• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYELESAIAN SENGKETA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERKARA PERJANJIAN UTANG-PIUTANG MELALUI GUGATAN SEDERHANA

N/A
N/A
Rissa

Academic year: 2023

Membagikan "PENYELESAIAN SENGKETA DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERKARA PERJANJIAN UTANG-PIUTANG MELALUI GUGATAN SEDERHANA"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pihak yang mengikat dari segi kontrak yang mereka buat mempunyai kuasa undang-undang yang sama seperti pihak yang terikat dengan kontrak tersebut. Para pihak mempunyai hak dan kewajipan dari perjanjian yang mereka buat dalam kontrak bersama dan tidak ada paksaan.

Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah terdapat debitur yang karena kelalaiannya tidak memenuhi akad utang dan piutangnya. Apa kekuatan hukum dalam menyelesaikan perselisihan debitur mengenai perjanjian utang dan tagihan dengan tindakan sederhana.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat menambah wawasan sebagai pengetahuan dan referensi bagi masyarakat untuk mengetahui hak dan kewajiban pihak-pihak yang terlibat dalam wanprestasi debitur. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dan pengembangan bagi para praktisi dalam kasus-kasus terkait debitur wanprestasi.

Keaslian Penelitian

Penelitian ini merupakan prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana yaitu Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Kepulauan Riau. Peneliti Saudara Bimo lebih fokus dan membahas bagaimana cara menyelesaikan masalah perselisihan wanprestasi kontrak dengan gugatan sederhana. Peneliti Saudara Bimo sampai pada kesimpulan bahwa perjanjian atau kontrak mempunyai kaitan dan kaitan dengan perjanjian, namun kewajiban-kewajiban yang ada dalam suatu perjanjian harus dipenuhi pada kenyataannya tidak selalu terpenuhi, yang mengarah pada. Sedangkan peneliti disini membahas tentang penyelesaian perselisihan dengan debitur yang wanprestasi dalam perjanjian utang dan debitur yang dilakukan dengan cara gugatan sederhana.

Terdapat perbedaan antara peneliti Dwi dengan penulis, yaitu peneliti Dwi membahas tentang pertimbangan hakim dalam memutus suatu perkara pengadilan sederhana, sedangkan penulis membahas tentang penyelesaian sengketa. Saudari peneliti Selvi menyebutkan wanprestasi dalam perjanjian pinjam meminjam, sedangkan disini peneliti membahas tentang penyelesaian sengketa bagi debitur yang wanprestasi perjanjian utang piutang, yang dilakukan melalui proses pengadilan sederhana. Terdapat perbedaan antara peneliti Dwi dengan penulis, yaitu peneliti Dwi membahas tentang pertimbangan hakim dalam memutus suatu perkara pengadilan sederhana, sedangkan penulis membahas tentang penyelesaian sengketa.

Kerangka Teori dan Konseptual

Kreditur adalah pihak yang mempunyai debitur karena adanya perjanjian atau undang-undang yang dapat menuntutnya di muka pengadilan.22. Debitur, Debitur adalah pihak yang berhutang karena suatu perjanjian atau undang-undang yang pelunasannya dapat dituntut di muka pengadilan.23 d. Asas ini disebut juga dengan asas perjanjian yang mengikat, artinya para pihak yang mengadakan perjanjian terikat pada perjanjian yang dibuatnya.

Dengan kata lain, perjanjian yang dibuat secara sah berlaku kerana undang-undang terpakai kepada pihak yang membuat perjanjian. Perjanjian lisan tidak boleh digunakan untuk perjanjian yang telah dibuat oleh undang-undang, iaitu selagi tidak ada undang-undang yang menetapkan bahawa perjanjian harus dibuat secara bertulis, perjanjian lisan tetap sah sebagai perjanjian yang mengikat para pihak. siapa yang buat. Pihak yang gagal melaksanakan perjanjian yang dipersetujui dalam perjanjian boleh diisytiharkan sebagai ingkar.

Metode Penelitian

  • Jenis Penelitian
  • Sumber Data
  • Metode Pengumpulan
  • Analisis Data

Sistematika Penulisan

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Perjanjian

Perjanjian/kontrak merupakan suatu hubungan hukum yang diatur dan disahkan oleh undang-undang itu sendiri. Oleh karena itu, perjanjian yang memuat hubungan hukum antar perseorangan adalah suatu hal yang letaknya dan berada dalam lingkungan hukum. Oleh karena itu, hubungan hukum dalam perjanjian bukanlah suatu hubungan yang dapat timbul dengan sendirinya sebagaimana terdapat dalam harta keluarga.

