Penulis menyadari banyak kendala dalam proses penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama berbagai pihak dan berkat rahmat Allah SWT. agar kendala tersebut dapat diatasi. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram yaitu Prof. untuk para penulis dan mahasiswa Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Kepada kedua orang tua Bapak Saparudin dan Ibu Siti Aisah yang terus memberikan motivasi dan doa terbaiknya bagi penulis, sehingga berkat doa dan motivasinya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik 7. Saudaraku Herwan dan Herlina serta seluruh keluarga yang selalu mendukungku. mendukung, memotivasi dan memberikan arahan kepada penulis.
Teman-teman dan kawan-kawan di Departemen Pengembangan Masyarakat Islam, khususnya di Kelas A Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Mataram. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan pokok yaitu: bagaimana peran pekerja sosial dalam mengadvokasi anak yang berkonflik dengan hukum dan apa saja keterbatasan pekerja sosial dalam mengadvokasi anak yang berkonflik dengan hukum dan solusi penyelesaiannya. . Hasil penelitian ini menunjukkan: 1) peran pekerja sosial dalam mengadvokasi anak yang berhadapan dengan hukum dalam kasus kekerasan adalah pertolongan, perlindungan, pendidikan dan fasilitasi.
Oleh karena itu diharapkan kerjasama semua lini, baik instansi pemerintah, lembaga swasta, masyarakat dan pekerja sosial khususnya untuk mengatasi masalah ini.
Latar Belakang
Untuk menyelesaikan masalah ini secara tuntas, perlu dibentuk hukum pidana anak dengan perlindungannya, lembaga peradilan dan pekerja sosial sebagai fasilitator sekaligus advokat 2 Peran advokasi yang dimaksud adalah sebagai bentuk intervensi untuk memecahkan masalah yang ada meminimalkan bahkan memecahkan . Pekerja sosial sebagai profesi yang menangani masalah sosial, termasuk anak yang berhadapan dengan hukum. Salah satu hal yang dilakukan untuk mengadvokasi permasalahan anak yang berkonflik dengan hukum adalah restorative justice. Setidaknya berdasarkan observasi yang dilakukan di lapangan, Badan Perlindungan Anak NTB banyak memberikan wawasan tentang anak yang berkonflik dengan hukum dan juga tantangan penyelesaian masalah ini.
Mengingat posisi anak yang masih labil, terutama anak yang berkonflik dengan hukum, maka anak tersebut membutuhkan bantuan orang dewasa yang lebih dewasa secara profesional. Dengan adanya hubungan kerjasama yang baik antara pemerintah dengan pekerja sosial terutama oleh masyarakat maka kasus anak yang berhadapan dengan hukum akan dapat diminimalisir atau diselesaikan. Peran yang dilakukan pekerja sosial dalam menyelesaikan berbagai permasalahan anak yang berkonflik dengan hukum adalah peran advokasi, dimana didalamnya terdapat pembinaan, pendidikan dan perlindungan.
Khususnya dalam menganalisis advokasi anak yang berkonflik dengan hukum di NTB yang merupakan salah satu permasalahan sosial.
Rumusan Masalah
Untuk menjawab pertanyaan dan permasalahan dalam perumusan masalah, peneliti memandang perlu untuk melakukan penelitian.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
Telaah Pustaka
Intervensi oleh pekerja sosial terhadap anak yang berkonflik dengan hukum dilakukan sampai anak sembuh total atau berdaya. Untuk anak korban, pekerja sosial biasanya akan lebih berhati-hati dalam melakukan advokasi. Intinya pekerja sosial memposisikan diri sebagai sahabat dan keluarga bagi anak yang berkonflik dengan hukum.
Melihat situasi dan kondisi yang terjadi, pekerja sosial terkadang kesulitan untuk memberikan pelayanan kepada anak yang berkonflik dengan hukum. Harapan pekerja sosial dalam mendapatkan bantuan tambahan adalah dengan memaksimalkan kinerja pekerja sosial dalam menangani kasus anak yang berkonflik dengan hukum. Sehingga kondisi lingkungan tersebut menjadi indikasi hambatan atau hambatan bagi pekerja sosial untuk mengadvokasi anak yang berkonflik dengan hukum dalam kasus kekerasan terhadap anak.
