Nama : Meliyana
Nim : 2320525320037
Mata Kuliah : Konservasi Biodiversitas dan Ekowisata Lahan Basah Dosen Pengampu : Dr. Abdi Fithria, S.Hut., M.P.
“Ujian Akhir Semester”
Jawaban:
1. Lahan (land) atau sumber daya lahan (land resources) adalah lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan tanah. Dalam hal ini tanah juga mengandung pengertian ruang atau tempat. Sumberdaya tanah merupakan sumberdaya alam yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia karena sumberdaya alam diperlukan dalam setiap kehidupan. Lahan adalah hamparan di muka bumi berupa suatu tembereng, (segment) sistem terestik yang merupakan suatu perpaduan sejumlah sumberdaya alam dan binaan. Lahan juga merupakan wahana sejumlah ekosistem.
Lahan merupakan suatu wilayah (regional), yaitu suatu satuan ruangan berupa suatu lingkungan hunian masyarakat manusia dan masyarakat hayati yang lain.
Lahan basah dapat diartikan sebagai suatu wilayah genangan atau wilayah penyimpanan air, memiliki karakteristik terresterial dan aquatic. Lahan basah dicontohkan seperti daerah rawa-rawa, mangrove, payau, daerah genangan banjir, hutan genangan serta wilayah sejenis lainnya. Menurut Hardjasoemantri (1991) dalam Pramudianto (2011), lahan basah yang banyak diketahui oleh masyarakat adalah lahan basah seperti rawa-rawa, air payau, tanah gambut. Masyarakat beranggapan lahan ini merupakan wilayah yang tidak menarik bahkan dianggap berbahaya. Pada kenyataannya ekosistem lahan basah banyak menyimpan berbagai satwa dan tumbuhan liar yang sebagian besar menggantungkan hidupnya pada keberadaan lahan basah ini.Sebagai contoh jenis serangga yang tinggal di kawasan ini yang menjadikannya tempat tinggal (habitat) sehingga mampu membentuk ekosistem tersendiri. Bahkan dibandingkan dengan ekosistem lainnya ternyata ekosistem lahan basah boleh dikatakan yang terkaya dalam menyimpan jenis flora dan fauna.
Lahan basah meliputi sebagian kecil dari permukaan bumi ini, namun merupakan sistem yang sangat penting bagi alam seperti pembuluh darah bagi seluruh bentang alam. Kekayaan alamnya sangat besar dan penting untuk kehidupan manusia. Lahan basah berfungsi sebagai sumber dan pemurni air, pelinding pantai dan penyimpan karbon terbesar di planet ini. Lahan basah juga sangat penting untuk pertanian dan perikanan. Oleh karenanya dunia tanpa lahan basah seperti dunia tanpa air.
Lahan basah memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keanekaragaman hayati global. Berikut beberapa alasan mengapa lahan basah harus dijaga:
a. Penyimpan Karbon: Lahan basah merupakan salah satu penyimpan karbon permukaan (top carbon) bumi. Dengan melestarikan dan memulihkan lahan basah, kita dapat mengurangi emisi karbon dan meningkatkan kemampuan kita untuk beradaptasi dengan perubahan iklim.
b. Keanekaragaman Hayati: Lahan basah adalah rumah bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang unik. Mereka menyediakan habitat yang penting bagi burung migran, ikan, amfibi, serangga, dan organisme lainnya. Keanekaragaman hayati yang tinggi di lahan basah juga berkontribusi pada keseimbangan ekosistem secara keseluruhan.
c. Solusi Lingkungan: Lahan basah—termasuk rawa-rawa, gambut, dan mangrove—juga berfungsi untuk mengendalikan banjir, melestarikan kualitas air, melindungi dari erosi, dan menyerap karbon dioksida. Oleh karena itu, lahan basah sering disebut sebagai
‘Ginjal Bumi’ karena perannya yang vital dalam menjaga keseimbangan lingkungan.
2. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang kaya, namun juga menghadapi tantangan dalam mempertahankannya. Berikut adalah beberapa informasi mengenai konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia:
a. Keanekaragaman Hayati di Indonesia:
o Indonesia memiliki lebih dari 31.750 spesies flora dan fauna yang telah dideskripsikan, termasuk lebih dari 10% dari kelompok lumut.
o Secara global, Indonesia menempati peringkat kedua dalam kekayaan fauna setelah Brasil, dengan sekitar 12% mamalia, 16% reptil, dan 17% burung dunia ditemukan di sini.
o Ekosistem pesisir Indonesia juga sangat beragam, termasuk lebih dari 18%
terumbu karang dunia, lebih dari 70 genera dan 500 spesies karang, serta berbagai biota laut lainnya.
b. Ancaman terhadap Keanekaragaman Hayati:
o Meskipun kaya akan keanekaragaman hayati, Indonesia juga menghadapi penurunan diversitas. Ada 583 spesies yang terancam punah, termasuk 191 spesies mamalia dan 160 spesies burung.
o Faktor-faktor seperti perusakan habitat, perburuan liar, dan perubahan iklim berkontribusi pada penurunan ini.
c. Upaya Konservasi:
o Indonesia telah mendirikan area konservasi seluas 46.279.090,10 hektar, terdiri dari area konservasi daratan sebesar 27.134.394,79 hektar dan area konservasi laut sebesar 19.144.695,28 hektar.
o Lebih dari 900 spesies dilindungi di dalamnya, termasuk 787 fauna dan 117 flora.
o Namun, sebagian besar data keanekaragaman hayati Indonesia (23,98%) diperoleh dari eksplorasi di Pulau Jawa, yang hanya mencakup 6,76% luas wilayah Indonesia. Eksplorasi di luar Jawa diperlukan untuk memahami keanekaragaman secara lebih komprehensif.
d. Tantangan Masa Depan:
o Indonesia perlu meningkatkan efektivitas upaya konservasi dan bioprospeksi untuk memperoleh manfaat lebih dari keanekaragaman hayati.
Kekayaan Indonesia akan keanekaragaman hayati dengan komponen- komponennya 2 merupakan masa depan umat manusia sebagai sumber ketahanan pangan, kesehatan, bahkan energi, dengan nilai guna aktual maupun potensial bagi kemanusiaan. Nilai-nilai guna ini harus tetap berkelanjutan baik bagi generasi manusia saat ini maupun generasi masa depan. Keberlanjutan menjadi kata kunci agar umat manusia dapat melangsungkan hidupnya dalam jangka waktu yang tidak terbatas dengan memanfaatkan sumber daya alam (“SDA”) yang terbatas. Disinilah pentingnya konservasi, karena dengan konservasi manusia dituntut untuk menjadi bijaksana dalam menggunakan SDA yang jumlahnya terbatas. Efektivitas pelaksanaan konservasi hanya dapat dicapai apabila disertai dengan kelengkapan hukum yang memadai. Oleh sebab itu, hukum merupakan sebuah keniscayaan
untuk membuat SDA hayati beserta keanekaragamannya bermanfaat secara berkelanjutan.
Konservasi (di semua tingkat) keanekaragaman hayati: Mencegah kepunahan adalah tujuan utama dari konservasi keanekaragaman hayati. Walaupun pencegahan kepunahan bertumpu pada konservasi di Tingkat spesies, konservasi keanekaragaman hayati harus dilaksanakan di tiga Tingkat keanekaragamannya, yaitu ekosistem, spesies dan genetik.
Konservasi di tingkat ekosistem: Keanekaragaman hayati yang tinggi di Indonesia disebabkan letaknya pada persilangan pengaruh antara benua Asia dan Australia. Sebelah barat wilayah Indonesia (Sumatra, Kalimantan dan Jawa) dipengaruhi oleh sifat-sifat tumbuhan dan hewan Oriental. Sementara, seluruh pulau Papua, Australia dan Tasmania masuk dalam kawasan yang dipengaruhi oleh biogeografi Australia. Sedangkan Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku merupakan peralihan antara keduanya, sehingga bersifat unik dengan tumbuhan dan hewan yang sama sekali berbeda dengan Oriental maupun Australia. 33 34 Bappenas pada tahun 1993 mengidentifikasi sedikitnya 47 jenis ekosistem alam khas di Indonesia, yang masih dapat terbagi lagi ke dalam lebih dari 90 tipe ekosistem yang lebih spesifik.35 Ekosistem yang paling kaya keragaman hayatinya adalah hutan hujan tropis yang walaupun hanya meliputi 7% permukaan bumi, namun mengandung paling sedikit 50% s.d. 90% dari semua spesies tumbuhan dan satwa yang ada di dunia.
