• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA PADA MATERI TEKS DESKRIPSI MELALUI METODE MIND MAPPING SISWA KELAS VII-1 MTsN 5 PIDIE

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA PADA MATERI TEKS DESKRIPSI MELALUI METODE MIND MAPPING SISWA KELAS VII-1 MTsN 5 PIDIE"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)

41 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA PADA MATERI TEKS

DESKRIPSI MELALUI METODE MIND MAPPING SISWA KELAS VII-1 MTsN 5 PIDIE

Muhammad1

Diterima : 24 Januari 2021 Disetujui : 07 Februari 2021

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Bahasa Indonesia pada materi Teks Deskripsi siswa kelas VII-1 MTsN 5 Pidie. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mind Mapping. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII-1 MTsN 5 Pidie. Jumlah siswa adalah 32 siswa dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 8 orang dan perempuan 24 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada Tahun Pelajaran 2018/2019 dalam kurun waktu 3 bulan yaitu dari bulan September 2018 s.d November 2018 pada Semester Ganjil. Metodologi penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pada setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data yaitu mengumpulkan nilai tes yang dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran pada setiap siklus dengan menggunakan instrument soal (tes tertulis). Data observasi dilakukan dengan melihat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Data dianalisis dengan cara statistik persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa pada kedua siklus tersebut, dari kategori cukup menjadi baik dan kategori baik meningkat menjadi sangat baik. Ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 43.75% pada pra siklus meningkat menjadi 65.62% pada siklus I dan meningkat menjadi 87.5% pada siklus II. Penggunaan Metode Mind Mapping dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Bahasa Indonesia pada materi Teks Deskripsi siswa kelas VII-1 MTsN 5 Pidie Tahun Pelajaran 2018/2019.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Metode Mind Mapping, Bahasa Indonesia, Teks Deskripsi.

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa kelas VII-1 MTsN 5 Pidie dalam Kurikulum 2013 adalah menyusun teks deskripsi secara tertulis yang terdapat pada kompetensi dasar 4.2, yaitu menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan. Berdasarkan kompetensi dasar tersebut, pembelajaran menyusun teks deskripsi dapat dilakukan dalam dua bentuk keterampilan berbahasa, yaitu bentuk lisan dan tulisan. Keterampilan menyusun teks deskripsi secara tertulis menuntut siswa mampu menyampaikan gagasan yang dimiliki terhadap tema yang diamati ke dalam bentuk tulisan deskripsi sehingga daya pikir dalam mendeskripsikan suatu objek siswa dapat berkembang.

Berdasarkan pengamatan peneliti selaku guru bahasa Indonesia MTsN 5 Pidie, ternyata terdapat kendala dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum 2013. Proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik sulit untuk diterapkan karena siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Permasalahan tersebut terjadi karena siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran yang berbasis ilmu bahasa sehingga sulit menyesuaikan dengan pembelajaran yang berbasis teks. Penyebab yang lain dikarenakan di dalam diri siswa masih kurang ditanamkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab, akibatnya siswa masih ragu-ragu dalam menyampaikan pendapatnya. Ketika proses pembelajaran berlangsung, siswa hanya menggunakan bahasa Indonesia sekadar sebagai alat komunikasi, siswa belum menyadari akan besarnya anugerah Tuhan dengan keberadaan bahasa Indonesia.

Kendala yang paling sulit dalam pencapaian empat kompetensi inti yang ada adalah kompetensi terakhir yang berkaitan dengan keterampilan. Hal tersebut disebabkan siswa mengalami kesulitan dalam

(2)

menentukan pilihan kata yang tepat, menulis teks secara runtut, dan menulis paragraf yang kohesif.

Terlebih dalam menyusun teks deskripsi secara tertulis terdapat tiga struktur yang isi dari tiap bagian memiliki kesamaan, bahkan siswa sulit untuk membedakan mana yang seharusnya bagian identifikasi, klasifikasi/ definisi, atau deskripsi bagian. Siswa juga kesulitan untuk menentukan topik teks karena terbatasnya pengalaman yang mereka miliki.

Permasalahan yang ada dalam proses pembelajaran menyusun teks deskripsi secara tertulis harus dicari solusinya oleh guru. Hal tersebut disebabkan dalam Kurikulum 2013 seperti yang diungkapkan Husamah dan Yanur (2013) guru bertujuan mendorong siswa mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengomunikasikan terhadap apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Melalui empat tujuan itu diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif.

