• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM PEMBELAJARAN CALISTUNG

N/A
N/A
Fitroh Satrio

Academic year: 2023

Membagikan "PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM PEMBELAJARAN CALISTUNG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM PEMBELAJARAN CALISTUNG PADA ANAK USIA DINI

Putri Yulia Pratiwi

Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Padang Email: [email protected]

Abstrak

Banyaknya orangtua yang memasukkan anak ke dalam SD sebelum usia anak tercukupi.

Akhirnya banyak anak yang mengalami kesulitan saat melakukan pembelajaran disekolah, baik dari kemampuan kognitif maupun kemampuan mental, percaya diri, dan sosialisasi terhadap lingkungan baru. Karena itu, pengenalan Calistung terhadap Anak Usia Dini sangat

diperlukan untuk menghadapi kesiapan belajarnya. Namun pembelajaran calistung ini juga harus diperhatikan sesuai dengan tingkat usia dan kemampuan dari anak, jika anak di porsir

atau di paksa diluar kemampuannya maka anak akan mengalami gangguan pada mental bahkan gangguan pada perkembangan kognitif anak.

Abstract

Many parents put children in primary school before the age of the child is fulfilled. Finally, many children experience difficulties when learning at school, both from cognitive abilities and mental abilities, self-confidence, and socialization of new environments. Therefore, the

introduction of Calistung to Early Childhood is very necessary to face the readiness of learning. However, learning calistung also must be considered according to the age and

ability of the child, if the child is porous or forced out of his ability then the child will experience mental disorders and even disorders of the child's cognitive development.

Keyword: Early childhood, Parents, Calistung learning.

(2)

PENDAHULUAN

Saat ini banyak orang tua yang terjebak saat memilih Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mereka menganggap bahwa PAUD dengan biaya mahal, fasilitas mewah, dan mengajarkan Calistung merupakan PAUD yang baik (Republika, 2010). Banyaknya anak yang belum genap memasuki usia 7 tahun sudah memasuki jenjang sekolah dasar karena beberapa PAUD di Indonesia memperbolehkan anak didiknya masuk pada usia kurang dari 4 tahun, sehingga saat masuk SD mungkin kurang dari 6 tahun.

Padahal untuk SD negeri minimal usia anak 7 tahun dan SD swasta sebagian usia 6 tahun lebih. Membaca dan menulis memberikan keterampilan anak pada perkembangan bahasa untuk menyatakan keinginan dan kebutuhan anak serta untuk menyerap dan menyampaikan informasi yang diterimanya. Sementara itu, menghitung memungkinkan anak lebih mampu mengembangkan aspek logika berpikir, terutama memaksimalkan fungsi belahan otak kirinya. Pada saat pembelajaran anak dapat mengikutinya dan anak lebih mudah mempunyai keterampilan untuk membaca, menulis dan berhitung secara sederhana.

Menurut Suryana, Dadan 2018 mengungkapkan bahwa anak usia dini harus diberikan pembelajaran yang sesuai dengan umur atau rentan usianya, untuk mengoptimalkan aspek perkembangan yang dimiliki oleh anak. Saat perkembangan tercapai maka anak dapat dengan mudah memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.

Menurut Piaget pada usia di bawah 7 tahun anak belum mencapai fase operasional konkret. Fase itu adalah dimana anak-anak dianggap sudah bisa berpikir terstruktur, sedangkan kegiatan Calistung memerlukan cara berpikir terstruktur (dalam Pratiwi 2013).

Anak usia di bawah 7 tahun dilihat dari sisi emosional, anak mengalami fase dimana secara psikologis belum siap menerima materi yang berat, belum memiliki kemampuan kognisi yang baik dan kemampuan berkonsentrasi karena sambungan otak anak belum sempurna, dimana otak baru akan siap menerima hal kognitif pada usia 7-8 tahun dan lebih memerlukan pendidikan fisik dan pembinaan karakter.

Pelajaran Calistung secara tidak langsung dilarang untuk diperkenalkan pada anak- anak di bawah usia 7 tahun. Anak-anak seharusnya diarahkan pada pendidikan yang baik.

Dampak ketidaktepatan memberikan pelajaran Calistung pada PAUD akan berbahaya bagi tumbuh kembang anak terutama mentalnya sehingga dapat menghambat pertumbuhan

(3)

kecerdasan mental anak atau disebut dengan mental hectic yaitu saat anak bisa menjadi pemberontak. Akhirnya anak-anak akan memiliki persepsi yang buruk tentang belajar dan benci dengan kegiatan belajar yang biasanya beresiko ketika anak-anak memasuki kelas 3 atau kelas 4 SD yang akan mengalami kejenuhan dan malas belajar. Sebab ada fase bermain serta periode keemasan anak yang hilang dengan memaksakan Calistung pada PAUD, sehingga akan menjerumuskan anak ke dalam kesulitan.

