• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Proposal Pendirian Sekolah/Madrasah

N/A
N/A
Hani Naila

Academic year: 2024

Membagikan "Pengembangan Proposal Pendirian Sekolah/Madrasah"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PENGEMBANGAN PROPOSAL PENDIRIAN SEKOLAH/MADRASAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah

Manajemen Kewirausahaan Dosen Pengampu:

Dr. Wahyu Hidayat, MA.

Disusun Oleh:

Kelompok 12

Hilman Firdaus Almuharom (1212010052) Lulu Afina Rahmah (1212010071)

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2024

(2)

i

KATA PENGANTAR

Alhamdullillahirabbil‘alamin. Puji syukur ke hadirat Allah SWT. yang atas hidayah dan inayah-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam juga tidak lupa semoga tetap tercurah limpahkan kepada kekasih-Nya, Nabi kita, Nabi Muhammad SAW. yang atas cinta dan kasih sayangnya, kita dapat merasakan indahnya beragama islam. Semoga kita diakui sebagai umatnya dan mendapatkan Syafa’atul ‘Udzhma. Allahumma Sholli ‘ala Muhammad.

Makalah yang berjudul “Pengembangan Proposal Pendirian Sekolah/Madrasah” telah selesai kami susun sebagaimana adanya. Kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu, yakni Bapak Dr. Wahyu Hidayat, MA. yang telah memberikan kami kesempatan untuk memahami, mendalami, serta menuangkan kembali apa yang kita cari dalam bentuk makalah, sehingga dapat dibaca oleh para pencari ilmu lainnya.

Kami menyadari dalam susunan makalah ini masih terdapat banyak kekeliruan yang perlu dilurusan. Oleh karena itu, kami berharap para pembaca berkenan untuk memberikan masukan yang membangun dan arahan yang lebih baik. Kami sangat berterima kasih. Semoga apa yang kami jelaskan bisa menjadi ilmu yang bermanfaat dan ‘amal jariyah bagi kami selaku penyusun. Aamiin.

Bandung, Maret 2024

Tim Penyusun

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penulisan ... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 3

A. Pendirian Yayasan ... 3

B. Prosedur Pengesahan Yayasan ... 10

C. Prosedur Pendirian Sekolah/Madrasah ... 13

D. Proposal Pendirian Sekolah/Madrasah ... 17

BAB III PENUTUP ... 20

A. Kesimpulan ... 20

B. Saran ... 20

DAFTAR PUSTAKA ... 21

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan proposal pendirian sekolah/madrasah merupakan sebuah proses yang kompleks dan penting dalam menyusun landasan untuk membangun sebuah lembaga pendidikan yang berkualitas. Latar belakang dari pengembangan proposal ini berakar dari kesadaran akan pentingnya pendidikan dalam membentuk masa depan individu, masyarakat, dan bangsa.

Di banyak wilayah di seluruh dunia, akses terhadap pendidikan berkualitas masih menjadi tantangan, baik karena keterbatasan sarana dan prasarana, kurangnya tenaga pendidik berkualifikasi, atau masalah sosial-ekonomi yang kompleks. Dalam konteks ini, pendirian sekolah/madrasah baru dapat menjadi solusi yang berpotensi untuk meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pendidikan.

Langkah pertama dalam pengembangan proposal ini seringkali dimulai dengan analisis mendalam tentang kebutuhan pendidikan di wilayah yang dituju. Studi kelayakan dan pengumpulan data menjadi dasar untuk memahami dinamika lokal, termasuk potensi pasar pendidikan, profil sosial-ekonomi masyarakat, dan tantangan yang dihadapi dalam menyediakan pendidikan yang bermutu.

Visi dan misi yang terbentuk dari proses ini mencerminkan aspirasi untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, inovatif, dan berorientasi pada kebutuhan peserta didik serta masyarakat secara keseluruhan. Dengan menggabungkan kebutuhan lokal dengan visi yang progresif, proposal pendirian sekolah/madrasah menjadi landasan untuk menggalang dukungan dan sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan cita-cita tersebut.

Selain itu, pengembangan proposal ini juga melibatkan pemetaan sumber daya, baik itu dalam bentuk fisik seperti bangunan dan fasilitas, maupun manusia seperti staf pengajar dan administratif. Perencanaan keuangan yang cermat menjadi bagian integral dari proses ini, memastikan bahwa pendirian sekolah/madrasah dapat berjalan secara

(5)

2

berkelanjutan dan memberikan manfaat jangka panjang bagi peserta didik dan komunitas.

Dalam keseluruhan, pengembangan proposal pendirian sekolah/madrasah adalah sebuah perjalanan yang melibatkan pemahaman mendalam tentang kebutuhan pendidikan, kreativitas dalam merancang solusi, dan kemampuan untuk menggalang dukungan dari berbagai pihak terkait. Dengan landasan yang kokoh dan visi yang kuat, proposal ini menjadi langkah awal yang penting dalam mewujudkan impian akan sebuah lembaga pendidikan yang bermakna dan berkelanjutan.

B. Rumusan Masalah

Ditinjau dari uraian latar belakang masalah yang disinggung, maka dapat dipetakan rumusan masalah yang akan dibahas:

1. Bagaimana pendirian suatu yayasan?

2. Bagaimana prosedur pengesahan yayasan?

3. Bagaimana prosedur pendirian suatu sekolah/madrasah?

4. Bagaimana proposal pendirian suatu sekolah/madrasah?

C. Tujuan Penulisan

Dengan banyaknya permasalahan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dibuat makalah ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui pendirian yayasan.

