• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pentingnya Irigasi dalam Mendukung Produksi Padi Nasional

N/A
N/A
Pandu Patria Gawai

Academic year: 2024

Membagikan "Pentingnya Irigasi dalam Mendukung Produksi Padi Nasional"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Pertemuan Ke : 4

Program Studi Agroekoteknologi Jurusan Budidaya Pertanian Univiversitas Malikussaleh

2023

Senin,/ kamis : 25 & 28 Sept 2023
(2)

Mengapa Irigasi ?

U l a s a n . . .

(3)

Kenaikan/penurunan produksi padi nasional sangat ditentukan oleh kinerja sawah beririgasi

03

(4)

(7.230.183 HA)

48%

20%

20%

12%

Kondisi Baik

Kondisi Rusak Ringan Kondisi Rusak Sedang Kondisi Rusak Berat

Berdasarkan Rapid Assesment Audit Teknis Tahun 2010

KONDISI PRASARANA IRIGASI DI INDONESIA

Baik

3.481.297,86 Ha

Rusak Ringan

1.170.128,84 Ha

Rusak Sedang

1.873.184,34 Ha

Rusak Berat

705.571,96 Ha

04

(5)

1. Pada Sidang Kabinet Paripurna 6 Januari 2011 :

“ Produksi Beras Dalam Negeri harus ditingkatkan sehingga diperoleh cadangan yang cukup “

2. Pada RAPIMNAS dengan Gubernur, Bupati/Walikota, DPRD Provinsi dan Kab/Kota dan Pelaku Usaha Di JCC 10 Januari 2011

“ Meskipun dalam sistem perdagangan kita bisa membeli atau menjual, tetapi untuk pangan kita harus menuju kemandirian pangan ”.

ARAHAN PRESIDEN . . .

3. Arahan Presiden 22 Pebruari 2011 Program Prioritas “Surplus Beras” :

 Dari swasembada ke surplus beras

 Dalam waktu 5-10 tahun

 Surplus beras minimal 10 juta ton per tahun

4. Hasil Sidang Kabinet Tanggal 6 September 2011 dan Ditegaskan lagi pada Pidato Pelatikan KIB II Hasil Reshuffle (Political Speech) Tanggal 19 Oktober 2011:

“ Tahun 2014 di targetkan Indonesia menjadi negara Surplus Beras ”

05

(6)

53,85 54,07

57,16

60,33 64,40 66,47

72,03

75,63 79,41

40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Juta Ton

Realisasi Target

Sumber: BPS dan Draft Roadmap P2BN, diolah

Target 2011 68,60 Juta Ton

ASEM (Angka Sementara) BPS Tahun 2011 menunjukkan pencapaian produksi padi tahun 2011 masih di bawah rencana.

ASEM 2011 65,74 Juta Ton

06

(7)

GKG Beras 2010 237,556,363 139.15 33,055,968 66,469,394 37,371,255

2011 241,095,953 139.15 33,548,502 68,596,415 38,567,136 5,018,634 2012 244,688,283 137.06 33,537,649 72,026,235 40,495,492 6,957,843 2013 248,334,138 135.01 33,526,799 75,627,547 42,520,267 8,993,467 2014 252,034,317 132.98 33,515,954 79,408,924 44,646,280 11,130,327

Sasaran Produksi (Ton) Kebutuhan

Beras (ton) Konsumsi

Perkapita/Tahun (kg) Jumlah

Penduduk

Tahun Surplus Beras

(ton)

Sumber: Draft Roadmap Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) Menuju Surplus Beras 10 Juta Ton pada tahun 2014

07

(8)
(9)
(10)

LAHAN BER-IRIGASI MASIH TERKONSENTRASI

DI PULAU JAWA

(11)

PRODUKSI PADI INDONESIAPRODUKSI PADI INDONESIA

PRODUKSI PADI INDONESIA

11

(12)

Jokowi Presiden RI Kedua yang raih Penghargaan Swasembada Beras, Siapa Pertama?

Lembaga Internasional IRRI (International Rice Research Institute), menganugerahkan

penghargaan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) karena

Indonesia berhasil swasembada beras pada 2019-2021.

Sebagai informasi baru-baru ini Indonesia mendapatkan pengakuan atas sistem pertanian-pangan yang tangguh dan swasembada beras tahun 2019-2021 melalui

penggunaan teknologi inovasi padi di Indonesia.

