SISTEM PERENCANAAN
PENGELOLAAN
DAERAH ALIRAN SUNGAI
Tim Penyusun :
Paimin
Irfan Budi Pramono
Purwanto
Dewi Retna Indrawati
Penyunting :
Dr. Harry Santoso
Prof. Ris. Dr. Pratiwi
Kementerian Kehutanan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Paimin,
et al
Sistem Perencanaan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai /
oleh
Paimin, Irfan Budi Pramono, Purwanto, Dewi Retna Indrawati
Bogor, Indonesia : Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan
Rehabilitasi (P3KR), 2012
ISBN : 978-602-99218-2-3
Foto Sampul :
Paimin
© P3KR 2012
Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang
Diterbitkan oleh :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi
(P3KR)
Jl. Gunung Batu No. 5
Bogor, Indonesia
Telp: +62 (0251) 8633234
Fax: +62 (0251) 8638111
E-mail: p3hka_pp@yahoo.co.id
Website: http://www.p3kr.org
Dicetak oleh :
iii
PRAKATA
Daerah aliran sungai (DAS) dapat dipandang sebagai sist em alami yang menjadi
t em pat berlangsungnya proses-proses biofisik-hidrologis maupun kegiat an
sosial-ekonom i dan budaya masyarakat yang kompleks. Kerusakan kondisi
hidrologis DAS sebagai dam pak perluasan lahan kaw asan budidaya dan
pem ukiman yang t idak t erkendali, t anpa mem perhat ikan kaidah-kaidah
konservasi t anah dan air seringkali menjadi penyebab peningkat an erosi dan
sediment asi, penurunan produkt ivit as lahan, percepat an degradasi lahan, dan
banjir.
Kondisi hut an, dilihat dari penut upan lahan/ veget asi, mengalami perubahan
yang cepat dan dinamis, sesuai perkem bangan pembangunan dan perjalanan
w akt u. Fakt or yang mengakibat kan perubahan t ersebut ant ara lain
pert am bahan penduduk dan pem bangunan di luar sekt or kehut anan yang
sangat pesat memberi pengaruh besar t erhadap meningkat nya kebut uhan
lahan hut an dan produk-produk dari hut an. Kondisi dem ikian diperparah
dengan adanya peram bahan hut an dan t erjadinya kebakaran hut an yang
mengakibat kan semakin luasnya kerusakan hut an alam t ropika di Indonesia.
Sejak t ahun 1970-an degradasi DAS berupa lahan gundul, t anah krit is, erosi
pada lereng-lereng curam baik yang digunakan unt uk pert anian maupun unt uk
penggunaan lain sepert i pemukiman dan pert am bangan, sebenarnya t elah
mem peroleh perhat ian pemerint ah. Nam un proses degradasi t ersebut t erus
berlanjut , karena t idak adanya ket erpaduan t indak dan upaya yang dilakukan
dari sekt or at au pihak-pihak yang berkepent ingan dengan DAS.
Kerusakan hut an t ersebut , menjadi penyebab t erjadinya penurunan kualit as
DAS. Sebagai akibat nya, kest abilan ekosist em t erganggu dan menimbulkan
dam pak negat if t erhadap peran hut an sebagai penyangga kehidupan t ermasuk
dalam menjaga st abilit as t at a air. Penerapan pendekat an one river - one plan -
one management t idak m udah diw ujudkan mengingat banyak pihak yang
t erkait dan berkepent ingan dalam pengelolaan DAS. Rehabilit asi DAS t erut ama
yang kondisinya krit is dengan pendekat an pengelolaan DAS t erpadu menjadi
iv
Kement erian Kehut anan t elah menet apkan 108 DAS Krit is (SK. 328/ M enhut
-II/ 2009) yang harus segera dit angani m elalui perencanaan, pengelolaan,
monit oring dan evaluasi DAS secara t erpadu baik ant ar w ilayah administ rasi
(Provinsi dan Kabupat en/ Kot a), ant ar sekt or, dan ant ar disiplin ilm u. Dalam
rangka mendukung penyelesaian masalah pengelolaan DAS t ersebut , Badan
Penelit ian dan Pengem bangan Kehut anan t elah menyusun program penelit ian
pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan menunjuk Balai Penelit ian Teknologi
Kehut anan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai yang w ilayah kerjanya seluruh
Indonesia unt uk melakukan penelit ian pengelolaan DAS yang salah sat unya
aspeknya t ent ang sist em perencanaan pengelolaan DAS.
Buku “ Sist em Perencanaan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai” merupakan
salah sat u hasil ilm u penget ahuan dan t eknologi (IPTEK) Badan Penelit ian dan
Pengem bangan Kehut anan unt uk m enjaw ab permasalahan dan t ant angan
perencanaan pengelolaan DAS kini dan masa depan. Isi buku ini t elah
mengakomodir dua kepent ingan ant ara perencanaan w ilayah DAS dan
perencanaan w ilayah administ rasi daerah. Oleh karena it u dengan t erbit nya
buku ini diharapkan dapat mendukung kebijakan pengelolaan DAS ke depan,
bagi para pengguna baik di Kement erian Kehut anan, kement erian t erkait ,
pemerint ah daerah, perguruan t inggi, dll.
Disadari bahw a unt uk mew ujudkan buku ini diperlukan serangkaian penelit ian
yang panjang, berkesinambungan, dan menunt ut sinergit as yang t inggi dengan
melibat kan banyak penelit i dan t eknisi dari berbagai bidang kepakaran dan
dukungan para pihak t erkait . Oleh karena it u, t erw ujudnya buku ini merupakan
prest asi yang mem banggakan. Unt uk it u kepada: 1). Tim penulis, 2).
Koordinat or Rencana Penelit ian Int egrat if (RPI) Sist em Pengelolaan DAS Hulu,
Lint as Kabupat en, Lint as Provinsi, 3). Seluruh penelit i dan t eknisi t erkait , 4).
Para Penyunt ing, 5). Kepala Balai Penelit ian Teknologi Kehut anan Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai, dan 6). Kepala Pusat Penelit ian dan Pengem bangan
Konservasi dan Rehabilit asi, kami ucapkan “ Selamat at as t erbit nya buku ini”
dan kepada semua pihak yang t elah membant u t erw ujudnya buku ini kami
ucapakan t erima kasih. Kami mengharapkan t et ap t erus menjaga semangat
berkarya karena masih banyak karya nyat a yang dit unggu oleh pengguna
v
Semoga karya yang t elah dihasilkan merupakan amalan yang bermanfaat bagi
kehidupan, t erut ama dalam meningkat kan daya dukung daerah aliran sungai.
Jakart a, April 2012
Kepala Badan Lit bang Kehut anan
vi
SEKAPUR SIRIH
Kepada segenap jajaran Badan Penelit ian dan Pengem bangan Kehut anan, kami
menyam paikan selamat at as t erbit nya buku “ Sist em Perencanaan Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai” sebagai buah karya para penelit inya. Buku ini t ent u
bermanfaat unt uk digunakan sebagai salah sat u rujukan dalam
mengakt ualisasikan t ugas dan f ungsi Direkt orat Jenderal Bina Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai dan Perhut anan Sosial (Dit jen BPDASPS). Pokok-pokok
pikiran yang t ert uang didalam nya dapat dimanfaat kan sebagai landasan
pengam bilan kebijakan dalam bidang pengelolaan DAS.
Bersamaan dengan diundangkannya Perat uran Pemerint ah No. 37 t ahun 2012
t ent ang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) pada bulan M aret 2012, buku
ini sangat mem bant u dalam menjabarkan arah kebijakan, sert a dalam
mengimplement asikan perat uran pemerint ah t ersebut . Dengan demikian
t ujuan dan sasaran Program Peningkat an Fungsi dan Daya Dukung DAS
Berbasis Pem berdayaan M asyarakat , sebagai mandat kepada Kement erian
Kehut anan c/ q Dit Jen BPDASPS, akan dapat diw ujudkan secara nyat a.
Kiranya sum bangan pem ikiran dan dukungan t eknologi bidang pengelolaan
DAS lainnya dari Badan Penelit ian dan Pengem bangan Kehut anan sepert i t elah
dit uangkan dalam Not a Kesepahaman Bulan Juni 2011 dapat t erus dilanjut kan
dan dit ingkat kan.
Semoga buku ini dapat lebih luas daya jangkau manfaat nya bagi berbagai
pihak.
Jakart a, April 2012
Direkt ur Jenderal Bina Pengelolaan
DAS dan Perhut anan Sosial
vii
UCAPAN TERIM A KASIH
Pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) bersifat dinamis sejalan dengan
dinam ika alam dan perilaku manusia t erhadap sumberdaya alam. Buku Sist em
Perencanaan Pengelolaan DAS disusun sebagai upaya unt uk mem bant u para
pihak dalam memaham i dinam ika alam dan manusia sebagai dasar
perencanaan. Telaah perat uran perundangan perlu dilakukan agar
perencanaan yang disusun kom pat ibel dengan sist em pemerint ahan yang
berlaku. Dalam pemanfaat annya buku ini dapat digunakan sebagai acuan
dalam penyusunan buku Pedoman at au Pet unjuk Teknis bagi inst it usi
penyelenggara pengelolaan DAS.