Peran pekerja sosial dalam mengadvokasi anak yang berkonflik dengan hukum dalam kasus kekerasan terhadap anak adalah peran pendamping, pelindung, pendidikan dan pemberi semangat.
Kajian Teori
Advokasi
Hambatan pelayanan advokasi anak yang berhadapan dengan hukum oleh pekerja sosial adalah kurangnya staf atau anggota yang menangani masalah anak. Selain itu, terdapat kendala bagi pekerja sosial untuk melakukan kerjasama dan penindakan lebih lanjut terhadap anak. Peran pekerja sosial dalam menangani anak yang berkonflik dengan hukum, khususnya korban tindak kekerasan, tidak hanya mendampingi dan memberikan perlindungan, tetapi juga memberikan pendidikan.
Berdasarkan hasil penelitian Peran advokasi pekerja sosial dalam penanganan anak yang berkonflik dengan hukum (Studi kasus kekerasan terhadap anak di NTB Institute) Kurangnya petugas dan tempat.
Pekerja Sosial
Metode Penelitian
- Pendekatan Penelitian
 - Teknik Pengumpulan Data
 - Sumber data
 - Teknik Analisis Data
 - Uji Keabsahan Data
 
Hal ini bertujuan untuk mendapatkan data yang objektif, dengan menggunakan metode pengumpulan data yang akurat dan teknik analisis data. Untuk memahami bagaimana peran pekerja sosial dalam pendidikan anak yang berkonflik dengan hukum secara lebih spesifik dan optimal, menggunakan unsur-unsur pokok yang dapat ditemukan sesuai dengan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. , pendekatan kualitatif digunakan. Pendekatan penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 1990) 18 Dalam penelitian kualitatif, data yang diperoleh sering digunakan untuk menghasilkan teori-teori yang muncul dari hipotesis.
Alasan penggunaan pendekatan kualitatif ini adalah untuk mendapatkan data yang lebih lengkap, mendalam dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Tujuan utama penelitian adalah untuk mendapatkan data. Tanpa pengetahuan tentang teknik pengumpulan data, peneliti tidak akan memperoleh data yang memenuhi standar data yang telah ditetapkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara atau sumber. Metode wawancara ini digunakan untuk mengetahui peran pekerja sosial dalam advokasi penanganan anak.
Dalam hal ini objek yang akan diobservasi adalah pekerja sosial dan anak penerima pelayanan. Dalam hal ini, pendokumentasian dilakukan di berbagai sumber data, seperti pekerja sosial, anak yang berkonflik dengan hukum, serta dokumen terkait peran advokasi pekerja sosial dalam penanganan anak yang berkonflik dengan hukum dalam kasus-kasus dari kekerasan terhadap anak. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan tanpa mengungkapkan pendapat orang lain.
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilahnya menjadi unit-unit yang dapat dikelola, mensintesakannya, mencari, menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang telah dipelajari, dan memutuskan apa yang akan diceritakan kepada orang lain. bahwa analisis data adalah proses pencarian dan pengumpulan data secara sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi dan lain-lain. Karyawan memegang peranan penting di sini, terutama dalam mendidik anak-anak yang berhadapan dengan hukum. Triangulasi sumber digunakan untuk menguji keabsahan data dengan cara mengecek data yang diperoleh dari berbagai sumber terkait advokasi pekerja sosial anak yang melanggar hukum dalam kasus kekerasan terhadap anak.
Penggunaan bahan acuan disini adalah untuk memberikan dukungan guna membuktikan kebenaran data yang diperoleh di lapangan dari fokus penelitian, misalnya hasil wawancara harus didukung dengan rekaman wawancara. Memperpanjang waktu penelitian berarti peneliti kembali ke lapangan untuk melakukan observasi. Dengan memperluas observasi untuk menguji kredibilitas data penelitian ini, fokusnya adalah pada pengujian data yang diperoleh sehingga peneliti dapat memeriksa kembali di lapangan untuk kebenarannya dan apakah data yang diperoleh sebelumnya telah berubah, atau dengan kata lain tujuannya. hal ini agar peneliti dapat membuat perbandingan antara data yang ada dengan data yang diperoleh dengan observasi ulang.