Guru dituntut untuk membiasakan siswa melaksanakan pembelajaran berbasis teks dan menumbuhkan keaktifan siswa dalam pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik sebagai dasar pelaksanaan Kurikulum 2013. Siswa yang sudah terbiasa dengan pembelajaran berbasis teks, maka akan mudah memahami makna, pikiran, dan gagasan yang terkandung dalam sebuah teks. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik melatih siswa untuk berpikir ilmiah bukan hanya dalam pembelajaran tetapi juga diharapkan dalam kehidupan yang dijalaninya. Ketepatan metode dalam kegiatan belajar mengajar perlu ditingkatkan untuk keberhasilan siswa dalam menyusun teks deskripsi secara tertulis. Melihat fenomena yang terjadi di kelas, penelitian menyusun teks deskripsi secara tertulis menggunakan metode Mind Mapping (peta pikiran) perlu dilakukan sehingga dapat mendorong siswa untuk terampil menyusun teks deskripsi secara tertulis.

Penggunaan metode Mind Mapping dalam menyusun teks deskripsi secara tertulis dipilih karena lebih sesuai diterapkan dibandingkan dengan metode-metode pembelajaran yang lainnya. Hal ini disebabkan metode Mind Mapping dibentuk dari gagasan-gagasan yang berbentuk peta pikiran yang dapat disesuaikan dengan struktur teks deskripsi, yaitu deskripsi umum dan deskripsi bagian.

Penggunaan Mind Mapping dalam proses pembelajaran dapat melatih siswa untuk berpikir analitis, menjelaskan sesuatu dengan sistematika yang baik, dan menggunakan logika yang tepat. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan keterampilan siswa di kelas VII-1 MTsN 5 Pidie dalam menyusun teks deskripsi secara tertulis menggunakan metode Mind Mapping. Jika hasilnya maksimal, maka diharapkan guru-guru lain juga dapat menerapkannya untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam menyusun teks deskripsi.

1.2. Tujuan Penelitian a) Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa Kelas VII-1 MTsN 5 Pidie Tahun Pelajaran 2018/2019.

b) Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada Materi Teks Deskripsi siswa kelas VII-1 MTsN 5 Pidie Tahun Pelajaran 2018/2019.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Belajar dan Hasil Belajar

Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut yang ditampakkan dalam bentuk kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman keterampilan, daya pikir, dan lain-lain (Thursan Hakim, 2000). Menurut Slameto (2003), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Kesimpulan yang bisa diambil dari pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan diri seseorang.

Belajar diharapkan dapat mempengaruhi daya pikir seseorang yang bertujuan pada perubahan tingkah laku, untuk menetapkan penguasaan konsep sesuatu materi perlu alat atau sarana belajar yang memadai, diantaranya adalah buku penunjang yang relevan, baik dari buku paket maupun buku penunjang lain. Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2002), belajar merupakan proses perubahan tingkah

(3)

laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antar individu dan lingkungannya, baik lingkungan alamiah maupun lingkungan sosialnya.

Berdasarkan defenisi diatas tampak bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tesebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan dalam proses belajar. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah suatu proses memahami segala bentuk pembelajaran dalam rangka untuk perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil dari pengalamannya sendiri sebagai interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Sudjana (2009) “hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor”.

Sedangkan menurut Nawawi (dalam Slameto, 2003) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, dapat penulis simpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah siswa tersebut melakukan kegiatan belajar dan pembelajaran serta bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang dengan melibatkan aspek kognitif, afektif maupun psikomotor, yang dinyatakan dalam symbol, huruf maupun kalimat.

2.2. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks (Dimyati, 2006). Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan pembelajaran yakni bagaimana membelajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik (Asri, 2004).

Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Hal ini haruslah kita sadari benar-benar, apalagi bagi para guru bahasa pada khususnya dan bagi para guru bidang studi pada umumnya. Dalam tugasnya sehari-hari para guru bahasa harus memahami benar-benar bahwa tujuan akhir pembelajaran bahasa ialah agar para siswa terampil berbahasa; yaitu terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dengan perkataan lain, agar para siswa mempunyai kompetensi bahasa (language competence) yang baik.