Dengan t ersusunnya buku ini, disampaikan ucapan t erima kasih yang
sebesar-besarnya at as kont ribusi pemikiran dan hasil penelit iaannya, kepada Kepala
Balai sert a para penelit i dan t eknisi t erkait pada Balai Penelit ian Teknologi
Kehut anan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Balai Penelit ian Kehut anan
M akassar, Balai Penelit ian Kehut anan M anado, dan Balai Penelit ian Kehut anan
Aek Nauli. Demikian juga kepada Kepala Badan Penelit ian dan Pengembangan
Kehut anan dan Kepala Pusat Penelit ian dan Pengembangan Konservasi dan
Rehabilit asi diucapkan t erima kasih dan penghargaan set inggi-t ingginya at as
saran dan arahan yang t elah diberikan dalam pelaksanaan Rencana Penelit ian
Int egrat if (RPI) Sist em Pengelolaan DAS Hulu, Lint as Kabupat en dan Lint as
Provinsi sebagai dasar penyusunan buku ini. Kepada penyunt ing buku ini, Dr.
Harry Sant oso dan Prof. Ris. Dr. Prat iw i, diucapkan t erima kasih at as krit ik dan
masukannya. Kepada Direkt ur Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
dan Perhut anan Sosial disam paikan penghargaan yang set inggi-t ingginya at as
perkenannya mem berikan sam but an t erhadap t erbit nya buku ini.
Ucapan t erima kasih dan penghargaan juga disampaikan kepada Kepala Balai
Penelit ian Teknologi Kehut anan Pengelolaan DAS yang t elah memberikan
dukungan t erhadap penyusunan buku ini dan fasilit asi t erhadap koordinasi RPI
Sist em Pengelolaan DAS Hulu, Lint as Kabupat en, dan Lint as Provinsi. Tidak lupa
kami sampaikan penghargaan yang t iada t ernilai kepada almarhum
viii
pem ikiran buku ini. Kepada Sdr. Agung B. Supangat , S.Hut ., M .Si., M T. dan Sdr.
Eko Priyant o, SP diucapkan t erima kasih at as bant uannya dalam melakukan
edit ing buku ini. Kepada sem ua pihak yang t elah mem bant u dalam bent uk
apapun diucapkan t erima kasih.
Disadari bahw a buku ini masih banyak kekurangan sehingga penyempurnaan
akan t erus dilakukan dengan mem perhat ikan krit ik dan saran mem bangun
sert a seiring dinam ika permasalahan dan t eknologi yang berkem bang.
Surakart a, April 2012
ix
DAFTAR ISI
PRAKATA KEPALA BADAN LITBANG KEHUTANAN... iii
SEKAPUR SIRIH DIREKTUR JENDERAL BPDASPS ... vi
UCAPAN TERIM A KASIH ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAM BAR ... xi
DAFTAR LAM PIRAN ... xii
I. PENDAHULUAN ... 1
II. KERANGKA DASAR PERENCANAAN ... 5
A. Hierarki Perencanaan Pengelolaan DAS Dalam Perencanaan Pembangunan ... 5
B. Penselarasan Wilayah DAS dan Wilayah Administ rasi Daerah ... 9
C. Prinsip Dasar Perencanaan Pengelolaan DAS ... 13
III. PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS LINTAS KABUPATEN ... 19
A. Karakt erisasi DAS Sebagai Basis Ident ifikasi M asalah ... 19
B. Analisis Karakt erist ik DAS dan Usulan Kegiat an ... 25
C. M ekanisme Perencanaan dan Peran Para Pihak... 30
IV. PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS DALAM KABUPATEN ... 35
A. Karakt erisasi Daerah Tangkapan Air dalam Kabupat en Dominan ... 35
B. Analisis Karakt erist ik Daerah Tangkapan Air ... 40
C. Usulan Kegiat an ... 51
D. Pert im bangan Ekonom i Wilayah dalam Pengelolaan Sub DAS 52 E. M ekanisme Perencanaan dan Peran Para Pihak... 59
V. PENUTUP ... 61
PUSTAKA ... 62
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hierarki perencanaan pembangunan nasional ... 5
Tabel 2. Alt ernat if penselarasan bat as daerah t angkapan air dengan wilayah kabupat en dom inan di DAS Tunt ang ... 11
Tabel 3. Penselarasan pem bagian w ilayah DAS Progo ant ara sat uan adm inist rasi dan daerah t angkapan air. ... 12
Tabel 4. Skala kerent anan/ sensit ivit as lahan t erhadap erosi... 20
Tabel 5. Klasifikasi t ipologi at au kerent anan lahan t erhadap erosi ... 21
Tabel 6. Formula t ipologi pasokan air banjir ... 21
Tabel 7. Sist em lahan rent an kebanjiran ... 22
Tabel 8. Formula t ipologi/ kerent anan penduduk t erhadap lahan ... 22
Tabel 9. Formula t ipologi ekonom i DAS ... 23
Tabel 10.Skala kerent anan/ sensit ivit as kew ilayahan pengelolaan DAS 24 Tabel 11.Tipologi pengelolaan DAS ... 25
Tabel 12.Tipologi daerah t angkapan air di DAS Tunt ang ... 28
Tabel 13.Luas penut upan lahan pada set iap Bagian DAS di DAS Tunt ang ... 29
Tabel 14.Klasifikasi t ingkat kerent anan/ degradasi Sub DAS ... 36
Tabel 15.Pot ensi pasokan air banjir set iap daerah t angkapan air (DTA) di DAS Tunt ang Bagian Hulu ... 45
Table 16.Luas t ingkat keraw anan kebanjiran set iap daerah t angkapan air (DTA) di Sub DAS Tunt ang Hulu ... 46
Tabel 17.Karakt erist ik kekeringan di Sub DAS Tunt ang Hulu ... 47
Tabel 18.Pengamat an debit sungai di DAS Tunt ang (Juni 2011) ... 47
Tabel 19.Luas t ingkat kekrit isan lahan di Sub DAS Tunt ang Hulu ... 48
Tabel 20.Luas dan t ingkat kerent anan t anah longsor di Sub DAS Tunt ang Hulu ... 49
Tabel 21.Paramet er sosial ekonomi dan kelembagaan Sub DAS Tunt ang Hulu ... 50
Tabel 22.Klasifikasi sekt oral at as dasar analisis int ernal ... 54
xi
DAFTAR GAM BAR
Gambar 1. Pet a alt ernat if penselarasan bat as daerah t angkapan air
dengan w ilayah kabupat en Di DAS Tunt ang ... 11
Gambar 2. Pet a penselarasan ant ara sat uan daerah t angkapan air dengan w ilayah adm inst rasi di DAS Progo ... 13
Gambar 3. Diagram alir sist em pengelolaan DAS ... 15
Gambar 4. Proses diagnosis kesehat an DAS sebagai basis karakt erisasi ... 17
Gambar 5. Diagram alir analisis t ipologi DAS ... 19
Gambar 6. Para pihak t erkait perencanaan pengelolaan DAS ... 31
Gambar 7. M ekanisme at au proses perencanaan pengelolaan DAS t ingkat provinsi ... 34
Gambar 8. M odel analisis kerent anan pot ensi banjir ... 41
Gambar 9. M odel analisis kerent anan daerah raw an banjir ... 42
Gambar 10.M odel analisis kerent anan kekeringan ... 42
Gambar 11.M odel analisis kerent anan kekrit isan lahan ... 43
Gambar 12.M odel analisis kerent anan t anah longsor ... 43
Gambar 13.M odel analisis kerent anan sosial ekonomi kelem bagaan . 44 Gambar 14. Pet a t ingkat pasokan air banjir t iap DTA di Sub DAS Tunt ang Hulu ... 45
Gambar 15. Pet a sebaran t ingkat keraw anan kebanjiran set iap DTA di Sub DAS Tunt ang Hulu ... 46
Gambar 16. Pet a Lahan krit is pada set iap daerah t angkapan air di Sub DAS Tunt ang Hulu ... 48
xii
DAFTAR LAM PIRAN
Lam piran 1.
Tabel A.1. Form ulasi banjir dan daerah raw an banjir ... 68
Tabel A.1.a. Teknik penyidikan paramet er-paramet er
kerent anan banjir ... 70
Tabel A.1.b. Teknik penyidikan paramet er-paramet er
daerah raw an banjir ... 71
Tabel A.1.a.1. Bent uk-bent uk DAS ... 72
Tabel A.1.a.2. Kerapat an drainase... 73
Tabel B.1. Formulasi kerent anan kekeringan dan pot ensi air .. 74
Tabel B.2. Teknik penyidikan/ invent arisasi paramet er-
paramet er kerent anan kekeringan dan pot ensi air . 75
Tabel C.1. Formulasi kekrit isan dan pot ensi lahan ... 76
Tabel C.2. Teknik penyidikan kekrit isan lahan ... 78
Tabel D.1. Formulasi kerent anan t anah longsor ... 79
Tabel D.2. Teknik penyidikan paramet er kerent anan
t anah longsor ... 81
Tabel D.2.1. Ilust rasi t anda-t anda raw an lonngsor pada
pet a geologi ... 82
Tabel E.1. Formulasi kerent anan dan pot ensi sosial
ekonom i kelem bagaan ... 83
Tabel E.2. Teknik penyidikan paramet er soseklem ... 85
Lam piran 2. Hubungan t ingkat kerent anan sub DAS dengan f ungsi
kaw asannya sebagai dasar unt uk pengusulan rencana
kegiat an pengelolaan sub DAS ... 88
Lam piran 3. Kegiat an rehabilit asi lahan dan konservasi t anah (RLKT)
dan at au rehabilit asi hut an dan lahan (RHL) ... 93
Lam piran 4. Pengert ian-pengert ian ... 95
1
I.
