• Tidak ada hasil yang ditemukan

peran dewan pengawas syariah terhadap praktik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "peran dewan pengawas syariah terhadap praktik"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH TERHADAP PRAKTIK KEPATUHAN SYARIAH DALAM LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH NON BANK (STUDI KASUS KSPPS KARYA

MANDIRI JEROWARU)

Oleh: Khairul Hamim

180502193

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2022

(2)

PERAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH TERHADAP PRAKTIK KEPATUHAN SYARIAH DALAM LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH NON BANK (STUDI KASUS KSPPS KARYA

MANDIRI JEROWARU) SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Khairul Hamim 180502193

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2022

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

(7)

vii MOTTO

“You will never failed if you never give up”

(8)

viii

PERSEMBAHAN

“Skripsi ini kupersembahkan pertama-tama dan yang paling utama kepada kedua orang tuaku yaitu: Ayahku Muhammad Nasir dan ibuku Parhiah yang telah mendukung dan memberikan semanagat dan do‟a terus menerus kepada sehingga skripsi ini bisa tercipta, dan kemudian kepada adik-adikku tercinta Lana Salsabila, Sapa Atul Aini, dan adiku yang paling kecil Muhammad Zidan Zayyan terimaksih kepada kalian para adik-adiku telah membuat kakak menjadi lebih dewasa dan agar kalian bisa mengambil contoh dari kakakmu ini supaya kelak kalian bisa mencapai proses belajar yang lebih dari ini dan menjadi kembagaan ibu dan bapak mengangkat derajat keluarga kita dan tidak lupa pula ucapan terimakasih banyak kepada semua dosen dan guru-guruku yang telah suka rela membagi ilmunya yang sangat bermanfaat untuku kedepanya.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur tiada henti-hentinya peneliti haturkan kehadirat Allah SWT yang maha pemberi petuntuk, anugrah dan nikmat yang diberikan-nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul“Peran Dewan Pengawas Syariah Terhadap Praktik Kepatuhan Syariah Dalam Lembaga Keuangan Syariah Non Bank (Studi Kasus KSPPS Karya Mandiri Jerowaru.” Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi syarat sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan Sarjana Ekonomi (S.E) Jurusam Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.

Ucapan terimakasih sedalam-dalamnya peneliti sampaikan kepada semua pihak yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini

1. Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz M.Ag.sebagai pembimbing 1 dan Lalu Ahmad Ramdani, ME.sebagai pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi dalam suasana keakraban untuk menjadikan skripsi ini menjadi lebih matang dan cepet selesei.

2. Dr. Sanurdi M.SI sebagai ketua program studi perbankan syariah.

3. Ibuku Parhiyah, Ayahku Muhammad Nasir, Adiku-adiku Lana Salsabila,Sapa Atul Aini,Muhammad Zidan Zayyan.

4. Teruntuk kake nenek paman-pamanku, Muhsin, Nurmiah dan pamanku Misbun Sidik, Hisbullah dan bibiku Sahoriah.

5. Untuk teman-teman seperjuangankun yang selalu sabar dan terus mendoakan serta memberikan dorongan moril dan materil selama masa pendidikan sehingga sampai pada saat ini.

6. Dan untuk sahabat-sahabat serumahku terimaksi banyak telah memberikan segala dukungan dan doa kalian yang telah mendrong agar saya tidak

(10)

x

menyerah untuk mengerjakan kwewajiban saya terutama untuk sahabatku, Wirtaswir, Rosid, Furqon, Cia”x, Jalel dan semua sahabt yang telah membantuku dan tidak ku sebutkan namanya satu persatu terimaksih banyak semoga kalian selalu diberikan kebahagian oleh Allah SWT.

Mataram 28 Agustus 2022 Penulis ,

Khairul Hamim

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

NOTA DINAS PEMBIMBING ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

PENGESAHAN ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 5

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Manfaat Penelitian ... 7

E.Ruang Lingkup Dan Setting Penelitian ... 9

F. Telaah Pustaka ... 8

G.Kerangka Teori ... 13

H.Dewan Pengawas syariah ... 13

1. Kepatuhan Syariah ... 23

2. Koperasi Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) ... 27

I. Kerang Berfikir ... 37

J. Metode Penelitian ... 40

K.Sistematika Pembahasan ... 45

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ... 48

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 48

(12)

xii

1. Sejarah singkat berdirinya koperasi simpan pinjam pembiayaan

syariah “karya mandiri jerowaru ... ...48

2. Visi Dan Misi Kssps Karya Mandiri Jerowaru ... 49

3. Tugas Pokok Dan Fungsi Kerja ... 50

B. Peran Dewan Pengawasan Syriah Terhadap Praktik Kepatuhan Syariah Pada KSPPS Karya Mandiri Jerowaru ... 57

C. Hambatan Yang Dihadapi Oleh Dewan Pengawas Syariah Dalam Melakukan Pengawasan Di KSPPS Karya Mandiri Jerowaru ... 61

D. Solusi Yang Telah Diupayakan Oleh Dewan Pengawas Syariah Dalam Melakukan Pengawasan Di KSPPS Karya Mandiri Jerowaru ... 64

BAB III PEMBAHASAN ... 68

A. Analisis Bagaimana Peran Dewan Pengawas Syariah Dalam Melakukan Pengawasan di KSPPS Karya Mandiri Jerowaru ... 68

B. Analisis Hambatan Yang Dihadapi Oleh Dewan Pengawas Syariah Dalam Melakukan Pengawasan Pada KSPPS Karya Mandiri Jerowaru ... 69

C. Analisi Solusi Yang Telah di Upayakan Oleh Dewan Pengawas Syariah Dalam Melakukan Pengawasan Pada KSPSS Karya Mandiri Jerowaru ... 71

BAB IV PENUTUP ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

xiii

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Kerangka Berpikir, Hlm 29.

