Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya.
365 Vol.1 No. 36, 1 Januari 2021 Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Pendidikan Agama Islam
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA SURAH ALFALAQ MELALUI MODEL DIRECT INSTRUCTION PADA SISWA KELAS IV SDN MANTUIL
NILA ANGGRAINI
Email : [email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah menerapkan model pembelajaran yang tepat pada siswa kelas IV SDN Mantuil dalam meningkatkan kemampuan membaca Surah Al-Falaq ialah dengan penerapan model pembelajaran Direct Instruction atau pembelajaran langsung. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini menggunakan 2 siklus. Alat pengumpul data pada penelitian ini adalah penugasan dan Observasi.
Kriteria keberhasilan penelitian ini adalah 90, 9%. Hasil penelitian menunjukkan bukti bahwa persentasi kemampuan membaca surah Al-falaq pada pra siklus adalah pada saat pembelajaran menunjukkan kemampuan membaca surah Al-Falaq yang rendah yaitu sebanyak 6 siswa (54, 54%) tidak tercapai kriteria ketuntasan minimal dan 5 siswa (45, 46 %) tercapai kriteria ketuntasan minimal. Kemudian hasilnya meningkat pada siklus I yaitu 2 siswa tercapai Kriteria ketuntasan minimal. 4 siswa masih dibawah KKM (36, 36%) dan 7 siswa memenuhi KKM (63, 64%). Lalu meningkat pada siklus II yaitu 3 siswa telah tercapai kriteria ketuntasan minimal. 1 siswa masih dibawah KKM (9, 1%) dan 10 siswa memenuhi KKM (90, 9%). Masih tertingga 1 siswa yag masih belum memenuhi KKM. Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Direct Instruction dapat meningkatkan keterampilan dan kemampuan membaca surah Al-Falaq pada siswa kelas IV SDN Mantuil
Keyword : Peningkatan Kemampuan Membaca, Surah Al-Falaq, Model Direct Instruction
PENDAHULUAN
Direct Instruction adalah sebuah pendekatan cara mengajar yang bersifat Teachr center atau berpusat pada guru (Trianto 2012). Pada model ini guru menjadi pusat pembelajaran, informasi yang di dapatkan siswa bersumber dari guru, namun bukan berarti guru hanya memberi pengetahuan secara linier. Direct Instruction atau pembelajaran langsung adalah pendekatan instruksional yang terstruktur, runtut dan dipimpin oleh guru dan penyajian materi kepada siswa oleh guru dilakukan dengan cara demonstrasi atau ceramah. Dengan kata lain guru melakukan pengarahan
Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya.
366 Vol.1 No. 36, 1 Januari 2021 Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Pendidikan Agama Islam
proses pembelajaran atau melakukan instruksi kepada siswa sedangkan siswa
diarahkan oleh guru.
Peneliti beranggapan bahwa model pembelajaran yang sesuai adalah Direct Instruction. Direct Instruction merupakan model pembelajaran yang dilakukan dengan keterampilan prosedural dan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah. Penggunaan model direct instruction yang telah terstruktur dapat meningkatkan daya ingat siswa, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dan membantu dalam penyelesaian masalah. Dengan demikian dapat diharapkan membantu meningkatkan pemahaman dan kemampuan membaca Al-Qur’an terutama surah Alfalaq.
Terampil dalam membaca Al-Quran menjadi kemampuan paling dasar yang harus dikuasai oleh umat Islam. Langkah awal untuk lebih mendalami Al-Quran adalah dengan cara mampu membacanya dengan baik dan benar.
Terlebih lagi karena ibadah penting dalam Islam, yakni shalat, membutuhkan keterampilan membaca Al- Quran yang baik. Selain itu dengan membaca Al-Quran saja sudah dinilai ibadah. Dengan demikian bagi kaum muslimin, membaca Al-Quran dengan baik dan benar mempunyai nilai keagamaan yang tinggi. Itulah sebabnya mengapa Al-Quran sebagai kitab suci yang dibaca mempunyai peran sentral dalam kehidupan kaum muslimin. Istilah-istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan ilmu pembacaan Al-Quran cukup banyak. Dalam khasanah literatur Islam, selain tajwid, terdapat beberapa istilah lain yang lazim digunakan untuk merujuk ilmu spesifik pembacaan Al-Quran.
