tetapi bukan jumlah hujan…" (Van Noorwijk dkk., 2004).

Persepsi yang telah diakui secara luas tentang besarnya pengaruh tutupan hutan dalam pemeliharaan fungsi DAS di daerah sumber air, pada beberapa dekade terakhir ini telah dipertanyakan dalam penelitian hidrologi. Dikotomi hutan dan non hutan, telah berubah menjadi pengakuan bahwa tipe penggunaan lahan sesudah alih guna hutan justru yang dapat membuat banyak perbedaan. Penggunaan lahan (tidak terbatas pada perlindungan tutupan hutan yang ada) di daerah sumber air, mempunyai manfaat bagi multi pihak baik lokal maupun ekternal, dan meningkatnya permintaan air di hilir seringkali menimbulkan konflik tentang apa yang terjadi di

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan penelitian pengukuran parameter fisika dan kimia daerah aliran sungai (DAS) di kabupaten Tapanuli Tengah dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pencemaran DAS

Analisis Kinerja Daerah Aliran Sungai Berdasarkan Indikator Penggunaan Lahan dan Debit Air pada DAS Unda.. Dibimbing

Hasil pengukuran debit aliran pada outlet pengamatan di Sub DAS Sengarit bagian hulu dan hilir selama 5 hari dapat di lihat pada tabel 4, di mana pada outlet pengamatan bagian

Kehut anan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai yang w ilayah kerjanya seluruh.. Indonesia unt uk melakukan penelit ian pengelolaan DAS yang salah

Atas dasar difinisi tersebut diatas maka Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat diartikan sebagai kesatuan ruang yang terdiri atas unsur abiotik (tanah, air, udara), biotik

Kerapatan jaringan kuras  Kerapatan jaringan kuras dinyatakan dengan panjang alur sungai per satuan luas DAS  DAS yang mempunyai banyak anak sungai, berarti kerapatan jaringan

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum dan Teknologi Lingkungan dalam

Cara kerja pengukuran kecepatan aliran sungai dengan menggunakan alat current