• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian dan Bentuk-Bentuk Surat Kuasa

N/A
N/A
Elly

Academic year: 2024

Membagikan "Pengertian dan Bentuk-Bentuk Surat Kuasa"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PERNGERTIAN DAN BENTUK – BENTUK SURAT KUASA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Advokator Dosen Pengampu : Nurfaradilla Ananda, S.H.,M.H

Disusun oleh Kelompok 3:

1. Fajar Anugerah Pribadi (2221508083)

2. Muhammad Ahnaf Royhan (2221508061)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD

IDRIS SAMARINDA

2024

(2)

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, hidayah, dan izin-Nya proses penyusunan makalah yang berjudul Pengertian dan Bentuk – bentuk surat kuasa dapat berjalan lancar dan terlaksana dengan baik.

Hal ini tentu tidak lepas dari hasil usaha kelompok 5 dalam proses penyusunan makalah ini, kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Nurfaradilla Ananda, S.H.,M.H. Selaku dosen pengampu mata kuliah Advokator, yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Sebagai bahan evaluasi kami dalam proses pembelajaran kedepannya, kami sangat berharap adanya kritik dan masukan guna menunjang proses interaksi dalam kegiatan diskusi pembelajaran. Kami berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembacanya.

Samarinda, 10 Oktober 2024

Kelompok 05

(3)

DAFTAR ISI

(4)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hukum perdata merupakan bagian dari sistem hukum di Indonesia yang memuat berbagai peraturan perundang-undangan mengenai hubungan keperdataan antara individu, badan hukum, maupun lembaga pemerintah.

Sebagai bagian dari sistem hukum, hukum perdata memegang peranan penting dalam menyelesaikan sengketa yang terjadi antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan keperdataan. Salah satu hal penting yang berkaitan dengan hukum perdata adalah pembuatan surat kuasa.

Surat kuasa merupakan surat yang memberikan kuasa kepada seseorang untuk mewakili dan bertindak atas nama pemberi kuasa dalam suatu perkara.

Dalam konteks hukum perdata, surat kuasa seringkali digunakan sebagai alat untuk mempermudah penyelesaian sengketa, khususnya dalam kasus-kasus dimana pemberi kuasa tidak dapat hadir secara langsung dalam sidang pengadilan atau dalam transaksi bisnis tertentu.

Dalam kehidupan sehari-hari, akan ada saatnya dimana kita membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan suatu permasalahan hukum.

Dalam beberapa kasus, kita tidak dapat menyelesaikan permasalahan tersebut secara langsung dan membutuhkan bantuan dari orang lain, contohnya dalam bidang hukum dimana kita tidak dapat menyelesaikan permasalahan hukum kita sendiri sehingga kita memerlukan bantuan dari pihak ketiga, oleh karena itulah diperlukan surat kuasa. Dalam hal ini, surat kuasa menjadi hal yang penting untuk dibuat dalam perspektif hukum perdata.

Pembuatan surat kuasa memiliki persyaratan tertentu yang harus dipenuhi baik dari segi formalitas maupun materiil. Pelanggaran terhadap persyaratan tersebut dapat mengakibatkan surat kuasa yang dibuat menjadi tidak sah dan berpotensi menimbulkan masalah dalam penyelesaian sengketa, bukan hanya itu namun suatu tindakan hukum yang dilakukan oleh suatu pihak dengan tujuan untuk mewakili seorang individu atau institusi juga memerlukan surat kuasa, hal ini berkaitan dengan legalitas dan juga batasan atas tindakan yang dapat diambil oleh perwakilan tersebut dan kuasa apa yang dikehendaki oleh sang pembuat surat kuasa tersebut.

(5)

Tanpa adanya surat kuasa tersebut maka tindakan hukum yang dilakukan oleh perwakilan dari suatu individu atau institusi tersebut tidak dapat dikatakan legal dan juga tidak sah. Maka dari itu, dalam artikel ini akan dibahas mengenai pentingnya pembuatan surat kuasa dalam perspektif hukum perdata, bagaimana prosedur pembuatannya, dan juga bobot surat kuasa dalam pengambilan tindakan hukum agar masyarakat dapat memahami dan juga menilai terkait surat kuasa dalam mengambil tindakan hukum1.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pemberian kuasa ? 2. Bagaimana cara pemberian kuasa?

