• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertimbangan Ekonomi W ilayah dalam Pengelolaan Sub DAS

Gambar 5. Diagram alir analisis tipologi DAS Daerah Kebanjiran

D. Pertimbangan Ekonomi W ilayah dalam Pengelolaan Sub DAS

Ada 3 (t iga) st rat egi pem bangunan yait u pemenuhan kebut uhan dasar (St reet en, 1979), pemberdayaan masyarakat (Young, 1995) dan peningkat an pert um buhan ekonomi (Harod, 1939, dan Domar, 1941). Pengelolaan sub DAS sebagai bagian dari pem bangunan w ilayah juga dit ujukan unt uk memenuhi kebut uhan dasar yait u pangan yang cukup, papan yang nyaman dan t erhindar dari ancaman kekeringan, banjir dan t anah longsor dan dapat dikat akan sebagai st rat egi empow erment yang menekankan pemberdayaan kelom pok unt uk mengat asi masalah mereka sendiri (Young, 1995). Namun demikian, kegiat an pengelolaan sub DAS juga harus mendukung perekonomian suat u daerah kot a/ kabupat en. Oleh karena it u, pengalokasian anggaran pem erint ah (pusat maupun daerah) dalam pengelolaan sub DAS, disam ping unt uk konservasi at au pem bangunan lingkungan hidup dan pemberdayaan masyarakat juga merupakan salah sat u kegiat an dalam m endukung perekonomian daerah kot a/ kabupat en.

Ada 4 (empat ) pisau analisis agar kegiat an pengelolaan sub DAS dapat berperan dalam pembangunan ekonomi daerah. Pert ama dilakukan dengan pendekat an locat ion shift share; kedua dengan pendekat an at au model input -out put unt uk menget ahui ket erkait an ke belakang (backw ard linkage) dan ket erkait an ke depan (forw ard linkage); ket iga dengan analisis finansial (biaya – manfaat ), dan keempat dengan pendekat an ekonom i ekologi.

Locat ion shift share digunakan unt uk menget ahui ket erkait an ant ar sekt or. Sekt or yang dipilih dalam pengelolaan DAS yakni yang mem iliki ket erkait an yang panjang baik ke belakang maupun ke depan. Unt uk menganalisis peranan sekt or t erhadap pem bangunan ekonom i regional kabupat en dilakukan langkah analisis dengan rum us sebagai berikut :

a. Pangsa at au sum bangan sekt or t erhadap PDRB

Peran suat u sekt or pada daerah biasanya dilihat dari sumbangan sekt or t ersebut t erhadap PDRB daerah, yang dihit ung dengan rum us: = / (1), dimana Pi = Peran sekt or i, Xi = nilai t am bah sekt or i, dan Y = PDRB daerah.

53

b. Indeks dominasi adalah besarnya angka yang menunjukkan dom inansi suat u sekt or t erhadap sekt or yang lain, yang dihit ung dengan rum us : = / (2), dimana IDSi = Indeks Dominansi Sekt or i, dan n = banyaknya sekt or. Nilai IDSi sekurang-kurangnya 0 dan angka 1 menunjukkan bat as dominan dan t idak dominan. Bila IDSi > 1 maka sekt or t ersebut dapat dikat akan dom inan dan apabila IDSi < 1 maka sekt or t ersebut dapat dikat akan t idak dom inan.

c. Laju Pert um buhan Sekt oral

Kelemahan analisis pangsa dan indeks dominansi adalah bersifat nya st at is yait u hanya menganalisis sat u t it ik saja. Unt uk it u diperlukan analisis dinamis yang biasanya m emakai laju pert um buhan sekt oral (gi), yang dihit ung dengan rum us:

git =

Xit/ Xi0

1/ t

– 1 (3), dimana Xit = nilai t am bah sekt or i pada t ahun t , Xi0 = nilai t am bah sekt or i pada t ahun aw al (0). Sebagai cont oh kajian t ahun 2005, t ahun aw al dit ent ukan t ahun 2000 dan t ahun ke t dit ent ukan 2004. Tahun 2000 dipilih karena perhit ungan PDRB berdasarkan harga konst an yang t erakhir dit ent ukan t ahun 2000 dan t ahun 2004 dipilih sesuai dengan ket ersediaan dat a t erakhir dari Badan Pusat St at ist ik Provinsi Jaw a Tengah.

