PENUGASAN DAN PERENCANAA
N AUDIT
Kelompok 4:
Arjun Partogi Simbolon
Ayumi Yuko Resti Vionita
Reza Haslan Siregar
Definisi Penugasan
Audit
Langkah-Langkah Penerimaan Penugasan Audit
Faktor Yang
Dipertimbangkan dalam Penugasan Audit
Definisi
Perencanaan Audit
01 02
03 04
Sub Bab
05
Alasan Perencanaan
Audit
06
Perencanaan Audit
dan Perancangan
Pendekatan Audit
Definisi Penugasan Audit
Penugasan audit merupakan tahap awal dalam suatu audit laporan, laporan keuangan yaitu mengambil keputusan untuk menerima (menolak) suatu kesempatan untuk menjadi auditor untuk klien yang baru, atau untuk melanjutkan sebagai auditor bagi klien yang sudah ada. Pada umumnya keputusan untuk menerima (menolak) ini sudah dilakukan sejak enam hingga sembilan bulan sebelum akhir tahun buku yang akan diperiksa. Pertimbangan dalam memutuskan untuk menerima penugasan juga berhubungan langsung dengan kemampuan auditor untuk memenuhi persyaratan seperti diminta oleh standar auditing serta kode etik akuntan.
Secara ringkasnya, langkah awal pekerjaan audit adalah pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak perikatan audit dari calon klien atau untuk menghentikan atau melanjutkan perikatan audit dari klien berulang.
Faktor Yang Dipertimbangkan dalam
Penugasan Audit
Sifat dan
kompleksitas dan penugasan
Objektivit as
Supervisi
Pengembang an dan pelatihan
Rotasi penugasa
n
Promosi
Menilai kemampuan
untuk memenuhi standar umum
auditing Mengindentifika
si keadaan khusus dan
risiko tidak biasa
01
02
03
Langkah-Langkah Penerimaan Penugasan
Audit
Menyiapkan 04
surat penugasan
audit Mengevaluasi
integritas
manajemen
Mengevaluasi Integritas Manajemen
a). Melakukan komunikasi dengan auditor pendahulu Mengevaluasi integritas manajemen melibatkan komunikasi dengan auditor pendahulu untuk memahami sejauh mana dukungan manajemen klien terhadap audit., baik secara lisan maupun tertulis.
b). Meminta keterangan pada pihak ketiga
Auditor juga dapat meminta keterangan atau informasi dari pihak ketiga (penasehat bank, atau pihak lain dalam masyarakat keuangan dan bisnis yang mempunyai hubungan bisnis dengan klien) yang dapat memberikan wawasan atau bukti tambahan mengenai perilaku atau integritas manajemen klien.
c). Mereview pengalaman auditor di masa lalu dengan klien
Auditor juga akan melakukan peninjauan terhadap pengalaman auditor di masa lalu dalam bekerja dengan klien yang sama
Mengindentifikasi Keadaan Khusus dan Risiko Tidak Biasa
a). Mengidentifikasi pemakaian laporan audit
Auditor akan mengidentifikasi bagaimana laporan audit yang akan disusun akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, seperti pemegang saham atau pihak berwenang. Ini membantu auditor memahami tujuan utama laporan audit dan memastikan disusun dengan memenuhi standar audit yang relevan.
b). Mendapatkan informasi tentang stabilitas keuangan dan legal calon klien di masa depan
Jika suatu saat auditor mendapat informasi bahwa klien sedang menghadapi tuntutan pengadilan, ada kemungkinan auditor akan terlibat dalam perkara pengadilan yang dihadapi oleh calon kliennya tersebut. Oleh karena itu, auditor dapat mempertimbangkan untuk menolak perikatan audit dari klien.
c). Mengevaluasi auditabilitas perusahaan klien
Informasi tentang dapat atau tidaknya laporan keunagan calon klien diaudit dapat diketahui dari ketersediaan catatan akuntansi penting, ketersediaan dokumen pendukung transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi, memadainya pengendalian intern.
Menilai Kemampuan untuk Memenuhi Standar Umum Auditing
a). Penentuan kompetensi untuk melaksanakan audit
Standar umum pertama menuntut kompetensi teknis auditor dalam melaksanakan penugasan audit. Ada dua langkah yang dilakukan untuk menentukan kompetensi dalam melaksanakan audit:
• Mengindentifikasi tim audit yang diperlukan
• Mempertimbangkan perlunya konsultasi dan tenaga spesialis
b). Pengevaluasian Independensi
Standar umum kedua menuntut sikap mental independent auditor dalam melaksanakan audit , artinya tidak mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.