Apabila seseorang mempunyai kompetensi bahasa yang baik, maka siswa diharapkan dapat berkomunikasi dengan orang lain secara baik dan lancar, baik secara lisan maupun tulisan. Siswa juga diharapkan menjadi penyimak dan pembicara yang baik, menjadi pembaca yang komprehensif serta penulis yang terampil dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan ini, maka para guru berupaya sekuat daya harus menggunakan bahasa dengan baik dan benar, agar siswa dapat meneladaninya (Henry, 2009).

Suatu kenyataan bahwa manusia menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi vital dalam hidup ini. Bahasa adalah milik manusia. Bahasa adalah salah satu ciri pembeda utama kita sebagai umat manusia dengan makhluk hidup lainnya di dunia ini. Setiap anggota masyarakat terlibat dalam komunikasi linguistik; di satu pihak dia bertindak sebagai pembicara dan di pihak lain sebagai penyimak.

Dalam komunikasi yang lancar, proses perubahan dari pembicara menjadi penyimak maupun dari penyimak menjadi pembicara terjadi begitu cepat, terasa sebagai suatu peristiwa biasa dan wajar. Oleh sebab itu, pengertian bahasa ditinjau dari dua segi, yakni segi teknis dan segi praktis. Pengertian bahasa secara teknis adalah seperangkat ujaran yang bermakna, yang dihasikan dari alat ucap manusia. Secara praktis, bahasa merupakan alat komunikasi antara anggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna, yang dihasilkan dari alat ucap manusia.

Dari pengertian secara praktis ini dapat kita ketahui bahwa bahasa dalam hal ini mempunyai dua aspek, yaitu aspek sistem (lambang) bunyi dan aspek makna. Bahasa disebut sistem bunyi atau sistem lambang bunyi karena bunyi-bunyi bahasa yang kita dengar atau kita ucapkan itu sebenarnya bersistem atau memiliki keteraturan.

Dari pemaparan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia adalah suatu proses perjalanan panjang yang dilalui oleh setiap siswa dalam mempelajari bahasa

(4)

Indonesia atau bahasa kedua setelah bahasa Ibu. Adapun kompetensi dalam pembelajaran bahasa Indonesia meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

2.3. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Didalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi yakni sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, lambang identitas nasional, alat pemersatu, serta alat komunikasi antardaerah dan antarkebudayaan.

Berikut ini merupakan fungsi pembelajaran Bahasa Indonesia, antara lain:

a. Untuk meningkatkan produktivitas pendidikan, dengan jalan mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik, dan mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah belajar siswa.

b. Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual, dengan jalan mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional, serta memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya.

c. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pengajaran, dengan jalan perencanaan program pendidikan yang lebih sistematis, serta pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian perilaku.

d. Lebih memantapkan pengajaran, dengan jalan menongkatkan kemampuan manusia denagan berbagai media komunikasi, serta penyajian informasi dan data secara lebih konkrit.

e. Memungkinkan belajar secara seketika, karena dapat mengurangi jurang pemisah antara pelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya konkrit, serta memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.

f. Memungkinkan penyajian pendidikan yang lebih luas, terutama dengan alat media massa (Solehan,1996)

Beberapa tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia, yaitu:

a. Berkomunikasi secara efektif dan efesien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

b. Menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.

c. Memahami bahasa indonesia serta menggunakan dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

d. Menggunakan bahasa indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperluas budi pekerti, meningkatkan pengetahuan maupun kemampuan berbahasa serta bersastra sebagai khasanah budaya dan juga intelektual manusia Indonesia.

2.4. Metode Mind Mapping

Metode mind mapping dikembangkan sebagai metode efektif untuk mengembangkan gagasan- gagasan melalui rangkaian peta-peta. Salah satu penggagas metode ini adalah Tony Buzan (dalam Huda 2013). Untuk membuat Mind Mapping, menurut Buzan, seseorang biasanya memulainya dengan menulis gagasan utama di tengah halaman dari situlah, ia bisa membentangkannya ke seluruh arah untuk menciptakan semacam diagram yang terdiri atas kata kunci- kata kunci, frasa-frasa, konsep-konsep, fakta- fakta, dan gambar-gambar.