PENDAHULUAN
Daerah aliran sungai (DAS) merupakan ruang di mana sumberdaya alam ,
t erut ama veget asi, t anah dan air, berada dan t ersim pan sert a t empat hidup
manusia dalam memanfaat kan sum berdaya alam t ersebut unt uk
memenuhi kebut uhan hidupnya. Sebagai w ilayah, DAS juga dipandang
sebagai ekosist em dari daur air, sehingga DAS didefinisikan sebagai suat u
w ilayah darat an yang merupakan sat u kesat uan dengan sungai dan
anak-anak sungainya, yang berf ungsi menam pung, menyim pan, dan mengalirkan
air yang berasal dari curah hujan ke danau at au ke laut secara alami. Bat as
di darat merupakan pem isah t opografi dan bat as di laut sam pai dengan
daerah perairan yang masih t erpengaruh akt ivit as darat an (UU No. 7 Tahun
2004). Dengan demikian DAS merupakan sat uan w ilayah alam i yang
mem berikan manfaat produksi sert a m emberikan pasokan air melalui
sungai, air t anah, dan at au mat a air, unt uk memenuhi berbagai
kepent ingan hidup, baik unt uk manusia, flora maupun fauna. Unt uk
mem peroleh manfaat yang opt imal dan berkelanjut an perlu disusun sist em
perencanaan pengelolaan DAS yang obyekt if dan rasional. Perencanaan
pengelolaan DAS bersifat dinamis karena dinam ika proses yang t erjadi di
dalam DAS, baik proses alam , polit ik, sosial ekonomi kelembagaan, maupun
t eknologi yang t erus berkem bang.
Pemanfaat an air bagi kehidupan ant ara lain unt uk kebut uhan irigasi,
pert anian, indust ri, konsumsi rumah t angga, w isat a, t ransport asi sungai,
dan kebut uhan lainnya. Nam un, air yang dihasilkan dari DAS juga bisa
merupakan ancaman bencana sepert i banjir dan sediment asi hasil angkut an
part ikel t anah oleh aliran air. Pot ensi air yang dihasilkan dari suat u DAS
perlu dikendalikan melalui serangkaian pengelolaan sehingga ancaman
bencana banjir pada m usim penghujan dapat dit ekan sekecil m ungkin dan
jaminan pasokan air pada musim langka hujan (kemarau) t ercukupi secara
berkelanjut an. Sejalan dengan prinsip t ersebut maka salah sat u t ujuan
penyelenggaraan kehut anan adalah unt uk sebesar-besarnya kemakm uran
rakyat yang berkeadilan dan berkelanjut an dengan meningkat kan daya
2
dengan memperhat ikan asas konservasi dan ekologi t at a air perlu disusun
dalam suat u sist em perencanaan dalam sat uan pengelolaan DAS.
Proses alam sepert i gempa bum i dan perubahan iklim merupakan fakt or
alam yang harus dicermat i perilakunya unt uk bisa dilakukan adapt asi. Pada
beberapa t em pat , gem pa bum i mengakibat kan perubahan kest abilan t anah
sehingga sering t erjadi bencana t anah longsor. Demikian juga adanya
perubahan iklim yang berakibat pada perubahan int ensit as hujan, dist ribusi
erosivit as hujan, dan sifat hujan lainnya yang akhirnya berakibat pada
semakin t ingginya erosi t anah (Paimin, 2010.a) dan sering t erjadinya
bencana banjir. Proses alam yang t erjadi mem bent uk kekhasan set iap DAS,
baik keberagaman dalam cakupan luasan, ket erkait an dengan w ilayah
adm inist rasi, maupun karakt erist iknya.
Dinam ika polit ik t ercermin dari t erbit nya berbagai perat uran perundangan
yang merupakan acuan ut ama penyelenggaraan pemerint ahan.
Perundangan yang perlu diperhat ikan dalam menunt un penyusunan
perencanaan pengelolaan DAS ant ara lain Undang–Undang (UU) No. 41
Tahun 1999 t ent ang Kehut anan, UU No. 7 Tahun 2004 t ent ang Sum ber
Daya Air, UU No. 32 t ahun 2004 t ent ang Pemerint ahan Daerah, UU No. 25
Tahun 2004 t ent ang Sist em Perencanaan Pembangunan Nasional, dan UU
No. 26 t ahun 2007 t ent ang Penat aan Ruang, besert a perat uran
perundangan t urunannya.
Perkembangan penduduk seiring dengan w akt u menjadikan pengelolaan
DAS sepert inya t anpa akhir. Pengelolaan DAS merupakan suat u usaha yang
t erus berjalan, karena fakt or alam maupun fakt or buat an manusia selalu
ada dan berubah set iap w akt u (Sheng, 1986 dan 1990). Pert am bahan
penduduk mengakibat kan peningkat an penyediaan kebut uhan pangan,
t ermasuk air, dan papan. Sement ara it u lapangan kerja masih t erbat as
sehingga jumlah masyarakat pet ani sem akin bert ambah dan belum bisa
beranjak dari lapangan kerja pert anian. Dengan dem ikian pemilikan dan
luas lahan garapan semakin sem pit , sehingga t ekanan penduduk t erhadap
lahan unt uk pert anian semakin berat . Tekanan berat t ercermin dari
3
penyerobot an lahan non pert anian. Akibat lanjut adalah pendapat an dari
bidang pert anian semakin rendah.
Penduduk bert am bah berart i kebut uhan air bert am bah. Paw it an (2002)
menyat akan bahw a meskipun Indonesia m emiliki sum berdaya air melim pah
t et api kenyat aan kelangkaan air dan sum ber air menjadi kenyat aan,
t erut ama daerah perkot aan dan pusat pengembangan w ilayah di sekit ar
perkot aan. Daerah yang rent an ket ersediaan air adalah pulau Jaw a, Bali,
Nusa Tenggara, Sulaw esi, dan M aluku.
Pert ambahan penduduk juga berdam pak pada peningkat an kebut uhan
papan sehingga t erjadi konversi lahan, t erut ama lahan pert anian, menjadi
lahan pem ukiman. Tekanan t erhadap lahan t idak hanya oleh pert am bahan
penduduk t et api juga desakan pem bangunan yang memerlukan lahan,
sepert i indust ri, jalan dan lain-lain. Dengan merujuk Sumaryant o dan
Suhaet i (1997), Sumaryant o, et al. (2001) mem berikan dat a luas perkiraan
konversi lahan saw ah di Jaw a sebesar 138.266 ha yang t ersebar di Provinsi
Jaw a Barat seluas 37.033 ha selama 5 (lim a) t ahun (t ahun 1987 - 1991), di
Provinsi Jaw a Tengah 40.327 ha (t ahun 1981 – 1986), di Provinsi Daerah
Ist imew a Yogyakart a 2.910 ha (t ahun 1986 – 1990), dan Provinsi Jaw a
Tim ur 57.996 ha (t ahun 1987 – 1993). Konversi lahan mengakibat kan
perubahan neraca air DAS baik secara spasial maupun t em poral.
Pengelolaan DAS dalam pelaksanaannya melibat kan banyak st akeholders
(para pihak) dan pengam bil keput usan, khususnya dalam pemanfaat an
sum berdaya alam dengan berbagai t ujuannya, sehingga pendekat an mult
i-disiplin merupakan keharusan esensial. Kegiat an dalam pengelolaan DAS
harus melibat kan inst it usi pemerint ah dari berbagai bidang at au sekt or
sert a berbagai kelompok masyarakat . Akan t et api t erlalu banyak pelibat an
unsur at au elemen dalam perencanaan dan pengam bilan keput usan
menjadikan hasil akhir yang kurang efisien/ opt imal dan kurang
mem uaskan. Part isipasi kelem bagaan dalam pengelolaan DAS perlu dibat asi
pada kom unit as yang secara langsung berpengaruh dan berkait an. Sist em
pem bangunan nasional yang t elah diat ur dalam sist em perat uran
4
pengelolaan DAS, yait u dengan melibat kan berbagai unsur kelembagaan
secara efisien.
Perencanaan adalah suat u proses unt uk menent ukan t indakan-t indakan di
masa depan dengan t epat , m elalui t ahapan pilihan-pilihan yang sesuai,
sert a mem perhit ungkan sum berdaya yang t ersedia (UU No. 25 Tahun
2004). Tindakan di masa depan yang direncanakan didasarkan pada
permasalahan akt ual suat u DAS yang ada pada saat t ersebut dan sedang
berkem bang, yang dicerminkan oleh t ingkat keraw anan at au sifat rent an
dan pot ensi sum berdaya dalam DAS (Paim in, 2010.b). Karakt erist ik
sum berdaya dalam DAS dari aspek biofisik dan sosial ekonom i, merupakan
t umpuan dasar dari sist em perencanaan pengelolaan yang dit erapkan.
Penerbit an buku ini bert ujuan unt uk memberikan salah sat u acuan t eknis
dalam melakukan perencanaan pengelolaan DAS secara rasional dan
aplikat if yang disusun pada berbagai hierarki pengelolaan yang diselaraskan
dengan sist em penyelenggaraan pemerint ahan. Diharapkan buku ini dapat
digunakan oleh perencana pengelolaan DAS baik inst ansi Pemerint ah yang
t erkait dalam perencanaan pengelolaan DAS maupun Sat uan Kerja
Pemerint ah Daerah (SKPD) Provinsi, Kabupat en/ Kot a yang diberi mandat
dalam perencanaan pengelolaan DAS sesuai dengan PP No. 37 t ahun 2012
5
II.