Konservasi di tingkat spesies: Ancaman terbesar dalam konservasi spesies adalah kepunahan. Sampai jumlah tertentu, kepunahan spesies secara alami dapat ditoleransi. Namun,tidak ada seorang pun yang dapat menduga berapa banyak kehilangan spesies yang dapat menyebabkan bumi ini kolaps, dan dalam berapa lama. Berdasarkan status populasi terkait dengan ancaman terhadap kepunahan dan tekanan pada populasi spesies dari kerusakan habitat dan perdagangan spesies, maka spesies perlu diklasifikasikan ke dalam status perlindungan yang secara hukum mengikat agar tindakan perlindungannya dapat efektif.
Konservasi di tingkat genetic : Dalam kerangka perlindungan sumber daya genetik untuk menghindari “pencurian” atau yang sering disebut sebagai biopiracy, sumber daya genetik yang dapat berupa materi genetik, termasuk informasi yang terkandung di dalamnya dan asal-usulnya (origin) – yang berupa tumbuhan, hewan, mikroba dan turunannya yang diperoleh dari kondisi in-situ dan ex-situ. 50 Definisi ini menjadi penting bagi Indonesia sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman hayati namun yang masih relative tertinggal dari segi bioteknologi. Indonesia perlu melindungi kekayaan hayatinya agar tidak hanya menjadi “pasar” bagi teknologi berbasis keanekaragaman hayati yang justru bersumber dari negara seperti Indonesia. Masa depan umat manusia akan sangat bergantung pada sumber daya genetik.
Perubahan iklim global dapat dipastikan mengubah pola suplai pangan dan kesehatan dunia. Tanaman pangan dan hewan ternak yang ada saat ini mungkin tidak dapat bertahan dengan kondisi iklim yang berubah. Penemuan varitas-varitas baru tanaman pangan dan ternak akan sangat bergantung pada keanekaragaman genetik tumbuhan dan hewan. Varitas-varitas tanaman pangan dan hewan bermututinggi yang ada saat ini merupakan hasil dari konservasi genetik yang efektif. Oleh sebab itu, konservasi keanekaragaman genetik menjadi sangat penting dan menjadi keniscayaan untuk masa depan umat manusia. Riset dan pengembangan teknologi ke arah itu sedang mengalami eskalasi yang tajam.
Konservasi keanekaragaman hayati bertujuan untuk melindungi dan memanfaatkan sumber daya hayati baik di tingkat ekosistem, spesies maupun genetic sehingga kerangka hukum konservasi keanekaragaman hayati juga perlu mengikuti tingkat keanekaragaman tersebut.
3. Ekowisata merupakan wisata berbasis alam yang berkelanjutan dengan fokus pengalaman dan pendidikan tentang alam, dikelola dengan sistem pengelolaan tertentu dan memberi dampak negatif paling rendah terhadap lingkungan, tidak bersifat konsumtif dan berorientasi pada lokal (dalam hal kontrol, manfaat yang dapat diambil dari kegiatan usaha).
Ekowisata adalah suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan yang konservatif. Tujuan utamanya adalah memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat.
Beberapa prinsip ekowisata yang mendasarinya meliputi:
a. Prinsip Konservasi: Berfokus pada pelestarian lingkungan alam dan budaya.
Wisatawan harus bertanggung jawab dan berkomitmen terhadap keberlanjutan lingkungan.
b. Prinsip Partisipasi Masyarakat: Melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan dan mendukung kegiatan ekowisata.
c. Prinsip Ekonomi: Menyediakan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat, seperti pendapatan dari pariwisata dan alternatif sumber mata pencaharian.