2. Untuk mengetahui prosedur pengesahan yayasan.

3. Untuk mengetahui prosedur pendirian suatu sekolah/madrasah.

4. Untuk mengetahui proposal pendirian suatu sekolah/madrasah.

(6)

3 BAB II PEMBAHASAN A. Pendirian Yayasan

Dengan diundangkannya Undang-undang No. 28 tahun 2004 tentang Yayasan, maka pengertian yayasan menjadi lebih jelas. Pengertian yayasan berdasarkan Pasal 1 butir 1 Undang-undang yayasan Nomor 28 tahun 2004 adalah sebagai berikut:1 Yayasan adalah badan hukum yang terdiri dari atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota. Yayasan menurut Undang-undang yayasan adalah suatu “badan hukum“ yang dapat menjadi badan hukum wajib memenuhi kriteria dan persyaratan tertentu oleh Undang-undang yayasan. Menurut Pasal 16 ayat (1) Undang-undang yayasan, jangka waktu didirikannya yayasan adalah untuk jangka waktu tertentu dan untuk jangka waktu tidak tertentu. Bagi yayasan yang didirikan untuk jangka waktu tertentu, dapat diajukan perpanjangan jangka waktu pendirian yayasan dalam waktu paling lambat 1 (satu) tahun sebelum berakhirnya jangka waktu pendirian. Permohonan perpanjangan jangka waktu yayasan tersebut ditujukan kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dan dilakukan oleh pengurus. Dalam hal ini, berarti lama pendirian yayasan harus diatur dan ditentukan dalam Anggaran Dasar. Selain yayasan mempunyai jangka waktu berdiri tertentu, Yayasan juga berakhir.

Scholten mengatakan: Yayasan adalah suatu badan hukum, yang dilahirkan oleh suatu pernyataan sepihak. Pernyataan itu harus berisikan pemisahan suatu kekayaan untuk suatu tujuan tertentu, dengan penunjukan, bagaimanakah kekayaan itu diurus dan digunakan. Dengan demikian, Yayasan adalah badan hukum yang mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:2

1 Krisna, R. (2021). Tinjauan Hukum Pendirian Yayasan Sebagai Badan Hukum Ditinjau Dari Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2004. Jurnal Sosial dan Ekonomi, 2(1), 42.

2 Siahaan, N. T. (2020). Subjek Hukum Dalam Pendirian Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Atas Perubahan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan. Jurnal Ilmiah “Advokasi”, hal 5.

(7)

4

a. Mempunyai harta kekayaan sendiri, yang berasal dari suatu perbuatan pemisahan.

b. Mempunyai tujuan sendiri (tertentu) c. Mempunyai alat-perlengkapan (organisasi)

Setiap organisasi, termasuk yayasan, memiliki tujuan yang spesifik dan unik yang dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Tujuan yang bersifat kuantitatif mencakup pencapaian laba maksimum, penguasaan pangsa pasar, pertumbuhan organisasi, dan produktivitas. Sementara tujuan kualitatif dapat disebutkan sebagai efisiensi dan efektivitas organisasi, manajemen organisasi yang tangguh, moral karyawan yang tinggi reputasi organisasi, stabilitas, pelayanan kepada masyarakat, dan citra perusahaan.3

Selain itu, tujuan filosofis di dalam pendirian yayasan adalah sebagai badan hukum yang tidak bersifat komersial atau tidak mencari keuntungan (nirlaba atau non profit). Tetapi pada kenyataannya yayasan sering dipergunakan bukan untuk kepentingan sosial dan kemanusiaan, melainkan untuk memperkaya pribadi pendiri ataupun pengurus yayasan, menghindari pajak, menguasai suatu lembaga pendidikan terus menerus, menembus birokrasi, memperoleh berbagai fasilitas dari Negara atau penguasa dan berbagai tujuan lainnya.4

Status kedudukan yayasan berfungsi menyelenggarakan lembaga pendidikan, menetapkan visi, orientasi, platform program dan kebijakan sekolah, menyeleksi, mengangkat dan memberhentikan tenaga pengelola sekolah, menyediakan sarana, prasarana dan pembiayaan sekolah, memberikan pertimbangan dan persetujuan terhadap rencana program pengelolaan sekolah, mengesahkan program dan anggaran sekolah, mengawasi dan mengendalikan proses pengelolaan sekolah, menilai kinerja dan tanggung jawab pengelola sekolah, memutuskan batas-batas kerja sama sekolah dengan pihak luar, bertanggung jawab atas kepengurusan, kepentingan dan tujuan yayasan, bertanggung jawab penuh terhadap pengelolaan

3 Bastian, I. (2007). Akuntansi Yayasan dan Lembaga Publik. Jakarta: Penerbit Erlangga, hal 2.

4 Fatmawati, I. (2020). Hukum Yayasan Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish, hal 3.

(8)

5

unit-unit yayasan dan menanggung kerugian unit kegiatan yang disetujui oleh yayasan kepada pihak ketiga.5 Fungsi lainnya yayasan yaitu sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan.6

Dalam mendirikan Yayasan ada kecenderungan bahwa masyarakat mendirikan yayasan dengan maksud berlindung dibalik status badan hukum Yayasan yang tidak hanya digunakan sebagai wadah mengembangkan kegiatan sosial, keagamaan, kemanusiaan melainkan ada kalanya juga Yayasan digunakan untuk memperkaya diri para pendiri, pengurus dan pengawas. Hal ini tidak sejalan dengan maksud dan tujuan yang tercantum dalam anggaran dasar Yayasan, pada pihak lain dugaan Yayasan digunakan untuk menampung kekayaan yang berasal dari pendiri atau pihak lain dengan cara melawan hukum. Oleh karena itu dengan lahirnya Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat mengenai Yayasan menjamin kepastian dan ketertiban hukum serta mengembalikan fungsi. Pendirian Yayasan dilakukan dengan akta notaris dan memperoleh status dari Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manusia atau Pejabat yang ditunjuk. Ketentuan tersebut dimaksudkan agar penataan administrasi pengesahan suatu Yayasan sebagai badan hukum dapat dilakukan dengan baik guna mencegah berdirinya Yayasan tanpa melalui prosedur yang ditentukan dalam Undang –Undang ini.7

Aturan mainnya dalam UU Nomor 16 Tahun 2001 jo UU Nomor 28 Tahun 2004, antara lain:8

5 Siregar, I. (2020). Prospek Madrasah Swasta “Analisis Peran Dan Fungsi Yayasan Pendidikan”.

EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan, 259.

6 Anggoro, Y. (2007). Undang-Undang Yayasan. Jakarta: Visimedia, 45.

7 Siahaan, N. T. (2020). Subjek Hukum Dalam Pendirian Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Atas Perubahan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan. Jurnal Ilmiah “Advokasi”, hal 3.

