PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BAHASA INGGRIS MAHASISWA DI PERGURUAN
TINGGI DI NUSA TENGGARA TIMUR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa Inggris telah menjadi keterampilan yang penting dalam menghadapi tantangan global, terutama di era industri 4.0 dan masyarakat 5.0. Kemampuan berbahasa Inggris, terutama keterampilan berbicara dan menulis, dianggap esensial bagi mahasiswa karena mendukung akses terhadap sumber daya pengetahuan internasional, meningkatkan peluang karier, dan memperluas jejaring profesional (Kirkpatrick, 2012;
Crystal, 2012). Namun, di banyak perguruan tinggi di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), penguasaan bahasa Inggris masih tergolong rendah dibandingkan daerah lain di Indonesia (Setyawan et al., 2020). Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain keterbatasan fasilitas, kurangnya tenaga pengajar yang kompeten, serta metode pembelajaran yang masih cenderung tradisional dan kurang interaktif.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran konvensional yang berfokus pada pengajaran teoretis kurang efektif dalam meningkatkan keterampilan komunikasi dan penerapan bahasa asing dalam konteks nyata (Johnson, 2009).
Pembelajaran tradisional cenderung membatasi interaksi mahasiswa, sehingga mereka kurang mendapatkan kesempatan untuk menerapkan bahasa Inggris secara langsung dalam kehidupan sehari-hari (Richards & Rodgers, 2014). Sebagai alternatif, *Project- Based Learning* (PBL) atau pembelajaran berbasis proyek menawarkan pendekatan yang lebih kontekstual, di mana mahasiswa dapat mengaplikasikan bahasa Inggris dalam proyek yang relevan dengan kehidupan mereka. Model ini memberikan kebebasan bagi mahasiswa untuk bereksplorasi, berkolaborasi, dan berkomunikasi, yang sangat penting untuk meningkatkan keterampilan bahasa mereka (Thomas, 2000).
*Project-Based Learning* (PBL) memiliki berbagai keunggulan, terutama dalam mengembangkan keterampilan bahasa. Menurut Bell (2010), PBL meningkatkan motivasi siswa dan memberikan pengalaman belajar yang lebih mendalam. Melalui PBL,
mahasiswa diberi tantangan untuk menyelesaikan suatu proyek nyata, yang memerlukan penggunaan bahasa Inggris dalam berbagai situasi, seperti diskusi, presentasi, dan pembuatan laporan. Dengan demikian, PBL menciptakan suasana belajar yang lebih aktif dan kolaboratif, memungkinkan mahasiswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Barak & Dori (2009), PBL mampu meningkatkan keterampilan komunikasi, kolaborasi, serta kemampuan berpikir kritis dan kreatif, yang semuanya sangat penting dalam penguasaan bahasa asing.
Di Nusa Tenggara Timur, penelitian terkait penggunaan PBL dalam pembelajaran bahasa Inggris masih sangat terbatas, padahal model ini dinilai efektif dalam mengatasi keterbatasan yang dihadapi dalam metode tradisional. Penelitian yang dilakukan oleh Setyawan et al. (2020) menunjukkan bahwa pembelajaran yang bersifat interaktif dan berbasis proyek mampu meningkatkan keterampilan bahasa Inggris mahasiswa secara signifikan dibandingkan dengan metode ceramah konvensional. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran berbasis proyek yang sesuai dengan kondisi mahasiswa di NTT, sehingga dapat meningkatkan keterampilan bahasa Inggris mereka.
Selanjutnya, implementasi PBL juga mendukung kemampuan berpikir kritis, kolaborasi, dan keterampilan pemecahan masalah. Dengan konteks bahasa Inggris, proyek-proyek yang dirancang secara kontekstual memungkinkan mahasiswa di NTT untuk lebih memahami aplikasi praktis bahasa tersebut. Model ini berfokus pada pengembangan keterampilan komunikasi yang holistik, yang mencakup aspek berbicara, mendengar, membaca, dan menulis (Beckett & Slater, 2005). Dengan pendekatan yang menggabungkan konten bahasa dan keterampilan praktis, PBL tidak hanya relevan dengan kebutuhan akademik mahasiswa tetapi juga kebutuhan profesional di masa depan.