Tercatat sejak 2019-2021 produksi beras Indonesia konsisten 31,3 juta ton per tahun

Penghargaan dari IRRI kepada Presiden Jokowi atas keberhasilan swasembada beras pada 2019-2021.

12

(13)

Perubahan Iklim . . . . Apakah berdampak pada Kedaulatan Pangan . . .

13

(14)

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

PENGELOLAAN LAHAN dan AIR MENUJU

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PANGAN

(15)

POTENSI LAHAN UNTUK PADI DI INDONESIA

No Tipologi Lahan Lahan yang sudah dimanfaatkan saat ini (Ha)

Potensi yang belum dimanfaatkan (Ha)

1 Lahan sawah 8.061,787 6.642,046

- Irigasi 4.898,822 1.188,682

- Tadah Hujan 3.162,965 5.453,364

2 Lahan rawa 1.039,042 8.717,022

- Pasang Surut 810,449 1.715,336

- Lebak 193,052 944,537

- Gambut 35,541 6.057,149

3 Lahan Kering 1.048,000 32.636,452

(16)

Di Indonesia, pertanian tidak bisa dilepaskan karena Negara Indonesia sampai saat ini masih merupakan negara agraris.

Oleh karena itu pertanian memegang peranan penting dalam memajukan perekonomian masyarakat.

Sektor pertanian Indonesia tidak pernah lepas dari permasalahan yang setiap tahunnya selalu membuat petani kesulitan.

Salah satu masalah sektor pertanian di Indonesia adalah teknologi pertanian

Lanjutan ...

16

(17)

Dengan adanya peran Teknologi Pertanian :

- diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas hasil pertanian, serta

- memudahkan bagi para pengelola sektor pertanian untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal.

Akan tetapi teknologi pertanian di beberapa wilayah mungkin masih belum sesuai untuk diterapkan secara keseluruhan, karena masih harus mempertimbangkan beberapa faktor seperti :

a. kondisi alam,

b. tenaga ahli yang mengoperasikan peralatan, c. pengetahuan masyarakat tentang alat teknologi pertanian.

17

(18)

Alat-Alat Teknologi

Pengelolaan Lahan Pertanian

1. GRAINS SEEDER

Mesin penanam bijian mekanis model GS- JP-FL/01,

merupakan prototype yang dirancang untuk menanam biji jagung atau kedele pada

kondisi lahan terolah sedang.

Cara pengoperasian cukup mudah dan ringan, penarikan mesin tanam ini dirancang ganda yaitu dengan roda 2 (traktor tangan) atau traktor roda 4.

Namun demikian kondisi lahan yang dapat ditanami dengan mesin tanam ini adalah lahan kering yang sudah terolah dengan bajak singkal + penggaruan, atau rotary sehingga lahan cukup rata dan remah.

18

(19)

2. Maize harvester

Alat ini seperti traktor yang digunakan untuk mengambil batang jagung secara luas, atau jumlah banyak.

Mesin panen jagung memanen seluruh biomassa tanaman jagung yang berada di atas permukaan tanah dengan proses pemanenan jagung sebagai berikut:

 Mengarahkan batang-batang jagung dalam suatu barisan ke dalam bagian pemotong batang jagung

 Memotong batang-batang jagung

 Mengangkut potongan batang-batang jagung

 Memisahkan tongkol dan biomassa lainnya seperti batang dan daun

 Mencacah biomassa batang dan daun

 Menampung tongkol atau meletakkannya di belakang mesin di atas tanah

 Mengalirkan cacahan biomassa batang dan daun jagung ke alat / kendaraan angkut di samping / di belakang mesin.

19

(20)

3. Rice Transplanter

Transplanter merupakan alat penanam bibit dengan jumlah, kedalaman, jarak dan kondisi penanaman yang seragam..

Penggunaan alat transplanter mensyaratkan beberapa persyaratan teknis diantaranya:

 Olah tanah sempurna (lahan rata/datar)

 Lahan yang macak-macak (irigasi teknis)

 Persemaian sistem dapok (petak-kecil)

20

(21)

4. Combine Harvester

Combine harvester merupakan suatu alat yang praktis untuk digunakan dimana alat ini mempunyai tiga fungsi yakni : memotong ,merontokkan dan mengemaskan padi,

namun combine harvester harus digunakan pada lahan yang luas.