METODE PENELITIAN
Model pembelajaran direct instruction merupakan model pembelajaran yang dirancang secara khusus guna menunjang pembelajaran siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah. Pembelajaran ini memerlukan tugas belajar yang bertahap. Pengajaran langsung (direct instruction) adalah satu model yang menggunakan peragaan dan penjelasan guru digabungkan dengan latihan dan umpan balik siswa untuk membantu mereka mendapatkan pengetahuan dan keterampilan nyata yang dibutuhkan untuk pembelajaran lebih jauh.
Pengajaran langsung (Direct Instruction) didasarkan pada bangunan penelitian yang luas dan terutama efektif saat berhadapan dengan siswa bermotif prestasi rendah dan siswa dengan kesulitan belajar. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran langsung
Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya.
367 Vol.1 No. 36, 1 Januari 2021 Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Pendidikan Agama Islam
(direct instruction) yaitu Model Pembelajaran yang dilakukan dengan keterampilan prosedural dan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah.
Adapun ciri-ciri dari Model Pembelajaran Direct Instruction adalah sebagai berikut:
Adanya tujuan pembelajaran serta pengaruh model pada siswa dan penilaian belajar, Pola kegiatan keseluruhan pembelajaran, Sistem pengeolaan dan lingkungan belajar dengan model pembelajaran yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan berhasil, Sintak atau Pola Direct Instruction.
Pada model pembelajaran langsung (Direct Instruction) terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali pembelajaran dengan penjelasan tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru. Fase persiapan dan motivasi ini kemudian dikuti oleh demonstrasi pengetahuan dan keterampilan tentang materi ajar, kemudian guru membimbing pelatihan mengerjakan bersama siswa, serta pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa belajar. (Surawan, 2020:
94) Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan mandiri menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata.
Pembelajaran Direct Instruction, menurut Kardi dalam Trianto merupakan pembelajaran yang dapat berbentuk kerja kelompok, ceramah, pelatihan atau praktek, dan demonstrasi. Pembelajaran direct instruction ini digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang secara langsung disampaikan oleh guru kepada siswa. Perencanaan waktu untuk pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisian mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang digunakan saat pembelajaran berlangsung.
Surah AlFalaq “waktu Subuh” adalah surah ke-113 berdasarkan susunan mushaf dan surah ke-17 sesuai urutan pewahyuan Al-Qur’an.
Surah ini tergolong sebagai surah makkiyah. Surah Alfalaq sama dengan surah-surah seperti Alkafirun, Al-ikhlas dan An-nas berada satu deretan surah yang bernama empat qul dan mengajarkan kepada Rasulullah saw.
dan orang-orang beriman untuk berlindung kepada Allah swt dalam menghadapi sebagian urusan buruk yang menimpa manusia. Surah Alfalaq disertai dengan surah An-nas (Al-Muawwidzatain) dan Al-
Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya.
368 Vol.1 No. 36, 1 Januari 2021 Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Pendidikan Agama Islam
Musyaqsyaqain serta kumpulan surah-surah seperti Al-kafirun , Al-Ikhlas dan An- Nas disebut sebagai empat Qul. Surah ini tergolong sebagai surah Makkiyah. Dalanm surah ini diajarkan kepada Rasulullah saw. dan orang-orang beriman untuk berlindung kepada Allah swt (pemilik) waktu subuh. Perbedaan sumpah surah Alfalaq dan An-nas adalah Alfalaq kita berlindung kepada Allah swt. Dari tiga keburukan sementara dalam surah An-Nas berlindung dari sesuatu kepada tiga sifatnya. Falaq surah ini dinamai sebagai “Falaq” karena dimulai dengan kata ini, Allah swt. Berfirman:
Artinya : “katakanlah, “ aku berlindung kepada tuhan yang mengusai subuh” (QS.
Alfalaq /113: 1).
Dan mengajarkan kepada Rasulullah saw. dan orang-orang beriman untuk berlindung kepada Tuhan yang menguasai Subuh dari segala keburukan yang diciptakan didalamnya.
