Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum
& Teknologi Lingkungan dalam Pembangunan
Unsur utama DAS ada 2, yaitu unsur biotik (semua unsur makhluk hidup termasuk manusia) & abiotik (benda mati: sinar matahari, tanah, air, sungai, waduk). Unsur biotik & abiotik saling berinteraksi membentuk satu kesatuan yang teratur, yang dinamakan EKOSISTEM DAS (Alrajid dan Samingan, 1979; Asdak, 2014). Selama hubungan timbal balik antar komponen seimbang, maka ekosistem DAS stabil. Sebaliknya, apabila hubungan timbal-balik antar komponen mengalami gangguan, maka terjadilah ketidakseimbangan dalam DAS. Gangguan tersebut pada dasarnya adalah gangguan pada arus Materi, Energi dan Informasi antar komponen ekosistem yang tidak seimbang (Odum, 1969).
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum
& Teknologi Lingkungan dalam Pembangunan Unsur DAS Indikator Utama DAS
Indikator utama dari DAS adalah kuantitas, kualitas, dan kontinuitas hal air yang sangat terkait dengan karakteristik DAS. Karena, kegiatan manusia &
pemanfaatan air (Pembangunan) mempengaruhi kualitas air dan ketersediaannya, maka kegiatan perlindungan, konservasi dan pengelolaan sumberdaya air sangat dipengaruhi oleh KONSEP HIDROLOGI, dimana DAS memiliki karakteristik spesifik berkaitan kondisi faktor-faktor biologis, seperti Curah Hujan, Evapotranspirasi, Infiltrasi, ALiran permukaan, Aliran bawah permukaan, Aliran Tanah, dan Aliran Sungai.
Faktor-faktor ini erat kaitannya dengan unsur utama, seperti sifat-sifat tanah, tipe vegeasi penutup, luas &
letak, serta topografi & unsur pengelolaan yang akan memperlihatkan perilaku hidrologi yang berbeda dengan DAS lainnya. Melalui pemahaman kondisi hidrologi DAS, maka tahapan proses dari siklus hidrologi, dapat dimanfaatkan dengan ARAH KEBIJAKAN yang lebih luas, yaitu mencapai tujuan Ekonomi, Sosial, Lingkungan, serta Pemanfaatan Sumber Daya Air berkelanjutan.
DAS diidentifikasi dari berbagai sudut pandang: (1) kesatuan ekosistem; (2) sudut pandang kajian hidrologi. Secara keruangan/spasial, dari sudut
pandang fisiografi
(geomorfologi), DAS terbagi menjadi HULU, TENGAH, HILIR.
Secara fungsi, kawasan di HULU sebagai produksi atau daerah resapan air; TENGAH sebagai fungsi Transport Material; HILIR sebagai fungsi dispsosi pengendapan.
Perspektif DAS
Kesehatan DAS
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum
& Teknologi Lingkungan dalam Pembangunan
Parameter Fisik sebagai Indikator Kesehatan DAS
1. Kondisi Landskap 2.Geomorfologi
3.HIdrologi 4.Kualitas AIr 5.Habitat
6.Kondisi Biologi (Hazbavi, 2018)
Kesehatan DAS menggambarkan seberapa sistem ekologi berfungsi, berdasarkan HABITAT berkualitas, POLA ALIRAN SUNGAI & KARAKTERISTIK HASIL AIR, KEBERADAAN KONTAMINAN.
KESEHATAN & KERAGAMAN KOMUNITAS, serta TUMBUHAN & SATWA dengan mempertimbangkan faktor iklim, geologi, dan sejarah penggunaan lahan DAS.
Perencanaan &
Pengelolaan DAS
meliputi berbagai aktivitas:
1. Menentukan persoalan prioritas DAS
2.Merancangan keterlibatan berbagai pihak dalam DAS
3.Merancang solusi pemecahan masalah melalui pendayagunaan keahlian dan wewenang yang dimiliki oleh berbagai lembaga dan organisasi
4.Mengukur tingkat keberhasilan melalui monitoring dan pengumpulan data
Proses formulasi dan implementasi dari serangkaian tindakan yang melibatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada di dalamnya, termasuk faktor sosial, politik, ekonomi maupun kelembagaan yang berada di dalam dan di lokasi sekitar DAS tersebut, dan wilayah lain yang terkait untuk mencapai suatu tujuan sosial tertentu. Pengelolaan DAS dilaksanakan untuk menghasilkan output tertentu yang diinginkan dengan menekan dampak yang timbul (erosi, sedimentasi, penurunan kesuburan, dll) sekecil apapun. Easter et al.