Dalam hubungan hukum harta keluarga, dengan sendirinya timbul hubungan hukum turun-temurun antara anak dengan harta orang tuanya. Untuk suatu perjanjian yang mengikat (agreement) minimal harus ada salah satu pihak yang mempunyai kewajiban, sebab bila tidak ada pihak yang mempunyai kewajiban maka dikatakan tidak ada perjanjian yang mengikat. Hal ini terlihat dari alinea pertama Pasal 1338 KUHPerdata yang menyatakan: “Segala perjanjian yang dibuat secara sah, sah menjadi undang-undang bagi yang mengadakannya.”

Unsur-Unsur Perjanjian

Unsur esensial adalah unsur yang harus ada dan menjadi pokok dalam suatu perjanjian, sehingga tanpa hal yang pokok perjanjian tersebut menjadi tidak sah dan tidak mengikat para pihak yang membuatnya. Iaitu, walaupun tanpa dimasukkan syarat ini, perjanjian itu tetap sah dan tidak mengakibatkan perjanjian menjadi tidak mengikat. Dalam kontrak jual beli kenderaan misalnya, nampaknya tidak ada pengaturan mengenai kos pengangkutan dan pemulangan hak milik, maka dalam hal ini adalah menjadi kebiasaan jika kos pengangkutan dan pemulangan kenderaan dilakukan oleh pihak penjual.

Unsur insidental adalah berbagai hal khusus yang ditentukan dalam kontrak yang disetujui oleh para pihak. Selain itu, hal-hal yang bersifat insidental merupakan unsur pelengkap dalam kontrak, yaitu ketentuan-ketentuan yang dapat diatur secara khusus oleh para pihak dalam kontrak sesuai dengan keinginan para pihak dalam kontrak, dan ini merupakan persyaratan-persyaratan khusus yang ditentukan bersama oleh para pihak. Jadi unsur kontingen lebih mementingkan faktor-faktor yang saling melengkapi antara unsur esensialia dan naturalia, misalnya dalam perjanjian harus ada tempat terjadinya prestasi.

Syarat Sahnya Perjanjian

Dengan menyepakati atau disebut juga dengan izin, dimaksudkan agar kedua pihak yang mengadakan perjanjian harus sependapat, sependapat atau sepikiran terhadap pokok-pokok perjanjian yang dibuat. Pembatalan orang-orang tertentu dari segi kesanggupannya untuk membuat suatu perjanjian sebagaimana tercantum dalam pasal 1330 KUHPerdata, maka kita dapat mengingat bahwa hakikat perjanjian hukum pada dasarnya selalu mengejar dua tujuan, yaitu rasa keadilan dari satu pihak. disisi lain ketertiban hukum dalam masyarakat. Syarat ketiga ini penting, terutama jika terjadi perselisihan antara dua pihak, untuk menentukan hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian yang dibuatnya.

Terakhir, selalu ada syarat sahnya suatu perjanjian. Pasal 1320 KUH Perdata menyebutkan syarat keempat adalah adanya sebab yang halal. Sebab dalam suatu perjanjian haruslah sebab yang halal, dalam artian isi perjanjian tidak boleh berupa sesuatu yang dilarang. Contoh perjanjian yang memuat hal yang haram: penjual hanya bersedia menjual pisau jika pembelinya membunuh seseorang.

Asas-Asas Dalam Perjanjian

Dasar Kebebasan Berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan “Semua perjanjian yang disimpulkan secara sah dikuatkuasakan sebagai undang-undang bagi yang membuatnya”. Dalam sistem terbuka undang-undang kontrak atau asas kebebasan berkontrak, semua perjanjian (apa-apa jenis perjanjian) adalah penting, tetapi yang lebih penting adalah bahagian yang mengikat perjanjian sebagai Undang-undang. Dasar Pacta Sun Servanda terdapat dalam ketentuan pasal 1338 ayat (1) dan ayat (2) KUH Perdata, yang menyatakan “Semua perjanjian yang dibuat secara sah adalah sah sebagai undang-undang bagi yang membuatnya”.