d. Pot ensi Perkem bangan Sekt oral

Kelemahan hampiran laju pert um buhan adalah ham piran it u t idak menunjukkan persent asi pert um buhan yang dianggap memiliki pot ensi perkem bangan yang baik bagi daerah. Karena it u kem udian dipakai indeks pot ensi perkembangan sekt oral yang dit urunkan dengan mem perhat ikan unsur w akt u. At as dasar t ersebut persamaan (1) dapat dirumuskan kem bali menjadi: Pit = Xit/ Yt. Jika Xit = Xi0 (1 + git)t dan Yt = Y0

(1 + gt)t maka pangsa dit uliskan kem bali m enjadi Pit = Xi0 (1 + git)t/ Y0 (1 + gt)t.

Pada aw alnya pangsa sekt or diasumsikan pada posisi normal yait u Pi0 = 1 maka indeks pot ensi perkembangan sekt oral dapat dirumuskan menjadi: IPPSi = ((1 + git)/ (1 + gt))t. Nilai IPPSi m ulai dari bilangan 0 dan pada kondisi normal = 1. Dengan demikian apabila IPPSi > 1, art inya mem iliki pot ensi perkem bangan yang t inggi sebaliknya bila IPPSi < 1 art inya pot ensi perkem bangannya rendah.

54

Berdasarkan dua krit eria int ernal (IDSi dan IPPSi) t ersebut sekt or-sekt or daerah dapat diklasifikasikan ke dalam em pat kat egori:

Tabel 22. Klasif ikasi sekt oral at as dasar analisis int ernal

Kriteria IPPSi < 1 IPPSi > 1

IDSi < 1 (1) (2)

IDSi > 1 (3) (4)

Sekt or (1) adalah sekt or-sekt or yang t idak dominan dan belum berpot ensi berkem bang. Sekt or (2) adalah sekt or-sekt or yang t idak dominan t et api berpot ensi berkembang. Sekt or (3) adalah sekt or-sekt or dom inan t et api belum berpot ensi berkem bang dan sekt or (4) adalah sekt or-sekt or dom inan yang berpot ensi berkem bang dan dapat dijadikan andalan daerah. Berdasarkan st rat egi pem bangunan unbalanced grow t h yang menekankan perlunya invest asi di sekt or yang memiliki pert um buhan yang t inggi dan mem punyai kait an t erpanjang dengan sekt or lain (Hirschman, 1958) maka anggaran pengelolaan sub DAS sebaiknya priorit as penganggarannya dimulai dari sekt or 4, 3, 2, baru kem udian pilihan t erakhir jat uh pada sekt or 1.

Pisau analisis kedua M odel input -out put digunakan unt uk menget ahui ket erkait an ant ar sekt or. Sekt or yang dipilih dalam pengelolaan DAS yakni yang mem iliki ket erkait an yang panjang baik ke belakang maupun ke depan. M odel ini dikembangkan oleh Leont if (1951) yang mem iliki konsep dasar sebagai berikut : 1) st rukt ur perekonomian t ersusun dari berbagai sekt or yang sat u dengan lainnya berint eraksi melalui t ransaksi jual beli., 2) out put suat u sekt or dijual kepada sekt or lain unt uk memenuhi perm int aan akhir., 3) input suat u sekt or dibeli dari sekt or-sekt or lainnya: rumah t angga (jasa t enaga kerja), pemerint ah (pem bayaran pajak t idak langsung, penyusut an), surplus usaha sert a im por, 4) Hubungan input -out put bersifat linear, 5) Dalam suat u kurun w akt u analisis (biasanya 1 t ahun) t ot al input sama dengan t ot al out put . Tabel input -out put disajikan dalam Tabel 23.