Selain itu, ada beberapa langkah praktis yang dapat diambil dalam penerapan ekowisata:
- Memilih destinasi yang berkelanjutan.
- Menggunakan moda transportasi ramah lingkungan.
- Menginap di akomodasi berkelanjutan.
- Mendukung bisnis lokal.
- Menghormati adat istiadat dan budaya lokal.
- Tidak merusak lingkungan.
- Patuh pada panduan dan aturan.
- Berpartisipasi dalam kegiatan konservasi.
4. Di Indonesia, terdapat enam situs lahan basah (Ramsar) yang berpotensi dikembangkan menjadi ekowisata berskala internasional¹. Berikut beberapa contoh implementasi ekowisata berkelanjutan di lahan basah:
a. Taman Nasional Berbak-Sembilang (TNBS): Terletak di Sumatera Selatan, TNBS memiliki keanekaragaman hayati yang kaya, termasuk populasi harimau sumatera.
Pengembangan ekowisata di sini dapat melibatkan safari alam, penelitian, dan edukasi tentang konservasi satwa liar.
b. Taman Nasional Betung Kerihun-Danau Sentarum (TNBK-DS): Terletak di Kalimantan Barat, TNBK-DS memiliki danau Sentarum yang indah dan hutan hujan
tropis. Ekowisata di sini dapat mencakup perjalanan perahu, pengamatan burung, dan pendidikan lingkungan.
c. Taman Nasional Wasur (TNW): Berada di Papua, TNW adalah rumah bagi berbagai spesies burung air dan satwa liar lainnya. Pengembangan ekowisata di sini dapat memperhatikan pengamatan burung, fotografi alam, dan pendidikan lingkungan.
d. Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRW): Terletak di Sulawesi Tenggara, TNRW memiliki ekosistem rawa gambut yang unik. Ekowisata di sini dapat melibatkan jelajah rawa, penelitian, dan edukasi tentang pentingnya rawa gambut.
e. Pulau Rambut: Pulau kecil ini di Kepulauan Riau memiliki ekosistem mangrove yang penting. Pengembangan ekowisata di sini dapat mencakup jelajah mangrove, snorkeling, dan edukasi tentang pentingnya mangrove.
f. Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP): Terletak di Kalimantan Tengah, TNTP terkenal dengan populasi orangutan. Ekowisata di sini dapat melibatkan perjalanan klotok (perahu tradisional), pengamatan orangutan, dan edukasi tentang konservasi hutan.
Evaluasi keberhasilan ekowisata harus mempertimbangkan dampak positif terhadap lingkungan, pendapatan lokal, dan kesadaran masyarakat tentang konservasi. Selain itu, pengelolaan yang berkelanjutan dan partisipasi komunitas lokal juga krusial untuk kesuksesan ekowisata di lahan basah Indonesia.
5. Lahan basah merupakan ekosistem yang penting untuk keseimbangan lingkungan.
Berikut adalah beberapa spesies flora dan fauna yang rentan terhadap perubahan iklim:
a. Ekosistem Mangrove:
- Flora: Pohon bakau (Rhizophora spp.), api-api (Avicennia spp.), dan nypa (Nypa fruticans).
- Fauna : Udang bakau (Macrobrachium spp.), burung camar (Larus spp.), dan ikan bandeng (Chanos chanos).
- Alasan : Mangrove memiliki peran penting dalam menyerap karbon dan melindungi pantai dari abrasi.
b. Ekosistem Gambut Tropis:
- Flora: Tumbuhan rawa gambut seperti sedge (Cyperaceae) dan moss (Sphagnum spp.).
- Fauna : Orangutan (Pongo spp.), harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae), dan burung rangkong (Bucerotidae).
- Alasan : Gambut mengandung banyak karbon dan sensitif terhadap perubahan suhu dan kelembaban.
Namun, saat ini, ekosistem lahan basah menghadapi ancaman akibat krisis lingkungan.
Perubahan iklim, deforestasi, dan polusi dapat mengganggu keseimbangan ekosistem ini. Oleh karena itu, perlindungan dan pemeliharaan lahan basah sangat penting untuk menjaga keberlanjutan alam kita ²³.