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini a. Pengertian PAUD

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan upaya pemberian untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan ketrampilan pada anak (kompetensi). Pendidikan Anak Usia Dini yaitu upaya pembinaan yang di tujukan untuk anak sejak lahir sampai usia 6 tahun melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar anak memiliki kesiapan untuk pendidikan lebih lanjut ( Pasal 1 Bab 1 ayat 14 UU Sindiknas No.

20 Tahun 2003).

Usia dini merupakan periode awal yang paling pentingdan mendasar dalam sepanjang rentan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Masa ini ditandai dengan berbagai priode penting yang fundamental dalam kehidupan selanjutya (Suryana, Dadan.2021)

Pada waktu manusia lahir, kelengkapan organisasi otak memuat sekitar 100- 200 neuron atau sel saraf yang siapmelakukan sambungan antar sel, siap untuk dikembangkan dan diaktualisasikan mencapai tingkat perkembangan potensi tinggi, jumlah ini mencakup beberapa triliun jenis informasi dalam hidup manusia (Ferguson, 1973 dalam Suryana, Dadan 2021)

b. Tahap Perkembangan Anak Usia Dini

Piaget, 1960 (dalam Suryana, Dadan. 2015) mengemukakan penahapan dalam perkembangan kognitif atau intelektual anak yang dibagi dalam empat periode, yaitu:

 Priode sensori-motor usia 0-2 tahun

(4)

 Priode pra-operasional usia 2-7 tahun

 Priode operasional konkret usia 7-11 tahun

 Priode operasional formal usia 11- dewasa

Tahap aspek perkembangan anak usia dini mencakup lima perkembangan meliputi:

1. Tahap Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget 1960, ( dalam Suryana,Dadan. 2021) Anak usia dini merupakan priode pra-operasional yaitu rentan usia 2-7 tahun, masa ini anak mulai berkembang kemampuan bahasanya walaupun kemampuan berpikirnya masih statis. Anak-anak belum siap terlibat berpikir mental dan logis.

2. Tahap Perkembangan Fisik-motorik

Menurut Suryana, Dadan 2018 menjelaskan bahwa perkembangan fisik motorik merupakan bagian penting dalam perkembangan manusia, di samping perkembanganperkembangan aspek lainnya. Perkembangan fisik motorik harus distimulasi sejak usia dini karena berkaitan dengan keterampilan gerak yang akan memudahkan dan mempengaruhi keluwesan gerak individu, baik gerakan kasar yang melibatkan otot-otot besar maupun gerakan halus yang melibatkan koordinasi jari-jari tangan dengan mata. Mengacu pada kemampuan motorik kasar dimana otot-otot anak berkembang seperti berlari, melompat, memenjat dan naik turun tangga.

3. Tahap Perkembangan Bahasa

Membaca dan menulis merupakan bagian dari kemampuan bahasa anak dimana berbicara dan menulis membutuhkan pemahaman kosa kata menjadi sebuah kalimat.

4. Tahap Perkembangan Emosional

Emosi adalah suatu keadaan yang kompleks dapat berupa keadaan perasaan ataupun gerakan jiwa yang ditandai dengan perubahan biologis yang muncul menyertai terjadinya suatu perilaku. Aspek emosional melibatkan tiga variabel, yaitu variabel stimulus, organismik dan respon.

Terciptanya perilaku kerjasama, simpati, sikap ramah, sosial lingkungan dan menghargai kepada sesama ( Suryana, Dadan. 2021).

5. Tahap Perkembangan Moral

(5)

Tahap untuk memahami kaidah-kaidah agama dan moral agar terbentuk anak yang bertanggungjawab, jujur, sopan dan memahami aturan. Menurut Suryana,Dadan 2021 menjelaskan pendidikan moral harus berlangsung cukup lama (terus-menerus), dan pembelajaran moral harus diintegrasikan dalam kurikulum secara praksis di sekolah dan masyarakat dan harus direncanakan secara matang oleh para pendidik maupun orangtua.

2. Pembelajaran Calistung a. Pengertian Calistung

Calistung adalah hal yang mendasar yang perlu dikenalkan kepada anak sejak dini dan menjadi modal utama anak dalam proses pembelajaran di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Menurut Bowman, 2002 (dalam Wasik, 2008) baca tulis adalah perkembangan dari keterampilan membaca dan menulis maupun tindakan kreatif memproduksi dan memahami teks bacaan atau buku cerita.