55

Tabel 23. Input -out put suat u kot a/ kabupat en

Sektor 1 2 ... n Di Fi Qi 1 X11 X12 ... X1n d1 f1 q1 2 X21 X22 ... X2n d2 f2 q2 ... ... ... ... ... ... ... ... N Xn1 Xn2 ... Xnn Dn Fn qn Wj W1 W2 ... Wn w i = di PDRB Vj V1 V2 ... Vn Qj n1 n2 ... nn Ni = Qi

Berdasarkan Tabel 23. t ersebut , out put yang dihasilkan suat u sekt or akan dimint a oleh masyarakat . Permint aan out put suat u sekt or dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Permint aan ant ara (int ermediat e demand), di, yait u permint aan out put suat u sekt or yang diolah kembali sebagai input sekt or lain. Jika perm int aan out put ant ara dinyat akan dengan Xi, maka permint aan ant ara suat u sekt or adalah jumlah dari seluruh permint aan out put ant ara at au dapat dinyat akan dalam bent uk formula:

b. Permint aan akhir (final demand, fi), yait u perm int aan out put suat u sekt or yang langsung dipakai unuk kepent ingan konsumsi (ci), invest asi (ii), belanja pemerint ah (gi) dan surplus ekspor (xi – mi, xi = ekspor, m i = im por) maka dapat diform ulakan sebagai berikut :

= + + (

) (2)

dengan demikian out put suat u sekt or, qi, dapat dirumuskan sebagai penjum lahan dari perm int aan ant ara dan permint aan akhir:

= + (3)

Di pihak lain, dalam upaya mem produksi out put t ersebut , suat u sekt or juga membut uhkan input sekt or lain. Input suat u sekt or t erdiri dari: a. input primer (primary input), vi, yait u pendapat an yang

(1) =

56

diperoleh pemilik fakt or produksi. Pendapat an pemilik fakt or alam adalah sew a (si), pendapat an pem ilik fakt or t enaga dan keahlian adalah upah at au gaji (ui), pendapat an pemilik fakt or modal adalah bunga modal (bi), dan pendapat an pemilik fakt or keusahaw anan dan organisasi adalah laba (li). Dengan demikian nilai input primer sama dengan penjumlahan dari seluruh pendapat an t ersebut at au

= + + + (4)

c. Input sekunder (secondary input , w i) yakni nilai bahan, baik bahan baku maupun bahan penolong, yang diperoleh dari pem belian out put sekt or lain. Jika permint aan out put ke sekt or lain adalah xj, maka input sekunder adalah penjumlahan dari permint aan out put ke sekt or lain,

dengan demikian kebut uhan input sekt oral (ni) adalah penjumlahan dari input primer dan input sekunder.

= + (6)

Nilai out put set iap sekt or akan sama dengan nilai input set iap sekt or, karena pembedanya yakni laba dimasukkan sebagai input primer. Karena jum lah kebut uhan input ant ara seluruh sekt or,

di = Di, dan jumlah permint aan ant ara seluruh sekt or,

w j = Wj, sama besar, Di = Wj, maka jum lah input primer seluruh sekt or

vj = Vj dan jumlah permint aan akhir seluruh sekt or,

fi = Fi juga akan sama besar, Vj = Fi. Bagi daerah Kot a/ Kabupat en nilai t ersebut akan sama dengan pendapat an daerah. Berdasarkan pengert ian di at as maka dapat dirumuskan hubungan ant ara input dan out put sekt oral dapat digam barkan pada Tabel di at as. Unt uk menyelesaikan persamaan-persamaan di at as dapat dilakukan dengan menggunakan met ode penyelesaian mat riks.

Dari analisis shift share dan input -out put, maka kegiat an pengelolaan sub DAS dalam rangka mendukung ekonomi w ilayah, dipilih unt uk sekt or-sekt or

(5

) =

57

dominan yang berpot ensi berkem bang dan dapat dijadikan andalan daerah sert a mem iliki ket erkait an yang panjang baik t erhadap backw ard linkage maupun forw ard linkage. Sebagai cont oh unt uk mengem bangkan hut an rakyat , pemberian insent if t idak harus kepada pet ani t et api dapat diberikan kepada indust ri pengolahan kayu rakyat (Purw ant o, 2008). Lalu indust ri yang mana ant ara indust ri penggergajian at au indust ri mebel maka pilihannya adalah indust ri penggergajian karena memiliki ket erkait an yang panjang baik ke belakang (on farm) maupun ket erkait an ke depan yait u ke indust ri lainnya. Ket erkait an indust ri penggergajian ke belakang (backw ard linkage) ke usaha hut an rakyat dan ke depan (forw ard linkage) ke indust ri mebel, indust ri kayu konst ruksi, indust ri bahan mainan dari kayu, dll.