8 Simatupang, T. (2016). Kesadaran Badan Hukum Yayasan Pendidikan Di Indonesia (Persepsi dan Kesadaran Hukum Masyarakat). Jurnal Penelitian Hukum, 280.

(9)

6 1. Cara mencari dana

Yayasan tidak dapat menjalankan usaha secara langsung karena yayasan kedudukannya bukan sebagai badan usaha atau perusahaan, dan yayasan tidak sebagai lembaga yang tujuannya mencari keuntungan. Namun yayasan dapat mencari dana untuk kepentingan yayasan, dengan jalan mendirikan badan usaha. Disini yayasan hanya mendirikan badan usaha, dan kedudukannya juga semata-mata sebagai pendiri usaha. Yayasan selaku pendiri, tidak dapat mengelola badan usaha itu. Pasal 7 ayat (3) melarang dengan tegas kepada anggota Pembina, pengurus dan pengawas yayasan merangkap menjadi anggot direksi (pengurus) atau komisaris (pengawas) badan usaha yang didirikan yayasan.

2. Cara mengelola kekayaan

Kekayaan yayasan yang berasal dari kegiatan usaha maupun dari sumbangan pihak ketiga, merupakan milik yayasan dan sesuai dengan Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 5 ayat (1) tidak boleh dibagikan atau dialihkan kepada Pembina, pengurus maupun pengawas yayasan. Aturan main yang demikian, tuajuannya untuk menghidari agar sebuah yayasan jangan sampai disalahgunakan untuk mencari dana atau keuntungan bagi para personel organ yayasan. Juga untuk melindungi yayasan tetap dapat mencapai tujuan yang dicita-citakan.

3. Akta pendirian diumumkan

Setiap yayasan diharuskan mempunyai akta pendirian dan akta tersebut disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM, kemudian diumumkan dalam Berita Negara RI (Pasal 24). Dengan pengumuman tersebut masyarakat telah dianggap mengetahui setiap ada yayasan yang baru didirikan. Dengan mengajukan permohonan pengesahan kepada Menteri dan mengumumkan dalam Bertia Negara, maka perbuatan tersebut dapat dikatakan perbuatan hukum sekaligus sikap keterbukaan dari sebuah yayasan, karena angaran dasarnya diketahui oleh pemerintah dan keberadaannya diakui oleh Negara dan masyarakat.

4. Organ Yayasan

(10)

7

Setiap yayasan wajib memiliki alat perlengkapan yang berupa Pembina, pengurus dan pengawas. Kemudian setiap alat perlengkapan dapat memiliki lebih dari seorang anggota. Untuk mengisi atau mengangkat anggota organ yayasan tersebut, tidak harus personel yang berasal dari dalam yayasan melainkan dapat diisi oleh orang dari luar yayasan (Pasal 28 ayat (30, Pasal 31 ayat (2), Pasal 40 ayat (3) Undang-undang yayasan. Dalam menjalankan kegiatannya, yayasan memiliki organ-organ bagian tersendiri, hal ini diatur dalam UU No. 16 Tahun 2001 mulai dari Pasal 28 sampai dengan Pasal 47.9 5. Mengumumkan laporan keuangan

Setiap tahunnya pengurus yayasan mempunyai kewajiban untuk membuat laporan tahunan yang berisi dua hal yaitu laporan keadaan dan kegiatan yayasan dan laporan keuangan. Laporan tersebut disahkan dalam rapat Pembina yayasan (Pasal 50 ayat (3) Undang-undang yayasan).

6. Pemeriksaan yayasan oleh pihak ketiga

Yayasan yang diduga melakukan perbuatan yang kurang atau tidak baik, yaitu organnya: melakukan perbuatan melanggar hukum, lalai dalam menjalankan tugasnya, perbuatan merugikan yayasan atau pihak ketiga, atau perbuatan yang merugikan Negara, dapat dilakukan pemeriksaan berdasarkan penetapan pengadilan. Pengadilan mengeluarkan penetapan pemeriksaan atas dasar permintaan pihak ketiga, kecuali perbuatan yayasan yang merugikan Negara atas permintaan kejaksaan.

Sebuah Yayasan memerlukan perizinan karena perizinan itu merupakan suatu perbuatan Hukum Administrasi Negara yang diatur dalam peraturan berdasarkan persyaratan dan prosedur yang telah diatur dalam perundang-undangan. Ini yang sering kali menjadi persoalan dalam kehidupan sehari-hari mulai dari masyarakat biasa sampai pejabat, karena perizinan berkaitan dengan kepentingan yang diinginkan oleh masyarakat untuk melakukan aktivitas tertentu dengan mendapatkan persetujuan dari pejabat negara sebagai alat administrasi didalam

9 Sunarmi. (2018). Legal Standing Yayasan sebagai Badan Hukum. TALENTA Conference Series: Local Wisdom, Social and Arts, 266.

(11)

8

pemerintahan suatu negara. Sebagai suatu bentuk kebijakan suatu perizinan tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan serta norma-norma kehidupan yang ada dimasyarakat secara vertikal maupun horizontal.

Para pendiri yayasan wajib untuk menunjukkan modal awal untuk proses pendirian yayasan tersebut, dan yayasan hanya diperbolehkan menjalankan fungsi bisnisnya hanya sebesar 25% dari total aset yayasan. Tugas dan kewenangan pemerintah tidak hanya sekedar menjaga ketertiban dan keamanan, tetapi juga mengupayakan kesejahteraan umum. Untuk mendirikan sebuah yayasan, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipersiapkan yaitu nama yayasan, jumlah kekayaan awal yayasan, bukti modal atau aset sebagai kekayaan awal yayasan, dan persyaratan lainnya. Sama dengan badan hukum lainnya, yayasan juga mempunyai kekayaan tertentu hanya saja terpisah dengan harta pendirinya hal tersebut bertujuan agar dapat memperjelas kekayaan awal dari yayasan yang tidak lagi menjadi bagian dari harta pribadi atau harta bersama pendirinya. Kekayaan yayasan dapat berupa aset yang didapatkan dari modal awal pendiri yang telah dipisahkan tersebut. Tujuan dari mendirikan yayasan yaitu membantu atau meningkatkan kesejahteraan hidup orang lain yang membutuhkan bantuan. Dikarenakan yayasan tidak mencari keuntungan maka untuk mendanai kegiatan operasionalnya yayasan dapat mencari dana dengan cara yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Yayasan yaitu berupa ketentuan yang terdapat dalam Pasal 3 ayat (1) dan Pasal 7 ayat (1) UU No 16 Tahun 2001 dan UU No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan. Ditetapkannya Undang-Undang Yayasan dimaksudkan untuk memberikan pemahaman dan aturan- aturan yang jelas kepada masyarakat mengenai bagaimana prosedur perolehan izin mendirikan suatu yayasan dalam rangka mencapai tujuan tertentu di bidang pendidikan, sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Kekayaan yayasan menurut Undang-Undang Yayasan yaitu bersumber dari sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat, wakaf, hibah, hibah wasiat, dan perolehan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar Yayasan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Tujuan diundangkannya Undang-Undang Yayasan tersebut agar pengelolaan yayasan dapat dilakukan secara profesional sehingga mampu berperan secara