KERANGKA DASAR PERENCANAAN
A. Hierarki Perencanaan Pengelolaan DAS Dalam Perencanaan Pembangunan
Perencanaan pengelolaan DAS merupakan salah sat u bent uk perencanaan
pem bangunan sum berdaya alam (veget asi, t anah, dan air) dengan
menggunakan sat uan at au unit pengelolaan daerah t angkapan air
(cat chment area) at au daerah aliran sungai dengan bagian-bagian
w ilayahnya. Salah sat u acuan ut ama perat uran perundangan yang
mendasari penyusunan perencanaan pembangunan di Indonesia adalah
Undang-Undang (UU) No. 25 Tahun 2004 t ent ang Sist em Perencanaan
Pembangunan Nasional. Oleh karena it u sist em perencanaan pengelolaan
DAS yang dibangun harus kompat ibel dengan sist em perencanaan nasional.
Berdasarkan UU No. 25 Tahun 2004 pasal 3, 4, 5, dan 7, hierarki
perencanaan pem bangunan nasional dapat diringkas sepert i pada Tabel 1.
Tabel 1. Hierarki perencanaan pembangunan nasional
Jenjang Pemerint ahan Jangka Wakt u Pembangunan
Panjang M enengah Tahunan
Nasional RPJP Nasional RPJM Nasional RKP
Kement erian/ Lembaga - Renst ra-KL Renja-KL
Provinsi RPJP Daerah RPJM Daerah RKPD
SKPD - Renst ra-SKPD Renja-SKPD
Kabupaten/ Kota RPJP Daerah RPJM Daerah RKPD
SKPD - Renst ra-SKPD Renja-SKPD
Sumber: UU No. 25 Tahun 2004 (Diolah)
Perencanaan pem bangunan nasional, provinsi, maupun kabupat en/ kot a
t erdiri dari: (a) Rencana Pem bangunan Jangka Panjang (RPJP), (b) Rencana
Pembangunan Jangka M enengah (RPJM ), dan (c) Rencana Pembangunan
Tahunan At au Rencana Kerja Pemerint ah/ Daerah (RKP/ D). Rencana
6
kem udian disebut Rencana St rat egis Kement erian/ Lembaga (Renst ra-KL),
merupakan dokumen perencanaan Kement erian/ Lem baga unt uk periode
lima t ahun yang mem uat visi, misi, t ujuan, st rat egi, kebijakan, program, dan
kegiat an pem bangunan sesuai dengan t ugas dan fungsi. Rencana
Pembangunan Tahunan Kement erian/ Lembaga, yang kemudian disebut
Rencana Kerja Kement erian/ Lem baga (Renja-KL), adalah dokumen
perencanaan Kement erian/ Lembaga unt uk periode sat u t ahun yang disusun
dengan berpedoman pada Renst ra-KL dan m engacu pada priorit as
pem bangunan nasional dan pagu indikat if , sert a mem uat kebijakan,
program , dan kegiat an pem bangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh
pemerint ah maupun yang dit em puh dengan mendorong part isipasi
masyarakat .
Demikian juga unt uk daerah, RPJM Sat uan Kerja Pemerint ah Daerah (SKPD),
selanjut nya disebut Renst ra-SKPD, merupakan dokumen perencanaan SKPD
unt uk periode lima t ahun yang mem uat visi, misi, t ujuan, st rat egi,
kebijakan, program , dan kegiat an pembangunan sesuai dengan t ugas dan
fungsi SKPD yang disusun berdasarkan RPJM Daerah dan bersifat indikat if.
Rencana Pem bangunan Tahunan SKPD, yang kem udian disebut Renja-SKPD,
adalah dokumen perencanaan SKPD unt uk periode sat u t ahun yang disusun
dengan berpedoman pada Renst ra-SKPD dan mengacu kepada RKP,
mem uat kebijakan, program , dan kegiat an pembangunan baik yang
dilaksanakan langsung oleh pemerint ah daerah maupun yang dit em puh
dengan mendorong part isipasi masyarakat .
Dalam PP No. 37 t ahun 2012 t ent ang Pengelolaan DAS pada pasal 22
disebut kan bahw a Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS dilakukan oleh:
a. M ent eri unt uk DAS lint as negara dan DAS lint as Provinsi;
b. Gubernur sesuai kew enangannya unt uk DAS dalam provinsi dan/ at au
lint as kabupat en/ kot a;
c. Bupat i/ w alikot a sesuai kew enangannya unt uk DAS dalam
kabupat en/ kot a.
Secara operasional lapangan, im plement asi at au pelaksanakan pengelolaan
7
dan lint as provinsi bersifat koordinasi dan pengendalian t erhadap
hubungan pengelolaan DAS lint as w ilayah administ rasi. Oleh karena it u
w ilayah DAS yang lint as provinsi dan lint as kabupat en perlu dibagi menjadi
daerah t angkapan air yang selaras dengan w ilayah adimist rasi kabupat en
unt uk disusun perencanaan lebih rinci.
Dalam proses penselarasan, perlu disadari bahw a bat as w ilayah DAS yang
alami jarang sekali, bahkan t idak m ungkin, berhim pit an dengan bat as
w ilayah administ rasi pemerint ahan. Sem ent ara it u luas DAS di Indonesia
sangat beragam, sehingga DAS perlu dikelompokkan dengan menyesuaikan
keberadaannya dalam w ilayah administ rasi pemerint ahan yang “ dom inan”
yakni bagian DAS at au daerah t angkapan air dalam w ilayah kabupat en
dominan, daerah t angkapan air dalam w ilayah provinsi dom inan, dan lint as
provinsi. Bagian DAS dalam w ilayah adm inist rasi bisa t erdiri dari sat u at au
lebih sub DAS dan at au sub-sub DAS. Dengan dem ikian perencanaan yang
t ersusun akan memiliki kom pat ibilit as dengan pem bangunan w ilayah yang
berangkut an. Perencanaan pengelolaan DAS lint as kabupat en dan lint as
provinsi disusun unt uk jangka w akt u 15 t ahun sedangkan DAS at au bagian
DAS dalam kabupat en dom inan disusun unt uk jangka w akt u lima t ahun
at au rencana pembangunan jangka menengah (RPJM ).
Dalam UU No. 32 t ahun 2004 tent ang Pemerint ahan Daerah, pasal 17 ayat
(1) disebut kan bahw a hubungan dalam bidang pemanfaat an sum berdaya
alam dan sum berdaya lainnya ant ara Pemerint ah dan pemerint ah daerah
meliput i: (c) penyerasian lingkungan dan t at a ruang sert a rehabilit asi lahan.
Pada pasal 17 ayat (2) disebut kan bahw a hubungan dalam bidang
pemanfaat an sumberdaya alam dan sum berdaya lainnya ant ar
pemerint ahan daerah meliput i: pelaksanaan pemanfaat an hubungan dalam
bidang pemanfaat an sum berdaya alam dan sum berdaya lainnya ant ara
pemerint ah dan pemerint ahan daerah m eliput i: pelaksanan pemanfaat an
sum berdaya alam dan sum berdaya lainnya yang menjadi kew enangan
daerah, kerjasama bagi hasil at as pemanfaat an hubungan dalam bidang
pemanfaat an sumberdaya alam dan sum berdaya lainnya ant ar
pemerint ahan daerah, dan pengelolaan perizinan bersama dalam
pemanfaat an sum berdaya alam dan sum berdaya lainnya. Pada pasal 196
8
dam pak lint as daerah dikelola bersama oleh daerah t erkait melalui badan
kerjasama. Apabila daerah t idak bisa melaksanakan kerjasama maka
pengelolaannya dilaksanakan oleh pemerint ah (pusat ). UU No. 25 t ahun
2004 pasal 33 menyebut kan bahw a gubernur menyelenggarakan
koordinasi, int egrasi, sinkronisasi, dan sinergi perencanaan pembangunan
ant ar kabupat en/ kot a.
Dalam UU No. 26 Tahun 2007 pasal 7 menyebut kan bahw a negara
menyelenggarakan penat aan ruang unt uk sebesar-besarnya kemakm uran
rakyat dengan mem berikan kew enangan penyelenggaraan penat aan ruang
kepada pemerint ah dan pemerint ah daerah. Pasal 10 menyebut kan
w ew enang pemerint ah daerah provinsi dalam penyelenggaraan penat aan
ruang meliput i: (a) pengat uran, pembinaan, dan pengaw asan t erhadap
pelaksanaan penat aan ruang w ilayah provinsi, dan kabupat en/ kot a, sert a
t erhadap pelaksanaan penat aan ruang kaw asan st rat egis provinsi dan
kabupat en/ kot a, (b) pelaksanaan penat aan ruang w ilayah provinsi, (c)
pelaksanaan penat aan ruang kaw asan st rat egis provinsi, dan (d) kerja sama
penat aan ruang ant ar provinsi dan pem fasilit asan kerja sama penat aan
ruang ant ar kabupat en/ kot a. Pasal 11 ayat (1) mengamanat kan bahw a
w ew enang pemerint ah daerah kabupat en/ kot a dalam penyelenggaraan
penat aan ruang meliput i: (a) pengat uran, pem binaan, dan pengaw asan
t erhadap pelaksanaan penat aan ruang w ilayah kabupat en/ kot a dan
kaw asan st rat egis kabupat en/ kot a, (b) pelaksanaan penat aan ruang w ilayah
kabupat en/ kot a, (c) pelaksanaan penat aan ruang kaw asan st rat egis
kabupat en/ kot a; dan (d) kerja sama penat aan ruang ant ar kabupat en/ kot a.