Tabel 2.2 Struktur KSPPS Karya Mandiri Jerowaru, Hlm 41.

Tabel 2.3 Data Pembiayaan Modal Usaha, Hlm 49.

Tabel 2.4 Persen Margin KSPPS, Hlm 49.

Tabel 2.5 Data Nasabah Macet, Hlm 50.

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Logo KSPPS, Hlm 42.

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Pedoman Wawancara

Lampiran 2 Foto Kgiatan Wawancara

(16)

xvi

PERANAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH TERHADAP PRAKTIK KEPATUHAN SYARIAH DALAM LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH NON BANK (STUDI KASUS

KSPPS KARYA MANDIRI JEROWARU) Oleh:

Khairul Hamim 180502193 ABSTARK

Penelitian ini mengkaji tentang peran Dewan Pengawas Syariah Terhadap Praktik Kepatuhan Syariah Dalam Lembaga Keuangan Mikro Syariah Non Bank pada KSPPS Karya Mandiri Jerowaru. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriftip yang datanya didapatkan lansung di Lapangan. Adapun sumber data yang digunakan yaitu ada dua macam, yaitu data primer dan data skunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara lansung melalui hasil obsevasi dan wawancara, sedangkan data skunder diperoleh secara tidak lansung melainkan dari laporan-laporan tertulis yang terkait dengan penelitian.

Prosedur pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil obeservasi dan wawancara peneliti di Lapangan menunjukan bahwa ada beberapa indikator-indikator yang digunakan oleh Dewan Pengawas Syariah dalam melakukan pengawasan praktik kepatuhan syariah yaitu, yang pertama pengawasan pada produk akad-akad syariah, yang kedua pengawasan pada staf-staf kantor dalam menetapkan sistem kepatuhan syariah, yang ketiga Dewan Pengawas Syariah bekordinasi dengan stap-stap kantor terutama pada stap bagian kredit yang menentukan apa saja keluhan yang dihadapi dan lansung diberitahukan pada Dewan Pengawas, yang keempat pengawas internal dan pengawas eksternal berkordinasi dalam menentukan kebijakan produk atau aturan- aturan yang diterpakan.

Kata Kunci: Kepatuhan syariah, Dewan Pengawas Syariah, Produk Syariah

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lembaga keuangan syariah di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat, dalam perkembangan itu ditandai dengan berdirinya bank di Indonesia pertamakali yaitu bank Muamalah Indonesia pada tahun 1992. Pada saat itu juga dibarengi dengan keluarnya Undang-Undang No.

7 tahun 1992 yang berbunyi tentang perbankan yang menyediakan kebutuhan dari perbankan syariah. Dalam lembaga keuangan syariah non bank dapat memiliki potensi untuk terus tumbuh dan berkembang dan memiliki mampaat khusus untuk masyarakat yang tidak mampu dalam pembiayaan, dalam lembaga keuangan mikro syariah non bank yang berperan aktif dalam memberikan masyarakat penanaman modal dalam membantu masyarakat yang berpenghasilan rendah terutama masyarakat yang prekonomiannya, menengah kebawah untuk mendorong pemberdayaan ekonomi dimasyarakat, dalam lembaga keuangan mikro syariah yang ada saat ini yaitu Koperasi Simpan Pinjam Syariah (KSPPS).1

Jadi, lembaga keuangan mikro syariah merupakan lembaga yang cukup berperan penting dalam mengangkat perekonomian masyarakat terutama saat ini banyak perekonomian masyarakat yang merosot dikarenakan pandemic covid 19 dan disanalah lembaga keuangan mikro ikut andil dalam memberikan modal operasional lembaga keuangan mikro selain dilakukan dengan cara simpan pinjam bisa juga dilakukan dengan cara bagi hasil sesuai dengan sistem syariah, lembaga keuangan yang bisa menjalankan peran sebagai lembaga keuangan mikro syariah pada saat ini adalah Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) dan Koprasi Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah (KSPPS).2

Dalam lembaga keuangan mikro syariah terutama pada KSPPS mempunyai karakteristik tersendiri dalam pengelolaan keuangan,

1 Fathin Su’aidi, “Problematika Pengawasan Dewan Pengawas Syariah pada BMT-Maun Berkah Madani dan BMT Mandiri Ukhuah”, Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan, Vol.6, no.11, November, 2019, hlm.68.

2 Ulin Nuha, “Optimalisasi Peran Dewn Pengawas Syariah Pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah” ,.Jurnal of Islamic Banking and Finance, Vol.2, no.2, Desember, 2016, hlm. 211.