Secara umum fungsi operasional dasar combine harvester adalah sebagai berikut :

 Memotong tanaman yang masih berdiri

 Menyalurkan tanaman yang terpotong ke selinder

 Merontokkan gabah dari tangkai atau batang

 Memisahkan gabah dari jerami

 Membersihkan gabah dengan cara membuang gabah kosong dan benda asing

21

(22)

Perkembangan teknologi di zaman revolusi industri 4.0 ini sudah sangat bertumbuh dengan pesat.

Berbagai inovasi dalam bidang pertanian sudah sangat banyak dan beragam jenisnya :

Kehadiran teknologi drone dalam sektor pertanian bisa mendatangkan banyak manfaat.

Teknologi ini bisa memberikan solusi revolusioner dalam meningkatkan kualitas serta kuantitas hasil panen.

Keberadaannya membuktikan bahwa keberadaan teknologi bukan untuk ditakuti, tetapi

dimanfaatkan.

 mulai dari inovasi bibit,

 benih,

 teknik pertanian untuk efektivitas produksi pertanian ,

 teknologi (alat dan mesin) inovasi pertanian untuk mempermudah proses sampai

kemudahan permodalan oleh fintech.

5. DRONE

22

(23)

Drone terbaru memiliki beragam fitur yang memungkinkan penyemprotan bisa

dilakukan secara efektif dan maksimal.

PENYEMPROTAN TANAMAN

(24)

Lahan Bukaan (Pengembangan)

Baru

Lahan Belum Berkembang

Lahan Berkembang

Dukungan Ditjen PSP

Kegiatan Ditjen PSP:

1. Perluasan sawah;

2. Perluasan areal horti/bun/nak;

3. Pengembangan sumber air;

4. Bantuan Alsintan 5. BLP

6. Pupuk Subsidi (Urea, NPK)

Kegiatan Ditjen PSP:

1. Optimasi lahan;

2. Pengembangan jaringan irigasi 3. BLP

4. Pupuk Subsidi 5. PUAP

6. Jalan Pertanian 7. Bantuan Alsintan

Kegiatan Ditjen PSP:

1. SRI;

2. PUAP;

3. Pupuk Bersubsidi;

4. BLP;

5. Pra/Pasca

Sertifikasi;

(25)

TEKNOLOGI PENGELOLAAN AIR YANG MENUNJANG

PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN

25

(26)

Salah satu permasalahan sumberdaya air adalah kebutuhan air yang terus meningkat dan ini berbanding lurus dengan bertambahnya jumlah penduduk, sehingga kebutuhan akan pangan juga semakin meningkat.

Saat ini kebutuhan air didominasi oleh kebutuhan air pada sektor pertanian (sekitar 80% dari total kebutuhan air)

Hal ini dikarenakan sistem irigasi sebagian besar petani masih menggunakan sistem

penggenangan secara terus menerus (metode konvensional) ketika menanam padi (sistem irigasi yang boros air)

Kondisi tersebut diperparah dengan perilaku sebagian petani yang masih memberikan air pada lahan mereka secara berlebihan.

Kondisi ini menyebabkan sawah yang berada di hilir mengalami kekurangan air.

Salah satu upaya untuk memperluas areal irigasi yang terairi adalah dengan menerapkan sistem irigasi hemat air di lahan padi sawah.

Sistem irigasi hemat air adalah sistem irigasi yang pemberian airnya dilakukan secara terputus- putus untuk mengurangi kebutuhan air yang tidak produktif seperti rembesan, evaporasi dan perkolasi.

Unutk itu diperlukan Teknologi Pengelolaan Air yang Tepat

U l a s a n . . .

26

(27)

Tata air mikro adalah pengelolaan air di tingkat petak tersier, meliputi : • Pengelolaan air di saluran kuarter

• Pengelolaan air di petakan sawah petani

Pada tata air mikro merupakan pengelolaan air di lahan usaha tani yang menentukan secara langsung kondisi lingkungan bagi pertumbuhan

tanaman.

1. Pengelolaan Tata Air Mikro

Pintu Sliding Gate

(28)

 Pintu sorong dapat dibuka atau ditutup dengan tangan.

 Pada musim hujan, pintu sorong digunakan untuk mengatur ketinggian air di saluran.

 Pada musim kemarau, pintu ini sebaiknya ditutup agar air tidak keluar dari saluran.

Pintu sorong ( sliding gate)

28

(29)

Pintu ayun Pintu Klep / Ayun Otomatis

 Klep dapat dipasang supaya menahan air di saluran dan di lahan. Bila klep membuka ke dalam, pintu terbuka pad waktu pasang dan tertutup pada waktu surut sehingga air yang telah masuk tidak bisa keluar.