(12)

9

maksimal dalam masyarakat. Tujuan yayasan haruslah bersifat idealistis, sosial dan juga bersifat kemanusiaan.10

Adapun Undang-Undang Yayasan yang mengatur mengenai tiga proses yang perlu diperhatikan dalam pendirian yayasan yaitu:11

a. Proses pendirian Yayasan

Untuk melakukan suatu pendirian yayasan ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, bahwa yayasan tersebut harus didirikan minimal oleh satu orang yang kemudian akan disebut sebagai pendiri yayasan. Kemudian pendiri/para pendiri tersebut harus memasukkan sejumlah harta kekayaan pribadinya untuk dipisahkan dan menjadi kekayaan awal yayasan. Pembuatan akta pendirian yayasan harus dilakukan oleh notaris dengan syarat akta tersebut menggunakan bahasa indonesia, didahului dengan kata “Yayasan” didepan namanya, nama yayasan yang akan digunakan tidak boleh menggunakan nama yayasan yang secara sah telah ada sebelumnya dan tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan. Kemudian akta pendirian tersebut harus diajukan permohonan kepada menteri untuk mendapatkan pengesahan. Setelah proses pengesahan selesai, akta pendirian tersebut diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.

b. Proses pengesahan akta Yayasan

Setelah lahirnya Undang-Undang Yayasan, pengesahan akta pendirian yayasan wajib dilakukan untuk memperoleh status badan hukum. Untuk mengajukan permohonan pengesahan yayasan, dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari terhitung sejak tanggal akta pendirian yayasan ditandatangani, pendiri mengajukan permohonan kepada Menteri yang terkait melalui notaris yang membuat akta pendirian yayasan tersebut. Permohonan pengesahan badan hukum yayasan secara elektronik maupun non elektronik telah diatur didalam

10 Yanti, M. (2019). Perizinan Mendirikan Yayasan Berdasarkan Hukum Administrasi Negara. Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2-3.

11 Aswaratika, L. & Dian, P. (2018). Kedudukan Yayasan Yang Belum Disesuaikan Dengan Undang- Undang Yayasan Setelah Jangka Waktu Berakhir. Notaire, 1(1), 89-90.

(13)

10

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2014 tentang Pengesahan Badan Hukum Yayasan.

c. Proses pengumuman yayasan sebagai badan hukum.

Didalam Undang-Undang Yayasan, pengumuman akta pendirian yayasan yang telah disahkan dilakukan oleh Menteri dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak akta pendirian yayasan tersebut disahkan. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengumuman yayasan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.HH-02.AH.02.01 tahun 2010 tentang Tata Cara Pengumuman Yayasan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.

Yayasan harus memerhatikan kembali akta pendiriannya, apakah dalam akta tersebut tercantum pasal dan ayat- ayat yang menjelaskan bahwa kegiatan usaha yayasan juga di bidang pendidikan. Jika ada, tinggal dilanjutkan ke langkah berikutnya. Namun, jika belum ada, ubahlah lebih dahulu aktanya, karena dasar pemberian izin dari pihak institusi berwenang, yaitu Diknas, dan pengesahan secara hukum diakui.12

B. Prosedur Pengesahan Yayasan

Notaris harus memperhatikan syarat-syarat sahnya perjanjian menurut Pasal 1320 KUHPerdata yaitu:13

1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya ; 2) Cakap untuk membuat suatu perjanjian ; 3) Suatu hal tertentu dan ;

4) Suatu sebab yang halal.

Notaris harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai perjanjian agar dapat membuat akta perjanjian dalam bentuk apapun bahkan yang belum ada contoh akta

12 Subagyo, A. (2008). Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 239.

13 Hanapiah, Y. & Sri, E. (2018). Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Oleh Notaris Dalam Membuat Akta Perjanjian Notarii. Jurnal Akta, 5(1), 113.

(14)

11

perjanjiannya. Dengan pengetahuan yang mendalam mengenai perjanjian, Notaris dapat menanyakan kepada klien mengenai:

1) Ruang lingkup mengenai perjanjian yang akan dibuat;

2) Data-data apa saja yang ada yang dimiliki oleh klien (parapihak), demikian juga semua peraturan yang terkait dengan materi dan substansi perjanjian tersebut;

3) Semua data, peraturan, semua yang terkait dengan ruang lingkup perjanjian yang dimintakan untuk dibuat;

4) Hak-hak dan kewajiban-kewajiban apa saja yang minta dirumuskan dalam redaksi perjanjian.

Dalam pembuatan akta perjanjian notariil, Notaris perlu membangun struktur akta dan menyusun sebuah akta Notaris sesuai anatomi akta. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan dasar untuk membangun struktur akta Notaris, antara lain :

1. Latar belakang yang akan diperjanjikan.

2. Identifikasi para pihak (subjek hukum).

3. Identifikasi objek yang akan diperjanjikan 4. Membuat kerangka akta

5. Merumuskan substansi akta

Menurut C.S.T Kansil Suatu perkumpulan dapat dimintakan pengesahan sebagai badan hukum dengan cara sebagai berikut:14

1. Didirikan dengan akta notaris.

2. Didaftarkan di kantor Panitera Pengadilan Negeri setempat.

3. Dimintakan pengesahan anggaran dasarnyakepada Menteri Kehakiman.

4. Diumumkan dalam Berita Negara.

Menurut Herlien Budiono Yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian yayasan memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia atau oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia atas nama Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Pendirian yayasan

14 Siahaan, N. T. (2020). Subjek Hukum Dalam Pendirian Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Atas Perubahan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan. Jurnal Ilmiah “Advokasi”, hal 6.