Pada pasal 14 Perat uran Pemerint ah No. 150 t ahun 2000, t ent ang
Kerusakan Tanah Unt uk Produksi Biomassa, disebut kan bahw a gubernur
melakukan pengaw asan at as pengendalian kerusakan t anah yang
berdam pak at au diperkirakan berdam pak lint as kabupat en/ kot a, dan
bahw a ment eri dan/ at au kepala inst ansi yang bert anggung jaw ab,
melakukan pengaw asan at as pengendalian kerusakan t anah yang
berdam pak at au diperkirakan berdam pak lint as provinsi.
Hierarki perencanaan berim plikasi pada skala pet a kerja yang digunakan.
Dalam PP No. 15 Tahun 2010 t ent ang Penyelenggaraan Penat aan Ruang
9
50.000, unt uk t ingkat provinsi digunakan t ingkat ket elit ian skala minimal 1 :
250.000, dan unt uk skala nasional 1 : 1.000.000. Dengan demikian skala
perencanaan pengelolaan pada t ingkat DAS at au t ingkat bagian DAS dalam
w ilayah administ rasi (sub DAS) mengikut i hierarki skala ini.
B. Penselarasan W ilayah DAS dan W ilayah Administrasi Daerah
Daerah aliran sungai (DAS), yang dipandang sebagai ekosist em t at a air dan
digunakan sebagai unit pengelolaan sum berdaya alam veget asi, t anah dan
air yang rasional, merupakan w ilayah darat an dengan bat as alam berupa
punggung-punggung bukit sehingga t idak selalu bisa berhim pit an dengan
bat as adm inist rasi pemerint ahan. Dengan demikian perbedaan bat as
w ilayah t ersebut t idak perlu dipert ent angkan t et api perlu dit at a
keselarasannya, agar ket erkait an ant ar w ilayah adm inist rasi dalam sat uan
DAS bisa t erhubung secara serasi melalui jalinan daur hidrologi.
Penggunaan DAS sebagai sat uan w ilayah pengelolaan adalah unt uk
mem berikan pemahaman secara rasional dan obyekt if bahw a set iap
kegiat an yang dilakukan di suat u t em pat (on sit e) di bagian hulu DAS
mem iliki dam pak at au im plikasi di t em pat lain (off sit e) di bagian hilir DAS;
at au sebaliknya bahw a pemanfaat an sumberdaya alam di w ilayah hilir
merupakan hasil dari daerah hulu yang secara daerah ot onomi at au
adm inist rasi berbeda w ilayah pengelolaannya.
Jumlah DAS di Indonesia sangat banyak dengan luasan yang sangat
beragam dan t erlet ak pada ham paran w ilayah administ rasi yang berada
dalam sat u kabupat en, lint as kabupat en maupun lint as provinsi, bahkan
lint as negara. Dalam Keput usan M ent eri Kehut anan No. 511/ M enhut
-V/ 2011 t ent ang Penet apan Pet a Daerah Aliran Sungai disebut kan bahw a
jum lah DAS di Indonesia meliput i 17.088 DAS dengan ukuran luas sangat
beragam m ulai kurang dari 100 ha hingga lebih dari em pat jut a hekt ar.
Dalam Rencana Pem bangunan Jangka M enengah (RPJM ) Tahun 2009 –
2014 dit et apkan DAS yang berada dalam kondisi krit is dan memerlukan
priorit as penanganan mencakup 108 DAS (Keput usan M ent eri Kehut anan
No. SK. 328/ M enhut -II/ 2009).
Wilayah DAS t idak selalu dan bahkan t idak pernah berhimpit an dengan
10
pengelolaan DAS harus memiliki kompat ibilit as at au keselarasan dengan
sist em pemerint ahan daerah ot onom i, sist em perencanaan pem bangunan
nasional, dan sist em t at a ruang w ilayah yang menggunakan sat uan w ilayah
adm inist rasi. Dengan penselarasan ini akan bisa dicapai 2 (dua) t ujuan
pengelolaan DAS, dari aspek ekonomi (produksi) dan aspek lingkungan
(perlindungan) secara t erint egrasi (Brooks, et al., 1990).
M engingat w ilayah adm inist rasi secara alami t erhubung dalam sat uan siklus
air dalam w ilayah DAS, maka w ilayah DAS dapat dibagi dalam beberapa
bagian sat uan daerah t angkapan air yang paling sesuai dengan w ilayah
aminist rasi. Pem bagian ini t idak m ungkin bisa t epat sama maka bagian
daerah t angkapan air t ersebut dinyat akaan dalam ‘satuan daerah
administrasi dominan’, m isal kabupat en dom inan. Secara kart ografis
penselarasan w ilayah DAS dilakukan dengan coba-coba (t rial and error)
dengan cara mendeliniasi bat as punggung bukit yang dim ulai dari alt ernat if
beberapa t it ik luaran (out let s) hidrologis dengan mem pert imbangkan
cakupan w ilayah administ rasi. Dengan demikian berdasarkan hasil deliniasi
dapat dihit ung luas daerah t angkapan air yang berada dalam sat u w ilayah
kabupat en dominan.
Sebagai ilust rasi adalah pem bagian w ilayah DAS Tunt ang yang merupakan
DAS dalam sat u provinsi yait u Jaw a Tengah at au DAS lint as kabupat en.
Dengan cara coba-coba dengan dua alt ernat if pem bagian w ilayah hasilnya
sepert i disajikan pada Tabel 2. dan Gam bar 1. (Paim in, et al., 2011).
11
Tabel 2. Alt ernat if penselarasan bat as daerah t angkapan air dengan w ilayah
kabupat en dominan di DAS Tunt ang
No Kabupaten Sub DAS (Ha) Alternatif I Sub DAS (Ha) Alternatif II Jumlah Hulu Tengah Hilir Hulu Tengah Hilir
1. Semarang 44.629 9.125 0 53.754 0 0 53.754
2. Grobogan 3.780 32.820 5.314 5.718 35.772 424 41.914
3. Boyolali 68 4.362 0 2.597 1.833 0 4.430
4. Kot a Salat iga 4.777 0 0 4.777 0 0 4.777
5. M agelang 66 0 0 66 0 0 66
6. Kendal 14 0 0 14 0 0 14
7. Demak 0 5 25.080 0 428 24.657 25.085
Jumlah 53.334 46.312 30.394 66.926 38.032 25.082 130.040
Sumber: Paimin, et al. (2011)
Berdasarkan dat a Tabel 2. maka dipilih alt ernat if II dengan pert im bangan:
a. Daerah t angkapan air yang berada di dalam w ilayah kabupat en lebih
dominan dibandingkan dengan alt ernat if I
b. Kem udahan komunikasi at au akses ant ara w ilayah adm inist rasi
kabupat en dominan dengan w ilayah kabupat en minor; sepert i
Kabupat en Boyolali (minor) aksesnya lebih m udah ke Kabupat en
Semarang (dom inan) dibandingkan ke Kabupat en Grobogan
(dominan)
12
c. Pembagian w ilayah dalam unit hidrologis t erukur
Hasil penselarasan kew ilayahan sepert i Tabel 2. t erlihat bahw a secara
Administ rat if dom inan DAS Tunt ang Bagian Hulu berada di Kabupat en
Semarang. DAS Tunt ang Bagian Tengah berada di Kabupat en Grobogan,
dan DAS Tunt ang Bagian Hilir berada di Kabupat en Demak.
Cont oh lain adalah pembagian w ilayah DAS Progo yang merupakan w ilayah
DAS lint as provinsi yakni Provinsi Jaw a Tengah dan Provinsi Daerah
Ist imew a Yogyakart a (Paimin, et al., 2009). Pembagian w ilayah dim ulai dari
bat as daerah t angkapan air ant ara w ilayah provinsi, baru kemudian
dilakukan deliniasi bat as daerah t angkapan air dalam kabupat en dominan,
sepert i pada Tabel 3. dan Gam bar 2.
Tabel 3. Penselarasan pem bagian w ilayah DAS Progo ant ara sat uan
adm inist rasi dan daerah t angkapan air
Bagian DAS Provinsi Kabupaten/ Kota Luas (Ha)
Progo Hulu Jawa Tengah
Luas Sub DAS Progo Tengah 123.532,84
Progo Hilir DIY Bantul 12.609,88
Kulon Progo *) 29.730,19
Sleman 20.158,20
Kota Yogyakarta 23,55
Jawa Tengah M agelang 72,22
Purw orejo 315,11
Luas Sub DAS Progo Hilir 62.909,13
Total Luas DAS Progo 243.938,09
Ket erangan: *) kabupat en dom inan
13
Dengan penselarasan w ilayah alam i daerah t angkapan air dengan w ilayah
adm inist rasi pemerint ahan, maka dat a sosial ekonomi budaya dan
kelembagaan yang diperoleh dari inst it usi provinsi maupun kabupat en
dapat didayagunakan unt uk analisis perencanaan pengelolaan DAS secara
lebih obyekt if dan rasional.