Membaca dan menulis anak akan mampu menyerap dan menyampaikan segala informasi yang diterimanya dan dengan berhitung anak lebih mampu mengembangkan aspek logika berpikir, terutama memaksimalkan fungsi belahan otak kirinya.

Anak dilatih membaca, menulis dan berhitung karena anak harus siap memasuki sekolah dasar. aturan tertulis bahwa anak sekolah dasar harus bisa calistung tanpa didampingi lagi oleh orangtua (Suryana, Dadan 2021)

1. Membaca

Membaca merupakan wujud aktivitas kognitif melalui rangsangan yang berupa huruf dan tanda-tanda baca lainnya yang diterima oleh indera reseptor visual (mata) untuk kemudian dilanjutkan ke otak (Surya, 2015).

Kemampuan membaca sebagai pintu gerbang kognitif yang memegang peranan penting dalam keseluruhan kehidupan manusia terutama membuat kontak dan berkomunikasi dengan pikiran dan imajinasi, dan sebagai dasar pendidikan untuk menulis dan berhitung. Anak–anak harus menguasai prasyarat membaca, yakni belajar membedakan huruf dalam alfabet.

2. Menulis

Menulis merupakan cara anak untuk menyampaikan pesan dengan menggunakan tanda-tanda sebelum anak bisa membentuk bahkan mengenal

(6)

huruf. Menurut Sulzby, 1985 (dalam Wasik, 2008) penelitian atas penulis yang baru muncul menunjukkan bahwa ada pola perkembangan yang sering diikuti anak-anak dalam menulis. Anak-anak secara khas mulai belajar menulis dengan gambar seperti mencoret-coret, membuat lingkaran dan zig- zag. Berhitung adalah usaha melakukan, mengerjakan hitungan seperti menjumlah,mengurangi serta manipulasi bilangan-bilangan dan lambanglambang matematika.

3. Berhitung

Berhitung merupakan salah satu kegiatan matematika dan menjadi dasar bagi kegiatan matematika selanjutnya. Berhitung juga erat kaitannya dengan aktivitas kehidupan sehari-hari yang akan dijalani anak. Karenanya berhitung ini perlu diajarkan sedini mungkin dengan metode yang tepat dan sesuai dengan karakteristik anak usia dini. Metode berhitung pada anak usia dini diajarkan dengan tahapan:

 Pengalaman, berhitung diajarkan dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya pada anak untuk melakukan aktivitas sendiri menggunakan benda konkret.

 Simbol, dilakukan dengan menggunakan simbol karena tidak di mungkinkan untuk langsung berhitung dengan benda konkret.

 Tulisan, lambang yang sangat abstrak bagi anak-anak. Berhitung menggunakan tulisan hanya dapat diberikan pada anak yang telah memiliki pemgalaman melakukan aktivitas sendiri menggunakan benda konret dan simbol.

b. Manfaat Calistung

Anak usia dini yang sudah menguasai Calistung akan lebih untuk menempuh jenjang pendidikan di SD. Anak akan memiliki kemandirian yang lebih baik dalam melaksanakan tugas-tugas kesehariannya sehingga tidak terlalu banyak menggantungkan diri terhadap orang lain. Rasa kepercayaan diri anak akan meningkat sehingga anak akan mudah bergaul dan menyesuaikan diri baik dengan orang lain maupun lingkungan baru. Anak memiliki kesiapan untuk menghadapi kegiatan pembelajaran di SD sehingga anak akan merasa senang untuk bersekolah.

(7)

Kemampuan Calistung yang dimiliki sejak dini akan memperlihatkan seorang anak berkembang pada tingkat kedewasaannya dan kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya dan lingkungannya sehingga memudahkan anak untuk bergaul dengan teman sebayanya atau bahkan dengan orang yang lebih dewasa dan anak belajar untuk menghargai orang lain.

Perubahan sikap dan perilaku anak meningkat sehingga anak lebih fokus perhatian terhadap suatu hal baik lingkungan sekitar maupun fokus pada pembelajaran.

Motivasi anak dalam belajar dan mengikuti pembelajaran meningkat sehingga anak tidak mudah merasakan kejenuhan dalam belajar hingga akhirnya anak mendapatkan prestasi belajar yang positif.

c. Cara Penerapan Calistung

Cara pembelajaran yang disesuaikan dengan gaya belajar anak sehingga pembelajaran akan terasa menyenangkan dan membangkitkan semangat serta minat anak untuk terus belajar. Penerapan pembelajaran Calistung di PAUD dengan mempertimbangkan prinsip belajar anak yaitu dengan dunia bermain yang merupakan dunia anak (Istiyani, 2013). Pembelajaran tersebut berpusat pada anak sehingga anak dapat menerima pembelajaran tersebut tanpa ada pemaksaan dari pendidik untuk belajar Calistung. Pendidik bisa memulai untuk mengenalkan Calistung dengan pengenalan simbol-simbol, hurufhuruf dan angka-angka sebagai dasar pembelajaran di PAUD.