Al-Muawwidzah disebut sebagai “Al-Muawwidzah” karena dalam surah ini dianjurkan kepada orang-orang beriman untuk berlindung kepada Allah swt. Sehingga disebut sebagai Al-Muawidzah, kata Al-Muawwdzah diambil dari kata ‘a-wa-dzah yang bermakna berlindung. Surah ini menempatkan manusia dalam lindungan Tuhan Penguasa Subuh (dari kejahatan makhluknya , dari kejahatran setiap makhluk jahat yang datang menyelinap dimalam hari, dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul (sehingga mereka melemahkan setiap tekad yang telah diputuskan), dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki.
Al-Musyaqsyaqah “Al-Syaqsyaqah” secara verbal bermakna sesuatu yang keluar dari lisan manusia dalam kondisi-kondisi genting dan krusial. Karena manusia membaca surah ini dalam kondisi genting sehingga dalam lindungan dan selamat sehingga surah ini disebut juga sebagai Al-Musyaqsyaqah. Kumpulan surah An-Nas dan Alfalaq disebut sebagai Al-Musaqsyaqatain.
Surah Alfalaq dan 3 surah lainnya (ALKafirun, Al-Ikhlas dan An-Nas) yang kesemuanya dimulai dengan kata perintah Qul (katakanlah) yang total keseluruhannya berjumlah empat. Surah Alfalaq merupakan surah ke-3 dari 5 surah (Al-Maqulat) yang dimulai dengan kata perintah Qul.
Sebagian mufasir menilai bahwa surah Alfalaq ini adalah surah Madaniyah namun karena pendek dan terputusnya rangkapan dan konteks surah ini sehingga lebih masyhur surah ini dipandang sebagai bagian dari surah Makkiyah
Menurut Imam Jalaluddin Asy-Syuyuti, Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.untuk melemahkan orang-orang yang menentangnya sekalipun dengan surat yang pendek, membacanya termasuk ibadah.
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat dipahami bahwa kemampuan
Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya.
369 Vol.1 No. 36, 1 Januari 2021 Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Pendidikan Agama Islam
membaca Al-Qur‟an adalah kesanggupan yang dimiliki siswa dalam membaca dengan baik dan benar berdasarkan tajwid untuk memperoleh pesan dari AlQur’an.
Belajar terus-menerus untuk mendalami Al-Quran memang tidak mengenal batas umur.
Meskipun demikian, jika proses mempelajari Al-Quran telah dimulai sejak dini, niscaya akan menghasilkan penguasaan yang lebih baik terhadap Al-Quran. Usia anak-anak sekolah SD menjadi usia ideal untuk mempelajari Al-Quran. Langkah awal untuk dapat memahami kandungan Al- Quran adalah dengan terampil untuk membacanya dengan baik dan benar.
Terampil dalam membaca Al-Quran menjadi kemampuan paling dasar yang harus dikuasai oleh umat Islam. Langkah awal untuk lebih mendalami Al-Quran adalah dengan cara mampu membacanya dengan baik dan benar. Terlebih lagi karena ibadah penting dalam Islam, yakni shalat, membutuhkan keterampilan membaca Al- Quran yang baik. Selain itu dengan membaca Al-Quran saja sudah dinilai ibadah.
Dengan demikian bagi kaum muslimin, membaca Al-Quran dengan baik dan benar mempunyai nilai keagamaan yang tinggi. Itulah sebabnya mengapa Al-Quran sebagai kitab suci yang dibaca mempunyai peran sentral dalam kehidupan kaum muslimin.
Istilah-istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan ilmu pembacaan Al-Quran cukup banyak. Dalam khasanah literatur Islam, selain tajwid, terdapat beberapa istilah lain yang lazim digunakan untuk merujuk ilmu spesifik pembacaan Al-Quran, yaitu:
a. Tartil , berasal dari kata rattala, yang berarti “melagukan,”“menyanyikan,” yang pada awal Islam hanya bermakna pembacaan Al-Quran secara melodik, menjelaskan bahwa tartil mencakup pemahaman tentang tata cara berhenti (waqf) dan meneruskan (washl) dalam pembacaan dan artikulasi yang tepat huruf-huruf hijaiyah. Dalam perkembangannya sekarang ini, istilah tersebut tidak hanya merupakan suatu istilah umum untuk pembacaan Al-Quran, tetapi juga merujuk kepada pembacaannya secara cermat dan perlahan-lahan. Selain itu ada dua
Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya.