(15)

12

tergolong dalam tindakan hukum sepihak dan bukan suatu perjanjian walaupun didirikan oleh beberapa orang.

Rumusan Pasal 11 ayat (1) Undang-undang No. 28 Tahun 2004 tentang Yayasan menguatkan bahwa yayasan untuk memperoleh status badan hukum harus membuat akta pendirian yayasan yang disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia yang dibuat oleh notaris. Fungsi pengesahan dimaksudkan untuk keabsahan keberadaan badan hukum itu mempunyai kelayakan yaitu seberapa jauh atau tidaknya bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan dengan yang ada, yayasan di bidang pendidikan merupakan syarat utamanya melakukan pendaftaran di muka notaris dan disahkannya di kementrian hukum dan HAM. Pendirian yayasan setelah berlakuknya Undang-undang No. 28 Tahun 2004 ini dianggap memberikan dampak positif mengingat pendirian badan hukum pendidikan sangat penting.

Mendirikan yayasan pendidikan harus memisahkan harta kekayaan pendirinya.

Tercantum dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-undang No. 28 tahun 2004 Tentang yayasan bahwa: Kekayaan Yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang diperoleh Yayasan berdasarkan Undang-undang ini, dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung atau tidak langsung, baik dalam bentuk gaji, upah, maupun honorarium, atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang kepada Pembina, Pengurus dan Pengawas. (2) Pengecualian atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat ditentukan dalam Anggaran Dasar Yayasan bahwa Pengurus menerima gaji, upah, atau honorarium, dalam hal Pengurus Yayasan:15

a. bukan pendiri Yayasan dan tidak terafiliasi dengan Pendiri, Pembina, dan Pengawas;

b. melaksanakan kepengurusan Yayasan secara langsung dan penuh.

15 Handayani, D. dkk. (2018). Analisis Yuridis Tentang Pendirian Yayasan Pendidikan Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan. Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam, 8(1), 175.

(16)

13 C. Prosedur Pendirian Sekolah/Madrasah

Menurut Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pendidikan merupakan sebuah kegiatan yang memiliki perencaaan dalam mewujudkan suasana belajar maupun kegiatan pembelajaran untuk membangun potensi manusia yang berlandaskan pada kekuatan spiritual, pengendalian diri, akhlak yang mulia dan ketereampilan yang berdasarkan kepada kemampuan individu manusia. Sedangkan sarana pendidikan merupakan sarana terpenting dan mendasar bagi manusia untuk belajar dan mengembangkan diri. Pendidikan juga mempunyai arti penting bagi manusia, karena dengan pendidikan dapat memberikan keterampilan, pengetahuan dan nilai-nilai pada masyarakat. Peran pendidikan juga menstimulir dan menyertai perubahan-perubahan serta perkembangan yang ada di masyarakat. Salah satu tujuan pembangunan dapat dilalui dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan.16 Proses pendidikan dapat berjalan lancar karena adanya lembaga pendidikan yang telah berdiri secara fisik maupun struktural. Dalam proses mendirikan lembaga pendidikan, berkaitan erat dengan kegiatan manajemen.17

Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang dipercaya masyarakat dan negara untuk menyiapkan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan bangsa. Sebuah sekolah adalah organisasi yang kompleks dan unik, sehingga memerlukan tingkat keordinasi yang tinggi. Jadi, sekolah sebagai suatu sistem sosial dibatasi oleh sekumpulan elemen kegiatan yang berinteraksi dan membentuk suatau kesatuan sosial sekolah yang demikian bersifat aktif, kreatif, artinya sekolah dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat dalam hal ini adalah orang-orang yang terdidik.18 Secara umum fungsi sekolah adalah memberikan keterampilan dasar bagi para pendidik berupa

16 Setyawan, D. &. (2021). Formulasi Kebijakan: Tahap Agenda Setting Pendirian Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kota Batu. Jurnal Ilmu Administrasi Publik, 9(2), 1-2.

17 Ulfa, M. & Erni, M. (2020, Juni). Analisis Perencanaan Dalam Manajemen Pendirian Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 1(1), 31.

18 Fitri, A. d. (2023). Strategi Kepemimpinan Dalam Membangun/ Mendirikan Sekolah Di SMP Islam Plus Al Fatih Medan. Jurnal Pendidikan dan Konseling, V(2), 894.

(17)

14

membaca, menulis, dan juga berhitung. Tiga hal tersebut sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Sebab manusia tidak akan terlepas dari hal tersebut, apalagi bagi mereka yang ingin mendapatkan pekerjaan yang baik.19 Faktor Pendirian sekolah yaitu karena dampak global dari pembangunan nasional serta kemajuan ilmu dan teknologi.20

Dalam pelaksanaanya, mendirikan lembaga harus mendapatkan izin pendirian dengan cara mendaftar pada Dinas Pendidikan Nasional atau Kabupaten maupun Kota. Dalam peraturan perundang-undangan ditegaskan bahwa pendirian lembaga pendidikan harus mendapatkan izin dari lembaga yang berwenang. Penjelasan ini dapat dilihat pada pasal 62 ayat 1 yang menyatakan bahwa "Setiap satuan pendidikan formal maupun non-formal yang didirikan wajib memperoleh izin pemerintah atau pemerintah daerah (UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas

& Peraturan Pemerintah RI Tahun 2013 Tentang Standar Nasional Pendidikan serta Wajib Belajar).21

Negara telah mengatur syarat dan tata cara pendirian sekolah, yang tertuang dalam PP nomor 28 tahun 1990 Bab IV pasal 5 tentang syarat dan tata cara pendirian sekolah, diantaranya adalah: 22

a. Pendirian satuan pendidikan dasar oleh Pemerintah atau masyarakat harus memenuhi persyaratan tersedianya: sekurang-kurangnya sepuluh siswa;

tenaga kependidikan terdiri atas sekurang-kurangnya seorang guru untuk setiap kelas bagi Sekolah Dasar dan seorang guru untuk masing-masing mata pelajaran bagi Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, serta perbandingan jumlah guru dengan jumlah murid sebanyak-banyaknya 1 : 40; kurikulum berdasarkan kurikulum nasional yang berlaku; sumber dana tetap yang

19 Uyun, S. d. (2020). Manajemen Sekolah/Madrasah Adiwiyata. Yogyakarta: Deepublish, hal 7.

20 Qomar, M. (2006). Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga, 167.

21 Mukhtar, N. (2021). Konsep Dasar Manajemen Pendirian Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini. Journal of Education and Teaching, II(2), 243-244.