 Klep juga dapat dipasang supaya membuang air dari saluran. Bila klep membuka ke luar, air tidak bisa

masukpada waktu pasang, tapi dibuang pada waktu surut.

29

Pintu klep / ayun otomatis

(30)

2. TEKNOLOGI PANEN HUJAN (EMBUNG)

Pembangunan embung bertujuan untuk :

Menampung aliran permukaan ( run off ) dari parit atau sungai- sungai kecil serta sumber air lainnya yang memungkinkan seperti mata air dsb nya.

Menyediakan sumber air sebagai suplesi irigasi untuk tanaman pangan,hortikultura semusim,tanaman perkebunan semusim dan peternakan.

30

(31)

Pengembangan Air Tanah Dalam di NTB

Irigasi Air Tanah : sumber irigasi berasal dari air yang berada di dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah dengan kedalaman > 60 meter.

Pengembangan air permukaan : pengembangan sumber-sumber air yang terdapat di permukaan sebagai sumber irigasi untuk kegiatan budidaya pertanian dan kegiatan peternakan.

31

(32)

adalah kegiatan menampung air hujan secara lokal dan menyimpannya melalui berbagai teknologi, baik untuk :

- penggunaan masa depan

- untuk memenuhi tuntutan konsumsi manusia atau - untuk kegiatan manusia

Pemanenan air hujan ( rain harvesting ) :

Daerah-daerah yang memerlukan penerapan teknik pemanenan hujan secara khusus diantaranya adalah :

Kawasan beriklim kering dan semi kering (>4 bulan kering berturut-turut sepanjang tahun atau 3-4 bulan tanpa hujan sama sekali).

Kawasan dimana produksi tanaman pangan terbatas karena rendahnya ketersediaan air tanah pada waktu tertentu selama musim tanam.

Pada lahan berlereng yang kondisi fisik tanahnya buruk sehingga tidak dapat menyimpan air.

4. PEMANENAN HUJAN

32

(33)

Panen Air Hujan (PAH) merupakan salah satu solusi sederhana yang bisa ditawarkan untuk mengatasi ancaman krisis air

bersih. Apalagi pada kondisi perubahan iklim.

Pemanfaatan PAH sangat bijak untuk dilakukan karena PAH mengoptimalkan pemanfaatan air hujan yang selama ini terbuang sia-sia.

Teknologi ini terbilang murah dibanding teknologi lain, misal teknologi desalinasi air laut.

Lanjutan . . . .

33

(34)

5 . Alternate Wetting and Drying (AWD)

(Solusi Tepat Pertanian Ramah Lingkungan)

 AWD (Alternate wetting and drying) adalah teknologi hemat air yang dapat diterapkan petani untuk mengurangi penggunaan air irigasi di lahan sawah, tanpa mengurangi produktivitas tanaman padi

 Penerapan AWD bahkan dapat meningkatkan produksi padi

 menurunkan emisi/pelepasan gas rumah kaca (GRK).

 Teknologi ini dikembangkan oleh IRRI (International Rice Research

institute) pada tahun 2009 di Philipina.

(35)

 Pengujian terhadap AWD di Indonesia telah dilakukan oleh peneliti di Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (Balingtan) bekerjasama dengan National Agriculture and food Research Organization (NARO) pada tahun 2013-2016 selama 6 musim tanam.

 Prinsip AWD adalah melakukan pemantauan kedalaman air di bawah permukaan tanah menggunakan alat bantu berupa pipa.

 Setelah sawah digenangi, maka di hari berikutnya akan terjadi penurunan kedalaman air secara bertahap.

 Pada saat kedalaman air mencapai 15 cm dibawah permukaan tanah

sawah, maka lahan sawah kembali digenangi sampai ketinggian sekitar 3-5 cm disesuaikan tinggi tanaman pada fase pertumbuhannya.

 Tanaman padi masih mampu menyerap air dari zona perakaran hingga kedalaman air 15 cm tersebut.

 Teknologi AWD ini diterapkan mulai saat tiga minggu setelah tanam.

 Sebagai catatan penting, saat masa berbunga, pengairan AWD ini

dihentikan sementara selama seminggu sebelum berbunga sampai dengan seminggu setelah berbunga.

 Selanjutnya, AWD diterapkan kembali hingga menjelang panen.