3. Apa definisi Surat Kuasa ?

4. Apa saja bentuk – bentuk Surat Kuasa ? 5. Bagaimana cara membuat Surat Kuasa ?

C. Tujuan Rumusan Masalah

1. Mengetahui pengertian pemberian kuasa 2. Mengetahui cara pemberian kuasa 3. Mengetahui definisi Surat Kuasa

4. Mengetahui bentuk – bentuk Surat Kuasa 5. Mengetahui cara membuat Surat Kuasa

1 Juan Joubert Immanuel Panelewen and Jenice Valencia Alam, “Pentingnya Pembuatan Surat Kuasa Dalam Perspektif Hukum Perdata,” Innovative: Journal of Social Science Research 3, no. 3 (2023):

2800–2807.

(6)

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pemberian Kuasa

Pemberian kuasa adalah kewenangan yang diberikan oleh pemberi kuasa kepada penerima kuasa untuk melakukan tindakan hukum atas nama pemberi kuasa. Pemberian Kuasa menurut Pasal 1793 KUHPerdata yaitu suatu perjanjian dengan mana seseorang memberikan kekuasaan kepada orang lain, untuk atas namanya menyelenggarakan suatu urusan. Berdasarkan ketentuan itu maka unsur yang harus ada dalam sebuah pemberian kuasa adalah adanya persetujuan, yang berisi pemberian kekuasaan atau kepada orang lain dimana kekuasaan itu diberikan untuk melaksanakan sesuatu atas nama orang yang memberi kuasa. Dengan tetap berpegangan pada unsur-unsur itu, maka dapat disimpulkan antara pemberi kuasa dan penerima kuasa terjadi hubungan seperti layaknya atasan dan bawahan, karena penerima kuasa harus menjalankan tugas dari pemberi kuasa2.

Dalam aturannya pemberian kuasa paling tidak harus selalu ada 2 (dua) pihak yang menjadi pemberi dan penerima kuasa, mengingat pemberian kuasa merupakan suatu persetujuan maka demi terciptanya tertib hukum pemberi kuasa haruslah orang dewasa dan tidak berada di bawah pengampuan sebagaimana ketentuan Pasal 1330 KUH Perdata :

“Yang tak cakap untuk membuat persetujuan adalah : 1. Anak yang belum dewasa;

2. Orang yang ditaruh di bawah pengampuan;

3. Perempuan yang telah kawin dalam hal-hal yang ditentukan undang undang dan pada umumnya semua orang yang oleh undang-undang dilarang untuk membuat persetujuan tertentu3.

2 Siti. Fatimah, “‘Syarat-Syarat Pemberian Kuasa Ditinjau Dari Segi Hukum Acara Perdata Indonesia ( Studi Kasus No . 316 / PDT . G / 1999 / PN . JKT . PST Antara PT . Manggala Dwi Lestari Dengan PT . Asuransi Prima Perkara Internasional),’” no. 316 (2009).

3 Pemerintah Indonesia KUHP, “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku Kesatu Orang,” 1847.

(7)

Dengan demikian batasan mengenai pemberian kuasa dapat dilihat pada pasal 1795 kitab undang-undang hukum perdata (KUHP perdata) sebagai berikut :

"pemberian kuasa dapat dilakukan secara khusus yakni hanya mengenai suatu kepentingan tertentu atau lebih ".

Sedangkan menurut pasal 1796 ayat (2) kitab undang-undang hukum perdata KUH perdata menyebutkan bahwa:

"untuk memindah tangankan benda-benda atau untuk meletakkan hipotik di atasnya atau lagi untuk membuat suatu perdamaian ataupun sesuatu perbuatan lain yang hanya dapat dilakukan seorang pemilik, diperlukan suatu pemberian kuasa dengan kata-kata yang tegas4".