Huda (2013) menarik simpulan bahwa metode Mind Mapping bisa digunakan untuk membentuk, menvisualisasi, mendesain, mencatat, memecahkan masalah, membuat keputusan, merevisi, dan mengklarifikasi topik utama, sehingga siswa bisa mengerjakan tugas-tugas yang banyak sekalipun. Pada hakikatnya, Mind Mapping digunakan untuk membrainstorming suatu topik sekaligus menjadi strategi ampuh bagi belajar siswa. Berbeda dengan Huda, Olivia (2013) menarik simpulan bahwa kurikulum di sekolah saat ini cenderung membuat anak berpikir rutin. Hal tersebut disebabkan anak harus mengerjakan berbagai latihan soal dan lembar kerja siswa. hal ini membuat anak menjadi malas dan lebih suka menyontek hasil kerja temannya. Hal tersebut disebabkan rutinitas yang sangat membosankan. Akibatnya penggunaan otak tidak optimal yang disebut sebagai mismanajemen otak. Tanda-tandanya dapat berupa mudah lupa, sulit konsentrasi, sulit memahami penjelasan orang tua, sulit mengingat atau menghafal, dan lain-lain. Mismanajemen otak terjadi karena banyak hal, salah satunya adalah ketidakseimbangan

(5)

penggunaan otak kiri dan kanan dalam aktivitas keseharian manusia. Apalagi dalam kehidupan sehari- hari, kebanyakan anak “terpaksa” menitikberatkan pada aktivitas mental otak kiri. Contoh, belajar dengan cara menghafal, mendikte, mengenalkan sesuatu dengan angka dan nama, dan lainnya.

Semua itu merupakan aktivitas yang banyak menggunakan otak kiri. Sementara otak kanan jarang dipakai untuk kegiatan produktif. “Kepincangan” beban kedua otak yang tidak seimbang inilah yang tidak memungkinkan kita menggunakan secara optimal potensi atau kehebatan otak kita. Kondisi ini dapat diibaratkan orang yang berlari hanya dengan satu tangan atau satu kaki, pastinya kemampuannya akan pincang. Demikian pula dengan otak yang kita miliki. Ketika hanya menggunakan satu bagian saja, misal, otak bagian kanan saja, maka kemampuan otaknya menjadi “pincang”. Hal ini pula yang menyebabkan potensi otak manusia tidak digunakan secara maksimal. Agar fungsi otak maksimal, gunakan kedua belahan otak. Ketika keduanya digunakan bersamaan, maka akan timbul sinergi antar keduanya yang memungkinkan kekuatan yang tidak terbatas dari otak kita. Contoh, kegiatan yang menggunakan kedua belah otak seperti menonton film, main games, membaca komik, umumnya lebih disukai anak-anak daripada kegiatan satu otak saja yaitu belajar dengan membaca buku yang isinya hitam putih tanpa gambar.

Mind mapping atau peta pikiran dibentuk oleh kata, warna, garis, dan gambar. Menyusunnya pun tak sulit, bisa dilakukan anak hingga dewasa dan diterapkan untuk keperluan apa saja. Mind mapping dapat melatih keterampilan motorik halus anak. Sebab, kegiatan menulis yang dilakukan anak ketika membuat mind mapping adalah gerakan otot-otot halus yang merupakan perwujudan “Ideo Motor Responses” (IMR). IMR ialah proses gerakan reflex otot-otot halus yang merupakan reaksi atas stimulasi bawah sadar (sub-conscious) seseorang. Gerakan ini terjadi secara otomatis, sehingga tulisan tangan akan secara “jujur” mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran bawah sadar penulisnya, tanpa ia sadari.

Penerapan metode Mind Mapping sebenarnya melatih anak untuk berpikir analitis. Dengan begitu ia mampu menjelaskan sesuatu dengan sistematika yang baik. Bahkan, cara itu juga melatih anak agar bisa mengambil keputusan menggunakan logika yang tepat. Apalagi pada dasarnya anak-anak memang lebih senang dengan sesuatu yang dapat dilihat dan dipraktikkan secara langsung. Belajar melalui skema sering kali lebih disenangi sehingga pelajaran jadi lebih mudah ditangkap. (Olivia, 2013).