(1985)
Pengelolaan DAS dapat berarti upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan mausia di dalam DAS dan segala aktivtasnya agar terwujud kelestarian &
keserasian ekosistem, serta meningkatnya kemanfaatan sumber daya alam nanusia secara berkelanjutan. (UU 37/2014 & PP 37/2012)
Apa itu Pengelolaan DAS?
1. Lahan Kritis --> sangat kritis 19,7% & kritis 9,98%; agak kritis 41,63%; 18,77% tidak kritis; 9,91% potensial kritis.
2.Penurunan Muka Tanah --> Cekungan Bandung turun 8 cm/tahun karena pengambilan air tanah berlebihan.
3.Limbah Peternakan dan Pertanian --> 82,4 ton kotoran sapi, pupuk & pestisida diperkirakan masuk ke DAS Citarum.
4. Alih Fungsi Lahan 2019-2021 --> Hutan berkurang 14,3%, sawah bertambah 7,57%; pemukiman bertambah 12,47%.
5.Kualitas Air Sungai Citarum --> Nilai Indeks Kualitas Air/IKA Tahun 2022 Cemar Ringan; dan saat Musim Kemarau Kekeringan di HILIR.
6.Perikanan --> over populasi keramba; Tahun 2022 sebanyak 33.000 unit & 33.350 ton nitrogen & 4.370 ton fosfor akibat over feeding ikan.
7. Defisit pemenuhan air baku untuk Metropolitan Bandung --> 8,55 m3/detik.
8.Abrasi dan Intrusi --> hilangnya kawasan hutan bakau & mangrove sebagai pelindung kawasan pesisir 9.Pencemaran Air di DAS Citarum--> ada 2.347 industri
10. Jaringan irigasi 16^ rusak berat, 31% rusak ringan.
11.Daerah rawan banjir sebesar 14,793 ha.
12.Sanitasi buruk & lingkungan tidak sehat --> MCK di sepanjang bantaran sungai
Bagaimana FAKTA Permasalahan Pengelolaan DAS Citarum?
Masalah Umum dari Hulu, Tengah, Hilir terkait
Pengelolaan DAS
Teknologi AI yang terintegrasi dengan data geospasial dari satelit seperti Landsat 8 dan Sentinel-2 digunakan untuk memantau dan memprediksi perubahan kondisi lingkungan di DAS Citarum secara cepat dan akurat. Pendekatan ini memungkinkan identifikasi dini terhadap degradasi lingkungan dan perencanaan intervensi yang efektif.
(Antaranews, 2024)
Kecerdasan Buatan (Artificial
Intelligence/AI) dan Data Geospasial
Institut Teknologi Bandung (ITB) menerapkan
teknologi biologi untuk
membersihkan
sungai dari polutan melalui proses bioremediasi.
Metode ini
memanfaatkan mikroorganisme untuk
menguraikan
kontaminan dalam air, sehingga meningkatkan
kualitas air sungai.
(itb.ac.id, 2024)
Bioremediasi
Sensor Kualitas Air: Pemasangan sensor untuk memantau
kualitas air sungai secara real-time
membantu
dalam deteksi dini
pencemaran dan
pengambilan keputusan yang cepat untuk tindakan
remediasi.
(itb.ac.id, 2024)
Sensor Kualitas Air
:Pendirian
Command Center Citarum Harum yang dilengkapi dengan teknologi GIS dan pusat data
memungkinkan pemantauan
kondisi sungai secara terpusat dan terintegrasi, memfasilitasi
koordinasi antar pemangku
kepentingan.
(Monganbay, 2022)
Sistem Informasi Geografis (GIS) dan Pusat Data
Untuk mengelola ketersediaan air di Waduk Ir.