35

(36)

 Cara menerapkannya di lahan sawah yaitu dengan penggunakan pipa paralon berdiameter 10-15 cm dengan panjang 30-140 cm yang disebut piezometer.

 Dengan ukuran pipa tersebut maka permukaan air dapat terlihat dari luar.

 Selanjutnya pipa paralon dilubangi kecil-kecil di semua sisinya sehingga air mudah masuk dan keluar.

 Pipa dibungkus dengan kain kasa untuk mencegah tanah masuk ke dalam pipa.

 Piezometer dipasang dengan membuat lubang pada tanah dan membenamkannya hingga tersisa 10 cm – 20 cm di atas permukaan tanah.

 Air akan masuk melalui lubang celah pipa yang dipendam di dalam tanah.

 Piezometer harus ditempatkan di bagian yang mudah diakses dari lapangan dekat dengan pematang, sehingga mudah untuk memantau kedalaman airnya.

 Kedalaman air hendaknya mewakili kedalaman air rata-rata dari lahan sawah.

 Piezometer tidak boleh dipasang di tempat yang lebih tinggi atau lebih rendah.

 Penerapan AWD dapat dimulai pada 1-2 minggu setelah penanaman benih padi.

 Apabila terdapat banyak gulma, AWD dapat ditunda selama 2–3 minggu untuk membantu menekan pertumbuhan gulma.

 Manfaat lain dari pengeringan lahan sawah selain dapat membantu mengurangi pertumbuhan gulma juga dapat mengurangi serangan organisme pengganggu tanaman seperti wereng dan keong sawah, menciptakan lingkungan yang kaya oksigen yang baik untuk pertumbuhan perakaran serta mengurangi pembentukkan gas metana.

 Cara pengairan yang dilakukan pada sistem ini adalah sebagai berikut: mula-mula sawah diairi setinggi 5 cm di atas

permukaan tanah, dibiarkan beberapa hari hingga air turun secara alami sampai 15 cm di bawah permukaan tanah. Setelah air turun, pengairan dilakukan kembali. Jumlah penurunan air akan bervariasi antara 1 hingga 10 hari, tergantung pada jenis tanah, cuaca, dan tahap pertumbuhan tanaman.

 Penentuan waktu dan frekuensi pergantian pembasahan dan pengeringan bergantung pada tahap pertumbuhan padi, cuaca dan kondisi lahan sawah yang disesuaikan oleh sistem budidaya padi yang digunakan.

 upaya penghematan air untuk kegiatan pertanian sangat penting dilakukan untuk penambahan areal tambah tanam serta mengantisipasi kelangkaan air di musim kemarau.

 Teknologi AWD dapat menghemat air, meningkatkan hasil, dan menurunkan emisi GRK di lahan sawah. Petani untung, lingkungan terjaga.

Langkah Kerja AWD :

36

(37)

Aktivitas ini difokuskan pada

kebersamaan petani dalam

optimalisasi air irigasi untuk

pertanian...

(38)

Terima Kasih

Referensi

Dokumen terkait

Usahatani padi sawah irigasi bagian hulu lebih memberikan kemanfaatan daripada usahatani padi sawah irigasi bagian hilir karena dapat meningkatkan penerimaan usahatani

Metode Peramitlan Prodwksi-Padi BPS Un&k keseragaman d a b pngh-itungan di pusat dan daerah maka metode peramatan produksi padi nasional yang digunakan BPS menggunakan

Bagaimana cara mengatasi tingkat kebutuhan air dengan jumlah air yang tersedia pada sistem pengairan irigasi Gabelas untuk meningkatkan sistem kerja serta produksi padi

Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian yaitu data jaringan irigasi pada daerah irigasi Bandar Sidoras Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, data produksi padi,

Rusydatulhal, 2004.Analisis Keragaan Teknis dan Ekonomis Irigasi Gravitasi Padi Sawah Pada Jaringan Irigasi Ramonia Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.. Kajian Potensi

Untuk mendukung percepatan adopsi varietas unggul padi, perlu kebijakan dalam bentuk peraturan daerah peningkatan produksi padi, jaminan sumber permodalan, penyediaan input terutama

Tabel 6 menunjukkan bahwa produksi padi pada perlakuan irigasi intermittent indikator tanah retak rambut dan selang waktu irigasi 2 hari tidak berbeda nyata

padi yang ada pada lahan sawah irigasi Kabupaten Deli Serdang dalam aras. pencapaian produksi padi