2.5. Langkah-langkah Metode Mind Mapping

Huda (2013) menyatakan bahwa penggunaan metode Mind Mapping, ada beberapa langkah persiapan yang harus dilakukan, antara lain 1) mencatat hasil ceramah dan menyimak poin-poin atau kata kunci-kata kunci dari ceramah tersebut; 2) menunjukkan jaringan-jaringan dan relasi-relasi diantar berbagai poin/ gagasan/ kata kunci ini terkait dengan materi pelajaran; 3) membrainstorming semua hal yang sudah diketahui sebelumnya tentang topik tersebut; 4) merencanakan tahap-tahap awal pemetaaan gagasan dengan memvisualisasikan semua aspek dari topik yang dibahas; 5) menyusun gagasan dan informasi dengan membuatnya bisa diakses pada satu lembar saja; 6) menstimulasi pemikiran dan solusi kreatif atas permasalahan-permasalahan yang terkait dengan topik bahasan; dan 7) mereview pelajaran untuk mempersiapkan tes atau tujuan.

Menurut Warsono dan Haryanto (2013) Langkah-langkah pembelajaran metode Mind Mapping adalah sebagai berikut.

a. Bentuk kelompok kolaboratif yang heterogen. Jumlah siswa per kelompoknya disesuaikan dengan jumlah siswa dalam kelas. Upayakan tidak melebihi 7 orang per kelompok.

b. Latihlah para siswa dengan membuat peta konsep yang sederhana.

c. Mula-mula setiap siswa diberi kesempatan membuat peta konsepnya secara individual.

d. Selanjutnya siswa melakukan tinjauan (review) terhadap peta konsep yang dibuatnya sendiri dalam kelompok kolaboratif.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilaksanakan dalam proses belalar mengajar, oleh sebab itu metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), dengan rancangan model siklus yang terdiri dari dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di MTsN 5 Pidie pada tahun pelajaran 2018/2019 dalam kurun waktu 3 bulan yaitu dari bulan September s.d November 2018 pada semester ganjil. Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah

(6)

siswa kelas VII-1 MTsN 5 Pidie. Dengan jumlah 32 siswa yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kondisi Awal

Penerapan metode secara konvensional selama ini hanya sedikit membantu pemahaman siswa pada materi teks deskripsi. Hal ini membuat siswa menjadi tidak begitu aktif dalam pembelajaran dan cenderung bersifat pasif. Selama ini penulis melihat kendala yang dihadapi oleh siswa dalam pembelajaran yaitu banyak siswa yang masih kurang memiliki pemahaman terhadap materi teks deskripsi.

Sebagian dari siswa merasa bahwa materi ini sangatlah sulit dan sebagian lagi ada yang merasa tidak tertarik. Hal inilah yang membuat siswa menjadi kurang aktif dalam pembelajaran dan mereka juga memperoleh hasil belajar yang rendah. Sebelum melakukan penelitian, guru memberikan pretest kepada siswa. Pretest ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum penerapan metode Mind Mapping dalam pembelajaran. Hasil pretest siswa sebelum penerapan metode Mind Mapping dalam pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pretest Siswa Sebelum Penggunaan Metode Mind Mapping dalam Pembelajaran.

No Nama L/P KKM Nilai Ketuntasan

1 Ainas Shalsabila P 70 70 Belum tuntas

2 Annisa P 70 50 Belum tuntas

3 Arman Muharrir L 70 80 Tuntas

4 Ayuna Tahara P 70 90 Tuntas

5 Balqis Hafifah P 70 60 Belum tuntas

6 Cut Khairunnisa P 70 70 Belum tuntas

7 Cut Reva Az Zahra P. P 70 80 Tuntas

8 Fiska Adila P 70 60 Belum tuntas

9 Fitri P 70 90 Tuntas

10 Humairatun Nisa P 70 70 Belum tuntas

11 Izzia Nura P 70 60 Belum tuntas

12 M. Ariel Akbari L 70 80 Tuntas

13 M. Wali Hidayatullah L 70 50 Belum tuntas

14 Miftahul Jannah P 70 80 Tuntas

15 Miftahul Raina P 70 80 Tuntas

16 Muhammad Alvin D. L 70 70 Belum tuntas

17 Muhammad Nabil L 70 90 Tuntas

18 Nadyatul Izzah P 70 90 Tuntas

19. Nafisatul Aulia P 70 60 Belum tuntas

20. Najwa Rahmat P 70 60 Belum tuntas

21. Naziul Hayati P 70 80 Tuntas

22. Nona Rayan Tajila P 70 70 Belum tuntas

23. Nurul Fitri P 70 60 Belum tuntas

24. Qintari Ilma P 70 80 Tuntas

25. Rahma Sarita P 70 80 Tuntas

26. Ratu Balqis Zatuddin P 70 50 Belum tuntas

27. Risa Sufia P 70 80 Tuntas

28. Rizkya Ananda L 70 70 Belum tuntas

29. Salsabila P 70 80 Tuntas

30. Sarid Al Asqalani L 70 60 Belum tuntas

31. Sauqey Al Sunny L 70 70 Belum tuntas

32. Sofia Amelia P 70 50 Belum tuntas

Jumlah 2.270

Jumlah Rata-rata 70.93

Persentase (%) 43.75%

(7)

