Mata Kuliah : Pengantar Ekonomi Wilayah Semester : VI (Enam)
Dosen : Risma Handayani, S.IP., M.Si.
RANGKUMAN MATERI:
AGLOMERASI EKONOMI
Oleh:
Zulma Nur Afiyah 60800121041
JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2024
A. Pengertian Aglomerasi Ekonomi
Aglomerasi adalah konsentrasi spasial dari beberapa aktivitas ekonomi dengan adanya fasilitas pendukung seperti transportasi, tenaga kerja, dan pelayanan pemerintahan yang saling berdekatan untuk melayani industri- industri. aglomerasi merupakan suatu bentuk spasial yang diasosiasikan dengan konsep penghematan.
Aglomerasi adalah konsentrasi dari aktivitas ekonomi dan penduduk secara spasial yang muncul karena adanya penghematan yang diperoleh akibat lokasi yang berdekatan. Penghematan aglomerasi terjadi akibat terkonsentrasinya aktivitas ekonomi secara spasial. Penghematan tersebut dapat terjadi di dalam industri yang sama ataupun beberapa industri yang berbeda. Aglomerasi yang baik ditunjukkan oleh tingginya tingkat keterkaitan berbagai kegiatan yang saling mendukung antara satu pelaku dengan pelaku yang lain.
Aglomerasi juga merupakan pengelompokan industri inti yang saling berhubungan dengan industri pendukung (supporting industries), industri terkait (related industries), jasa penunjang maupun infrastruktur ekonomi.
Apabila kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan pada suatu kawasan tertentu (beraglomerasi), maka dapat mengurangi biaya transportasi dan berbagai biaya lainnya atau biaya transaksi.
Pembangunan wilayah adalah upaya untuk mendorong perkembangan sosial, ekonomi, agar tumbuh secara baik serta menjaga keberlangsungan kehidupan melalui pengembangan infrastruktur, fasilitas, dan sarana lingkungan. Pembangunan wilayah juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kapasitas produksi dan distribusi serta lapangan usaha semakin meningkat.
B. Sumber-sumber Aglomerasi Ekonomi
Sumber aglomerasi ekonomi berasal dari empat sumber: sharing, labor pooling, matching, dan limpahan pengetahuan (knowledge spillover)
1. Sharing: Sharing merupakan proses bagi hasil atau keuntungan yang dihasilkan oleh kesatuan kerja atau kumpulan kerja. Dalam model ekonomi, sharing merupakan bagian dari proses pembagian hasil yang berlaku antara pekerja dan pengusaha.
2. Labor pooling: Labor pooling merupakan proses bagi tenaga kerja atau buruh yang berada di dalam pasar buruh. Dalam model ekonomi, labor pooling merupakan bagian dari proses pembagian tenaga kerja yang berlaku antara pekerja dan pengusaha.
3. Matching: Matching merupakan proses pencocokan antara pekerja yang mencari pekerjaan dan pengusaha yang mencari tenaga kerja.
Dalam model ekonomi, matching merupakan bagian dari proses pencocokan yang berlaku antara pekerja dan pengusaha.
4. Limpahan pengetahuan (knowledge spillover): Limpahan pengetahuan merupakan proses pembagian dari pengetahuan atau ilmu yang dihasilkan oleh kesatuan kerja atau kumpulan kerja. Dalam model ekonomi, limpahan pengetahuan merupakan bagian dari proses pembagian ilmu yang berlaku antara pekerja dan pengusaha.
C. Jenis-jenis Aglomerasi Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, ada dua jenis aglomerasi ekonomi yang sering dibahas, yaitu:
1. Ekonomi Lokalisasi: Manfaat yang dihasilkan dari kedekatan antar perusahaan yang memproduksi barang sejenis. Hal ini berasal dari interaksi dan interdependensi yang tinggi antara perusahaan yang berdekatan, yang menciptakan efisiensi dan keuntungan karena kemampuan untuk membagi kebutuhan, mengurangi biaya transportasi, dan mengurangi biaya perusahaan.
2. Ekonomi Urbanisasi (Perekonomian urbanisasi): Manfaat yang muncul dari keseluruhan aktivitas ekonomi yang ada pada suatu wilayah perkotaan. Hal ini disebabkan oleh keseluruhan penghematan biaya yang diperoleh dari interaksi dan interdependensi antara berbagai
jenis perusahaan dan aktivitas ekonomi yang berada pada suatu wilayah perkotaan.
D. Klaster Industri (The GrowtbPole Model, The incubator model, the product model cycle model, the porter model, the new industrial areas model)
Klaster industri adalah upaya pengelompokkan industri inti yang saling berhubungan, baik dengan industri pendukung, industri terkait, jasa penunjang, infrastruktur ekonomi, dan lembaga terkait. Konsep klaster industri berfokus pada hubungan antar pelaku dalam mata rantai nilai produk dan jasa, yang meningkatkan kinerja dan kapasitas klaster industri.
Klaster industri menurut Porter dapat disimpulkan sebagai sekumpulan perusahaan dan institusi yang terkait pada bidang tertentu yang secara geografis berdekatan, bekerjasama karena kesamaan dan saling memerlukan
Konsep Klaster Industri mencakup berbagai model yang berperan penting dalam pembangunan industri. Model-model ini meliputi:
1. Model Kutub Pertumbuhan : Model ini berfokus pada wilayah atau industri tertentu yang berperan sebagai kutub pertumbuhan, merangsang pembangunan ekonomi di wilayah sekitarnya.