Dari uraian di atas, tampak bahwa penerapan PBL dapat menjadi solusi potensial untuk meningkatkan keterampilan bahasa Inggris di kalangan mahasiswa di NTT. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus pada pengembangan dan penerapan model pembelajaran berbasis proyek untuk meningkatkan keterampilan bahasa Inggris mahasiswa di perguruan tinggi di NTT. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam memperbaiki kualitas pembelajaran bahasa Inggris dan membantu mahasiswa dalam mempersiapkan diri menghadapi tuntutan global.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi pembelajaran bahasa Inggris saat ini di perguruan tinggi di Nusa Tenggara Timur?
2. Bagaimana pengembangan model pembelajaran berbasis proyek (PBL) yang sesuai untuk meningkatkan keterampilan bahasa Inggris mahasiswa di perguruan tinggi di NTT?
3. Sejauh mana model pembelajaran berbasis proyek ini dapat meningkatkan keterampilan bahasa Inggris mahasiswa di perguruan tinggi di NTT?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi kondisi dan tantangan dalam pembelajaran bahasa Inggris di perguruan tinggi di Nusa Tenggara Timur.
2. Mengembangkan model pembelajaran berbasis proyek (PBL) yang efektif untuk meningkatkan keterampilan bahasa Inggris mahasiswa di NTT.
3. Menganalisis efektivitas model pembelajaran berbasis proyek dalam meningkatkan keterampilan bahasa Inggris mahasiswa.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis: Penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan teori mengenai penerapan Project-Based Learning dalam pembelajaran bahasa Inggris di perguruan tinggi.
2. Manfaat Praktis: Hasil penelitian ini dapat memberikan panduan praktis bagi dosen dalam menerapkan model pembelajaran berbasis proyek untuk meningkatkan keterampilan bahasa Inggris mahasiswa. Dengan model ini, diharapkan mahasiswa mampu berpartisipasi lebih aktif dan mampu menerapkan bahasa Inggris dalam berbagai konteks.
3. Manfaat bagi Mahasiswa: Dengan diterapkannya model pembelajaran berbasis proyek, mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan keterampilan bahasa Inggris yang lebih komprehensif dan relevan dengan kebutuhan nyata di dunia kerja.
BAB II
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan mengulas konsep-konsep yang menjadi dasar dalam penelitian ini, termasuk teori-teori mengenai Project-Based Learning (PBL), pengajaran bahasa Inggris, serta penerapan PBL dalam konteks pendidikan bahasa. Uraian ini akan mencakup tinjauan dari berbagai penelitian yang relevan, yang bertujuan untuk memperkuat argumen penelitian tentang pentingnya pengembangan model PBL untuk meningkatkan keterampilan bahasa Inggris mahasiswa di perguruan tinggi di Nusa Tenggara Timur.
2.1 Project-Based Learning (PBL)
Project-Based Learning (PBL) adalah metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan menekankan penggunaan proyek sebagai sarana belajar. Menurut Thomas (2000), PBL melibatkan mahasiswa dalam kegiatan yang bersifat investigatif, kolaboratif, dan menantang, sehingga mereka dapat mengembangkan pemahaman mendalam mengenai materi yang dipelajari. PBL menempatkan peserta didik sebagai pusat pembelajaran, di mana mereka bertanggung jawab dalam proses pembelajaran mereka sendiri (Bell, 2010). Model ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah, kolaborasi, dan komunikasi melalui proyek yang relevan dengan kehidupan nyata.
Sebuah penelitian oleh Barak & Dori (2009) menunjukkan bahwa PBL dapat mendorong peserta didik untuk berinteraksi secara aktif dan mengembangkan kemampuan analitis mereka. Melalui PBL, mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengerjakan proyek yang relevan dengan lingkungan mereka, sehingga mereka termotivasi untuk menggali informasi dan menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam konteks yang lebih praktis.