Perjanjian tersebut tidak dapat ditarik kembali kecuali disetujui oleh kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang dianggap cukup oleh undang-undang. Yang dimaksud dengan “berlaku sebagai undang-undang dan tidak dapat dicabut” maksudnya adalah perjanjian itu mengikat para pihak yang membuatnya, bahkan perjanjian itu tidak dapat dicabut tanpa persetujuan pihak lawan. Tanpa kepercayaan ini mustahil kedua belah pihak dapat mengadakan suatu perjanjian, dengan adanya kepercayaan ini kedua belah pihak mengikatkan diri untuk mengadakan suatu perjanjian yang mempunyai kekuatan mengikat sebagai undang-undang.

Jenis-Jenis Perjanjian

Asas ini merupakan asas pertama dalam hukum kontrak, yang pengaturannya terdapat dalam ketentuan Pasal 1315 KUHPerdata yang menyatakan: “Tidak seorang pun dapat mewajibkan atas dirinya sendiri atau menuntut suatu janji pada umumnya. berbeda dengan dirinya”. Dari rumusan tersebut diketahui bahwa pada dasarnya suatu perjanjian yang dibuat oleh seseorang dalam kedudukannya sebagai orang perseorangan atau perseorangan dapat mengikat dan berlaku hanya bagi dirinya sendiri. 9) Perjanjian win-win, yaitu suatu perjanjian yang hasilnya mengenai keuntungan. dan kerugian, baik bagi semua pihak maupun bagi sebagian pihak, bergantung pada suatu peristiwa yang tidak dapat dipastikan (pasal 1774-1791 KUHPerdata).

Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Utang Piutang

  • Pengertian Perjanjian Utang Piutang
  • Pihak-Pihak Dalam Perjanjian Utang Piutang
  • Perjanjian Kreditur Dengan Debitur Dalam Utang Piutang
  • Hubungan Antara Debitur dan Kreditur

Pengertian hutang dan debitur sama dengan perjanjian pinjam meminjam, yang diatur dan ditentukan dalam Bab Tiga Belas Buku Ketiga KUH Perdata, pada Pasal 1754 KUH Perdata yang dengan jelas menyatakan bahwa, “Perjanjian Pinjam Meminjam adalah suatu perjanjian yang mana salah satu pihak memberikan kepada pihak lain sejumlah uang untuk barang-barang tertentu yang sudah usang karena dipakai, dengan ketentuan bahwa pihak yang terakhir itu akan mengembalikan jumlah yang sama dalam jenis dan kondisi yang sama.” 45. Berdasarkan pengertian tentang hutang dan perjanjian debitur yang diatur dalam Pasal 1754 KUHPerdata, maka dapat diketahui bahwa hal yang paling mendasar adalah kita dapat memahami apa itu hutang dan debitur.Hutang uang dan perjanjian piutang termasuk dalam jenisnya. Perjanjian pinjam meminjam, diatur dalam pasal 1754 KUH Perdata yang menyatakan: “Pinjam meminjam adalah suatu perjanjian yang mana suatu pihak memberikan sejumlah barang kepada pihak lain yang telah habis karena dipakainya, dengan syarat bahwa pihak terakhir akan mengembalikan jumlah yang sama dengan jenis dan kondisi yang sama.”47.

Perjanjian utang piutang sebagai suatu perjanjian menimbulkan hak dan kewajiban bersama antara kreditur dan debitur. Hakikat perjanjian utang piutang adalah kreditur meminjamkan uang kepada debitur dan debitur wajib mengembalikannya dalam jangka waktu yang ditentukan beserta bunganya. Jadi, setelah kesepakatan tercapai dan perjanjian utang piutang ditandatangani, kedua belah pihak.