22 Paramansyah, A. (2020). Manajemen Pendidikan Dalam Menghadapi Era Digital. Medan:

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Panca, 59-60.

(18)

15

menjamin kelangsungan penyelenggaraan pendidikan dan tidak akan merugikan siswa; tempat belajar; buku pelajaran dan peralatan pendidikan yang diperlukan.

b. Pendirian Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yang diselenggarakan oleh masyarakat selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus pula memenuhi persyaratan penyelenggaranya berbentuk yayasan atau badan yang bersifat sosial.

Tata cara pendirian sekolah dilakukan melalui langkah-langkah:23 a) Sekolah negeri

1) Usul pendirian sekolah negeri oleh kepala dinas Dikmenti diajukan kepada gubernur, dengan memperhatikan dan mempertimbangkan hasil studi kelayakan yang dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh kepala dinas 2) Penetapan pendirian sekolah negeri oleh gubernur.

b) Sekolah swasta:

1) Usul rencana pendirian sekolah oleh pemrakarsa disampaikan kepada kepala suku dinas kotamadya yang disertai: Hasil kekayakan. Surat pernyataan tertulis di atas kertas bermaterai cukup untuk mentaati ketentuan yang berlaku tentang penyelenggaraan sekolah dan kesedian melaksanakan kurikulun yang berlaku secara nasional.

2) Kepala suku Dinas membentuk tim untuk melakukan verifikasi terhadap usul pendirian sekolah baru.

3) Selambat-lambatnya dalam jangka waktu 2 bulan setelah menerima usul dari pemrakarsa, Kepala Suku Dinas Menerbitkan rekomendasi rencana pendirian sekolah

4) Pemberian pertimbangan rencana pendirian sekolah dalam bentuk rekomendasi Kepala Suku Dinas

23 Setianto, A. dkk. (2008). Panduan Lengkap Mengurus Perijinan & Dokumen Pribadi, Keluarga &

BIsnis. Jakarta: ForumSahabat, hal 240.

(19)

16

5) Usul pendirian sekolah hasil studi kelayakan dan rekomendasi dari Kepala Sudin diajukan oleh pemrakarsa kepada kepala dinas

6) Kepala dinas membentuk tim untuk melaksanakan penilayan kelayakan digunakan untuk menerbitkan izin prinsip atau penilakan oleh kepala dinas c.q. Kepala sub Dinas pendidika SMA/SMK,selambat-lambatnya 2 bulan sejak usulan dan rekomendasi diterima oleh kepala Dinas.

Madrasah diniyah merupakan salah satu lembaga pendidikan keagamaan pada jalur luar sekolah yang secara komprehensif mampu memberikan pendidikan agama Islam kepada anak didik (yang tidak terpenuhi pada jalur sekolah) dan diberikan melalui sistem klasikal. Madrasah diniyah umumnya diselenggarakan oleh masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat.24 Melihat dari perspektif Sejarah madrasah merupakan perkembangan modern dari pendidikan pesantren. Jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia, lembaga pendidikan Islam yang ada adalah pesantren yang memusatkan kegiatannya untuk mendidik siswanya mendalami ilmu agama. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945 ternyata melahirkan kebutuhan akan banyak tenaga terdidik dan terampil untuk menangani administrasi pemerintahan dan juga untuk membangun negara dan bangsa..25 Latar belakang berdirinya madrasah tidak lepas dari dua faktor, yaitu; semangat pembaharuan Islam yang berasal dari Islam pusat (Timur Tengah) dan merupakan respon pendidikan terhadap kebijakan pemerintah Hindia Belanda yang mendirikan serta mengembangkan sekolah umum tanpa memasukan pelajaran agama. Fakta empirik berbagai lembaga pendidikan seperti madarsah merupakan subkultur (sistem nilai) yang memberikan muatan nilai spiritual dan moral pada setiap perilaku masyarakat dalam berbagai kegiatan:

pendidikan, budaya, ekonomi, sosial, kenegaraan, dan lain-lain.26

24 Fauzi, A. & Cecep, N. (2016). Pelaksanaan Pendidikan Madrasah Diniyah Di Kota Serang Implementation Of Islamic Education In Serang City. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 1(2), 159.

25 Hasri. (2014). Madrasah Sebagai Lembaga Pendidikan Islam. al-Khwarizmi, 71.

26 Syam, R. dkk. (2021). Pendampingan Pendirian Madrasah Aliyah Nurul Qur’an Kaliwiro Kabupaten Wonosobo. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN), 45.

(20)

17

Madrasah merupakan sekolah berbasis atau bercirikan Islam (Nurriqi, 2021;

Mulyadi, 2018). Madrasah di Indonesia meliputi jenjang pendidikan dasar (MI setara dengan SD sederajat/MTs setara dengan SLTP sederajat), pendidikan menengah (MA setara dengan SLTA sederajat) dan pendidikan kejuruan (Madrasah Aliyah Kejuruan) (Alawiyah, 2014). Sumbangsih madrasah bagi kemajuan pendidikan Islam terhitung sejak awal didirikan secara formal di Indonesia. Dalam konteks ini, secara historis serba-serbi pendidikan Islam di Indonesia dan dalam catatan sejarah pendidikan Islam, tidak terlepas dari adanya madrasah.27 Madrasah identik dengan sekolah umum yang benafaskan Islam, meski pelajaran yang diajarkan lebih didominasi oleh pelajaran umum dari materi keagamaan. Secara prinsip, Madrasah memiliki peran sangat penting sebagai pusat proses pendidikan saat ini.28 Pendirian Madrasah sebagai salah satu pendidikan formal dilatar belakangi karena lembaga nya yang mempunyai akses mudah dan peluang pengembangan yang besar.29