Penggunaan PBL dalam pengajaran bahasa Inggris di perguruan tinggi memungkinkan mahasiswa untuk berkomunikasi, bekerja sama, dan berbagi ide dalam bahasa Inggris, yang semuanya meningkatkan keterampilan bahasa mereka.
Penelitian lain oleh Beckett & Slater (2005) juga menekankan manfaat PBL dalam mengintegrasikan keterampilan bahasa dengan keterampilan praktis lainnya. PBL memungkinkan pembelajaran yang lebih bermakna karena melibatkan mahasiswa dalam proyek yang memiliki tujuan akhir yang jelas, seperti presentasi atau produk nyata. Hasil
dari proyek ini dapat menambah rasa pencapaian dan motivasi peserta didik, sehingga meningkatkan keterlibatan dan hasil belajar mereka dalam jangka panjang.
2.2 Pembelajaran Bahasa Inggris di Perguruan Tinggi
Pengajaran bahasa Inggris di perguruan tinggi memiliki tantangan tersendiri, terutama di daerah yang memiliki akses terbatas terhadap sumber daya pendidikan seperti Nusa Tenggara Timur (Setyawan et al., 2020). Banyak mahasiswa di daerah ini mengalami kesulitan dalam menguasai bahasa Inggris, baik dalam keterampilan berbicara, mendengar, menulis, maupun membaca. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh keterbatasan sarana dan prasarana, serta metode pembelajaran yang kurang variatif dan masih bersifat konvensional (Richards & Rodgers, 2014).
Pembelajaran bahasa Inggris yang berbasis pada metode tradisional, seperti ceramah, latihan gramatikal, dan hafalan, sering kali tidak efektif dalam mengembangkan keterampilan berbahasa aktif (Crystal, 2012). Sebaliknya, pendekatan pembelajaran yang bersifat interaktif dan partisipatif, seperti PBL, mampu memberikan pengalaman belajar yang lebih komprehensif, di mana mahasiswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga mengaplikasikannya secara praktis. PBL dalam pengajaran bahasa Inggris dapat membantu mengatasi kendala-kendala tersebut dengan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung penggunaan bahasa Inggris dalam berbagai konteks komunikasi nyata.
2.3 Efektivitas Project-Based Learning dalam Pengajaran Bahasa Inggris
Berbagai studi menunjukkan bahwa PBL efektif dalam meningkatkan keterampilan bahasa Inggris peserta didik. Bell (2010) menyatakan bahwa PBL mampu meningkatkan motivasi belajar mahasiswa, karena proyek yang mereka kerjakan memiliki relevansi dengan kehidupan sehari-hari. Penelitian yang dilakukan oleh Beckett & Slater (2005) menunjukkan bahwa mahasiswa yang belajar melalui PBL memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menggunakan bahasa Inggris secara kontekstual, sehingga mereka lebih terbiasa dengan penggunaannya dalam komunikasi nyata. PBL juga memungkinkan mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan bahasa mereka secara menyeluruh, meliputi berbicara, mendengar, menulis, dan membaca dalam satu rangkaian proyek.
Penelitian lain oleh Barrows (2002) menyebutkan bahwa PBL memfasilitasi peningkatan keterampilan kognitif dan afektif mahasiswa, yang berkontribusi pada penguasaan bahasa yang lebih baik. Dengan PBL, mahasiswa dilibatkan dalam kegiatan yang memerlukan komunikasi aktif, kerja sama, dan pengambilan keputusan, yang semuanya memerlukan keterampilan berbahasa Inggris. Model ini menciptakan suasana pembelajaran yang interaktif dan menantang, yang dapat mengatasi kebosanan dan meningkatkan keterlibatan mahasiswa.
Di Indonesia, penerapan PBL dalam pembelajaran bahasa Inggris telah dilakukan dalam beberapa penelitian, salah satunya oleh Setyawan et al. (2020), yang menemukan bahwa metode ini dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris mahasiswa di daerah terpencil. Dalam penelitian tersebut, mahasiswa yang belajar menggunakan PBL mengalami peningkatan dalam keterampilan berbicara dan menulis. Hasil ini menunjukkan bahwa PBL efektif dalam meningkatkan kompetensi bahasa Inggris secara signifikan dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional.