Sedangkan dalam hukum perdata formil pemberian kuasa dapat dilihat pada pasal 123 RID dan pasal 147 RBG yang pada ayat (1) dinyatakan :

"bilamana dikehendaki kedua belah pihak dapat dibantu atau diwakili oleh kuasanya, yang dikuasakan untuk melakukan itu dengan surat istimewa, kecuali kalau yang memberi kuasa itu hadir sendiri di titik penggugat juga dapat memberi kuasa itu dalam surat permintaan yang ditandatanganinya dan dimasukkan menurut ayat 1 pasal 118 HIR atau jika gugatan dilakukan secara lisan menurut pasal 120 RID, maka dalam hal terakhir ini yang demikian itu harus disebutkan dalam catatan yang dibuat surat gugat ini 5".

Sebagaimana telah diuraikan di atas, kuasa ini hanya mengenai 1 (satu) atau lebih kepentingan tertentu titik jadi dalam pemberian kuasa, pemberi kuasa harus secara tegas menyebutkan perbuatan apa yang boleh dan dapat dilakukan penerima kuasa.

4 Pemerintah Indonesia KUHP.

5 Suparyanto dan Rosad (2015, “Reglemen Acara Hukum Untuk Daerah Luar Jawa Dan Madura.,”

Suparyanto Dan Rosad (2015 5, no. 3 (2020): 248–53.

(8)

B. Cara pemberian kuasa

1. Pemberian Kuasa Secara Lisan

Pemberian kuasa secara lisan adalah pemberian kuasa dalam hal untuk menghadap ke depan sidang Pengadilan dimana pemberi kuasa dan yang menerima kuasa hadir dalam sidang tersebut. Menurut Pasal 123 ayat (1) HIR atau Pasal 147 ayat (1) RBg serta Pasal 120 HIR ada 2 (dua) bentuk kuasa lisan, yaitu:

a. Dinyatakan secara lisan oleh penggugat di hadapan Ketua Majelis Pengadilan Negeri yang mengadili perkara itu. Pasal 120 HIR memberi hak kepada penggugat untuk mengajukan gugatan secara lisan kepada Ketua Pengadilan Negeri, apabila tergugat tidak pandai baca tulis (buta aksara).

Bersamaan dengan pengajuan gugatan lisan itu, penggugat dapat juga menyampaikan pernyataan lisan mengenai pemberian atau penunjukan kuasa kepada seseorang atau beberapa orang tertentu dan pernyataan pemberian kuasa secara lisan itu dicatat oleh Panitera di depan Ketua Pengadilan. Sehubungan dengan itu, berdasarkan Pasal 123 ayat (1) HIR, apabila gugatan lisan itu dibarengi dengan pemberian kuasa, hal itu wajib dicatat oleh Panitera kemudian dimasukkan oleh Ketua Pengadilan dalam gugatan tertulis yang dibuatnya.

b. Kuasa yang ditunjuk secara lisan di Persidangan. Penunjukkan kuasa secara lisan di sidang pengadilan pada saat proses pemeriksaan berlangsung diperbolehkan dengan apabila memnuhi syarat-syarat seperti penunjukkan secara lisan, dilakukan dengan kata-kata tegas (expressis verbis) dan selanjutnya, Majelis memerintahkan panitera untuk mencatat pernyataan itu dalam berita acara sidang. Penunjukkan yang demikian dianggap sah dan memenuhi syarat formil sehingga kuasa tersebut berwenang mewakili kepentingan pihak yang bersangkutan dalam proses pemeriksaan6.

2. Pemberian Kuasa Secara Tertulis

Berdasarkan Pasal 123 ayat (1) HIR, kuasa khusus harus berbentuk tertulis (in writing)7.

3. Pemberian Kuasa Secara Diam-Diam

6 REGLEMEN INDONESIA YANG DIPERBAHARUI, “H.I.R” 1969, no. 1 (2008): 1–24.

7 DIPERBAHARUI.

(9)

Pemberian kuasa yang diberikan secara diam-diam menurut banyak para ahli hukum juga diperbolehkan. Menurut Pasal 1793 ayat (2) bahwa pemberian kuasa dapat pula terjadi secara diam-diam.37 Misalnya pemberian kuasa yang diberikan oleh suami atau isteri guna keperluan segala sesuatu berkenaan dengan pembelanjaan rumah tangga yang biasa dan sehari-hari8.