Berdasarkan Tabel 1, hasil pretest siswa yang dilakukan pada saat pra penelitian memperoleh persentase ketuntasan belajar sebesar 43.75%. Nilai terendah pada pretest adalah 50 dan nilai tertinggi adalah 90. Nilai rata-rata pada pretest adalah 70.93. Setelah melakukan pretest, maka peneliti akan melanjutkan penelitian pada Siklus I.

4.2. Hasil Penelitian Siklus I

Setelah penerapan metode Mind Mapping pada siklus I, siswa telah mengalami peningkatan pemahaman terhadap materi teks deskripsi, hal ini terlihat dari hasil tes belajar yang diperoleh oleh siswa.

Hasil belajar siswa yang diperoleh setelah penerapan metode Mind Mapping pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Belajar Siswa pada Siklus I

No Nama L/P KKM Nilai Ketuntasan

1 Ainas Shalsabila P 70 80 Tuntas

2 Annisa P 70 60 Belum tuntas

3 Arman Muharrir L 70 90 Tuntas

4 Ayuna Tahara P 70 100 Tuntas

5 Balqis Hafifah P 70 70 Belum tuntas

6 Cut Khairunnisa P 70 80 Tuntas

7 Cut Reva Az Zahra P. P 70 90 Tuntas

8 Fiska Adila P 70 70 Belum tuntas

9 Fitri P 70 100 Tuntas

10 Humairatun Nisa P 70 80 Tuntas

11 Izzia Nura P 70 70 Belum tuntas

12 M. Ariel Akbari L 70 90 Tuntas

13 M. Wali Hidayatullah L 70 60 Belum tuntas

14 Miftahul Jannah P 70 90 Tuntas

15 Miftahul Raina P 70 90 Tuntas

16 Muhammad Alvin D. L 70 80 Tuntas

17 Muhammad Nabil L 70 100 Tuntas

18 Nadyatul Izzah P 70 100 Tuntas

19. Nafisatul Aulia P 70 70 Belum tuntas

20. Najwa Rahmat P 70 70 Belum tuntas

21. Naziul Hayati P 70 90 Tuntas

22. Nona Rayan Tajila P 70 80 Tuntas

23. Nurul Fitri P 70 70 Belum tuntas

24. Qintari Ilma P 70 90 Tuntas

25. Rahma Sarita P 70 90 Tuntas

26. Ratu Balqis Zatuddin P 70 60 Belum tuntas

27. Risa Sufia P 70 90 Tuntas

28. Rizkya Ananda L 70 80 Tuntas

29. Salsabila P 70 90 Tuntas

30. Sarid Al Asqalani L 70 70 Belum tuntas

31. Sauqey Al Sunny L 70 80 Tuntas

32. Sofia Amelia P 70 60 Belum tuntas

Jumlah 2.590

Jumlah Rata-rata 80.93

Persentase (%) 65.62%

Berdasarkan hasil belajar pada siklus I, siswa telah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil pretest sebelum penerapan metode Mind Mapping. Berdasarkan Tabel 2, dari 32 siswa yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan metode Mind Mapping terdapat 21 siswa yang sudah mencapai ketuntasan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) dan 11 siswa belum mencapai ketuntasan nilai KKM. Nilai tertinggi siswa yang diperoleh pada siklus I yaitu 100 dan nilai terendah

(8)

adalah 60. Persentase ketuntasan siswa hasil belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 65.62%, dengan nilai rata-rata 80.93. Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh pada siklus I, maka peneliti ingin melanjutkan penelitian pada siklus II dengan penerapan metode Mind Mapping yang sama dengan siklus I.

Pada siklus II, peneliti mengharapkan adanya peningkatan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa, sehingga persentase ketuntasan siswa juga mengalami peningkatan sesuai dengan indikator siklus II yang telah ditetapkan oleh peneliti.