(18)

2

karakteristik tersendiri yang paling terlihat dalam lembaga keuangan syariah yaitu pada penerapan akad-akad baik pada produk pembiayaan maupun dalam produk tabungan, selain itu juga perbedaan karakteristik pembiayaan dan tabungan semua lembaga keuangan syari’ah baik bank maupun non bank yang berprinsip syari’ah mempunyai Dewan Pengawas Syariah (DPS), tidak terkecuali pegadaian syariah, koperasi simpan pinjam syari’ah, dan asuransi syari’ah.3

Selain itu juga seiring dengan tumbuh kembangnya lembaga keuangan mikro syari’ah di Indonesia yang di awasi oleh DPS yang menjadi perhatian yang sangat penting oleh semua pihak dan menjadi organ Dewan Syariah Nasional DSN di KSPPS, DPS memiliki tugas dan fungsi yang sangat penting dalam mengawal dan mengawasi kegiatan operasioanal pada KSPPS agar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah untuk melaksanakan tugas dan wewenang tersebut dalam dewan pengawas syariah membutuhkan standar kompetensi keilmuan syariah dan operasional yang mempuni pada bidang DPS itu sendiri, oleh karna itu pengawas syariah memerlukan adanya oprasional dan pengawasan yang melekat pada aktivitas keuangan berupa motivasi keagamaan maupun pengawasan dari kelembagaan, dalam menjalankan fungsi pada kelembagaan agar operasional lembaga keuangan syariah tidak menyimpang dari tuntunan syariah Islam maka berdirilah “Dewan Pengawas Syariah” yang dimaksud dengan Dewan Pengawas Syariah adalah dewan dari pakar ekonomi dan ulama yang menguasai ilmu fiqh muamalah dan bisa juga disebut “Islamic commercial jurisprudence” yang berdiri sendiri yang bertugas mengamati dan mengawasi aktivitas operasional lembaga keuangan syariah terutama pada akad-akad dan produk-produknya sesuai dengan ketentuan dari syariat Islam, yaitu dengan mengawasi secara teliti bagaimana bentuk-bentuk perikatan atau akad yang dilaksanakan oleh lembaga keuangan syariah dalam mengawasi lembaga keungan mikro syariah.4

Oleh karna itu, pengawas memerlukan pengawasan kepada orang yang terlibat dalam aktivitas keuangan maupun berupa motivasi-motivasi

3 Itsna Nurparikhah “Implementasi Peran dan Fungsi Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) pada Koperasi Simpan Pinjam Syari’ah (KSPPS) pada, KSPPS Bojonegoro, Skripsi Fakultas Syaria’ah dan Hukum, 2018, hlm. 5.

4 Ibid, hlm 2.

(19)

3

yang diberikan dewan pengawas syariah baik berupa motivasi keagamaan maupun mentalitas dalam pengawasan kelembagaan, dalam anggota Dewan Pengawas Syariah setiap anggota yang terpilih harus memiliki akhlakul kharimah dan dalam pengetahuan serta kompetensi pada bidang muamalah serta perbankan syariah dan keuangan Islam yang harus dikuasai Setiap Anggota Dewan Pengawas Syariah. Dan itu juga Dewan Pengawas Syariah wajib memiliki sifat ambisi dan komitmen dalam mengembangkan keuangan sesuai dengan syariat Islam dan memiliki kelayakan dalam mengemban tugas sebagai Dewan Pengawas Syariah serta memilki sertifikat yang diberikan oleh DSN.5

Pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah memiliki tugas dan fungsi pengawasan Kepatuhan Syariah pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah di KSPPS Karya Mandiri Jerowaru, permasalahan dalam penelitian ini adalah Dewan Pengawas Syariah yang mengawasi KSPPS Karya Mandiri Jerowaru, tidak terlalu berperan aktif dalam mengawasi kantor atau intansi yang diawasi. Permasalahan Dewan Pengawas Syariah yang mengawasi kantor atau instansi tersebut, jarang sekali datang untuk mengawasi dikarenakan kantor atau instansi tersebut agak jauh dari kantor Dewan Pengawas Syariah, maka dari itu lembaga keuangan atau kantor menjadi bebas dalam melakukan praktik kepatuhan syariah itu bisa juga tidak diberlakukan oleh staf yang ada pada Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Jerowaru, maka dari itu peneliti merasa perlu untuk melakukan analisis.

Dalam hal ini, penting adanya implementasi keputusan DSN-MUI tersebut, bagaimana peran dewan pengawas syariah terhadap praktik kepatuhan syariah agar tidak terjadi penyimpangan dalam prinsip-prinsip syariah dan memberikan jaminan atau kepastian kemanan bagi pengguna jasa LKS.

Dari uraian diatas, maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana Peran Dewan Pengawas syariah dalam mempraktikan kepatuhan pada KSPPS Karya Mandiri Jerowaru. Pada penelitian ini berupaya untuk mengetahui Peran Dewan Pengawas Syariah terhadap Praktik Kepatuhan Syariah Pada Lemabaga Keuangan Mikro

5 Bagya Agung Prabowo “Peran Dewan Syariah Terhadap Praktik Kepatuhan Syariah Pada Perbankan Syariah Indonesia” Jurnal Hukum, Vol 24, no. 1, Januari 2017, hlm, 34.

(20)

4

Syariah Non Bank (Studi Kasus Koperasi Simpan Pinjam Syariah Karya Mandiri Jerowaru).

B. Rumusan Masalah

Dari penjelasan yang penulis jelaskan diatas, maka dalam penelitian yang diteliti menggunakan tiga rumusan masalah yang di bahas dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana Peran Dewan Pengawas terhadap praktik kepatuhan syariah pada KSPPS Karya Mandiri Jerowaru?