c). Penentuan kemampuan melaksanakan audit secara cermat dan seksama
Standar umum ketiga menyatakan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
Surat penugasan audit dibuat oleh auditor untuk kliennya. Surat ini berfungsi untuk mendokumentasikan dan menegaskan:
● penerimaan auditor atas penunjukan oleh klien
● tujuan dan lingkup audit
● luas tanggung jawab yang dipikul oleh auditor bagi kliennya dan tanggung jawab menejemen atas informasi keuangan
● kesepakatan mengenai reproduksi laporan keuangan auditan
● kesepakatan mengenai bentuk laporan yang akan diterbitkan auditor untuk menyampaikan hasil penugasan
Menyiapkan Surat Penugasan
● fakta bahwa audit memiliki keterbatasan bawaan bahwa
kekeliruan dan ketidak beresan meterial tidak akan terdeteksi
● kesanggupan auditor untuk menyampaikan informasi tentang kelemahan signifikan dalam struktur pengendalian intern yang ditemukan oleh auditordalam auditnya
● akses ke berbagai catatan dokumentasi dan informasi lain yang diharuskan dalam kaitannya dengan audit.
● kesepakatan mengenai dasar penentuan fee audit.
Perencanaan audit merupakan jembatan untuk pekerjaan pengujian berupa prosedur-prosedur yang akan dilakukan. Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan sehingga dengan perencanaan dan program audit yang matang, proses audit sektor publik akan mampu merespons tantangan masyarakat, perubahan lingkungan di mana audit dilakukan, dan kebutuhan stakeholder, yang berbeda dalam proses demokrasi, semua dalam parameter
kemerdekaan mereka.
Perencanaan audit sangat dipengaruhi oleh informasi yang diperoleh dalam tahap pertimbangan penerimaan penugasan audit.
Definisi
Perencanaan
Audit
Alasan Perencanaan Audit
Untuk memungkinkan auditor mendapatkan bukti yng tepat dan mencukupi pada situasi yang dihadapi, Untuk membantu menjaga biaya audit tetap wajar, dan
Untuk menghindarkan
kesalahpahaman dengan
klien.
Perencanaan Audit dan Perancangan Pendekatan
Audit
Menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal
Memahami bisnis dan industri klien
Menilai risiko bisnis klien
Melaksanakan Prosedur
analitis
pendahuluan
Step 1 Step 2 Step 3 Step 4
Menetapkan
materialitas, dan menilai risiko audit yang
dapay diterima serta risiko
inheren
Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian
Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko kecurangan
Mengembangkan strategi audit dan program audit secara
keseluruhan
Step 5 Step 6 Step 7 Step 8
Step 1. Menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal
Perencanaan audit awal (initial audit planning) melibatkan 4 hal yang semuanya harus dilakukan lebih dahulu dalam audit:
• Auditor memutuskan apakah akan menerima klien baru atau terus melayani klien yang ada sekarang.
Penentuan ini biasanya dilakukan oleh auditor yang berpengalaman yang berwenang mengambil keputusan penting. Auditor ingin membuat keputusan ini lebih awal, sebelum mengelurkan biaya yang cukup besar yang tidak bisa ditutupi kembali.
• Auditor mengidentifikasi mengapa klien menginginkan atau membutuhkan audit. Informasi ini akan mempengaruhi bagian dari proses perencanaan selanjutnya.
• Untuk menghindari kesalahpahaman, auditor harus memahami syarat – syarat penugasan yag ditetapkan klien.
• Auditor mengembangkan strategi audit secara keseluruhan, termasuk staf penugasan dan setiap spesialis audit yang diperlukan.
Step 2. Memahami bisnis dan industri klien
Resiko bisnis klien (Client Business Risk) yaitu resiko bahwa klien akan gagal dalam mencapai tujuannya. Resiko bisnis klien dapat timbul dari banyak factor yang mempengaruhi klien dan lingkungannya, seperti teknologi baru yang mengikis keunggulan kompetitif klien, atau klien gagal melaksanakan strategi nya sebaik pesaing.
Step 3. Menilai Resiko Bisnis Klien
Pemahaman yang menyeluruh atas bisnis dan industry klien serta pengetahuan tentang operasi perusahaan sangat penting bagi auditor untuk melaksanakan audit yang memadai. Sifat bisnis dan Industri klien mempengaruhi resiko bisnis klien serta resiko salah saji yang material dalam laporan keuangan.
Step 4. Melaksanakan Prosedur Analitis Pendahuluan
Prosedur analitis didefinisikan oleh standar auditing sebagai evaluasi atas informasi keuangan yang dilakukan dengan menganalisis hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan non keuangan. Prosedur analitis menggunakan perbandingan dan hubungan untuk menilai apakah saldo akun atau data lain terlihat wajar berkaitan dengan ekspetasi auditor. Sebagai contoh Auditor dapat membandingkan beban komisi yang tercatat selama tahun berjalan terhadap ekspetasi beban komisi berdasarkan total penjualan yang tercatat dikalikan dengan tingkat komisi rata–rata sebagai satu pengujian atas kewajaran komisi yang dicatat secara keseluruhan.