C. Prinsip Dasar Perencanaan Pengelolaan DAS
Daerah aliran sungai (DAS) bisa dipandang sebagai suat u sist em
pengelolaan, dimana DAS memperoleh masukan (input) yang kem udian
diproses di DAS unt uk menghasilkan luaran (out put) (Asdak, 1995 dan
Becerra, 1995). Dengan dem ikian DAS merupakan prosesor dari set iap Gambar 2. Pet a penselarasan ant ara sat uan daerah t angkapan air dengan
14
masukan yang berupa hujan dan int ervensi manusia (manajemen) unt uk
menghasilkan luaran yang berupa produksi, lim pasan dan sedimen. Daerah
aliran sungai juga dapat dipandang sebagai suat u sist em ekologi yang t erdiri
dari komponen-kom ponen biot ik dan abiot ik yang saling berint egrasi dalam
suat u kesat uan. Hubungan ant ara berbagai komponen berlangsung dinamis
unt uk memperoleh keseim bangan secara alami. Dinam ika keseim bangan
t ersebut bisa menuju ke arah baik at au ke arah buruk, yang kondisinya
sangat dipengaruhi oleh besarnya int ervensi manusia t erhadap sum berdaya
alam dan proses int eraksi alam sendiri. Oleh karena it u, dalam daerah
t angkapan air at au DAS t erjadi hubungan t im bal balik ant ara sum berdaya
manusia dengan sumberdaya alam yang mem pengaruhi kelest arian
sum berdaya alam t ersebut . Hubungan t im bal balik ini t idak hanya set empat
(onsit e) t et api juga di t em pat lain (offsit e), sehingga diperlukan sist em
pengelolaan menyeluruh dari hulu sampai hilir.
M enurut Dixon (1986), pengelolaan DAS didefinisikan sebagai proses
formulasi dan im plement asi dari suat u rangkaian kegiat an yang
menyangkut sumberdaya alam dan manusia dalam suat u DAS dengan
mem perhit ungkan kondisi sosial, polit ik, ekonom i dan fakt or-fakt or inst it usi
yang ada di DAS dan di sekit arnya unt uk mencapai t ujuan sosial yang
spesifik. Sedang dalam Perat uran Pemerint ah No. 37 t ahun 2012,
pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengat ur hubungan t im bal
balik ant ara sum ber daya alam dengan m anusia di dalam DAS dan segala
akt ivit asnya, agar t erw ujud kelest arian dan keserasian ekosist em sert a
meningkat nya kemanfaat an sum berdaya alam bagi manusia secara
berkelanjut an.
Pengelolaan DAS bukan hanya hubungan ant ar biofisik, t et api juga
merupakan pert alian dengan fakt or ekonomi dan kelem bagaan. Dengan
dem ikian perencanaan pengelolaan DAS perlu mengint egrasikan fakt
or-fakt or biofisik, sosial ekonom i dan kelembagaan unt uk mencapai
kelest arian berbagai macam penggunaan lahan di dalam DAS yang secara
t eknis aman dan t epat , secara lingkungan sehat , secara ekonom i layak, dan
secara sosial dapat dit erima masyarakat (Brooks, et al., 1990). Selain it u
pengelolaan DAS juga bert ujuan unt uk mencegah kerusakan
(mem pert ahankan daya dukung) dan memperbaiki yang rusak (pem ulihan
15
Kerangka dasar pengelolaan DAS secara skemat is dapat digam barkan
sepert i diagram Gambar 3.
Kegiat an-kegiat an perencanaan, im plement asi, dan monit oring dan evaluasi
pengelolaan bisa t erselenggara dengan suat u bingkai sist em kelem bagaan.
Gambar 3 menunjukkan bahw a proses perencanaan pengelolaan DAS
diaw ali dengan proses karakt erisasi DAS. Dalam Perat uran M ent eri
Kehut anan No. P.42/ M enhut -II/ 2009 t ent ang Pola Umum , Krit eria dan
St andar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu, disebut kan bahw a
salah sat u pert im bangan dalam analisis masalah pengelolaan DAS adalah Gambar 3. Diagram alir sistem pengelolaan DAS .
16
karakt erist ik biofisik dan sosial budaya. Hasil karakt erisasi dapat digunakan
unt uk menent ukan klasifikasi DAS dalam kat egori yang ” dipulihkan” at au
yang ” dipert ahankan” daya dukungnya.
Karakt erisasi bisa diart ikan sebagai kegiat an at au proses pengkarakt eran;
sedangkan karakt erist ik adalah sifat , at au ciri, at au kualit as yang khas.
Karakt erist ik DAS dapat diart ikan sebagai gam baran spesifik mengenai DAS
yang dicirikan oleh paramet er-paramet er yang berkait an dengan keadaan
morfomet ri, t opografi, t anah, geologi, veget asi, t at a guna (penggunaan)
lahan, hidrologi, dan manusia (Seyhan, 1977). Unt uk mem peroleh
karakt erist ik suat u DAS diperlukan suat u cara at au prosedur, yang disusun
dalam suat u form ula, sebagai dasar unt uk melakukan kegiat an at au proses
pengkarakt eran DAS t ersebut secara menyeluruh. Pemilahan sifat alam i
dan manajemen dalam sist em karakt erisasi DAS akan mem udahkan
diagnosis (ident ifikasi) dinamika negat if at aupun posit if kondisi DAS.
Dengan dem ikian, karakt erist ik DAS m erupakan dasar (basis) dalam
penyusunan perencanaan pengelolaan DAS.
Sesuai dengan hierarki pengelolaan DAS dan sist em pem bangunan nasional
maka form ula sist em karakt erisasi DAS, sebagai basis perencanaan
pengelolaan, dibangun sesuai hierarki dengan skala sepert i dimandat kan
dalam PP No. 15 Tahun 2010 t ent ang Penyelenggaraan Penat aan Ruang.
Fakt or penyusun karakt erisasi DAS semakin rinci unt uk skala yang semakin
besar at au dengan kat a lain bahw a fakt or penyusun karakt erisasi t ingkat
daerah t angkapan air dalam kabupat en akan lebih rinci dibandingkan DAS
lint as kabupat en.
Proses penyusunan karakt erisasi DAS mirip prosedur diagnosis kesehat an
manusia at au hew an yakni melalui t ahap diagnose aw al dan diagnose lanjut
sebagai dasar unt uk melakukan t erapi (Gambar 4). Dalam sist em
pengelolaan DAS, kondisi hidrologi dan produksi merupakan luaran yang
bisa memberikan indikasi aw al kondisi kesehat an/ degradasi (diagnose
aw al) suat u DAS/ Sub DAS. Berdasarkan pengalaman paramet er
produkt ivit as lahan dan jasa lingkungan sulit dievaluasi. Dat a produkt ivit as
komodit i pert anian t ersedia di BPS set iap t ahun t et api produkt ivit as
komodit i pert anian t ersebut sangat dipengaruhi oleh luas lahan yang
17
sebagai indikasi degradasi lahan. Di sam ping it u dat a produkt ivit as lahan
t erdegradasi yang diperoleh dari dat a sekunder sering kurang memberikan
indikasi nyat a t erhadap kondisi lahan yang t erdegradasi, khususnya pada
t anah bersolum t ebal di mana t ingkat produksi masih bisa dipert ahankan
melalui peningkat an masukan. Demikian juga paramet er jasa lingkungan
juga dipengaruhi oleh kondisi DAS dan kebijakan pem erint ah set empat
sehingga belum bisa menent ukan kinerja DAS yang sesungguhnya.
Diagnosa/ penyidikan lanjut pada daerah t angkapan air (cat chment area),
baik biofisik maupun sosial ekonomi dan kelem bagaan (soseklem) dilakukan
Gambar 4. Proses diagnosis kesehat an DAS sebagai basis karakt erisasi. (Diadopsi dari Paimin, et al., 2010)
Alternatif Teknis Rencana Pengelolaan DAS/SubDAS
Tk Kerentanan/Degradasi Sub DAS Jenis & Penyebab Kerusakan Tempat (Asal) - Banjir, Kekeringan, KekritisanLahan, Tanah Longsor, Soseklem
18
unt uk menget ahui lebih lanjut t ent ang: (1) jenis penyakit / degradasi, (2)
fakt or penyebab degradasi, (3) t em pat (sumber) t erjadinya degradasi. Hasil
penyidikan (aw al dan lanjut ) dapat digunakan sebagai dasar penyusunan
alt ernat if rencana (kegiat an) pengelolaan (t erapi) DAS yang sesuai dengan
penyakit nya sert a kondisi biofisik dan sosial ekonomi kelem bagaan
set em pat . Unt uk mem peroleh dat a dan informasi paramet er penyusun
karakt erist ik DAS dapat menggunakan dan memanfaat kan dat a dan pet a
yang t ersedia (dat a sekunder dan analisis) sert a dengan melakukan survei
19
III.
PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS
LINTAS KABUPATEN
A. Karakterisasi DAS Sebagai Basis Identifikasi M asalah
Sistem karakterisasi t ingkat DAS disusun dalam form ula Tipologi DAS
(Paimin, 2010.b). Tipologi DAS tersebut menunjukkan kerentanan dan
potensi DAS yakni t ipologi lahan, t ipologi sosial ekonom i kelem bagaan,
t ipologi banjir, dan t ipologi kew ilayahan yang secara skemat is sepert i
disajikan pada Gam bar 5.
Interaksi t ipologi lahan dan sosial ekonomi kelembagaan menunjukkan
t ipologi daerah/ w ilayah tangkapan airnya. Tipologi fisik daerah tangkapan
air (t ipologi lahan) apabila diinteraksikan dengan karakterist ik hujan yang
jat uh di atasnya akan menunjukkan pot ensi air banjir (luaran) sebagai
refleksi karakterist ik masukan (hujan) dan prosesor DAS (lahan).