8 Pemerintah Indonesia KUHP, “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku Kesatu Orang.”

(10)

C. Pengertian Surat Kuasa

Secara umum, surat kuasa dibuat saat seorang membutuhkan bantuan untuk mengurus hal-hal berkenaan dengan keputusan hukum seperti keuangan, properti, perawatan kesehatan, dan sebagainya.. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyatakan bahwa definisi kuasa kuasa sebagai “surat yang berisi tentang pemberian kuasa kepada seseorang untuk mengurus sesuatu”.

Menurut hukum, surat kuasa adalah suatu bentuk persetujuan di mana seseorang memberikan wewenang kepada orang lain untuk melakukan suatu urusan atas namanya. Dasar hukum surat kuasa umum tercantum dalam pasal 1796 KUHPer, Sedangkan surat kuasa khusus tercantum dalam pasal 1795 KUHPer9.

Dari pengertian ini, dapat dipahami bahwa Surat Kuasa merupakan surat atau dokumen yang mengalihkan wewenang tertentu dari pemberi kuasa kepada penerima kuasa untuk melakukan tindakan hukum atas nama pemberi kuasa.

Dokumen ini penting dalam berbagai konteks, mulai dari urusan bisnis, hukum, hingga kehidupan sehari-hari. Dalam banyak situasi, Surat Kuasa memfasilitasi proses yang dilakukan oleh orang yang menerima wewenang, terutama dalam situasi di mana pemberi kuasa tidak dapat melakukannya10.

9 Integrasolusi, “Surat Kuasa: Pengertian, Fungsi, Jenis, Contoh, Dan Ciri-Cirinya,” Integrasolusi.com, n.d., https://integrasolusi.com/blog/surat-kuasa-pengertian-fungsi-jenis-contoh-dan-ciri-cirinya/

#:~:text=Jadi%2C secara umum surat kuasa adalah sebuah dokumen,berupa pengacara%2C keluarga

%2C atau individu lain yang terkait.

10 Adcolaw, “Mengenal Surat Kuasa: Fungsi, Jenis, Dan Contoh,” adcolaw.com, n.d., https://adcolaw.com/id/blog/mengenal-surat-kuasa-fungsi-jenis-dan-contoh/.

(11)

D. Bentuk – bentuk Surat Kuasa

Ada beberapa jenis surat kuasa, setiap jenis surat kuasa memiliki format dan isi yang berbeda-beda, tergantung pada keperluannya. Beberapa macam bentuk surat kuasa diantaranya adalah :

1. Surat Kuasa Khusus

surat kuasa khusus didasarkan pada Pasal 1795 KUH Perdata, yang berbunyi:

“Pemberian kuasa dapat dilakukan secara khusus, yaitu hanya mengenai suatu kepentingan tertentu atau lebih, atau secara umum, yaitu meliputi segala kepentingan pemberi kuasa.” Sederhananya, Pasal 1795 KUH Perdata menerangkan bahwa surat kuasa khusus adalah surat kuasa yang di dalamnya dijelaskan tindakan-tindakan apa saja yang boleh dilakukan oleh penerima kuasa. Surat Kuasa Umum11

2. Surat kuasa umum dijelaskan di dalam Pasal 1796 KUH Perdata, yang berbunyi:

“Pemberian kuasa yang dirumuskan secara umum hanya meliputi tindakan-tindakan yang menyangkut pengurusan. Untuk memindahtangankan barang atau meletakkan hipotek di atasnya, untuk membuat suatu perdamaian, ataupun melakukan tindakan lain yang hanya dapat dilakukan oleh seseorang pemilik, diperlukan suatu pemberian kuasa dengan kata-kata yang tegas” Jika disederhanakan, Pasal 1796 KUH Perdata menerangkan bahwa surat kuasa umum bertujuan untuk memberikan kuasa kepada seseorang untuk mengurus kepentingan pemberian kuasa”12.

11

12 S.H. Christian Tarihoran, “3 Perbedaan Surat Kuasa Umum Dan Surat Kuasa Khusus,”

https://www.hukumonline.com/, n.d., https://www.hukumonline.com/klinik/a/perbedaan-surat- kuasa-umum-dan-surat-kuasa-khusus-cl5976/.

