• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Karakteristik DAS dan Usulan Kegiatan

Gambar 5. Diagram alir analisis tipologi DAS Daerah Kebanjiran

B. Analisis Karakteristik DAS dan Usulan Kegiatan

Dalam karakt erisasi, w ilayah DAS dibagi menjadi bagian-bagian DAS yang diselaraskan dengan w ilayah administ rasi sepert i diilust rasikan pada Tabel 2. dan Tabel 3., sert a Gam bar 1. dan Gambar 2. Sist em karakt erisasi (t ingkat ) DAS yang t ersusun dalam Tipologi DAS dapat digunakan sebagai alat diagnosis kerent anan dan pot ensi DAS yang kemudian dimanfaat kan unt uk:

1. M enilai t ingkat kerent ananan pengelolaan t ingkat DAS: a. Tingkat kerent anan lahan

26 b. Tingkat kerent anan sosial ekonomi c. Tingkat kerent anan banjir

d. Koordinasi pengelolaan yang harus dibangun dalam sat uan DAS berkenaan permasalahan (sebab-akibat ) lint as w ilayah adm inist rasi

2. M enilai t ingkat kerent anan DAS yang kem udian dapat dimanfaat kan sebagai dasar menyusun klasifikasi DAS

3. M enilai t ingkat kerent anan Bagian DAS

Tingkat kerent anan bagian DAS dapat digunakan sebagai dasar penet apan urut an priorit as pengelolaan bagian DAS at au Sub DAS at au daerah t angkapan air dalam kabupat en dominan.

4. Konsep perencanaan pengelolaan DAS yang digunakan sebagai dasar unt uk mem peroleh pert im bangan t eknis dari SKPD Provinsi t erkait secara cepat , kom prehesif, dan rasional.

5. Penet apan t ujuan pengelolaan DAS yang didasarkan pada t ingkat kerent anan dan jenis rent annya.

Dengan mengacu pada hasil karakt erisasi DAS yang menunjukkan kerent anan dan pot ensi kem udian dapat dirumuskan program dan usulan kegiat an pengelolaannya. Oleh karena w ilayah DAS berada dalam w ilayah provinsi at au lint as kabupat en dan lint as provinsi, maka usulan kegiat an pengelolaan bersifat indikat if dan penyelenggaraannya bersifat koordinat if. Koordinasi dimaksudkan agar kegiat an ant ar Bagian DAS yang saling mem pengaruhi dalam sat uan w ilayah DAS memiliki sasaran yang lebih t erarah.

Secara um um usulan kegiat an meliput i:

1. Usulan penut upan lahan hut an opt imal. Sesuai mandat UU 41 Tahun 1999 pasal 18 bahw a luas kaw asan hut an harus dipert ahankan minimal 30% dari luas DAS at au pulau dengan sebaran proporsional. Pramono et al. (2008) mengem ukakan bahw a dari aspek banjir maksimum , luasan hut an pinus minimal 33%, sedangkan unt uk hut an jat i minimal 53% (Pramono dan Wahyuningrum, 2010). Pemenuhan luas hut an m inimal bisa melalui pengembangan hut an rakyat .

2. Tipologi lahan, t erut ama sist em lahan, dapat dimanfaat kan unt uk mem bant u Rencana Pola Ruang (budidaya dan lindung) dalam

27

penyusunan RTRW provinsi. Pola lindung lebih difokuskan pada sist em lahan pegunungan, dan sebagian pada sist em lahan perbukit an yang bert opografi t erjal.

3. Hasil ident if ikasi daerah rent an kebanjiran dapat menunt un dalam penet apan kaw asan raw an bencana sebagai kaw asan lindung maupun dalam mengem bangkan kegiat an budidaya yang mempunyai daya adapt asi bencana di kaw asan raw an bencana.

4. Usulan alt ernat if kegiat an pengelolaan yang bersifat lint as kabupat en.

Sebagai cont oh karakt erisasi DAS dapat digunakan hasil penelit ian di DAS Tunt ang (Paim in, et al., 2011). Sepert i diuraikan pada Gambar 1. dan Tabel 2. maka DAS Tunt ang yang berada dalam w ilayah Provinsi Jaw a Tengah dibagi menjadi t iga bagian yang diselaraskan dengan w ilayah kabupat en dominan. Bagian DAS Tunt ang Hulu set ara dengan Kabupat en Semarang, DAS Tunt ang Bagian Tengah set ara dengan Kabupat en Grobogan, dan DAS Tunt ang Bagian Hilir ident ik dengan Kabupat en Demak. Penselarasan w ilayah ini memperm udah invent arisasi dat a sosial ekonomi yang um um nya bersifat sat uan administ rasi. Hasil karakt erisasi DTA at au DAS Tunt ang (Gam bar 5) dapat diringkaskan sepert i pada Tabel 12.

Tabel 12. Tipologi DAS di DAS Tunt ang

Sumber: Paimin, et al. (2011)

Wilayah DAS Tunt ang t ermasuk dalam sat u provinsi dan luas w ilayahnya hanya 130.040 ha (Tabel 2.) maka kew ilayahan DAS Tunt ang memiliki skor 2 at au t ermasuk kat egori “ rendah” . Dengan karakt erist ik at au t ipologi daerah

No. Sub DAS/

(Kabupaten) Lahan Sosial Ekonomi Daerah Tangkapan Air Pasokan air Banjir 1. Tunt ang Hulu

(Semarang) 3,46 (t inggi) 3 (sedang) 3,23 (sedang) 3,62 (t inggi) 2. Tunt ang Tengah

(Grobogan) 2,66 (sedang) 4,5 (sangat t inggi) 3,58 (t inggi/ rent an)