Juanda, teknologi hujan buatan diterapkan guna meningkatkan volume air waduk, terutama pada musim kemarau.
(medianeliti,com)
Teknologi Hujan Buatan
Pengelolaan
Sampah Otomatis:
Pemasangan alat skimmer sampah otomatis di sungai membantu dalam pembersihan
sampah secara efisien, mencegah akumulasi sampah yang dapat menghambat
aliran air dan menyebabkan
banjir.
(itb.ac.id, 2024)
Pengelolaan
Sampah
Otomatis
Revitalisasi Oxbow
Revitalisasi oxbow atau meander
yang mati
memberikan
ruang retensi air alami untuk mencegah banjir dan mendukung ekosistem
perairan
Revitalisasi Oxbow
Proyek
laboratorium hidup (living lab) di DAS Citarum
mengintegrasikan teknologi
lingkungan dengan pendidikan
masyarakat untuk meningkatkan
kesadaran dan perubahan perilaku terkait kebersihan sungai
Laboratorium Hidup dan
Edukasi Masyarakat
Akuaponik
menggabungkan
budidaya ikan dan tanaman dalam satu
sistem untuk
mengurangi limbah organik. Selain itu,
budidaya BSF
membantu mengolah sampah organik menjadi pakan ternak kualitas air sungai secara real-time membantu dalam
deteksi dini
pencemaran dan pengambilan
keputusan yang cepat untuk tindakan remediasi.
Akuaponik dan Budidaya
Black Soldier
Fly (BSF)
Sistem yang sanitasi layak,termasuk
pembangunan instalasi
pengolahan air limbah (IPAL), dapat
mengurangi
limbah domestik dan industri yang mencemari
sungai. Proyek ini penting untuk mendukung baku mutu air
Sanitasi &
Pengelolaan Air Limbah
Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro
(PLTMH)
Referensi
Alrajid, H. & Samingan, T. (1979). Pendekatan Masalah Kerusakan Sumber Daya Tanah dan AIr Daerah ALiran Sungai Dipandang dari Segi Ekolofi. Bogor: Lembaga Penelitian Hutan
.
Asdak. (2014). Hidrologi dan Pengelolaan Aliran Sungai. Yogyakarta: UGM Press
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2024. Citarum Harum. ISBN 978-979-8230-69-1.
Easter, K., Hufschmidt, M., McCauley, D.S., 1985. Integrated watershed management research for developing countries: workshop report.
Hasbavi, Z. (2018). Importance of Geology and Geomorfology in Watershed Health Assessment. Agriculture & Forestry, 64 (4). doi: DOI:10.17707/AgricultForest.64.4.27 Odum, E.P. (1969). The Strategy of Ecosystem Development. Science, 164(3877), 262-270. doi:10.1126/science.164.3877.262
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2024 tentang Konservasi Tanah dan Air.
Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
https://itb.ac.id/berita/kontribusi-untuk-sungai-citarum-inovasi-dan-pengabdian-masyarakat-itb-untuk-mewujudkan-sungai-yang-bersih-dan-sehat/60756 (diakses 1 Desember 2024; pukul 23:53 WIB)
https://www.antaranews.com/berita/4445281/kecerdasan-buatan-dan-data-geospasial-untuk-ketangguhan-das-citarum (diakses 1 Desember 2024; pukul 23:53 WIB)
https://itb.ac.id/berita/kontribusi-untuk-sungai-citarum-inovasi-dan-pengabdian-masyarakat-itb-untuk-mewujudkan-sungai-yang-bersih-dan-sehat/60756 (diaskes 1 Desember 2024; pukul 23:56 WIB)
https://www.mongabay.co.id/2022/06/13/pemulihan-citarum-untuk-dunia-bagian-1/ (diaskes 1 Desember 2024; pukul 23:58 WIB)
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=2371419&val=4561&title=TEKNOLOGI%20HUJAN%20BUATAN%20DALAM%20SISTEM%20PENGELOLAAN%20WAD UK%20IR%20JUANDA%20DAS%20CITARUM%20JAWA%20BARAT (diaskes 1 Desember 2024; pukul 23:58 WIB)
THANK YOU
We don't always want the land we live on to change, so we can use science to slow down or stop
erosion.