Prosedur analitis dapat dilaksanakan pada salah satu dari ketiga waktu selama penugasan :
• Prosedur analitis diwajibkan dalam tahap perencanaan untuk membantu menentukan sifat, luas, dan penetapan waktu audit. Ini membantu auditor mengidentifikasi hal – hal yang signifikan yang nantinya memerlukan perhatian khusus dalam penugasan.
• Prosedur analitis sering kali dilakukan selama tahap pengujian audit sebagai pengujian subtantif untuk mendukung saldo akun. Apabila prosedur analitis digunakan selama tahap pengujian audit, standar auditing mengharuskan auditor untuk mendokumentasikan dalam kertas kerja ekspetasi dan faktor–faktor yang dipertimbangkan selama pengembangannya.
• Prosedur analitis juga diwajibkan selama tahap penyelesaian audit.Pengujian ini berfungsi sebagai review akhir atas salah saji yang material atau masalah keuangan, dan membantu auditor mengambil “Pandangan objektif” akhir pada laporan keuangan yang telah diaudit.
Step 5. Menetapkan Materialitas Dan Menilai Resiko Audit Yang Dapat Diterima Serta Resiko Inheren
Materialitas adalah besarnya suatu penghilangan atau salah saji informasi akuntansi yang dipandang dari keadaan – keadaan yang melingkupinya, memungkinkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang mengandalkan pada informasi menjadi berubah atau dipengaruhi oleh penghilangan atau salah saji tersebut.
Pertimbangan Awal Materialitas
Dalam merencanakan suatu audit, Auditor harus mempertimbangkan pada dua tingkatan yaitu:
• Tingkat laporan keuangan karena pendapat auditor mengenai kewajaran mencakup laporan keuanga sebagai keseluruhan meliputi besarnya salah saji minimum dalam suatu laporan keuangan yang cukup penting sehingga membuat laporan keuangan menjadi tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip- prinsip akuntansi yang berlaku.
• Tingkat saldo akun karena auditor melakukan verivikasi atas saldo- saldo akun untuk dapat memproleh kesimpulan menyeluruh mengenai kewajaran laporan keuangan.
Menilai Resiko Audit Yang Dapat Diterima
Menilai resiko audit yang dapat diterima (Acceptable Audit Risk) adalah menilai ukuran ketersediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan salah saji secara material walaupun audit telah selesai dan pendapat wajar tanpa pengecualian telah diberikan
Resiko Inheren/Resiko Bawaan (Inherent Risk)
Penetapan auditor akan kemungkinan adanya salah saji dalam segmen audit yang melewati batas toleransi, sebelum memperhitungkan factor efektiftas pengendalian intern.
Step 6. Memahami Pengendalian Internal Dan Menilai Resiko Pengendalian
Setiap pengendalian internal dirancang oleh auditor untuk mencegah atau mendeteksi terjadinya salah saji yang material dalam laporan keuangan.
Lingkungan pengendalian merupakan komponen pengendalian internal yang terdapat empat proses di dalamnya, yaitu penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan.
Step 7. Mengumpulkan Informasi Untuk Menilai Resiko Kecurangan
Auditor harus mulai mengumpulkan informasi untuk menilai adanya risiko kecurangan selama perencanaan audit berlangsung dan memperbarui penilaian tersebut selama proses audit berlangsung. Informasi yang terdapat dalam penilaian risiko kecurangan dapat ditemukan saat auditor melakukan kunjungan ke perusahaan klien serta mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait di dalamnya.
Step 8. Mengembangkan Strategi Audit Dan Program Audit Secara Keseluruhan
Dalam mengembangkan strategi audit dan program audit secara keseluruhan auditor menggunakan prosedur penilaian resiko untuk menilai resiko salah saji yang material, yang merupakan gabungan dari resiko inferen dan resiko pengendalian. Pemahaman Auditor atas pengendalian internal digunakan untuk menilai resiko pengendalian bagi setiap tujuan yang berkaitan dengan transaksi contohnya adalah penilaian tujuan keakuratan untuk transaksi penjualan sebagai bernilai rendah dan tujuan keterjadian yang bernilai sedang.
Perencanaan audit yang baik adalah landasan yang kuat untuk melaksanakan audit yang efektif, efisien, dan berkualitas.
Hal ini membantu auditor dalam mengidentifikasi risiko-risiko potensial, mengatur langkah-langkah yang diperlukan, dan memastikan bahwa audit berjalan sesuai dengan rencana.
Thank
You!