Pisau analisis ket iga adalah analisis finansial. M enurut Budidarsono (2002), analisis ekonomi digunakan unt uk menilai pengaruh proyek t erhadap seluruh kegiat an ekonomi, sedangkan analisis finansial (biaya dan manfaat ) adalah unt uk melihat proyek dari sudut proyek it u sendiri yait u unt uk menilai pengaruh proyek dari aliran dana. M et ode perhit ungan menggunakan :

 NPV (Net Present Value) adalah analisis yang t erdiri dari kalkulasi nilai sekarang dari arus ongkos dihubungkan dengan pilihan proyek, ukuran perencanaan at au t ahap-t ahap ukuran sejum lah t ingkat bunga (NPV > 0 dikat akan layak).

 IRR (Int ernal Rat e of Ret urn) adalah t ingkat bunga yang menyamakan keunt ungan dan biaya at au t ingkat bunga (i) yang mem buat NPV dari proyek sama dengan nol.

 BCR (Benefit Cost Rat io) adalah analisis unt uk menget ahui manfaat yang diperoleh dari suat u usaha at as biaya yang dikeluarkan. BCR merupakan rasio ant ara manfaat (benefit) t erhadap biaya (cost). (BCR > 1 dikat akan layak).

 PP (Payback Period) adalah met ode unt uk menent ukan jangka w akt u yang dibut uhkan unt uk mengem balikan invest asi aw al (init ial invest ment ) dari suat u proyek dengan menggunakan aliran masuk (cash inflow ) yang dihasilkan oleh proyek t ersebut .

 Analisis sensit ivit as (Sensit ivit y Analysis) adalah analisis unt uk mengkaji sejauh mana perubahan unsur-unsur dalam aspek finansial

58

berpengaruh t erhadap keput usan yang dipilih. (Bila nilai unsur-unsur t ert ent u berubah dengan variasi yang relat if lebih besar t et api t idak berakibat t erhadap keput usan, maka dikat akan keput usan t ersebut t idak sensit if t erhadap unsur yang dimaksud. Sebaliknya bila t erjadi perubahan kecil saja sudah mengakibat kan perubahan keput usan, maka dinamakan keput usan t ersebut sensit if t erhadap unsur yang dimaksud) (Sut risno, 1983)

Dalam pengelolaan sub DAS yang kom pat ibel dengan w ilayah Kabupat en, analisis finansial harus dilakukan pada unit -unit usaha yang berada di dalam sub DAS t ersebut sehingga analisis finansial yang dilakukan unt uk perencanaan pengelolaan sub DAS adalah gabungan dari analisis finansial dari unit -unit usaha yang akan diim plement asikan dalam pengelolaan sub DAS t ersebut .

Pisau analisis ke empat adalah ekonomi lingkungan yang salah sat u analisisnya memasukkan fakt or ekst ernal menjadi fakt or int ernal dalam proses produksi. Sebagai cont oh dalam pengelolaan hut an produksi dibuat lah jalan lem bah unt uk pengangkut an log dari hut an t ersebut ke lokasi indust ri. Akibat pem buat an jalan t ersebut mendorong t erjadinya longsor. Dalam konsep int ernalisasi fakt or ekst ernal ke dalam proses produksi log dari hut an t ersebut , harus memasukkan biaya pencegahan dan penanggulangan longsor ke dalam analisis finansial fakt or produksi t ersebut t ermasuk di dalamnya apabila longsor akibat pembuat an jalan t ersebut merugikan masyarakat at au proses produksi unit usaha lain.

Apabila keunt ungan proses produksi pengelolaan hut an produksi diformulakan:

= Bl - Cl dimana

= keunt ungan, Bl = benefit / pendapat an dari hut an produksi, dan Cl = cost / biaya dalam pengusahaan hut an, maka bila kerugian akibat longsor yang diakibat kan oleh pembangunan jalan logging dimasukkan ke dalam proses produksi akan menghasilkan form ula sebagai berikut :

= Bl – Cl – (Cr + Ck) dim ana keunt ungan (

) dari kegiat an logging yang t elah memasukkan fakt or ekst ernal adalah pendapat an dikurangi biaya pembalakan dit ambah biaya perbaikan jalan akibat longsor dan biaya kom pensasi at as kerugian unit usaha lain sehingga keunt ungan dari usaha hut an produksi t idak sebesar pendapat an dan biaya

59

pem balakan. Di dalam kegiat an pengelolaan Sub DAS banyak sekali biaya yang dikeluarkan unt uk perbaikan kondisi Sub DAS yang seharusnya dimasukkan ke dalam cash flow dari unit -unit usaha yang berada di dalam Sub DAS t ersebut .