D. Proposal Pendirian Sekolah/Madrasah

Kata proposal berasal dari bahasa Inggris, yang memiliki arti sederhana sebagai suatu bentuk pengajuan atau permohonan. Asal katanya adalah to propose yang artinya mengajukan Dengan demikian, proposal merupakan suatu bentuk pengajuan penawaran, baik berupa ide, gagasan, pemikiran, maupun rencana kepada pihak lain untuk mendapatkan dukungan, ijin, persetujuan, dana dan lain sebagainya.30 Ketika ingin melakukan sebuah usaha, biasanya diperlukan sebuah proposal yang nantinya akan diajukan kepada pihak-pihak tertentu. Dengan adanya proposal tersebut, akan diketahui secara jelas, langkah dan usaha apa saja yang akan dilakukan.

27 Khairuddin & Muhammad, S. (2021). Urgensitas Mendirikan Madrasah Di Samping Masjid (Studi Sejarah Pendidikan Islam Masa Pembaruan). Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 10(1), 414.

28 Ghifari, A. (2022). Dinamika Lembaga Pendidikan Islam Klasik : Menyoroti Kuttab, Madrasah Nizhamiyah, Hingga Al Azhar. Banyumas: Wawasan Ilmu, 49.

29 Sopwandin, I. (2024). Pendirian Pendidikan Formal Sebagai Strategi Mempertahankan Eksistensi Pondok Pesantren. JIIP (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan), 7(2), 2093.

30 Susanto, H. (2010). Panduan Lengkap Menyusun Proposal. Jakarta: Visimedia, hal 1-2.

(21)

18

Proposal Pendirian Madrasah adalah dokumen permohonan izin pendirian madrasah yang diajukan oleh organisasi berbadan hukum yang terdiri dari formulir permohonan dan dokumen persyaratan administratif, teknis, dan kelayakan.31

Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1385 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pendirian Madrasah yang diselenggarakan oleh masyarakat, terkait pengusulan pendirian madrasah baru perlu memperhatikan beberapa hal dibawah ini:32

a. Persyaratan Administratif

1) Penyelenggara pendidikan merupakan organisasi berbadan hukum;

2) Memiliki struktur organisasi, Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) dan pengurus ;

3) Mendapat rekomendasi dari Kepala Kantor Kementerian Agama ;

4) Memiliki kesanggupan untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan paling sedikit sampai 1 (satu) tahun pelajaran berikutnya.

b. Persyaratan Teknis

1) Dokumen Kurikulum sebanyak 1 set, meliputi standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, kerangka dasar kurikulum, dan kurikulum tingkat satuan pendidikan;

2) Rencana Pengembangan sebanyak 1 set, meliputi dokumen rencana induk pengembangan madrasah;

3) Jumlah dan prosentase kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan, (Rinciannya dapat dilihat pada Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1385 Tahun 2014, pada hal.10);

4) Sarana Prasarana, (Rinciannya dapat dilihat pada Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1385 Tahun 2014 yang dapat didownload pada link dibawah, pada hal.11);

31 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI 2014. Petunjuk Teknis Pendirian Madrasah Yang Diselenggarakan Oleh Masyarakat. Artikel pendidikanislamntt, hal 7.

32 Ibid, hal 9-13

(22)

19 c. Persyaratan Kelayakan

1) Tata Ruang, lokasi pendirian madrasah harus memenuhi standar : keamanan, kebersihan, kesehatan dan keindahan, Kemudahan akses, serta kualitas struktur bangunan;

2) Geografis, lokasi pendirian madrasah harus : aman bencana (banjir, longsor dan bencana lainnya), serta ramah lingkungan;

3) Ekologis, lokasi pendirian madrasah tidak boleh berada : di daerah resapan air, di hutan lindung, serta lokasi yang menggangu ekologi lingkungan lainnya;

4) Prospek Pendaftar : Untuk RA minimal ≥ 15 siswa, Untuk MI minimal ≥ 28 siswa, Untuk MTs minimal ≥ 32 siswa, Untuk MA minimal ≥ 32 siswa, Untuk MAK minimal ≥ 32 siswa;

5) Sosial dan Budaya : keberadaan madrasah yang akan didirikan tidak mendapat resistensi dari masyarakat sekitarnya;

6) Demografi anak usia sekolah dengan ketersediaan lembaga pendidikan formal : Jumlah anak usia sekolah di lokasi pendirian madrasah dalam radius 6 km masih mencukupi untuk ditampung dalam sebuah satuan pendidikan.

(23)

20 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Pendirian Yayasan dan sekolah/madrasah tentunya memiliki beberapa prosedur yang harus dijalankan. Prosedur pendirian ini memiliki persyaratan, yang harus dipenuhi. Baik persyaran teknis, persyaratan kelayakan dan persyaratan administrative.

Salah satu persyaratan administrative yang harus dipenuhi dilakukan di awal yaitu proposal Yayasan dan sekolah/madrasah. Proposal Pendirian Madrasah adalah dokumen permohonan izin pendirian madrasah yang diajukan oleh organisasi berbadan hukum yang terdiri dari formulir permohonan dan dokumen persyaratan administratif, teknis, dan kelayakan. Setelah posedur pendirian Yayasan terbentuk, kemudian pengesahan Yayasan. Aspek yang dipertimbangkan dalam pengesahan Yayasan yaitu akta notaris, didaftarkan di kantor Panitera Pengadilan Negeri setempat, dimintakan pengesahan anggaran dasarnyakepada Menteri Kehakiman, diumumkan dalam Berita Negara. Prosedur pendirian Yayasan ini penting untuk dipelajari agar bisa merancang dan mengetahui tahapan tahapan dalam pembuatan yayasan

B. Saran

Materi yang disajikan mengenai prosedur pendirian Yayasan ini masih banyak yang harus ditambahkan. Maka dari itu, kami menyarankan agar materi mengenai prosedur pendirian Yayasan ini lebih banyak mencari referensi. Kemudian, beberapa contoh proposal pendirian Yayasan sangat diperlukan untuk mengetahui bukti konkrit dari proposal itu sendiri.