(12)

E. Cara membuat surat kuasa

Dalam pembuatan surat kuasa ada beberapa bagian-bagian penting yang harus termasuk dalam surat kuasa tersebut. Bagian-bagian surat kuasa untuk berbagai kepentingan perdata atau pidana terdiri dari, kalimat pembuka identitas pemberi kuasa identitas penerima kuasa, sifat pemberian kuasa perbuatan yang dikuasakan klausul hak retensi, pemberian hak substitusi, penutup (tanggal berlaku dan dikeluarkannya surat kuasa), pembubuhan materai, dan tanda tangan atau cap jempol pembeli kuasa.

1. Judul

Judul dalam surat kuasa dalam praktiknya menyebutkan “SURAT KUASA” itu sendiri. Tapi, bisa juga dituliskan secara lebih spesifik sesuai dengan kepentingan pembuatan surat tersebut, seperti SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN.

2. Kalimat pembuka

Dalam bagian ini, Anda dapat menerangkan tanggal dan tempat dibuatnya surat kuasa tersebut, sebagai berikut:

Pada hari ini ___, tanggal ___ bertempat di ____ yang bertanda tangan di bawah ini:

Atau Anda juga dapat cukup menuliskan:

Yang bertanda tangan di bawah ini:

3. Identitas pemberi dan penerima kuasa

Dalam surat kuasa, cantumkan identitas pemberi dan penerima kuasa, yang setidak-tidaknya meliputi nama, alamat, dan pekerjaan para pihak, serta dapat dilengkapi dengan nomor kartu identitas yang dimiliki dan masih berlaku. Jika pemberi kuasa merupakan badan hukum, identitas orang yang berwenang memberi kuasa disesuaikan dengan anggaran dasar/peraturan yang berlaku di badan hukum tersebut. Cantumkan juga kedudukan masing-masing pihak, apakah sebagai pemberi kuasa atau sebagai penerima kuasa. Selain itu, patut diperhatikan, surat kuasa harus diberikan oleh pihak yang berkepentingan langsung. Jika tidak, maka pihak lawan bisa mengajukan eksepsi, dan dampaknya, hakim bisa memutus gugatan tidak dapat diterima (niet ontvankelijke).

(13)

4. Pemberian Sifat Kuasa

Bagian ini merupakan bagian yang penting dan tak boleh terlupakan, mengingat pentingnya hal-hal yang dikuasakan kepada seseorang, yang jika tidak disebutkan dapat diartikan lain dan dapat disalahgunakan.

Bagian ini diletakkan di tengah badan surat kuasa.

Contoh:

---KHUSUS---

5. Perbuatan yang dikuasakan

Bagian ini berisi perbuatan-perbuatan yang dikuasakan kepada penerima kuasa. Perbuatan tersebut sedapat mungkin dituliskan secara rinci dan detail mengenai setiap tindakan yang akan dijalani oleh penerima kuasa.

Selain itu, cantumkan juga waktu perbuatan itu harus dilakukan, bagaimana perbuatan itu dilakukan, kepada siapa mengurusnya, serta identitas atau nomor atau spesifikasi perbuatan tersebut, sebisa mungkin dibuat secara terperinci untuk mencegah penerima kuasa melakukan perbuatan yang melampaui batas yang dikuasakan. Hal ini mengingat penerima kuasa tidak boleh melakukan hal-hal yang melampaui kuasanya.

Kemudian, jika penerima kuasa bertindak sebagai kuasa hukum penggugat, maka cantumkan pula identitas tergugat serta dalil gugatan yang diajukan, apakah wanprestasi atau perbuatan melawan hukum, serta pengadilan negeri tempat diajukannya gugatan.

Jika penerima kuasa bertindak sebagai kuasa hukum tergugat, cantumkan nomor perkara serta pengadilan negeri tempat perkara tersebut diperiksa dan diputus.

(14)

6. Klausul hak substitusi, honorarium, dan/atau retensi

Dalam praktiknya, terdapat 3 hak yang dapat diberikan kepada penerima kuasa jika klausul tersebut dimuat dalam surat kuasa, yakni:

a. Hak substitusi

Secara umum, hak substitusi dapat diartikan sebagai hak si penerima kuasa untuk menunjuk orang lain sebagai penggantinya, sebagaimana diatur dalam Pasal 1803 KUH Perdata. Jika dalam surat kuasa tidak dimuat hak substitusi, maka penunjukkan orang pengganti tersebut tidak sah.