370 Vol.1 No. 36, 1 Januari 2021 Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Pendidikan Agama Islam
kategori lain metode membaca Al-Quran, adalah hadr yakni pembacaan secara cepat, dan tadwir yakni pembacaan dengan kecepatan sedang.
b. Tilawah, berasal dari kata talaa, yang berarti “membaca secara tenang, berimbang dan menyenangkan.” Pada masa pra-Islam, kata ini digunakan untuk merujuk pembacaan syair. Pembacaan semacam ini mencakup cara sederhana pendengungan atau pelaguan yang disebut tarannum.
c. Qira’ah, berasal dari kata qara’a, yang berarti “membaca,” yang mesti dibedakan penggunaannya untuk merujuk pada istilah yang berarti keragaman bacaan Al- Quran. Di sini, pembacaan Al-Quran mencakup hal-hal yang ada dalam istilah- istilah lain, seperti titi nada tinggi rendah, penekanan pada polapola durasi bacaan dan lain-lain. Sedangkan Imam Raghib Al-Ishfahani memberikan pembedaan antara Tilaawah dengan Qiraa’ah. Menurutnya, Tilaawah menunj ukkan kepada aktifitas membaca secara lafdziyyah semata, sedangkan dalam Qiraa’ah selain berlangsung aktifitas membaca juga dibarengi dengan aktifitas memahami apa yang di bacanya.
Dengan mengikuti tiga tujuan pembelajaran, sebagaimana yang dikemukakan oleh Ahmad Tafsir (2008), maka pembelajaran membaca Al-Quran adalah:
a. Aspek Pengetahuan (knowing)
1) Peserta didik memiliki pengetahuan mengenai berbagai hal yang berkenaan dengan membaca Al-Quran. Diawali dengan pengetahuan mengenai kewajiban seorang muslim untuk menguasai keterampilan membaca Al- Quran. Karena langkah awal untuk memahami Al-Quran adalah dengan cara mampu untuk membacanya. Selain itu murid juga mengetahui bahwa dengan mampu membaca Al-Quran menjadi pintu pertama untuk menghafalkannya, karena hafalan Al-Quran dengan bacaan yang benar menjadi syarat dalam ibadah shalat. Bahkan murid juga memiliki pengetahuan bahwa membaca Al-Quran menjadi bagian dari ibadah.
2) Peserta didik memiliki pengetahuan bahwa Al-Quran dinarasikan dalam Bahasa Arab yang memiliki norma, kaidah, dan aturan-aturan tersendiri dalam membacanya.
b. Aspek Pelaksanaan (doing). Dalam hal ini peserta didik terampil dalam membaca ayat-ayat dari surat-surat tertentu dalam juz „amma yang menjadi materi pelajaran.
c. Aspek Pembiasaan (being). Dalam aspek ini peserta didik tidak hanya sekedar terampil dalam melafalkan dan membacanya saja, tetapi juga menjadi miliknya dan menyatu dengan kepribadiannya.
Aspek-aspek Keterampilan Membaca Al-Qur’an
Secara garis besar pembelajaran membaca Al-Quran dimaksudkan agar
Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya.
371 Vol.1 No. 36, 1 Januari 2021 Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Pendidikan Agama Islam
peserta didik mampu:
a. Melafalkan surat-surat tertentu dalam juz „amma pilihan sebagai tahap awal membaca;
b. Membaca huruf-huruf hijaiyah sesuai makhrajnya;
c. Membaca Al-Quran dengan baik dan benar sesuai kaidah ilmu tajwid. Tajwid menurut bahasa artinya: membaguskan, yang dimaksud Tajwid menurut Istilah ialah: Ilmu yang membahas tentang peraturan-peraturan membaca Al-Quran dengan bagus sesuai dengan bacaan Al-Quran yang telah diterima oleh Nabi, baik yang mengenai Makhorijul huruf, Sifatul huruf, maupun yang mengenai bacaan-bacaan dan hukum-hukumnya, seperti: Idhar, Idgham, I khfa’, panjang pendek, tebal tipis.
Hukum mempelajari dan mengajarkan Al-Quran adalah Fardhu kifayah, akan tetapi mengamalkannya adalah Fardhu ’Ain bagi setiap pembaca Al-Quran (Artinya:
bagi setiap pembaca Al-Quran Wajib mempergunakan Ilmu Tajwid) berdasarkan perintah Allah dalam surat Al- Muzammil ayat : 4
Artinya : dan bacalah Al-Qur’an dengan “tartil”
Tartil ialah membaca Al-Quran dengan pelan, tenang, membaguskan pengucapan huruf sesuai dengan mahrajnya dan hukum-hukumnya.