Tahapan-tahapan yang dapat dilakukan orangtua dalam melatih calistung anak yaitu dengan memberikan latihan-latihan membaca menulis dan menghitung dengan menggunakan buku cerita, permainan edukatif maupun pembelajran dari alat elektronik (Suryana, Dadan 2021)

d. Dampak Buruk atau Resiko Calistung

Secara psikis anak akan mengalami tekanan karena harus menguasai materi dengan cara yang tidak disukai anak. ketika memasuki kelas 3 sampai 4 SD anak akan menganggu proses pembelajaran, merasakan kebosanan, kejenuhan, malas dan mogok belajar serta sekolah karena merasa adanya penekanan pada otaknya yang terforsir untuk belajar Calistung sudah kelelahan.

Pembelajaran Calistung yang terlalu dipaksakan dan terburu-buru kepada anak maka akan mempengaruhi kecerdasan mental anak yang meliputi keseluruhan unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap, dan perasaan yang tercermin dalam sikap dan perbuatan atau terlihat dari sistem psikomotor serta

(8)

psikofisiknya. Sistem psikofisik merupakan kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan keadaan emosi, perasaan dan kekuatan motivasi yang menentukan jenis penyesuaian yang akan dilakukan anak (Hurlock, 1978).

Misalnya, membuat anak tidak mampu menunjukkan emosi yang tepat dikarenakan pengendalian emosi intrapersonalnya terganggu, sulit menunjukkan empati, mengalami gangguan konsentrasi, gangguan komunikasi anak baik dengan teman seusia maupun dengan orang yang lebih dewasa, gangguan perilaku misalnya ketidakmandirian anak, serta ketidakpercayadirian, dapat beresiko strees, depresi dan gangguan mental pada usia remaja hingga dewasa lainnya.

Penghambat pertumbuhan kecerdasan mental anak biasa disebut dengan mental hectic yaitu saat anak bisa menjadi pemberontak.

Mental hectic muncul karena orang tua yang memberikan harapan terlalu tinggi kepada anak untuk dapat menguasai Calistung secara sejak dini yang tidak sesuai dengan karakter atau tahap perkembangan anak, sehingga membuat anak tidak mampu menunjukkan emosi yang tepat.

Gangguangangguan tersebut menyebabkan anak menampilkan kemampuan akademik di bawah potensi standar anak dibuktikan dengan adanya perbandingan prestasi belajar siswa yang mendapat Calistung lebih rendah dari pada siswa yang tidak mendapat Calistung di PAUD (Saniy, 2014), sebagian resiko itu baru muncul dan berdampak dalam jangka waktu panjang yaitu ketika anak memasuki usia remaja hingga dewasa.

PENUTUP

Kesimpulan

Pembelajaran Calistung merupakan pembelajaran yang penting untuk anak PAUD yang akan menghadapi kelanjutan sekolah atau menghadapi jenjang yang lebih tinggi.

Dengan menggunakan pembelajaran Calistung anak lebih siap dalam menghadapi dunia pendidikan dan kognitif serta mental anak lebih berkembang. Calistung membuat anak lebih bisa beradaptasi dengan lingkungan sosial anak ia akan merasa lebih percaya diri. Namun, pembelajaran calistung harus sesuai dengan ukuran tingkat kemampuan dan usia anak, supaya anak tidak terbebani dan mengalami gangguan pada mental dan kognitif anak.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi Ema, 2015. Pembelajaran Calistung Bagi Anak Usia Dini Antara Manfaat Akademik Dan Resiko Menghambat Kecerdasan Mental Anak. dalam Prosiding Seminar Pendidikan Nasional: Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan. Hal 281-282.

Ponorogo: FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Anisah Zulfatun, 2017. Efektivitas Otak Anak Usia Dini Dalam Mengenal Calistung. Al Hikmah: Indonesian Journal Of Early Childhood Islamic Education. Vol. 1 (2): (hal. 215- 219). Tuban: STAI Al Hikmah Tuban.

Suyanto, Slamet.2005.Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Suryana, Dadan.2018. Stimulasi dan Aspek Perkembangan Anak. Jakarta : Prenadamedia Grup

Suryana, Dadan.2021. Pendidikan Anak Usia Dini. Padang: Kencana

Referensi

Dokumen terkait

Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden years) yang merupakan masa dimana anak mulai peka atau sensitif untuk.. menerima