Dalam surat kuasa dapat dicantumkan:

Kuasa ini diberikan dengan hak substitusi…

b. Hak Honorarium

Pada dasarnya, pemberian kuasa terjadi dengan cuma-cuma, kecuali jika diperjanjikan sebaliknya.

Jika upah tidak ditentukan dengan tegas, penerima kuasa tidak boleh meminta upah lebih daripada yang ditentukan dalam Pasal 411 KUH Perdata untuk wali.

Untuk itu, jika Anda selaku pemberi kuasa dan advokat selaku penerima kuasa sudah sepakat dengan adanya fee atau honorarium yang berhak diterima advokat beserta besarannya, maka dalam surat kuasa khusus harus dicantumkan hak honorarium.

c. Hak retensi

Hak retensi dapat diartikan sebagai hak si penerima kuasa untuk menahan segala kepunyaan si pemberi kuasa yang berada di tangannya, sekian lamanya, hingga kepadanya dibayar lunas segala apa yang dapat dituntutnya sebagai akibat pemberian kuasa, sebagaimana diatur dalam Pasal 1812 KUH Perdata.

(15)

7. Penutup

Kalimat penutup biasanya berisi pesan terakhir sebelum pelaksanaan kuasa atau waktu pembuatannya.

Contoh:

Demikian surat kuasa ini diberikan untuk dikerjakan dengan iktikad baik dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Atau

Demikian surat kuasa ini dibuat pada hari dan tanggal sebagaimana tersebut di atas, bermeterai cukup untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

8. Pembubuhan Meterai

Bea meterai dikenakan atas dokumen yang dibuat sebagai alat untuk menerangkan suatu kejadian yang bersifat perdata, termasuk di dalamnya surat perjanjian, surat keterangan, surat pernyataan, atau surat lainnya yang sejenis, beserta rangkapnya.

Oleh karena itu, di dalam surat kuasa, bubuhkan meterai di atas nama pemberi kuasa sebagaimana tercantum dalam bagian tanda tangan.

9. Pembubuhan tanda tangan

Setelah kedua pihak menyepakati isi dalam surat kuasa, keduanya membubuhkan tanda tangan di kolom tanda tangan yang telah dipersiapkan di bagian terakhir surat kuasa. Dengan telah ditandatanganinya surat kuasa, berarti kedua pihak telah menyetujui seluruh isi yang terkandung di dalam surat kuasa tersebut13.

13 Justika, “Cara Membuat Surat Kuasa Yang Baik Dan Benar Beserta Contohnya,” hukumonline, n.d., https://www.hukumonline.com/klinik/a/cara-membuat-surat-kuasa-yang-baik-dan-benar-beserta- contohnya-lt60c89de291ae9/.

(16)

BAB III KESIMPULAN A. Kesimpulan

Surat kuasa merupakan dokumen hukum yang memberikan wewenang dari satu pihak kepada pihak lain untuk melakukan tindakan tertentu atas nama pemberi kuasa.

Pengertian ini mencakup berbagai aspek penting yang menunjukkan sifat formal dan legal dari surat kuasa. Secara umum, surat kuasa dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk, antara lain:

1. Surat Kuasa Umum: Memberikan wewenang luas kepada penerima kuasa untuk bertindak atas nama pemberi kuasa dalam berbagai urusan.

2. Surat Kuasa Khusus: Dibatasi pada tugas tertentu, seperti pembayaran pajak atau penandatanganan kontrak tertentu.

3. Surat Kuasa untuk Menggugat: Digunakan dalam konteks hukum untuk memberikan kuasa kepada pengacara dalam mengajukan gugatan.

4. Surat Kuasa Notaris: Mengharuskan pengesahan oleh notaris agar memiliki kekuatan hukum yang lebih kuat.

Surat kuasa memiliki fungsi penting dalam mempermudah urusan administratif dan hukum, serta menghindari masalah komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat. Oleh karena itu, pemahaman tentang bentuk dan fungsi surat kuasa sangat krusial dalam praktik hukum dan bisnis.