Tipologi DAS
Gambar 5. Diagram alir analisis tipologi DAS
Daerah KebanjiranHujan Potensi Banjir
Tipologi Banjir
Tipologi Pengelolaan
DAS
Sistem Lahan
Penutupan Lahan
Tipologi Lahan
Tipologi DTA
Struktur Ekonomi
Kepadatan Penduduk
Kerentanan Penduduk
Tipologi Sosial Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi
Kerentanan Ekonomi
Pendapatan
Wilayah DAS Luas DAS
20
Sistem lahan mencerminkan t ingkat kerent anan bentang lahan alami (tanpa
manajemen) terhadap kebanjiran. Interaksi potensi air banjir dan daerah
rentan terkena banjir m enunjukkan t ipologi banjir dalam DAS. Tipologi
banjir berint eraksi dengan t ipologi DTA menjadi t ipologi DAS. Kerentanan
pengelolaan suat u DAS tercerm in dari t ipologi DAS dan t ipologi
kew ilayahannya.
1. Tipologi Lahan
Lahan merupakan prosesor ut ama dari set iap masukan hujan yang jat uh
dalam DAS yang t erangkai dalam suat u siklus air (hidrologi), sert a
merupakan sumberdaya bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya. Unt uk lebih mudah memahami peran daerah t angkapan air sebagai
prosesor t erhadap hujan yang jat uh di at asnya maka karakt erist ik lahan
dapat dipilah ant ara karakt er alam i, yang relat if st at is, dan karakt er dinamis
yang bisa dikelola sebagai bent uk int ervensi manusia t erhadap sum berdaya
alam. Karakt erist ik lahan pada skala t injau (1 : 250.000) t ersusun dari
paramet er alam i bent uk lahan, geologi, lereng, dan iklim yang t ersusun
dalam sat uan/ unit sist em lahan; sedangkan paramet er
t erkelola/ manajemen berupa penut upan/ penggunaan lahan. Paramet er
alami ini relat if sedikit perubahannya sehingga dat a sist em lahan yang
t erbangun dalam Regional Physical Planning Programme for Transm igrat ion
(RePPProT) dapat dimanfaat kan.
Tabel 4. Skala kerent anan/ sensit ivit as lahan t erhadap erosi
Bentuk/ Sistem Lahan*
Dat aran Aluvial, Lem bah
alluvial (2)
21
Tipologi lahan dalam DAS yang menunjukkan kerent anannya t erhadap
degradasi, t erut ama oleh erosi, disusun form ulasinya sepert i pada Tabel 4.
Berdasarkan Tabel 4. Tipologi at au Kerent anan lahan t erhadap degradasi
t erhadap erosi dapat diklasifiasi sepert i Tabel 5.
Tabel 5. Klasifikasi t ipologi at au kerent anan lahan t erhadap erosi
Kategori Nilai Tingkat Kerentanan/ Degradasi
Sangat Tinggi > 4,3 Sangat Rent an/ Sangat t erdegradasi
Tinggi 3,5 – 4,3 Rent an/ Terdegradasi
Sedang 2,6 – 3,4 Sedang
Rendah 1,7 - 2,5 Agak Rent an/ Agak t erdegradasi
Sangat Rendah < 1,7 Tidak Rent an/ Tidak t erdegradasi
2. Tipologi Banjir
Banjir merupakan result ant e at au manifest asi dari air hujan yang diproses
oleh lahan pada daerah t angkapan air menjadi aliran/ limpasan perm ukaan.
Dengan dem ikian berdasarkan sist em t at a air DAS maka Pot ensi Banjir
(Pasokan Air) merupakan int eraksi dari Tipologi Lahan (biofisik daerah
t angkapan air) dan hujan, yang bisa diform ulasikan sepert i pada Tabel 6.
Tabel 6. Formula t ipologi pasokan air banjir
Hujan Harian
22
rent an kebanjiran dengan pasokan air banjir akan memberikan nilai t ingkat
kerent anan banjir (t ipologi banjir) suat u daerah t angkapan air at au DAS.
Tabel 7. Sist em lahan rent an kebanjiran
Bentuk/ Sistem Lahan Skor
Raw a-raw a, Pant ai, Jalur kelokan, 5
Dat aran Aluvial, Lembah alluvial 4
Dat aran 3
Kipas dan Lahar, Teras-t eras 2
Pegunungan & Perbukit an 1
3. Tipologi Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonom i yang mengancam kelest arian sum berdaya alam,
hut an, t anah, dan air adalah besarnya t ekanan penduduk t erhadap lahan
sert a kemampuan ekonom i masyarakat yang sangat t erbat as at au rendah.
Tekanan penduduk t erhadap lahan dicerm inkan oleh paramet er kepadat an
penduduk dan st rukt ur ekonomi daerah (Tabel 8.), sedangkan kemam puan
ekonom i w ilayahnya dit unjukkan oleh pendapat an dan t ingkat
pert umbuhan ekonomi (Tabel 9.).
Tabel 8. Formula t ipologi/ kerent anan penduduk t erhadap lahan
Kepadatan Penduduk
(Org/ km2)
Struktur Ekonomi
Pert anian (5) Indust ri (3) Jasa (1)
Jarang ( < 250) (1) 3 2 1
Sedang (250 – 400 ) (3) 4 3 2
Padat ( > 400) (5) 5 4 3
23 Tabel 9. Formula t ipologi ekonom i DAS
Pendapatan
Angka t ebal dalam kurung ( ) menunjukkan nilai skor pada set iap paramet er
Formulasi t ipologi sosial ekonomi DAS disusun sebagai hasil sint esis
int eraksi kondisi t ekanan penduduk dan kondisi ekonomi DAS, sehingga
nilainya merupakan nilai rat a-rat a dari nilai form ulasi t ekanan penduduk
dan nilai ekonom i DAS. Nilai hasil ini kemudian dimasukkan ke Tabel 5.
unt uk mem peroleh t ingkat kerent anannya.
4.
Tipologi Daerah Tangkapan Air
(Catchment Area)Tipologi daerah t angkapan air hujan (cat chment area) merupakan int eraksi
t ipologi lahan dan t ipologi sosial ekonomi. Nilai kerent anan daerah
t angkapan airnya maupun kondisi banjirnya. Tipologi DAS diperoleh dari
24
merupakan nilai rat a-rat a t ipologi DTA dan nilai t ipologi banjir, yang
klasifikasinya sepert i Tabel 5.
6. Tipologi Kew ilayahan
Secara kew ilayahan, w ilayah DAS dipandang dalam hubungannya dengan
w ilayah adm inist rasi sebagai w ilayah pemerint ahan ot onomi unt uk
mem peroleh peluang sist em pengelolaan yang lebih rasional. Sement ara it u
luas DAS di Indonesia sangat beragam , sepert i luas DAS Serayu sekit ar
367.000 ha, DAS Solo 1,6 jut a ha, dan DAS Bat anghari 4,5 jut a ha, sehingga
memerlukan pendekat an pengelolaan kew ilayahan yang beragam juga.
M engingat keberagaman luas DAS, maka perist ilahan dalam pem bagian
DAS menjadi w ilayah yang lebih kecil (Sub DAS, Sub-sub DAS) menjadi nisbi
menurut cakupan luasannya. Pembagian w ilayah demikian perlu dilakukan
unt uk mem udahkan sist em pengelolaannya, baik secara t eknis maupun
kelembagaan.
Dalam prakt ek pengelolaan, w ilayah yang luas akan lebih sulit
pengelolaannya dibandingkan yang lebih sempit ; demikian juga sat uan
w ilayah DAS yang berada dalam sat u w ilayah ot onom i kabupat en akan
lebih m udah pengelolaannya dibandingkan w ilayah yang lint as kabupat en,
apalagi lint as provinsi. Hubungan luas w ilayah DAS dengan let ak DAS dalam
w ilayah administ rasi t erhadap kerent anan pengelolaan DAS dijabarkan
sepert i pada Tabel 10., dan klasifikasi Tipologinya sepert i Tabel 5.
Tabel 10. Skala kerent anan/ sensit ivit as kew ilayahan pengelolaan DAS
Luas DAS
(Ha)
Kew ilayahan Administrasi Dominan
Dalam
Kabupat en
Lint as Kabupat en/
Dalam Provinsi Lint as Propinsi
Kecil (<0,15 jt ) 1 2 3
Sedang (0,15-0,5 jt ) 2 3 4
Luas (> 0,5 jt ) 3 4 5
Berdasarkan Tabel 10. dapat diklasifikasi Tipologi Kew ilayahan Pengelolaan
DAS menjadi: (1) Tinggi (skala 4 dan 5), (2) Sedang (skala 3), dan (3)
Rendah (skala 1 dan 2). M em perhat ikan kerent anan kew ilayahan dem ikian
maka sist em pengelolaan t ingkat DAS yang kompat ibel lebih m udah
25
yang lint as provinsi secara t egas pengelolaannya dipandu oleh pemerint ah
Pusat at au kerjasama ant ar provinsi.
7. Tipologi Pengelolaan DAS
Tipologi Pengelolaan DASmerupakan manifest asi dari Tipologi DAS dengan
Tipologi Kew ilayahan sepert i pada Tabel 11. dan kat egori t ipologinya
menggunakan Tabel 5.