2. Apa saja hambatan yang dihadapi oleh Dewan Pengawas Syariah dalam melakukan pengawasan pada KSPPS Karya Mandiri Jerowaru?

3. Apa saja solusi yang telah diupayakan oleh Dewan Pengawas Syariah dalam melakukan pengawasan di KSPPS Karya Mandiri Jerowaru?

C. Tujuan Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian tentu saja mempunyai maksud dan tujuan tertentu dibalik penulisan tersebut dan tujuanya adalah untuk mencari jawaban atas permasalahan dalam judul yang menjadi objek yang diteliti dank arena itu penulis menyimpulkan bawa tujuan dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui Peran Dewan Pengawas Syariah terhadap bagaimana mempraktikan kepada pegawai instansi bagaiamana cara mempraktikan kepatuhan syariah pada KSPPS Karya Mandiri Jerowaru.

2. Untuk mengetahui bagaimana hambatan yang dihadapi oleh Dewan Pengawas Syariah dalam melakukan pengawasan pada KSPPS Karya Mandiri Jerowaru.

3. Untuk mengetahui solusi yang telah diupayakan oleh Dewan Pengawas Syariah dalam melakukan pengawas di KSPPS Karya Mandiri Jerowaru.

D. Manfaat Penelitian

Sedangkan dalam manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Secara praktis

Manfaat secara praktis dalam penelitian ini adalah agar menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mahasiswa tentang bagaiamana peran dewan pengawas syariah melakukan pengawasan dalam bagaimana cara memanfaatkan ilmu yang sudah di dapatkan di bangku

(21)

5

perkuliahan supaya bermanfaat dalam kehidupan di masyarakat nantinya.

2. Manfaat Secara Teoritis

Manfaat secara teoritis dari penelitian ini adalah sebagai penambah intelektual dan penumbuh ilmu pengetahuan minat penelitian tentang dewan pengawas syariah dan sebagai media dalam mengembangkan teori tentang perbankan.

3. Manfaat secara akademis

Sebagai sumber khazanah ilmu tentang dewan pengawas syariah dan sebagai sumber ilmu tentang bagaimana kinerja dewan pengawas syariah.

E. Ruang Lingkup Dan Setting Penelitian 1. Ruang Lingkup

Dalam sebuah penelitian yang diteliti penulis adalah yang menyangkut dengan judul yang dikaji tentang “Peran Dewan Pengawas Syariah terhadap Praktik Kepatuhan Syariah dalam Lembaga Keuangan Mikro Syariah Non Bank” dari judul yang dikaji tentunya memiliki batasan-batasan yang harus dimiliki oleh penulis agar pembahsan penulis tidak melebar terlalu jauh dari rumusan masalah yang deteliti penulis, Oleh karna itu pada penelitian ini berfokus pada poin-poin yang dibahas.

2. Setting Penelitian

Pada setting penelitian yang dilakukan peneliti berbentuk pendekatan penelitian ke kantor atau instansi yang diteliti, maka dari itu peneliti menyiapkan setting penelitian yang dimana lokasi penelitian yaitu di “Koperasi Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah Karya Mandiri Jerowaru”. Dalam hal ini peneliti berpokus pada pegawai dewan pengawas syariah yang mengawasi intansi perkantoran tersebut, dalam melakukan peneltian ini memerlukan dewan pengawas syariah untuk di teliti maka dari itu memerlukan waktu yang tepat untuk melakukan penelitian yang semaksimal mungkin.

F. Telaah Pustaka

Dalam penelitian yang dilakukan penulis melakukan telaah pustaka yang sangat perlu untuk di kaji agar terhindar dari kesamaan judul oleh peneliti sebelumnya:

(22)

6

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ulfa Fauziah tahun 2017 Mahasiswa Jurusan Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam Negri Raden Intan Lampung, dengan judul “Analisis Peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) Terhadap Produk BMT Asyafi’iyah Gisting Tanggamus Menurut Etika Kerja Sama Islam”. Pada pokok penelitian yang dibahas adalah bagaiamana etika kerja menurut agama islam di BMT Asyafi’iyah Gisting Tenggamus Lampung. Maka hasil dari penelitianya adalah dewan pengawas syariah wajib dibentuk dibank umum syariah atau bank umum yang membuka unit usaha syariah untuk mengawasi produk-produk yang digunakan.6

Persamaan dari penelitian yang dilakukan adalah peneliti sama- sama meneliti tentang dewan pengawas syariah tetapi berpokus pada etika kerja Islam khususnya pada pegawai dewan pengawas syariah dan stap bmt asyafi’iyah Gisting Tenggamus. Perbedaan dari penelitian diatas adalah dapat dilihat bahwa pokok pembahasan peneliti yang berbeda karena peneliti membahas tentang praktik kepatuhan dan mencakup pada solusi dan masalah yang dihadapi dewan pengawas syariah.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Itsna Nur Farikhah tahun 2018 mahasiswa jurusan Ilmu Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Walisongo, Dengan judul

“Implementasi Peran Dan Pungsi Dewan Pengawas Syariah (DPS) Pada Koperasi Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah Studi Kasus Forum Koperasi Syariah Bojonegoro. Pada penelitian ini, poin yang diabahas adalah berpokus pada implementasi dewan pengawas syariah dan sistem terstruktur organisasi pada dewan pengawas syariah pada koperasi syariah bojonegoro. Maka dari itu hasil penelitiannya adalah pada KSPPS yang diteliti peneliti menemukan beberapa KSPPS yang mempunyai DPS lebih yang disyaratkan oleh Mentri Koperasi Usaha Kecil Dan Menengah nomor 16 tahun 2015 tentang pelaksanaan tentang kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah oleh

6 Ulfa Fauziah, “Analisis Peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) Terhadap Produk BMT Asyafi’iyah Gisting Tanggamus Menurut Etika Kerja Sama Islam, (Skripsi FSEI Universitas Islam Negri Intan Lampung, Lampung, 2017), hlm.1.