Sistematika Pembahasan
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kurangnya perhatian dan kontrol orang tua juga menjadi kendala bagi pekerja sosial dalam perlindungan anak. Bagi anak yang berkonflik dengan hukum dan menjadi korban kekerasan, anak tersebut mendapatkan pelayanan berupa motivasi, orientasi, konseling dan terapi dari pekerja sosial.
Bentuk Peran Advokasi Pekerja Sosial Terhadap Anak Yang
Kendala Pekerja Sosial Dalam Melakukan Advokasi Terhadap
Perubahan anak merupakan dinamika pekerja sosial di lapangan Selama ini ada tiga kendala yang sering dihadapi pekerja sosial dalam pelaksanaan tugas advokasi, yaitu kondisi psikologis anak, kurangnya partisipasi orang tua dan kondisi lingkungan. Di satu sisi Ibu Herniati menjelaskan sebagai pendamping tentang kendala yang datang dari internal pekerja sosial itu sendiri. Dimana faktor-faktor tersebut menjadi kendala atau permasalahan yang dihadapi para pekerja sosial dalam menjalankan tugasnya mengadvokasi anak yang berhadapan dengan hukum, ungkap Ibu Herniati S.Sos.
Bagi saya pribadi, faktor penghambat atau penghambat untuk mengadvokasi ABH berasal dari internal pekerja sosial itu sendiri. Dari pemaparan Ibu Warniati dan Ibu Herniati dapat disimpulkan bahwa indikator penyebab terhambatnya advokasi anak yang berhadapan dengan hukum oleh pekerja sosial adalah adanya faktor internal yaitu tenaga dan fasilitas. Banyaknya kasus menyebabkan petugas dalam hal ini pekerja sosial tidak mampu memberikan pelayanan.
Indikator kedua yang menjadi kendala pekerja sosial dalam melakukan advokasi adalah karena fasilitas yang kurang memadai. Faktor penyebab pertama yang menjadi kendala pekerja sosial dalam melakukan advokasi adalah karena kondisi psikologis anak. Karena pada usia itulah anak akan berkembang pesat dalam segala aspek.”62 Saat mengadvokasi anak, pekerja sosial akan berpartisipasi dalam berbagai jenis kegiatan anak untuk mendapatkan analisa yang baik.
Kendala yang dihadapi pekerja sosial dalam advokasi anak adalah ketika berhadapan dengan anak yang menjadi korban dengan tingkat trauma dan ketakutan yang tinggi. Tergantung pada pekerjaan orang tua anak, akan lebih sulit bagi pekerja sosial untuk mendapatkan informasi terkait pengenalan masalah yang muncul. Masalah yang membingungkan dan menjadi kendala dalam advokasi di lapangan Ketika seorang pekerja sosial dihadapkan pada dua orang anak yang bermasalah.
Ketika pekerja sosial mengalami masalah dengan advokasi, anak dibawa ke pusat rehabilitasi untuk bimbingan dan pendidikan. Adapun keterbatasan akibat kondisi lingkungan tersebut, para pekerja sosial tidak lepas dari kode etik yang dimilikinya.
PEMBAHASAN
Analisis Bentuk Peran Advokasi Pekerja Sosial Dalam Penanganan
Analisis Kendala pekerja sosial Dalam Mengadvokasi Anak
PENUTUP
Kesimpulan
Saran-Saran
Faktor kedua adalah faktor eksternal yang terdiri dari kondisi mental anak, kurangnya partisipasi orang tua dan kondisi lingkungan. Pemerintah bersama seluruh aparat penegak hukum dan media diharapkan dapat mempublikasikan keberadaan kinerja pekerja sosial profesional dan lembaga perlindungan anak NTB agar dapat eksis dan dikenal masyarakat. Meningkatnya peran serta pemerintah dalam pelaksanaan tugas oleh Badan Perlindungan Anak NTB, baik dari segi moral maupun materil 4.
Dian Tri Utami, Pengaruh Lingkungan Teman Sebaya Terhadap Perilaku Sosial Anak, Jurnal Generasi Emas, Vol 01 No 01 2018. Mulia Astuti, Anak Berhadapan dengan Hukum dalam Pola Pengasuhan Dalam Keluarga, Jurnal Informasi, Vol 16 No 1 2011.