Tabel 11. Tipologi pengelolaan DAS
Tipologi
kem ungkinan Tipologi DAS t ermasuk kat egori “ t inggi” t et api karena Tipologi
Kew ilayahannya “ rendah” sehingga Tipologi Pengelolaannya menjadi
“ sedang” ; art inya bahw a DAS t ersebut “ rent an” t et api pengelolaannya
t idak sulit .
B. Analisis Karakteristik DAS dan Usulan Kegiatan
Dalam karakt erisasi, w ilayah DAS dibagi menjadi bagian-bagian DAS yang
diselaraskan dengan w ilayah administ rasi sepert i diilust rasikan pada Tabel
2. dan Tabel 3., sert a Gam bar 1. dan Gambar 2. Sist em karakt erisasi
(t ingkat ) DAS yang t ersusun dalam Tipologi DAS dapat digunakan sebagai
alat diagnosis kerent anan dan pot ensi DAS yang kemudian dimanfaat kan
unt uk:
1. M enilai t ingkat kerent ananan pengelolaan t ingkat DAS:
26 b. Tingkat kerent anan sosial ekonomi
c. Tingkat kerent anan banjir
d. Koordinasi pengelolaan yang harus dibangun dalam sat uan DAS
berkenaan permasalahan (sebab-akibat ) lint as w ilayah
adm inist rasi
2. M enilai t ingkat kerent anan DAS yang kem udian dapat dimanfaat kan
sebagai dasar menyusun klasifikasi DAS
3. M enilai t ingkat kerent anan Bagian DAS
Tingkat kerent anan bagian DAS dapat digunakan sebagai dasar
penet apan urut an priorit as pengelolaan bagian DAS at au Sub DAS
at au daerah t angkapan air dalam kabupat en dominan.
4. Konsep perencanaan pengelolaan DAS yang digunakan sebagai dasar
unt uk mem peroleh pert im bangan t eknis dari SKPD Provinsi t erkait
secara cepat , kom prehesif, dan rasional.
5. Penet apan t ujuan pengelolaan DAS yang didasarkan pada t ingkat
kerent anan dan jenis rent annya.
Dengan mengacu pada hasil karakt erisasi DAS yang menunjukkan
kerent anan dan pot ensi kem udian dapat dirumuskan program dan usulan
kegiat an pengelolaannya. Oleh karena w ilayah DAS berada dalam w ilayah
provinsi at au lint as kabupat en dan lint as provinsi, maka usulan kegiat an
pengelolaan bersifat indikat if dan penyelenggaraannya bersifat koordinat if.
Koordinasi dimaksudkan agar kegiat an ant ar Bagian DAS yang saling
mem pengaruhi dalam sat uan w ilayah DAS memiliki sasaran yang lebih
t erarah.
Secara um um usulan kegiat an meliput i:
1. Usulan penut upan lahan hut an opt imal. Sesuai mandat UU 41 Tahun
1999 pasal 18 bahw a luas kaw asan hut an harus dipert ahankan
minimal 30% dari luas DAS at au pulau dengan sebaran proporsional.
Pramono et al. (2008) mengem ukakan bahw a dari aspek banjir
maksimum , luasan hut an pinus minimal 33%, sedangkan unt uk hut an
jat i minimal 53% (Pramono dan Wahyuningrum, 2010). Pemenuhan
luas hut an m inimal bisa melalui pengembangan hut an rakyat .
2. Tipologi lahan, t erut ama sist em lahan, dapat dimanfaat kan unt uk
27
penyusunan RTRW provinsi. Pola lindung lebih difokuskan pada
sist em lahan pegunungan, dan sebagian pada sist em lahan
perbukit an yang bert opografi t erjal.
3. Hasil ident if ikasi daerah rent an kebanjiran dapat menunt un dalam
penet apan kaw asan raw an bencana sebagai kaw asan lindung
maupun dalam mengem bangkan kegiat an budidaya yang mempunyai
daya adapt asi bencana di kaw asan raw an bencana.
4. Usulan alt ernat if kegiat an pengelolaan yang bersifat lint as
DAS Tunt ang Bagian Tengah set ara dengan Kabupat en Grobogan, dan DAS
Tunt ang Bagian Hilir ident ik dengan Kabupat en Demak. Penselarasan
w ilayah ini memperm udah invent arisasi dat a sosial ekonomi yang
um um nya bersifat sat uan administ rasi. Hasil karakt erisasi DTA at au DAS
Tunt ang (Gam bar 5) dapat diringkaskan sepert i pada Tabel 12.
Tabel 12. Tipologi DAS di DAS Tunt ang
Sumber: Paimin, et al. (2011)
Wilayah DAS Tunt ang t ermasuk dalam sat u provinsi dan luas w ilayahnya
hanya 130.040 ha (Tabel 2.) maka kew ilayahan DAS Tunt ang memiliki skor 2
at au t ermasuk kat egori “ rendah” . Dengan karakt erist ik at au t ipologi daerah
28
t angkapan air at au DAS Tunt ang yang t ermasuk kat egori ” rent an/ t inggi”
(skor 3,5) dan t ipologi banjir t ermasuk kat egori ” t inggi” maka t ipologi
DAS-nya t ermasuk kat egori ” t inggi” . Dengan karakt erist ik at au t ipologi
kew ilayahan DAS Tunt ang t ermasuk kat egori ” rendah” at au skor ” 2” maka
t ipologi pengelolaan DAS Tunt ang t erm asuk kat egori ” sedang” . Hal ini
menunjukkan bahw a secara pengelolaan DAS Tunt ang t idak berat t et api
permasalahan di dalam nya cukup berat , t erut ama masalah sosial ekonomi
(skor 3,75). Akan t et api masalah sosial ekonom i di bagian hilir, karena
pendapat an yang rendah, diselesaikannya bukan melalui penyelenggaraan
pengelolaan DAS.
Apabila dit elusuri pada t ingkat Bagian DAS, maka dijumpai karakt erist ik t iap
Bagian DAS ant ara karakt erist ik biofisik dengan karakt erist ik sosial ekonomi
bersifat kont radikt if. Secara biofisik, bagian DAS yang paling rent an adalah
Bagian DAS Tunt ang Hulu, kem udian diikut i Bagian Tengah, dan Bagian Hilir;
t et api kerent anan sosial ekonom i menjadi sebaliknya. Pasokan air banjir
dalam kat egori ” t inggi” , t api yang t erbesar berasal dari DAS Tunt ang Bagian
Tengah, diikut i Bagian Hulu. Dari skor pasokan air banjir menunjukkan
bahw a fakt or hujan di Bagian Tengah lebih t inggi dari pada Bagian Hulu
karena kerent anan lahannya memilki skor sebaliknya.
Dalam menet apkan urut an priorit as bagian DAS, maka penanganan
pengelolaan dipriorit askan pada DAS Tunt ang Bagian Hulu dengan
pert imbangan:
1. Kondisi pot ensial lahan (biofisik) mudah t erdegradasi t et api kondisi
sosial ekonominya bukan masalah yang berat sehingga upaya
pengelolaan yang akan dikem bangkan akan lebih mudah.
2. Pasokan air banjir dapat dikurangi melalui pengelolaan lahan, sedangkan
Bagian Tengah permasalahan bersifat alami yakni curah hujan t inggi
yang sulit dikelola.
3. Di DAS Tunt ang Bagian Hulu t erdapat sit us Raw a Pening yang harus
dilindungi pot ensinya karena keberadaannya mem iliki m ult i-guna,
sepert i irigasi, energi list rik, dan air m inum .
Berdasarkan karakt erist iknya, t ujuan pengelolaan DAS Tunt ang dapat
29
pengendalian erosi dan air lim pasan di Bagian Hulu dan Tengah, sedangkan
di Bagian Hilir diut amakan pada pengendalian banjir.
Unt uk mengusulkan luas hut an minimal dapat dilakukan t elaah t erhadap
dat a penut upan lahan pada Tabel 13. Luas kaw asan hut an (jat i) hanya
13.013 ha at au set ara sekit ar 10 % luas DAS. Apabila penut upan lahan
permanen lainnya sepert i hut an rakyat campuran, kebun, kebun karet , dan
kebun kopi, dapat dipandang sebagai fungsi hut an yang memiliki manfaat
lingkungan, manfaat sosial, dan manfaat ekonom i maka luas f ungsi hut an
ham pir 30%.
Tabel 13. Luas penut upan lahan pada set iap bagian DAS di DAS Tunt ang
No. Penutupan Lahan Bagian DAS (Ha) Jumlah Hulu Tengah Hilir
1 Air Laut 238 238
2 Air Taw ar 2.226 197 173 2.595
3 Belukar/ Semak 1.397 2.363 103 3.863
4 Em pang 0 0 1.637 1.637
5 Gedung 43 2 9 54
6 Hut an Jat i 787 12.226 0 13.013
7 Hut an Rakyat Cam puran 9.142 0 0 9.142
8 Kebun 8.446 2.842 1.076 12.363
9 Kebun Karet 1.613 0 0 1.613
10 Kebun Kopi 2.004 0 0 2.004
11 Lahan Sayuran 1.803 0 0 1.803
12 Pemukiman 10.999 4.732 2.855 18.586
13 Raw a 0 0 14 14
14 Rum put 232 146 13 392
15 Saw ah Irigasi 4.812 15.181 16.481 36.474
16 Saw ah Tadah Hujan 9.693 81 0 9.774
17 Tanah Berbat u 5 0 0 5
18 Tegalan 8.219 6.435 1.814 16.469