2.4 Keunggulan dan Keterbatasan Project-Based Learning
Keunggulan utama PBL terletak pada kemampuannya untuk mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman nyata, yang relevan dengan kehidupan peserta didik (Barrows, 2002).
PBL juga meningkatkan keterampilan sosial, seperti kolaborasi dan komunikasi, yang sangat penting dalam penguasaan bahasa Inggris. Selain itu, PBL memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengeksplorasi ide-ide mereka secara mandiri, yang dapat meningkatkan kreativitas dan kepercayaan diri (Bell, 2010).
Namun, PBL juga memiliki beberapa keterbatasan, terutama dalam hal waktu dan sumber daya. Proyek yang efektif memerlukan perencanaan yang baik dan dukungan dari fasilitas pendidikan yang memadai, seperti akses ke teknologi dan sumber informasi (Beckett &
Slater, 2005). Di NTT, kendala seperti keterbatasan akses internet dan fasilitas pembelajaran bisa menjadi tantangan dalam penerapan PBL. Selain itu, dosen yang terbiasa dengan metode tradisional mungkin memerlukan pelatihan tambahan untuk mengadopsi metode ini secara efektif.
2.5 Kerangka Konseptual Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, penelitian ini akan mengembangkan model PBL yang diadaptasi dengan kondisi dan kebutuhan mahasiswa di NTT, yang diharapkan dapat meningkatkan keterampilan bahasa Inggris mereka. Model ini akan dirancang untuk mengatasi tantangan-tantangan yang ada, termasuk keterbatasan sumber daya, melalui proyek-proyek yang relevan dengan konteks lokal dan dapat diimplementasikan secara fleksibel. Kerangka konseptual ini didasari oleh pendekatan PBL yang menekankan pembelajaran yang aktif, partisipatif, dan kontekstual, yang memungkinkan mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan bahasa Inggris dalam berbagai aspek.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan metodologi yang akan digunakan dalam penelitian ini untuk mengembangkan dan menguji efektivitas model Project-Based Learning (PBL) dalam meningkatkan keterampilan bahasa Inggris mahasiswa di perguruan tinggi di Nusa Tenggara Timur (NTT). Metodologi ini meliputi desain penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, serta teknik analisis data. Setiap langkah dalam metodologi ini dipilih dan disusun dengan cermat untuk mencapai tujuan penelitian dan menjawab rumusan masalah secara komprehensif.
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk menghasilkan produk tertentu sekaligus menguji keefektifan produk tersebut dalam konteks tertentu (Borg & Gall, 1989). Model R&D ini dipilih karena penelitian tidak hanya bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran bahasa Inggris di NTT, tetapi juga untuk mengembangkan model pembelajaran berbasis proyek yang relevan dan efektif untuk diterapkan.
Desain R&D yang akan digunakan adalah model ADDIE, yang terdiri dari lima tahap:
Analysis (Analisis), Design (Desain), Development (Pengembangan), Implementation (Implementasi), dan Evaluation (Evaluasi). Model ini dinilai cocok untuk mengembangkan produk pembelajaran, karena setiap tahap dalam ADDIE membantu merancang, mengembangkan, dan menguji efektivitas model secara sistematis (Branch, 2009). Pada tahap evaluasi, model PBL yang dikembangkan akan diimplementasikan dalam kelas dan dievaluasi berdasarkan hasil keterampilan bahasa Inggris mahasiswa.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa perguruan tinggi di Nusa Tenggara Timur, khususnya yang mengambil mata kuliah bahasa Inggris. Karena penelitian ini berfokus pada pengembangan keterampilan bahasa Inggris, maka mahasiswa yang menjadi sampel adalah mereka yang berada pada tingkat dasar hingga menengah dalam penguasaan bahasa Inggris.