(23)

7

koperasi yaitu, Memilki anggota DPS 5 sekaligus yang memiliki sertifikat DSN MUI.7

Persamaan dari penelitian diatas adalah peneliti sama-sama meneliti tentang dewan pengawas syariah akan tetapi berpokus pada implementasi dan sistematis pada dewan pengawas syariah. Perbedaan dari penelitian yang dilakukan adalah dapat dilihat dari pokok pembahasan yang mebahas tentang struktur dari dewan pengawas syariah tersebut dan peneliti tidak menfokuskan pada staf atau instansi pegawai kantor pada KSPPS yang dituju pada penelitian ini membahas tentang pengawasan operasional yang dilakukan oleh dewan pengawas syraiah pada Koperasi Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah Bojonegoro.

3. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rusfan Rinaldy tahun 2020 mahasiswa jurusan perbankan syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negri Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh, Dengan judul “Analisis Peran Pengawas Syariah dalam Implementasi Kepatuhan Syariah di Bank Aceh Syariah”, Pada pokok peneltian mebahas tentang peran dewan pengawasan syariah pada sektor perbankan syariah pada prekonomian masyarakat, Maka dari itu peneliti menemukan bahwa hamabatan yang dihadapi oleh dewan pengwas syariah adalah kurangnya SDM tang kompeten dalam bidang perbankan kurang bebas dan tidak objektif pada bank aceh.8

Persamaan pada penelitian diatas adalah penelitian yang diteliti berhubungan tentang dewan pengawas syariah tetapi penelitian ini mengacu pada implementasi dewan pengawas syariah pada perbankan dan peneliti menemukan kurang teransparanya bank aceh kepada penulis.

Perbedaan dari penelitian ini adalah peneliti membahas tentang perbankkan syariah dan implementasi dewan pengawas syariah sangat jauh berbeda dari segi penelitian yang dibahas.

7 Itsna Nur Farikhah, “Implementasi Peran Dan Pungsi Dewan Pengawas Syariah Pada Koperasi Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah, (skripsi IHES Universitas Islam Negri Walisongo, 2018), hlm 1.

8 Rusfan Rinaldy “Analisis Peran Pengawas Syariah dalam Implementasi Kepatuhan Syariah di Bank Aceh Syariah, (Skripsi PS Universitas Islam Negri Ar-raniry Darussalam Banda Aceh, 2020), hlm 1.

(24)

8

4. Jurnal yang disusun oleh Syiar Hukum fakultas Hukum UNISBA volume.

XIII. No. 3 November 2011. Jurnal ini ditulis oleh Neneng Nurhasanah dengan judul “Optimalisasi peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) dilembaga keuangan syari’ah” Dalam jurnal ini penulis menjelaskan tentang berbagai macam peran DPS baik itu dalam pembangunan ekonomi ataupun yang ditentukan dalam Undang-Undang, serta bagaimana cara untuk melakukan pengoptimalan sebaik mungkin tugas DPS didunia Lembaga Keuangan Syariah yaitu yang pertama, harus menguatkan regulasi terhadap keberadaan DPS di Lembaga Keuangan Syariah. Kedua, pemerintah diharapkan untuk melakukan pemahaman bahwa DPS berperan penting dalam melakukan pembangunan ekonomi syari’ah.

Ketiga, meningkatkan kualitas Sumber Daya Islami agar memahami berbagai aspek dan materi tentang muamalah untuk calon Dwan Pengawas Syariah.

Persamaan dari keseluruhan penelitian yang disebutkan di atas, penyusun belum menemukan pembahasan mengenai permasalahan implementasi DSN-MUI no. 3/DSN-MUI/ 2000 tentang Dewan Pengawas Syariah (DPS) pada KSPPS di Bojonegoro. Selain itu juga terdapat perbedaan-perbedaan dan kesamaan dengan penelitianpenelitian terdahulu, perbedaannya yaitu penelitian ini lebih pada implementasi Kep.DSN-MUI No. 3 Tahun 2000 berkaitan tentang DPS pada KSPPS. Apakah keputusan tersebut berjalan sesuai dengan yang diharapkan atau apakah sesuai dengan aturan-aturan yang sudah dibuat oleh MUI untuk dilaksanakan pada Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) khususnya yang berada di Bojonegoro.9

5. Jurnal AHKAM (Jurnal Pemikiran dan Pembaruan Hukum Islam) Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negri (IAIN) Walisongo Semarang Volume XVIII/ Edisi I/ April 2007. Jurnal ini ditulis oleh Ari Kristin P. dengan judul “Analisis pengaruh faktor ekonomi dan religiusitas terhadap persepsi supervisor dan manajer mengenai independensi Dewan Pengawas Syari’ah pada Bank Syariah di Indonesia”. Dalam jurnal ini penulis menjelaskan tentang independensi DPS yang meliputi pengertian tugas serta wewenang

9 Neneng Nurhasanah “Optimalisasi peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) di lembaga keuangan syari’ah” (Jurnal Syiar Hukum. Vol. XIII, No. 3, UNISBA, 2011), hlm 89.