E. M ekanisme Perencanaan dan Peran Para Pihak

Dalam sub BAB III.C t elah disampaikan bahw a pengelolaan DAS bersifat mult i-sekt or, sehingga dalam perencanaannya harus melibat kan para pihak t erkait . Berdasarkan PP No. 37 Tahun 2012 t ent ang Pengelolaan DAS, penyusunan dan penet apan rencana pengelolaan DAS dalam kabupat en/ kot a menjadi kew enangan bupat i at au w alikot a, sedang unt uk DAS dalam provinsi dan at au lint as kabupat en/ kot a menjadi kew enangan gubernur (Pasal 22 dan 35). Rencana pengelolaan DAS t ersebut dit et apkan unt uk jangka w akt u 15 t ahun sert a dievaluasi dan dit injau kem bali set iap 5 (lima) t ahun Pasal 36). Adapun berdasarkan UU No. 25 Tahun 2004 t ent ang Sist em Perencanaan Pem bangunan Nasional disebut kan bahw a pelaksanaan t ugas dan f ungsi perencanaan pembangunan di daerah provinsi, kabupat en/ kot a adalah Badan Perencanaan Pem banguan Daerah (Bappeda).

M emperhat ikan kedua perat uran perundangan yang ada, perencanaan pengelolaan DAS dalam kabupat en dominan dilakukan at au dikoordinasikan oleh Bappeda selaku badan yang mem punyai t ugas dan fungsi perencanaan di daerah. Karakt erisasi DAS dilakukan unt uk melihat kerent anan dan pot ensi DAS, sehingga dapat diket ahui permasalahan yang harus dit angani. Hasil karakt erisasi t ersebut digunakan sebagai bahan penyusunan rencana aw al pengelolaan DAS. Rencana aw al pengelolaan DAS t ersebut digunakan sebagai bahan musyaw arah kegiat an dengan para pihak baik it u SKPD, masyarakat , sw ast a, lembaga non pemerint ah, sert a perguruan t inggi dan lem baga penelit ian. M engingat Bappeda merupakan badan yang memegang fungsi perencanaan di daerah, maka rencana pengelolaan DAS yang disusun sudah m em perhat ikan RTRW yang sudah ada sert a sebagai bahan pert im bangan dalam penyusunan RPJM dan peninjauan ulang RTRW. Disamping it u, rencana pengelolaan DAS t ersebut juga digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Renst ra-SKPD. Secara ringkas mekanisme

60

perencanaan dan peran para pihak dalam perencanaan pengelolaan DAS dalam kabupat en dominan at au Bagian DAS pada prinsipnya sepert i Gambar 7.

61

V. PENUTUP

Sist em perencanaan pengelolaan DAS disusun secara hierarki berdasarkan perat uran yang berlaku sehingga kom unikasi dat a dan informasi dengan pihak t erkait bisa berjalan lebih lancar. Wilayah DAS yang t idak berhim pit an dengan w ilayah adm inist rasi perlu dilakukan penselarasan sehingga t erbangun harmonisasi sist em pengelolaan dan kompat ibilit as sist em dat a dan informasi. Dalam penselarasan w ilayah, keberagaman luas DAS di Indonesia dapat dipilah ant ara DAS dalam kabupat en dominan, lint as kabupat en at au dalam provinsi, dan lint as provinsi. Dengan pemilahan ini DAS yang w ilayahnya lint as kabupat en at au provinsi dapat dibagi menjadi bagian-bagian DAS yang diselaraskan dengan w ilayah administ rasi. Penggunaan ist ilah ” bagian” dimaksudkan unt uk menghindari kesalahfahaman dengan ist ilah sub DAS dan sub-sub DAS yang t elah baku. Perencanaan pengelolaan DAS yang dibangun berbasis pada sist em karakt erisasi DAS agar permasalahan akt ual m udah t erident ifikasi secara jelas dan rasional. Form ula sist em karakt erisasi DAS diselaraskan dengan hierarki perencanaan pembangunan yakni pada t ingkat nasional, provinsi, dan kabupat en/ kot a. Pemilahan fakt or alami dan fakt or manajemen adalah unt uk mem udahkan ident ifikasi penyebab masalah secara fakt ual.