Kegunaan mempelajari hukum Tajwid adalah untuk menjaga dari kekeliruan lisan di dalam membaca Al-Quran.
HASIL PENELITIAN
Data awal yang digunakan sebagai landasan perlu diadakannya penelitian di kelas IV semester 1 SDN Mantuil. adalah data Nilai kemampuan membaca Surah Alfalaq siswa kelas IV SDN Mantuil dan aktivitas belajar siswa selama ini. Berdasarkan data Nilai kemampuan membaca diketahui bahwa hasil kemampuan membaca Surah Alfalaq masih rendah.
Penyebab rendahnya kemampuan membaca Surah Alfalaq tersebut adalah akibat penerapan Model Pembelajaran yang kurang tepat dengan karakteristik siswanya. siswa belum memahami pengucapan makhrajul hurup yang benar, membedakan panjang pendek nya huruf dan kurangnya kelancaran dalam membaca Surah Alfalaq. Oleh karena itu perlu diberikan tindakan untuk meningkatkan kemampuan membaca Surah Alfalaq dengan melalui Metode Direct Instruction pada kelas tersebut.
Deskripsi hasil penelitian ini diuraikan dalam tahapan yang terdiri dari siklus- siklus pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam penelitian ini dilakukan dalam dua
Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya.
372 Vol.1 No. 36, 1 Januari 2021 Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Pendidikan Agama Islam
siklus.
Dalam hasil pertemuan siklus pertama terlihat bahwa kemampuan membaca siswa kelas IV SDN Mantui pada Surah Alfalaq mengalami peningkatan kemampuan membaca baik dari segi makhrajul hurup, panjang pendek nya huruf dan kelancaran membacanya. Dengan menggunakan metode Direct instruction. Namun masih ada belum sepenuhnya memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu hanya 7 siswa (63,64 %) yang telah tuntas, sedangkan 4 siswa (36, 36%) belum tuntas dengan nilai KKM ≥ 70.
Dalam hasil pertemuan siklus kedua terlihat bahwa kemampuan membaca siswa kelas IV SDN Mantuil pada Surah Alfalaq mengalami peningkatan kemampuan membaca baik dari segi makhrajul hurup, panjang pendek nya huruf dan kelancaran membacanya. Dengan menggunakan metode Direct instruction. Menunjukkan bahwa pembelajaran materi membaca Al- Qur’an Surah Alfalaq dengan melalui Model Pembelajran Direct Instruction berhasil. Dari 11 siswa kelas IV SDN Mantuil ada 10 siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal dengan persentasi 90, 9 % dan hanya 1 siswa yang belum tuntas dengan persentasi 9, 1% dengan nilai KKM ≥ 70
Adapun keberhasilan yang dicapai pada siklus kedua ini adalah sebagai berikut : Kemampun membaca siswa pada Surah Alfalaq dalam proses belajar mengajar sudah lebih mengarah ke model pembelajaran Direct Instruction secara lebih baik. Siswa mampu membaca Surah Alfalaq dengan baik dan lancar sesuai makhrajul huruf panjang pendek huruf. menyelesaikan tugas dari guru dan berpartisipasi dengan baik.
Hal ini dapat dilihat dari observasi hasil kemampuan membaca siswa peningkatan aktivitas siswa 63,64% pada siklus pertama menjadi 90, 9% pada siklus kedua.
Meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar juga berdampak pada penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi 63,64% pada siklus pertama menjadi 90, 9% pada siklus kedua.
Namun masih ada belum sepenuhnya memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu hanya 10 siswa (90,9 %) yang telah tuntas sedangkan 1 siswa (9, 1%) belum tuntas dengan nilai KKM ≥ 70
KESIMPULAN
Berdasarkan dari data hasil observasi terlihat bahwa terjadi peningkatan keterampilan membaca siswa surah Alfalaq. Pada siklus pertama terlihat bahwa kemampuan membaca siswa kelas IV SDN Mantui pada Surah Alfalaq mengalami peningkatan kemampuan membaca baik dari segi makhrajul hurup, panjang pendek nya huruf dan kelancaran membacanya. Dengan menggunakan metode Direct instruction. Namun masih ada belum sepenuhnya memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu hanya 7 siswa (63,64 %) yang telah tuntas, sedangkan 4 siswa (36, 36%) belum tuntas dengan nilai KKM ≥
Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya.