(25)

9

DPS dalam pengawasan di sebuah lembaga syari’ah yang berada di Indonesia.

Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang Dewan Pengawas Syariah yang mengawasi suatu intansi perkantoran. Perbedaan dalam penelitian ini adalah independensi suatu Dewan Pengawas Syariah dalam mengemban tugas pengawasan.10

G.Kerangka Teori

1. Dewan Pengawas syariah

a. Pengertian Dewan Pengawas Syariah

Pengawasan secara etimology/lughawi berarti riqabah makna lughawi penjagaan, penyelenggaraan dan pemantauan, sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nisa ayat 1, “Sesungguhnya Allah senatiasa mengawasi kalian.” Pengawasan dalam pengertian istilah syariah bermakna pemantauan (isyraf), pemeriksaan (muraja'ah) dan investigasi (fahsh) bertujuan untuk menjaga manfaat (mura'at maslahah) dan menghindari kehancuran (idra‟ mafsadah). Istilah pengawasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berasal dari perkataan awas yang bermaksud memberi perhatian dilihat dengan baik, dalam arti melihat sesuatu dengan teliti dan menyeluruh, kegiatan yang tidak lebih daripada memberikan laporan berdasarkan realitas sesungguhnya apa yang diawasi. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut controlling diterjemahkan dengan istilah pengawasan dan pengendalian, sehingga istilah controlling lebih luas artinya daripada pengawasan, tetapi di kalangan pakar-pakar telah disamakan pengertian controlling ini dengan pengawasan, jadi pengawasan termasuk pengendalian. Pengendalian berasal dari kendali, supaya membayangkan pengendalian langsung, kegiatan perbaikan yang salah dan meluruskan arah yang benar.11

Dalam kamus Bahasa Indonesia kata “dewan” adalah badan yang terdiri dari beberapa orang yang perkerjaannya memutuskan sesuatu

10 Ahkam “Analisis pengaruh faktor ekonomi dan religiusitas terhadap persepsi supervisor dan manajer mengenai independensi Dewan Pengawas Syari’ah pada Bank Syariah di Indonesia” (Jurnal Pemikiran dan Pembaruan Hukum Islam Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negri IAIN Walisongo Semarang, vol. IX, No. 17, 2007), hlm 10.

11 Bagya Agung Prabowo “Peran Dewan Syariah Terhadap Praktik Kepatuhan Syariah Pada Perbankan Syariah Indonesia” Jurnal Hukum, Vol 24, no. 1, Januari 2017, hlm, 34.

(26)

10

dengan jalan berunding, pengawas berasal dari kata awas yang berarti pengawas. Sedangkan “syariah” adalah komponen ajaran Islam yang mengatur tentang kehidupan seorang muslim baik dari bidang ibadah (habluminallah) maupun dalam bidang muamalah (hablumminannas) yang merupakan aktualisasi akidah yang menjadi keyakinannya. Sementara muamalah sendiri meliputi berbagai bidang kehidupan antara lain yang menyangkut ekonomi atau harta dan perniagaan disebut muamalah Maliyah.

Dalam upaya memurnikan pelayanan institusi keuangan syariah agar benar-benar sejalan dengan ketentuan syariah Islam maka, dibentuklah dewan pengawas syariah yang mana keberadaan dewan pengawas syariah mutlak diperlukan. Dewan Pengawas Syariah merupakan lembaga kunci yang menjamin bahwa kegiatan operasional institusi keuangan syariah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Merujuk pada Surat Keputusan DSN MUI nomor 3 tahun 2000, dewan pengawas syariah adalah bagian dari lembaga keuangan syariah yang bersangkutan, dan penempatannya atas persetujuan Dewan Syariah Nasional.

b. Pengertian Peranan

Peranan menurut terminology adalah seperangkat tingkah yang diharapkan dimilki oleh yang berkedudukan tinggi di masyarkat. Dalam bahasa Inggris Peranan disebut “role” yang definisinya adalah “person‟s task or duty in undertaking.” Artinya tugas atau kewajiban sesorang dalam suatu usaha atau pekerjaan. Peran diartikan sebagai prangkat dan tingkah yang diharapkan dimilki oleh yang berkedudukan dalam masyarakat.

Sedangkan Peranan merupakan tindakan yang dilakukan oleh seorang dalam suatu peristiwa.12

c. Fungsi Dewan Pengawas Syariah

Fungsi dan peranan DPS pada bank syariah, memiliki hubungan yang kuat dengan pengurusan risiko perbankan syariah, yakni resiko reputasi yang selanjutnya memberi kesan pada risiko lain, seperti risiko likuiditas. Kegiatan perbankan syariah harus menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam transaksi ekonomi dan selain dari hal-hal yang dilarang oleh

12 Hasan Mukmin, Peranan Fakultas Dakwah Sebagai Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dalam pemebrdayaan masyarakat Islam di Wilayah Lampung, (Jurnal Penelitian Peranan dan Pengabdian kepada Masyarakat, IAIN Raden Intan Lampung, 2014), Hlm. 62.