4.3. Hasil Penelitian Siklus II

Setelah penerapan metode Mind Mapping pada siklus II, siswa telah mengalami peningkatan pemahaman terhadap materi teks deskripsi, hal ini terlihat dari hasil tes belajar yang diperoleh oleh siswa.

Hasil belajar siswa yang diperoleh setelah penerapan metode Mind Mapping pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Belajar Siswa pada Siklus II

No Nama L/P KKM Nilai Ketuntasan

1 Ainas Shalsabila P 70 90 Tuntas

2 Annisa P 70 70 Belum tuntas

3 Arman Muharrir L 70 90 Tuntas

4 Ayuna Tahara P 70 100 Tuntas

5 Balqis Hafifah P 70 80 Tuntas

6 Cut Khairunnisa P 70 90 Tuntas

7 Cut Reva Az Zahra P. P 70 90 Tuntas

8 Fiska Adila P 70 80 Tuntas

9 Fitri P 70 100 Tuntas

10 Humairatun Nisa P 70 90 Tuntas

11 Izzia Nura P 70 80 Tuntas

12 M. Ariel Akbari L 70 100 Tuntas

13 M. Wali Hidayatullah L 70 70 Belum tuntas

14 Miftahul Jannah P 70 90 Tuntas

15 Miftahul Raina P 70 90 Tuntas

16 Muhammad Alvin D. L 70 90 Tuntas

17 Muhammad Nabil L 70 100 Tuntas

18 Nadyatul Izzah P 70 100 Tuntas

19. Nafisatul Aulia P 70 80 Tuntas

20. Najwa Rahmat P 70 80 Tuntas

21. Naziul Hayati P 70 100 Tuntas

22. Nona Rayan Tajila P 70 90 Tuntas

23. Nurul Fitri P 70 80 Tuntas

24. Qintari Ilma P 70 90 Tuntas

25. Rahma Sarita P 70 100 Tuntas

26. Ratu Balqis Zatuddin P 70 70 Belum tuntas

27. Risa Sufia P 70 100 Tuntas

28. Rizkya Ananda L 70 90 Tuntas

29. Salsabila P 70 90 Tuntas

30. Sarid Al Asqalani L 70 80 Tuntas

31. Sauqey Al Sunny L 70 90 Tuntas

32. Sofia Amelia P 70 70 Belum tuntas

Jumlah 2.810

Jumlah Rata-rata 87.81

Persentase (%) 87.5%

Berdasarkan hasil belajar pada siklus II, siswa telah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I. Berdasarkan Tabel 3, dari 32 siswa terdapat 28 siswa yang sudah mencapai ketuntasan nilai klasikal dan 4 siswa yang belum mencapai ketuntasan klasikal. Nilai tertinggi siswa yang diperoleh

(9)

pada siklus II yaitu 100 dan nilai terendah adalah 70. Persentase ketuntasan siswa hasil belajar siswa pada siklus II adalah sebesar 88% dengan nilai rata-rata 85.20. Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh pada siklus II, maka peneliti mencukupkan penelitian sampai pada siklus II, hal ini dilakukan karena siswa telah mencapai indikator ketuntasan yang harapkan oleh guru.

4.4. Pembahasan Perbandingan Antar Siklus

Penerapan metode Mind Mapping pada siklus I telah memperlihatkan adanya peningkatan hasil belajar siswa menjadi lebih baik jika dibandingkan hasil pretest siswa pada saat pra penelitian. Pada siklus I, siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran adalah siswa yang terlihat belum begitu aktif dalam melakukan pembelajaran mengggunakan metode Mind Mapping. Ketidaktuntasan yang dialami oleh siswa dapat disebabkan oleh perlunya adaptasi dengan Pembelajaran menggunakan metode Mind Mapping dan adanya kebiasaan buruk siswa untuk menganggap materi tersebut tidak penting. Persentase ketuntasan yang didapatkan pada siklus I, telah mencapai indikator siklus II yang ingin dicapai oleh peneliti.

Berdasarkan hasil test, hasil dari observasi serta refleksi yang telah dilakukan pada siklus I, maka perbaikan yang telah dilakukan oleh peneliti pada siklus II, telah memberikan hasil yang sesuai dengan harapan penulis. Pada siklus II, terlihat adanya peningkatan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa menjadi lebih baik. Pada siklus II, persentase ketuntasan siswa telah mengalami peningkatan dan telah mencapai indikator siklus II yang ditetapkan oleh peneliti.