2. Model Inkubator : Model ini melibatkan pemeliharaan dan dukungan bisnis atau industri baru untuk mendorong pertumbuhan dan inovasi.
3. Model Siklus Hidup Produk : Model ini menekankan tahapan yang dilalui suatu produk mulai dari pengenalan hingga penurunan, memandu strategi pengembangan dan pemasaran produk.
4. Model Porter : Juga dikenal sebagai Model Berlian Porter, model ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing suatu negara dalam industri tertentu.
5. Model Kawasan Industri Baru : Model ini berkaitan dengan pengembangan kawasan atau kawasan industri baru untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan kegiatan industri.
Model-model ini memberikan kerangka kerja dan strategi untuk meningkatkan klaster industri, mendorong inovasi, dan mendorong pembangunan ekonomi di sektor atau wilayah tertentu.
E. Lokasi Ekonomi dan Biaya Transportasi
Lokasi ekonomi merujuk pada pemilihan tempat yang optimal untuk berbagai kegiatan ekonomi, termasuk industri. Teori Lokasi Optimum oleh A. Weber menekankan dua kekuatan lokasional primer, yaitu biaya transportasi dan tenaga kerja. Pemilihan lokasi industri menurut Weber adalah mendekati sumber bahan mentah, mendekati pasar atau konsumen, atau foot loose, yang berarti lokasi industri dapat diletakkan di tempat- tempat di antara sumber bahan mentah dan pasar.
Biaya transportasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lain, biasanya dari pabrik ke toko atau dari satu lokasi distribusi ke lokasi lain. Biaya transportasi dapat mencakup:
a. Biaya Angkutan : Biaya untuk menggunakan sarana transportasi, seperti truk, kapal, atau pesawat.
b. Biaya Operasional : Biaya tambahan yang berkaitan dengan operasional sarana transportasi, seperti bahan bakar, perawatan, dan asuransi.
c. Biaya Logistik : Biaya yang terkait dengan perencanaan, koordinasi, dan pengelolaan proses transportasi, termasuk pengiriman, penyimpanan, dan penanganan barang.
Biaya transportasi memiliki dampak signifikan terhadap keuntungan dan strategi bisnis. Biaya yang tinggi dapat mengurangi margin keuntungan dan mengurangi daya saing perusahaan. Sebaliknya, biaya yang rendah dapat meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaan.
F. Ukuran pasar dan biaya transportasi
terkait dengan teori ekonomi geografi baru (New Economic Geography, NEG), yang menjelaskan bagaimana interaksi antara skala ekonomi, biaya transportasi, dan increasing return dari perusahaan berpengaruh terhadap
konsentrasi spasial aktivitas ekonomi. Ekonomi aglomerasi berasal dari interaksi skala ekonomi terhadap biaya transportasi dan mobilitas faktor produksi. Teori NEG mempunyai mekanisme kausalitas sirkular untuk menjelaskan konsentrasi spasial dari aktivitas ekonomi. Dalam model NEG, kekuatan sentripetal berasal dari adanya variasi konsumsi atau beragamnya intermediate goods pada sisi produksi, sementara kekuatan sentrifugal berasal dari tekanan yang dimiliki oleh konsentrasi geografis dari pasar input lokal yang menawarkan harga lebih tinggi. Jika biaya transportasi cukup rendah, maka akan terjadi aglomerasi
G. Skala ekonomi dan biaya transportasi
faktor yang mempengaruhi aglomerasi industri. Dalam aglomerasi industri, interaksi yang saling terkait antara skala ekonomi, biaya transportasi, dan permintaan dapat meningkatkan kekuatan skala ekonomi dan mengurangi biaya transportasi dan berbagai biaya lainnya atau biaya transaksi. Aglomerasi yang baik ditunjukkan oleh tingginya tingkat keterkaitan berbagai kegiatan yang saling mendukung antara satu pelaku dengan pelaku yang lain. Penghematan aglomerasi terjadi akibat terkonsentrasinya aktivitas ekonomi secara spasial, yang dapat terjadi di dalam industri yang sama ataupun beberapa industri yang berbeda.
Penghematan tersebut dapat dikategorikan menjadi penghematan karena skala ekonomi (economies of scale), penghematan lokalisasi (localization economies), dan penghematan urbanisasi (urbanization economies).
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, M. 2016. Penentuan Lokasi Industri. Mi, 5-24.
Bowen, E. 2021. Industrial Cluster Analysis. Bureau of Business and Economic Research: West Virginia University.
Kebijakan Ekonomi Jurnal Kebijakan Ekonomi, J., Perencanaan Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, M., & Hanri, M. (2021). Efek Aglomerasi di Indonesia : Komparasi Jawa dan Luar Jawa. In Jurnal Kebijakan Ekonomi (Vol. 16, Issue 2).
https://scholarhub.ui.ac.id/jkeAvailableat:https://scholarhub.ui.ac.id/jke/v ol16/iss2/9
Sodik, J., & Iskandar, D. (2007). AGLOMERASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI: PERAN KARAKTERISTIK REGIONAL DI INDONESIA.
In Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan (Vol. 8).
Muchlisin Riadi. (2022, June 17). Aglomerasi (Pengertian, Keunggutan dan Teori). Kajianpustaka.Com.