(27)

11

Islam seperti riba, judi, spekulasi dan lain-lain. Setiap kontrak dalam kegiatan bisnis, terutama kontrak-kontrak pengumpulan dan distribusi dana pada saat ini telah diatur dalam PBI No. 7/46/PBI/2005 tentang Akad Pengumpulan dan Pembayaran untuk Menjalankan Usaha Bank Berdasarkan Prinsip Syariah.

Secara umum tugas dan fungsi DPS adalah melakukan pengawasan dan pengarahan atas aktivitas lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan aturan dan prinsip yang diterapkan dalam fatwa-fatwa DSN, serta melaporkan hasil pengawasan kepada DSN. Peran yang sangat penting dimiliki oleh dewan pengawas syariah karena berperan menjamin kesesuaian syariah seluruh kegiatan pengelolaan maupun produk dan jasa yang dikeluarkan oleh lembaga keuangan syariah. Merujuk pada kualifikasi, tugas dan kewajiban DPS, maka selayaknya DPS mampu mengontrol ketat perilaku lembaga keuangan syariah (LKS). DPS dituntut untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan benar agar LKS sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Hal diatas bertolak belakang dengan syarat seseorang yang akan menjadi DPS yaitu memiliki akhlaqul karimah. DPS juga harus memiliki kompetensi dalam bidang muamalah dan keuangan secara umum serta komitmen untuk mengembangkan keuangan berdasarkan syariah. Berdasarkan kualifikasi tersebut harus dibuktikan dengan sertifikat sebagai DPS yang dikeluarkan oleh DSN.

Sudah seharunya DPS sebagai orang yang memiliki kualifikasi dalam melakukan pengawasan kepatuhan syariah memiliki independensi dengan menilai secara objektif. Dalam melakukan diperlukan objektivitas dan independensi agar tidak terpengaruh oleh pihak lain. Dalam penelitiannya Dewan Pengawas Syariah dalam mewujudkan Good Corporate Governance untuk meningkatkan kinerja yang dilakukan independensi DPS berpengaruh signifikan terhadap kinerja KSPPS Karya Mandiri Jerowaru.13

d. Ruang Lingkup Pengawasan Dan Struktur Dewan Pengawas Syariah Pengawasan (supervision) adalah kegiatan untuk melakukan pemantauan atas pelaksanaan suatu kegiatan agar sesuai dengan ketentuan dan prosedur, sehubungan dengan bank, pengawasan dapat diartikan sebagai

13 Fathin su’aidi, “Probelamatika Pengawasan Dewan Pengawas Syariah Pada BMT Almaun Berkah Madani Dan Bmt Mandiri Ukhuwah Persada, Jurnal Ekonomi Syraiah Teori Dan Terapan, vol 6, No. 11, November 2019, hlm 2364.

(28)

12

pemantauan kegiatan operasional bank agar dijalankan sesuai dengan ketentuan.

Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI No. 16/Per/M.KUKM/IX/2015 juga menjelaskan tentang pengawasan koperasi yaitu upaya yang dilakukan oleh pengawas koperasi, dewan pengawas syariah, pemerintah, gerakan koperasi, dan masyarakat agar organisasi dan usaha KSPPS dan USPPS Koperasi diselenggarakan dengan baik sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Dari penjelasan-penjelasan diatas maka dapat dikatakan bahwa pengawasan pada koperasi sangat diperlukan agar kegiatan operasional koperasi bisa dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mendapatkan hasil yang diharapkan.

Dari pemaparan tentang pengawasan yang dilakukan oleh DPS dapat dijelaskan dalam beberapa hal berikut:

1) Ruang Lingkup Pengawasan

Ruang lingkup pengawasan DPS dapat dibagi menjadi dua bidang, yaitu:

a) Struktur Organisasi Dewan Pengawas Syariah

Pengawasan kepada struktur organisasi dilakukan kepada setiap pengurus LKS. Pengawasan ini tertuju pada pemahaman dan kinerja pengurus dan karyawan LKS. Apabila DPS menemukan kinerja pengurus dan karyawan LKS kurang atau tidak sesuai dengan prinsip syariah, maka DPS dapat mengambil tindakan.

b)Operasional Usaha Yang Dibiayai

Pengawasan ini tertuju pada produk dan operasionalisasi produk yang dikeluarkan oleh LKS. Sama halnya dengan lingkup struktur organisasi, dalam pengawasan ini DPS dapat, mengambil tindakan manakala menemukan operasional usaha yang dibiayai kurang atau tidak sesuai dengan prinsip syariah.

Dari penjelasan diatas jelas sekali bahwa ruang lingkup pengawasan yang dilakukan tidak hanya terkait dengan produk dan operasional produk saja melainkan juga kepada struktur organisasi (SDM). Hal ini mengindikasikan bahwa pengawasan tidak hanya bertujuan pada aspek produk saja namun juga bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia yang memahami syariah sehingga akan lebih dapat memaksimalkan operasional produk

(29)

13

usaha, baik dalam proses pengeluaran maupun pelaksanaan produk di lapangan.

(1) Ex ante auditing, yakni aktivitas pengawasan DPS yang dipusatkan pada pemerikasaan berbagai kebijakan yang diambil oleh LKS.

(2) Ex post auditing, yakni aktivitas pengawasan DPS yang dipusatkan pada pemeriksaan laporan kegiatan dan laporan keuangan.