Pada siklus II, tidak semua siswa mencapai ketuntasan belajar yang sesuai dengan nilai KKM (kriteria ketuntasan minimum). Siswa yang tidak mengalami ketuntasan belajar, terlihat mengalami peningkatan yang baik terhadap hasil tes yang mereka peroleh. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siklus I dan II, Penerapan metode Mind Mapping telah memberikan nilai yang positif terhadap peningkatan hasil belajar Bahasa indonesia pada siswa terutama pada materi teks deskripsi.

Perbandingan persentase hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan II dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 1. Perbandingan Persentase Hasil Belajar Siswa pada Pra siklus, Siklus I dan Siklus II.

Berdasarkan Gambar 1, terlihat bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa dari Pra siklus ke Siklus I dan siklus I ke siklus II. Pada pra siklus sebelum penerapan metode Mind Mapping hanya mampu memberikan persentase 43.75%. Sedangkan pada siklus I setelah penerapan metode Mind Mapping telah mampu memberikan persentase hasil belajar siswa yaitu sebesar 65.62% dan telah mengalami peningkatan menjadi 87.5 % pada siklus II.

43.75%

65.62%

87.50%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Persentase Ketuntasan (%)

Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I

dan Siklus II

Pra Siklus Siklus I Siklus II

(10)

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: Penerapan metode Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada materi deskripsi siswa kelas VII-1 MTsN 5 Pidie Tahun Pelajaran 2018/2019.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan saran yang ingin disampaikan adalah:

1) Diharapkan kepada guru untuk mau menggunakan model dalam pembelajaran agar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.

2) Perlu adanya pengarahan dari kepala sekolah kepada guru-guru bidang studi yang lain, untuk menerapkan penggunaan sebuah model dalam pembelajaran yang digunakan sesuai dengan bahan ajar untuk menunjang pemahaman siswa menjadi lebih baik terhadap materi yang diajarkan.

6. DAFTAR PUSTAKA

[1] Asri Budiningsih. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta.

[2] Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

[3] Hakim, Thursan. 2000. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara.

[4] Hamalik, Oemar. 2000. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

[5] Henry Guntur Tarigan. 2009. Pengajaran Kompetensi Bahasa. Bandung: Angkasa.

[6] Huda, Miftakhul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

[7] Husamah dan Yanur Setyaningrum. 2013. Desain Pembelajaran BerbasisPencapaian Kompetensi: Panduan Merancang Pembelajaran untuk MendukungImplementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustaka.

[8] Olivia, Femi. 2013. Menit Asyik Mind Mapping Kreatif. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

[9] Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

[10] Solehan. 1996. Interaksi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia SD. Malang: IKIP.

[11] Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

[12] Warsono dan Haryanto. 2013. Pembelajaran Aktif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

[13] Widarso, Wishnubroto. 1992. Kiat Menulis dalam Bahasa Inggris. Yogyakarta: Kanisius.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil data-data yang diperoleh selama penelitian, telah menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus dengan menggunakan Mind Mapping pada

Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan menulis karangan deskripsi dapat ditingkatkan dengan menggunakan teknik peta pikiran ( mind mapping ) pada anak tunarungu kelas VII di

Pada siklus I skor rata-rata sebesar 3 atau 75%, siklus II sebesar 3,35 atau 83,86%, dan siklus III sebesar 3,68 atau 92,08%, (3) penerapan mind mapping dengan

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I, II dan III, ternyata pembuatan Mind Mapping dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan lingkaran telah

Berdasarkan judul penelitian ini, yaitu Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Eksposisi dengan Metode Mind Mapping pada Siswa Kelas X SMK Negeri 3 Berau, maka penelitian

Masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan metode Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Tarikh materi silsilah

pelaksanaan pembelajaan menulis teks recount menggunakan mind mapping sebagai metode pembelajaran dengan peta konsep selama 2 siklus yaitu siklus I pada minggu ke-3 bulan M

8 Perhatikan tabel Hasil Observasi Siswa Pada Siklus I No Indikator Skor 1 2 3 4 1 Perhatian siswa mengikuti pembelajaran yang Disajikan melalui metode Mind Mapping  2 Keaktifan