Sampel penelitian akan dipilih menggunakan teknik purposive sampling, di mana kelompok mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di NTT yang memiliki tingkat penguasaan bahasa Inggris rendah atau menengah akan dipilih untuk diuji. Teknik ini dipilih agar sampel sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk mengembangkan model pembelajaran yang tepat bagi mahasiswa di daerah dengan keterbatasan akses terhadap sumber belajar bahasa Inggris. Menurut Etikan et al. (2016), purposive sampling efektif digunakan ketika peneliti ingin mempelajari karakteristik kelompok tertentu yang relevan dengan tujuan penelitian.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa metode, yaitu observasi, wawancara, kuesioner, dan tes keterampilan bahasa Inggris.
1. Observasi: Observasi dilakukan selama implementasi model PBL untuk mengamati proses pembelajaran serta interaksi mahasiswa di dalam kelas. Teknik ini penting untuk mengetahui bagaimana model PBL yang dikembangkan dapat meningkatkan keterlibatan aktif mahasiswa. Observasi memungkinkan peneliti untuk mencatat perilaku dan partisipasi mahasiswa secara langsung selama pembelajaran berlangsung (Creswell, 2014).
2. Wawancara: Wawancara dilakukan untuk menggali pendapat dan tanggapan mahasiswa serta dosen terhadap penerapan model PBL dalam pembelajaran bahasa Inggris. Menurut Kvale (1996), wawancara memungkinkan peneliti untuk mendapatkan data kualitatif yang mendalam mengenai pengalaman dan persepsi responden.
3. Kuesioner: Kuesioner digunakan untuk mengukur persepsi mahasiswa mengenai efektivitas model PBL. Kuesioner akan disusun dengan skala Likert untuk memudahkan analisis data kuantitatif mengenai tingkat kepuasan, motivasi belajar, dan keterlibatan mahasiswa selama proses pembelajaran.
4. Tes Keterampilan Bahasa Inggris: Tes ini dilakukan sebelum dan sesudah implementasi PBL untuk mengetahui sejauh mana peningkatan keterampilan bahasa Inggris mahasiswa, terutama dalam aspek berbicara, mendengar,
membaca, dan menulis. Tes ini penting untuk mengukur efektivitas model PBL secara objektif dalam meningkatkan kompetensi bahasa mahasiswa.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini dirancang untuk mengukur efektivitas model PBL dalam meningkatkan keterampilan bahasa Inggris mahasiswa. Beberapa instrumen yang digunakan antara lain adalah:
1. Pedoman Observasi: Pedoman ini digunakan untuk mencatat interaksi dan partisipasi mahasiswa selama proses pembelajaran berbasis proyek. Pedoman observasi dikembangkan berdasarkan indikator-indikator keterampilan bahasa yang relevan, seperti frekuensi berbicara dalam bahasa Inggris, kemampuan kolaborasi, dan inisiatif dalam mengerjakan proyek.
2. Panduan Wawancara: Panduan wawancara berisi pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menggali pendapat dan pengalaman mahasiswa serta dosen terhadap penerapan PBL. Panduan ini mencakup aspek motivasi belajar, manfaat PBL, dan hambatan yang dialami dalam proses pembelajaran (Kvale, 1996).
3. Kuesioner: Kuesioner menggunakan skala Likert dengan nilai 1 hingga 5 untuk mengukur persepsi mahasiswa tentang efektivitas PBL dalam pembelajaran bahasa Inggris. Item-item dalam kuesioner akan mencakup aspek keterlibatan, kepuasan, dan relevansi pembelajaran berbasis proyek.
4. Tes Keterampilan Bahasa Inggris: Tes ini dikembangkan berdasarkan standar keterampilan bahasa yang mencakup kemampuan berbicara, mendengar, menulis, dan membaca. Tes keterampilan ini diadaptasi dari standar yang digunakan dalam Common European Framework of Reference for Languages (CEFR) untuk memastikan relevansi dan validitas instrumen pengukuran (Council of Europe, 2001).
3.5 Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dalam penelitian ini akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif, sesuai dengan jenis data yang diperoleh.