373 Vol.1 No. 36, 1 Januari 2021 Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam hasil pertemuan siklus kedua terlihat bahwa kemampuan membaca siswa kelas IV SDN Mantuil pada Surah Alfalaq mengalami peningkatan kemampuan membaca baik dari segi makhrajul hurup, panjang pendek nya huruf dan kelancaran membacanya. Dengan menggunakan metode Direct instruction. Menunjukkan bahwa pembelajaran materi membaca Al- Qur’an Surah Alfalaq dengan melalui Model Pembelajran Direct Instruction berhasil. Dari 11 siswa kelas IV SDN Mantuil ada 10 siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal dengan persentasi 90, 9 % dan hanya 1 siswa yang belum tuntas dengan persentasi 9, 1% atau hanya 1 siswa yang belum mencapai KKM. Ini menunjukkan ada peningkatan kemampuan dan keterampilan membaca siswa surah Alfalaq melalui metode Direct Instruction. Hasil kemampuan membaca surah Alfalaq setelah menggunakan Model Direct Instruction pada siswa kelas IV SDN Mantuil meningkat. Hanya 1 siswa yang tertinggal tidak mencapai KKM.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, H. Abu. 1998. Psikologi Umum. (Jakarta: PT Rineka Cipta), h. 70.
Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Jogjakarta, PrismasophieCet. I, 2004), h. 144.
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 1984), h. 7.
Qs. Al-„Alaq [96] : 1.
Qs. Al-„Ankabut [29] : 45.
Tim Penulis, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Direktorat jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam), h. 69.
Ahmad Soenarto, Op., Cit, h. 79.,
M. Chadziq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan Al-Qur’an, (Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1991), h. 1.
Bahri Djamarah, Syaiful. 2008. Psikologi Belajar , Jakarta : Rineka Cipta
---. 2009. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : Rineka Cipta.
Ibrahim Kasir, Warsito. 2008. Kamus Lengkap 947 Milyard. Surabaya : Bintang Usaha Jaya.
Ilyas Ismail, Muh. 2008.Ilmu Pendidikan Praktis. Bekasi : Ganeca Exact.
---, 2008. Ilmu Pendidikan Teoritis. Bekasi : Ganeca Exact.
Rusdiana, 2009. Perencanaan Sistem Pengajaran PAI, Diklat
Saka , Ambo. 2005. Pendidikan Lintas Bidang, Bekasi : Ganeca Exact.
Soetomo.1993. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta : Usaha Nasional.
Surin, Bahtiar.1978. Terjemah dan Tafsir Al-Quran 30 Juz, Jakarta : Fa Sumatera Suyudi, Panduan Penelitian Tindakan Kelas (Jogjakarta : Diva prees, 2010), hal-17
E. Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung, PT. Remaja Rusdakarya, 2021).
Hal 10-11.
Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya.
374 Vol.1 No. 36, 1 Januari 2021 Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Pendidikan Agama Islam
Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang, CV Asy- Syifa,2000).
Arif sanwani dan Achmad Kalwani, 45 Wejangan Syekh Abdul Qadir Jailani, (Jl. Raya Meduran: CV Bintang Pelajar, 2003) cet. 6, 120-121.
Abdullah Asy’ari, Pelajaran Tajwid, (Surabaya: Apollo Lestari, 1987), hlm 7
Paul. Eggen, Don. Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran, (Jakarta Barat : Indeks, 2012), 363
Mashudi, Desain Model Pembelajaran Inovatif Berbasis Konstruktivisme, (Tulungagung:STAIN Tulungagung Press, 2013), 47
Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2013), 125 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta : Prestasi
Pustaka, 2007), 30
Ni’matul. Khoeriyah, Pengaruh Model Dirct Instruction Terhadap Hasil Belajar SBK Materi Membuat Karya Kolase Siswa Kelas IV SDN Gugus Kenanga Kabupaten Kebumen, (Semarang : Universitas Negeri Semarang, 2016), 44
Jamil. Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori & Aplikasi, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 20113), 233-234
Surawan. (2020). Dinamika Dalam Belajar : Sebuah Kajian Psikologi Penelitian.
Yogyakarta : K-Media.