(24)

21

DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, Y. (2007). Undang-Undang Yayasan. Jakarta: Visimedia, 45.

Aswaratika, L. & Dian, P. (2018). Kedudukan Yayasan Yang Belum Disesuaikan Dengan Undang-Undang Yayasan Setelah Jangka Waktu Berakhir. Notaire, 1(1), 89-90.

Bastian, I. (2007). Akuntansi Yayasan dan Lembaga Publik. Jakarta: Penerbit Erlangga, hal 2.

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI (2014). Petunjuk Teknis Pendirian Madrasah Yang Diselenggarakan Oleh Masyarakat. Artikel pendidikanislamntt, hal 7-15.

Fatmawati, I. (2020). Hukum Yayasan Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish, hal 3.

Fauzi, A. & Cecep, N. (2016). Pelaksanaan Pendidikan Madrasah Diniyah Di Kota Serang Implementation Of Islamic Education In Serang City. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 1(2), 159.

Fitri, A. d. (2023). Strategi Kepemimpinan Dalam Membangun/ Mendirikan Sekolah Di SMP Islam Plus Al Fatih Medan. Jurnal Pendidikan dan Konseling, V(2), 894.

Ghifari, A. (2022). Dinamika Lembaga Pendidikan Islam Klasik : Menyoroti Kuttab, Madrasah Nizhamiyah, Hingga Al Azhar. Banyumas: Wawasan Ilmu, 49.

Hanapiah, Y. & Sri, E. (2018). Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Oleh Notaris Dalam Membuat Akta Perjanjian Notarii. Jurnal Akta, 5(1), 113.

Handayani, D. dkk. (2018). Analisis Yuridis Tentang Pendirian Yayasan Pendidikan Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan. Al- Idarah: Jurnal Kependidikan Islam, 8(1), 175.

Hasri. (2014). Madrasah Sebagai Lembaga Pendidikan Islam. al-Khwarizmi, 71.

Khairuddin & Muhammad, S. (2021). Urgensitas Mendirikan Madrasah Di Samping Masjid (Studi Sejarah Pendidikan Islam Masa Pembaruan). Edukasi Islami:

Jurnal Pendidikan Islam, 10(1), 414.

Krisna, R. (2021). Tinjauan Hukum Pendirian Yayasan Sebagai Badan Hukum Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004. Jurnal Sosial dan Ekonomi, 2(1), 42.

(25)

22

Mukhtar, N. (2021). Konsep Dasar Manajemen Pendirian Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini. Journal of Education and Teaching, II(2), 243-244.

Paramansyah, A. (2020). Manajemen Pendidikan Dalam Menghadapi Era Digital.

Medan: Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Panca, 59-60.

Qomar, M. (2006). Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga, 167.

Setianto, A. d. (2008). Panduan Lengkap Mengurus Perijinan & Dokumen Pribadi, Keluarga & BIsnis. Jakarta: ForumSahabat.

Setyawan, D. &. (2021). Formulasi Kebijakan: Tahap Agenda Setting Pendirian Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kota Batu. Jurnal Ilmu Administrasi Publik, 9(2), 1-2.

Siahaan, N. T. (2020). Subjek Hukum Dalam Pendirian Yayasan Menurut Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2004 Atas Perubahan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan. Jurnal Ilmiah “Advokasi”, hal 3.

Simatupang, T. (2016). Kesadaran Badan Hukum Yayasan Pendidikan Di Indonesia (Persepsi dan Kesadaran Hukum Masyarakat). Jurnal Penelitian Hukum, 280.

Siregar, I. (2020). Prospek Madrasah Swasta “Analisis Peran Dan Fungsi Yayasan Pendidikan”. EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan, 259.

Sopwandin, I. (2024). Pendirian Pendidikan Formal Sebagai Strategi Mempertahankan Eksistensi Pondok Pesantren. JIIP (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan), 7(2), 2093.

Subagyo, A. (2008). Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 239.

Sunarmi. (2018). Legal Standing Yayasan sebagai Badan Hukum. TALENTA Conference Series: Local Wisdom, Social and Arts, 266.

Susanto, H. (2010). Panduan Lengkap Menyususn Proposal. Jakarta: Visimedia, hal 1- 2.

Syam, R. dkk. (2021). Pendampingan Pendirian Madrasah Aliyah Nurul Qur’an Kaliwiro Kabupaten Wonosobo. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN), 45.

Ulfa, M. & Erni, M. (2020, Juni). Analisis Perencanaan Dalam Manajemen Pendirian Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 1(1), 31.

(26)

23

Uyun, S. d. (2020). Manajemen Sekolah/Madrasah Adiwiyata. Yogyakarta:

Deepublish, hal 7.

Yanti, M. (2019). Perizinan Mendirikan Yayasan Berdasarkan Hukum Administrasi Negara. Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 3.

Referensi

Dokumen terkait

AKPK sebagai suatu instrumen pengembangan keprofesian calon kepala sekolah/madrasah, pada prinsipnya dapat digunakan oleh semua guru yang telah memenuhi persyaratan

Kebutuhan dana untuk kegiatan operasional secara rutin dan pengembangan program sekolah/madrasah secara berkelanjutan sangat dirasakan setiap pengelola lembaga

Kebutuhan dana untuk kegiatan operasional secara rutin dan pengembangan program sekolah/madrasah secara berkelanjutan sangat dirasakan setiap pengelola lembaga

Proyeksi data tentang jumlah kepala sekolah/madrasah yang berhenti dikelompokkan menurut alasan pemberhentian penugasan sebagai kepala sekolah/madrasah dalam dua

Proposal untuk mendirikan Taman Kanak-Kanak (TK) Al-Ghozali di Dusun Kerangking Timur, Desa Dukuhsari, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan anak usia dini yang berlandaskan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai

Makalah ini membahas tentang sejarah, pendiri, pengertian, tujuan, dan peran World Zionist Organization (WZO) dalam mendirikan Negara

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam yang membahas tentang lembaga pendidikan Islam

Proposal program bantuan pengawas madrasah di Zona Sultra 1 tahun 2021 untuk meningkatkan kompetensi dan pelayanan pendidikan