Tinjauan Umum Tentang Wanprestasi

  • Pengertian Wanprestasi
  • Bentuk-Bentuk Wanprestasi
  • Akibat Hukum Bagi Yang Wanprestasi

Kata akibat hutang sangat penting karena debitur tidak melaksanakan kinerja yang dijanjikan, hal tersebut sama sekali bukan kesalahannya.55 Cidera Janji (atau ingkar janji) erat kaitannya dengan adanya hubungan atau perjanjian antar para pihak. 58 A. Qirom Syamsudin Meliala, Dasar-dasar Hukum Kontrak dan Perkembangannya, Yogyakarta: Liberty, 2010, hal. 26. mencapai prestasi, namun tidak tepat waktu, sehingga dapat dikatakan kurang. Pada umumnya wanprestasi terjadi, yaitu wanprestasi hanya terjadi jika debitur dinyatakan gagal memenuhi kinerjanya, atau dengan kata lain wanprestasi terjadi apabila debitur tidak dapat membuktikan bahwa ia wanprestasi karena kesalahannya atau akibat dari perbuatannya. dari keadaan yang memaksa.

Apabila memperingatkan debitur tentang pemenuhan prestasinya, maka debitur harus diperingatkan secara tertulis bahwa ia wajib memenuhi prestasinya. 59 Salim H.S., op.cit, halaman 98. dalam jangka waktu tertentu, apabila debitur tidak memenuhi kewajibannya dalam jangka waktu tersebut, maka debitur dinyatakan wanprestasi. Dalam hukum kontrak, apabila obligee (debitur) lalai menepati janjinya, maka debitur dikatakan wanprestasi.

Tinjauan Umum Tentang Gugatan Sederhana

  • Pengertian Gugatan Sederhana
  • Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana

Keempat, tidak diketahui tempat tinggal tergugat, dan nampaknya dalam gugatan tidak diketahui tempat tinggal tergugat, sehingga tidak dapat digolongkan sebagai gugatan sederhana. 81 Muhamad Noor, “Penyelesaian Gugatan Sederhana di Pengadilan (Gugatan Kecil) Berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2015”, Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam, Volume 11, Nomor 1, Juni 2020, hal. 56-57. 82 Shifa Adinatira Harviyani, “Penyelesaian gugatan sederhana sebagai implementasi prinsip peradilan sederhana, cepat dan murah untuk mewujudkan akses terhadap keadilan”, Jurnal Verstek Vol.

Putusan ini diselesaikan dengan cara perdata biasa, bukan dengan tata cara penyelesaian tuntutan sederhana, yang seharusnya diselesaikan dengan cara demikian karena putusan tersebut mempunyai kriteria yang sama dengan peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia. Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana. Mahkamah Agung harus mempertimbangkan dengan matang masa penyidikan untuk memutus gugatan minor ini.

Efisiensi dan efektivitas harus diperhatikan dengan memperhatikan waktu pemeriksaan dan nilai nominal properti, sebagaimana diatur dalam PERMA Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelesaian Tagihan Sederhana. Muhamad Noor, “Penyelesaian Gugatan Sederhana di Pengadilan (Small Claim Court) Berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2015”, Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam, Volume 11, Nomor 1, Juni 2020, hal. 56-57.

Referensi

Dokumen terkait

Dari pertimbangan hukum tersebut, maka pada akhirnya Majelis Hakim pemeriksa perkara menjatuhkan putusan yang inti amarnya: pertama, mengabulkan gugatan Penggugat untuk

meminjam adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah terntentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan

Dalam hukum acara perdata proses pembuktian berarti membenarkan hubungan hukum dalam proses persidangan perkara perdata. Yaitu apabila Hakim mengabulkan tuntutan

PENERAPAN PASAL 378 KUHP TERHADAP KASUS WANPRESTASI PADA PERJANJIAN UTANG PIUTANG.. Diajukan

Atas wanprestasi yang dilakukan Tergugat, maka dalam putusannya Tergugat dijatuhi hukuman harus bertanggung jawab untuk untuk membayar hutangnya kepada Penguggat

Debitur dinyatakan wanprestasi diatur dalam Pasal 7 Perjanjian Pembiayaan Multiguna tentang Kejadian Kelalaian yang berbunyi “kreditur berhak untuk menuntut atau menagih

AKIBAT HUKUM DALAM TERJADINYA WANPRESTASI FORCE MAJEURE PADA PERJANJIAN KERJASAMA DALAM BIDANG JASA HIBURAN 3.1 Akibat Hukum Dari Debitur Yang Telah Melakukan Wanprestasi

16 Seorang debitur dikatakan lalai, apabila ia tidak memenuhi kewajibannya atau terlambat memenuhinya tetapi tidak seperti yang telah diperjanjikan.24 Wanprestasi terdapat dalam Pasal