1. Analisis Data Kuantitatif: Data dari tes keterampilan bahasa Inggris dan kuesioner akan dianalisis menggunakan teknik statistik deskriptif dan inferensial. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan tingkat keterampilan bahasa Inggris mahasiswa sebelum dan sesudah penerapan model PBL. Uji t-test akan digunakan untuk membandingkan skor sebelum dan sesudah implementasi PBL, sehingga dapat diketahui apakah terdapat peningkatan yang signifikan (Creswell, 2014).
2. Analisis Data Kualitatif: Data dari observasi dan wawancara akan dianalisis menggunakan teknik analisis tematik, di mana data dikategorikan ke dalam tema- tema yang relevan dengan tujuan penelitian. Teknik ini memungkinkan peneliti untuk menggali informasi mendalam mengenai pengalaman dan persepsi mahasiswa serta dosen terhadap penerapan model PBL (Braun & Clarke, 2006).
3.6 Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap sesuai dengan model ADDIE yang meliputi:
1. Analisis: Menganalisis kebutuhan mahasiswa dalam pembelajaran bahasa Inggris serta kendala yang dihadapi di NTT melalui observasi awal dan wawancara dengan dosen.
2. Desain: Merancang model pembelajaran berbasis proyek yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan mahasiswa.
3. Pengembangan: Mengembangkan bahan ajar dan instrumen penelitian berdasarkan desain yang telah dibuat.
4. Implementasi: Melaksanakan pembelajaran berbasis proyek dalam kelas dengan sampel mahasiswa yang terpilih.
5. Evaluasi: Mengevaluasi efektivitas model melalui analisis data dari tes keterampilan bahasa Inggris, kuesioner, wawancara, dan observasi.
REFERENSI
Barak, M., & Dori, Y. J. (2009). Enhancing higher order thinking skills among in-service science teachers via project-based learning. Journal of Science Education and Technology, 18(6), 475-486.
Barrows, H. S. (2002). Is it truly possible to have such a thing as dPBL?. Distance Education, 23(1), 119-122.
Beckett, G. H., & Slater, T. (2005). The Project Framework: A Tool for Language, Content, and Skills Integration. ELT Journal, 59(2), 108-116.
Bell, S. (2010). Project-based learning for the 21st century: Skills for the future. The Clearing House: A Journal of Educational Strategies, Issues and Ideas, 83(2), 39- 43.
Borg, W. R., & Gall, M. D. (1989). Educational Research: An Introduction. Longman.
Branch, R. M. (2009). Instructional Design: The ADDIE Approach. Springer Science &
Business Media.
Braun, V., & Clarke, V. (2006). Using thematic analysis in psychology. Qualitative Research in Psychology, 3(2), 77-101.
Council of Europe. (2001). Common European Framework of Reference for Languages:
Learning, Teaching, Assessment. Cambridge University Press.
Creswell, J. W. (2014). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Sage Publications.
Crystal, D. (2012). English as a Global Language. Cambridge University Press.
Etikan, I., Musa, S. A., & Alkassim, R. S. (2016). Comparison of convenience sampling and purposive sampling. American Journal of Theoretical and Applied Statistics, 5(1), 1-4.
Johnson, D. W. (2009). Reaching Out: Interpersonal Effectiveness and Self-actualization.
Pearson Education.
Kirkpatrick, A. (2012). English as an Asian lingua franca and the multilingual model of ELT.
*Language Teaching, 44*(2), 212-224.
Kvale, S. (1996). Interviews: An Introduction to Qualitative Research Interviewing. Sage Publications.
Richards, J. C., & Rodgers, T. S. (2014). Approaches and Methods in Language Teaching.
Cambridge University Press.
Setyawan, R., Wahyuningsih, S., & Astuti, S. (2020). Efektivitas Metode Pembelajaran Berbasis Proyek pada Mata Kuliah Bahasa Inggris di Daerah 3T. Jurnal Pendidikan Bahasa Asing dan Sastra, 6(2), 137-145.
Thomas, J. W. (2000). A Review of Research on Project-Based Learning. Autodesk Foundation.