3,94 (t inggi) 3. Tunt ang Hilir

(Demak) 1,93 (rendah) 5 (t inggi) 3,47 (t inggi) 3,00 (sedang) DAS Tuntang 3,24 (sedang) 3,75 (t inggi) 3,5 (t inggi/ rent an)

3,71 (t inggi)

28

t angkapan air at au DAS Tunt ang yang t ermasuk kat egori ” rent an/ t inggi” (skor 3,5) dan t ipologi banjir t ermasuk kat egori ” t inggi” maka t ipologi DAS-nya t ermasuk kat egori ” t inggi” . Dengan karakt erist ik at au t ipologi kew ilayahan DAS Tunt ang t ermasuk kat egori ” rendah” at au skor ” 2” maka t ipologi pengelolaan DAS Tunt ang t erm asuk kat egori ” sedang” . Hal ini menunjukkan bahw a secara pengelolaan DAS Tunt ang t idak berat t et api permasalahan di dalam nya cukup berat , t erut ama masalah sosial ekonomi (skor 3,75). Akan t et api masalah sosial ekonom i di bagian hilir, karena pendapat an yang rendah, diselesaikannya bukan melalui penyelenggaraan pengelolaan DAS.

Apabila dit elusuri pada t ingkat Bagian DAS, maka dijumpai karakt erist ik t iap Bagian DAS ant ara karakt erist ik biofisik dengan karakt erist ik sosial ekonomi bersifat kont radikt if. Secara biofisik, bagian DAS yang paling rent an adalah Bagian DAS Tunt ang Hulu, kem udian diikut i Bagian Tengah, dan Bagian Hilir; t et api kerent anan sosial ekonom i menjadi sebaliknya. Pasokan air banjir dalam kat egori ” t inggi” , t api yang t erbesar berasal dari DAS Tunt ang Bagian Tengah, diikut i Bagian Hulu. Dari skor pasokan air banjir menunjukkan bahw a fakt or hujan di Bagian Tengah lebih t inggi dari pada Bagian Hulu karena kerent anan lahannya memilki skor sebaliknya.

Dalam menet apkan urut an priorit as bagian DAS, maka penanganan pengelolaan dipriorit askan pada DAS Tunt ang Bagian Hulu dengan pert imbangan:

1. Kondisi pot ensial lahan (biofisik) mudah t erdegradasi t et api kondisi sosial ekonominya bukan masalah yang berat sehingga upaya pengelolaan yang akan dikem bangkan akan lebih mudah.

2. Pasokan air banjir dapat dikurangi melalui pengelolaan lahan, sedangkan Bagian Tengah permasalahan bersifat alami yakni curah hujan t inggi yang sulit dikelola.

3. Di DAS Tunt ang Bagian Hulu t erdapat sit us Raw a Pening yang harus dilindungi pot ensinya karena keberadaannya mem iliki m ult i-guna, sepert i irigasi, energi list rik, dan air m inum .

Berdasarkan karakt erist iknya, t ujuan pengelolaan DAS Tunt ang dapat difokuskan pada pengelolaan lahan dengan sasaran ut amanya

29

pengendalian erosi dan air lim pasan di Bagian Hulu dan Tengah, sedangkan di Bagian Hilir diut amakan pada pengendalian banjir.

Unt uk mengusulkan luas hut an minimal dapat dilakukan t elaah t erhadap dat a penut upan lahan pada Tabel 13. Luas kaw asan hut an (jat i) hanya 13.013 ha at au set ara sekit ar 10 % luas DAS. Apabila penut upan lahan permanen lainnya sepert i hut an rakyat campuran, kebun, kebun karet , dan kebun kopi, dapat dipandang sebagai fungsi hut an yang memiliki manfaat lingkungan, manfaat sosial, dan manfaat ekonom i maka luas f ungsi hut an ham pir 30%.

Tabel 13. Luas penut upan lahan pada set iap bagian DAS di DAS Tunt ang

No. Penutupan Lahan Bagian DAS (Ha) Jumlah Hulu Tengah Hilir

1 Air Laut 238 238 2 Air Taw ar 2.226 197 173 2.595 3 Belukar/ Semak 1.397 2.363 103 3.863 4 Em pang 0 0 1.637 1.637 5 Gedung 43 2 9 54 6 Hut an Jat i 787 12.226 0 13.013

7 Hut an Rakyat Cam puran 9.142 0 0 9.142

8 Kebun 8.446 2.842 1.076 12.363 9 Kebun Karet 1.613 0 0 1.613 10 Kebun Kopi 2.004 0 0 2.004 11 Lahan Sayuran 1.803 0 0 1.803 12 Pemukiman 10.999 4.732 2.855 18.586 13 Raw a 0 0 14 14 14 Rum put 232 146 13 392 15 Saw ah Irigasi 4.812 15.181 16.481 36.474

16 Saw ah Tadah Hujan 9.693 81 0 9.774

17 Tanah Berbat u 5 0 0 5

18 Tegalan 8.219 6.435 1.814 16.469

30

Hut an jat i sebagian t erbesar (12.226 ha) t ersebar di DAS Tunt ang Bagian Tengah dan apabila dit am bah dengan penut upan lahan kebun (2.842 ha) sudah mencapai luas minimal hut an 30%. Tet api apabila menggunakan luas hut an jat i opt imal unt uk m engendalikan debit lim pasan maksimum (Pramono dan Wahyuningrum , 2010) seluas lebih dari 53% maka luas hut an jat i masih perlu dit ambah. Pada bagian DAS Tunt ang Hulu masih memerlukan t am bahan penut upan lahan hut an unt uk mem peroleh 30% dari luas daerah t angkapan air.

Dokumen terkait