B. Kritik dan Saran

Demikianlah apa yang dapat penyusun sampaikan melalui karya tulis ini, tentu saja dalam penyusunan karya tulis ini ada banyak sekali kesalahan dan kecacatan, maka dari itu penyusun sangat berterimakasih kepada siapapun yang memberikan kritik dan saran terhadap karya tulis ini, dan semoga karya tulis ini dapat 'amal jariyah dan bermanfaat bagi para pembaca terkhususnya bagi penyusun sendiri, amin ya rabbal 'alamin.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Adcolaw. “Mengenal Surat Kuasa: Fungsi, Jenis, Dan Contoh.”

adcolaw.com, n.d. https://adcolaw.com/id/blog/mengenal-surat- kuasa-fungsi-jenis-dan-contoh/.

Christian Tarihoran, S.H. “3 Perbedaan Surat Kuasa Umum Dan Surat Kuasa Khusus.” https://www.hukumonline.com/, n.d.

https://www.hukumonline.com/klinik/a/perbedaan-surat-kuasa- umum-dan-surat-kuasa-khusus-cl5976/.

DIPERBAHARUI, REGLEMEN INDONESIA YANG. “H.I.R” 1969, no. 1 (2008): 1–24.

Fatimah, Siti. “‘Syarat-Syarat Pemberian Kuasa Ditinjau Dari Segi Hukum Acara Perdata Indonesia ( Studi Kasus No . 316 / PDT . G / 1999 / PN . JKT . PST Antara PT . Manggala Dwi Lestari Dengan PT . Asuransi Prima Perkara Internasional),’” no. 316 (2009).

Integrasolusi. “Surat Kuasa: Pengertian, Fungsi, Jenis, Contoh, Dan Ciri- Cirinya.” Integrasolusi.com, n.d. https://integrasolusi.com/blog/surat- kuasa-pengertian-fungsi-jenis-contoh-dan-ciri-cirinya/#:~:text=Jadi

%2C secara umum surat kuasa adalah sebuah dokumen,berupa pengacara%2C keluarga%2C atau individu lain yang terkait.

Justika. “Cara Membuat Surat Kuasa Yang Baik Dan Benar Beserta Contohnya.” hukumonline, n.d.

https://www.hukumonline.com/klinik/a/cara-membuat-surat-kuasa- yang-baik-dan-benar-beserta-contohnya-lt60c89de291ae9/.

Panelewen, Juan Joubert Immanuel, and Jenice Valencia Alam.

“Pentingnya Pembuatan Surat Kuasa Dalam Perspektif Hukum

Perdata.” Innovative: Journal of Social Science Research 3, no. 3

(2023): 2800–2807.

(18)

Pemerintah Indonesia KUHP. “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku Kesatu Orang,” 1847.

Suparyanto dan Rosad (2015. “Reglemen Acara Hukum Untuk Daerah

Luar Jawa Dan Madura.” Suparyanto Dan Rosad (2015 5, no. 3

(2020): 248–53.

Referensi

Dokumen terkait

Demikian surat kuasa ini dibuat untuk dipergunakan

Contoh SURAT KUASA

Sehubungan dengan pemberian kuasa ini, Penerima Kuasa berhak melakukan penagihan kepada saudara ..., membuat, menyuruh membuat, menandatangani surat-surat yang diperlukan, menerima

Mesin : JF61E1012740 Surat Kuasa ini dibuat karena saya tidak bisa hadir langsung dikarenakan kesibukan sekolah.. Demikian Surat Kuasa ini saya buat agar dapat dipergunakan sebagaimana

SURAT KUASA Yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Jabatan : Alamat : Perusahaan : Dengan ini memberikan kuasa kepada Nama : Alamat : Untuk mengurus pembuatan SURAT TANDA

SURAT KUASA KOLEKTIF TERBARU UNTUK PENCAIRAN

Telepon : 085294235615 Selanjutnya disebut Penerima Kuasa Dengan surat ini, saya sebagai pihak Pemberi Kuasa, memberikan Kuasa kepada Penerima Kuasa untuk melakukan pengambilan uang

Makalah ini membahas pengertian dan syarat profesi