M ekanisme perencanaan pengelolaan DAS perlu dit at a sehingga peran para pihak lebih bisa diakt ualisasikan dan para pihak merasa bahw a produk perencanaan yang t ersusun merupakan milik mereka. Dengan harapan isi int i at au subst ansi perencanaan pengelolaan DAS selalu diacu oleh para pihak dalam menyusun rencana kerja maupun dalam menyusun rencana pem bangunan daerahnya. Disamping it u pemahaman t erhadap hubungan hulu dan hilir secara adm inist rat if maupun secara hubungan alam lebih bisa dihayat i dan diim plement asi. Dengan buku ini diharapkan pelaksanaan kegiat an perencanaan pengelolaan DAS pada set iap t ingkat an hierarki dapat berjalan lancar dan dapat digunakan sebagi dasar penyelenggaraan pengelolaan menyeluruh (comprehensive) dan t erpadu.

62

PUSTAKA

Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah M ada Universit y Press. Yogyakart a.

Barclay, C.W. 1984. Teknik Analisa Kependudukan. Binaaksara. Jakart a.

Becerra, E. H. 1995. M onit oring and Evaluat ion of Wat ershed M anagement Project Achievement s. FAO Conservat ion Guide 24. FAO. Rome.

Brooks, K.N., H.M . Gregersen, A.L. Lundgren, dan R.M . Quinn. 1990. M anual on Wat ershed M angement Project Planning, M onit oring and Evaluat ion. ASEAN-US Wat ershed Project . College, Laguna Philippines.

Brooks, K.N., P. F. Ffolliot t , H.M . Gregersen, dan J.K. Thames. 1991. Hydrology and The M anagement of Wat ersheds. Iow a St at e Universit y Press, Ames, USA.

Budidarsono, S. 2002. Analisis Nilai Ekonomi Wanat ani. Prosiding Lokakarya Wanat ani se Nusa Tenggara.

w w w .w orldagroforest ry.org/ sea/ publicat ion/ files/ paper/ ppo/ 73-06.pdf. diunduh 20 Desem ber 2011.

Dixon, J.A. dan K.W. East er. 1986. Int egrat ed Wat ershed M anagement : An Approach t o Resource M anagement. Hlm. 3-15. Dalam. K.W. East er, J.A. Dixon, and M .M . Hufschmidt . Eds. Wat ershed Resources M anagement . An Int egrat ed Framew ork w it h St udies from Asia and t he Pasif ic. St udies in Wat er Policy and M anagement , No. 10. West view Press and London. Honolulu.

Domar, E.D. 1941. Capit al Expansion, Rat e of Grow t h, and Employment. Economet rica, April 1941.

63

Harod, R.F. 1939. An Essay in Dynamic Theory. Economic Journal, Vol. 46, pp: 14-33.

Hilman, H. 1992. Pengant ar Ilmu Hukum Adat Indonesia. M andar M aju. Bandung.

Hirschman, A.O. 1958. The St rat egy of Economic Development. New Haven. Yale.

Kori, K. 1976. M anaging Forest for Wat er Supplies and Resource Conservat ion. Conservat ion Division. Forest Agency. Tokyo. Japan. In. Kunkle, S.H., and J.L Thames. Hydrological Techniques for Upst ream Conservat ion. FAO Conservat ion Guide 2. FAOUN. Rome.

Leont iff, W. 1951. Input -Out put Economics. Scient ific American, Oct ober 1951.

M cCall, M K. 1995. Penaksiran Sum berdaya Dalam Perencanaan Wilayah. LAN-DSE. Jakart a.

M ubyart o. 1986. Pengant ar Ekonomi Pert anian. LP3ES. Jakart a.

ODA (Overseas Development Adm inist rat ion). 1995. Guidance Not e on How t o Do St akeholder Analysis of Aid Project and Programmes. Social

Development Depart ment .

ht t p/ / w w w .euforic.org.org/ gb/ st ake1.ht m.

Paimin, Sukresno, Purw ant o, dan D.R. Indraw at i. 2009. Evaluasi Aplikasi

Dokumen terkait