(3) Perhitungan dan pembayaran zakat LKS, aktivitas ini berkaitan dengan pelaksanaan ketentuan syariah tentang harta yang berbeda (mal) yang menjadi bagian kewajiban dari LKS.14

Meskipun berbeda secara redaksional, kedua pendapat tersebut memiliki kesamaan yakni memusatkan pengawasan pada ruang lingkup SDM dan LKS yang berasas pada prinsip dan pelaksanaan syariah Islam.

Tujuan pemeriksaan usaha KSPPS dan USPPS Koperasi adalah untuk memeriksa kepatuhan pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-perundangan. Sasaran pengawasan Koperasi adalah:

(1) Terwujudnya peningkatan kepatuhan Koperasi terhadap peraturan perundang-undangan.

(2) Terbentuknya Koperasi yang kuat, sehat, mandiri, dan tangguh.

(3) Terwujudnya Koperasi yang akuntabel.

Manfaat pengawasan bagi Koperasi adalah untuk mendorong koperasi agar:

(1) Melaksanakan kegiatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan (2) Sebagai badan usaha yang kredibel berdasarkan prinsip Koperasi (3) Dalam menjaga dan melindungi aset Koperasi dari tindakan

penyelewengan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

(4) Dalam meningkatkan transparansi dan akuntabilitas Koperasi terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.

(5) Menjadi kuat, sehat, mandiri, dan tangguh.

(6) Mencapai tujuannya secara efektif dan efisien yaitu meningkatkan pemberdayaan ekonomi anggota.

14 Sunandar, “Peran dan Fungsi Dewan Pengawas Suverpisory Board dalam Perbankan Syariah di Indonesia, Jurnal Hukum Islam, Vol 4, No. 2, Desember 2005. Hlm 46.

(30)

14

Pengawasan dan pemeriksaan Koperasi dari unsur pemerintah dilakukan oleh pejabat yang membidangi koperasi untuk mengawasi dan memeriksa koperasi agar kegiatan diselenggarakan dengan baik sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pejabat Pengawas KSPPS dan USPPS Koperasi adalah Aparatur Sipil Deputi/Gubernur/Bupati/Walikota atau Pejabat yang berwenang mengangkat pejabat pengawas untuk melakukan pengawasan terhadap KSPPS dan USPPS Koperasi sesuai wilayah keanggotaanya.15

Berdasarkan keputusan Menteri Koperasi dan Usaha kecil dan Menengah No.16/Per/M.KUKM/IX/2015 mengatakan pada bab 1 ketentuan umum pasal 1 poin ke-9 mengatakan bahwa Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah dewan yang dipilih oleh koperasi yang bersangkutan berdasarkan keputusan rapat anggota dan beranggotakan alim ulama yang ahli dalam syariah yang menjalankan fungsi dan tugas sebagai pengawas syariah pada koperasi yang bersangkutan dan berwenang memberikan tanggapan atau penafsiran terhadap fatwa yang dikeluarkan Dewan Syariah Nasional.

Dalam keputusaan DSN-MUI No.3 tahun 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Anggota Dewan pengawas Syariah diatur sebagi berikut:

1. Keanggotaan Dewan Pengawas Syariah

(a) Setiap lembaga keuangan syariah harus memiliki sedikitnya tiga orang angota dewan pengawas syariah.

(b) Salah satu dari jumlah tersebut ditetapkan sebagi ketua

(c) Masa tugas anggota dewan pengawas syariah adalah 4 (empat) tahun akan mengalami pergantian antar waktu apabila meningggal dunia, minta berhenti, diusulkan oleh lembaga keuangan syariah yang bersangkutan, atau telah merusak citra DSN.

2. Syarat Dewan Pengawas Syariah (a) Memiliki akhlaq karimah

(b) Memiliki kompetensi kepakaran di bidang syariah muamalah dan pengetahuan di bidang perbankan dan /atau keuangan secara umum

15 Arofah, Anik, “Peran dewan pengawas syariah terhadap pengawasan aspek syariah di Baitul Maal Wa Tamwil BMT Safinah Klaten Surakarta, Jurnal Fakultas Syariah”, Vol 6, No 12, Maret 2008, hlm 57.

(31)

15

(c) Memiliki komitmen untuk mengambangkan keuangan berdasarkan syariah

(d) Memiliki kelayakan sebagai pengawas syariah, yang dibuktikan dengan surat/sertifikat dari DSN.

Dalam keputusan Menteri Koperasi dan Usaha kecil dan Menengah No.16/Per/M.KUKM/IX/2015 dalam pasal 14 juga menerangkan tentang petunjuk pelaksanaan Penetapan Anggota Dewan pengawas Syariah diatur sebagi berikut:

(a) Jumlah Dewan pengawas Syariah paling sedikit berjumlah 2 orang dan setengahnya memiliki sertifikasi DSN-MUI.

(b) Persyaratan untuk dapat dipilih menjadi dewan pengawas syariah meliputi:

(c) Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan korporasi, keuangan Negara, dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan, dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan.

(d) Tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah dan semenda sampai derajat kesatu dengan pengurus.

(e) Dewan pengawas syariah diutamakan dari anggota koperasi dan dapat diangkat dari luar anggota koperasi untuk masa jabatan paling lama 2 (dua) tahun.

Dengan syarat-syarat yang telah disebutkan diatas diharapkan bahwa seseorang yang menjadi anggota DPS diharapkan mampu melakukan pengawasan terhadap kinerja lembaga keuangan syari’ah, selain itu juga anggota DPS diharapkan untuk dapat berperan dalam pengembangan kinerja lembaga keuangan syari’ah dengan tetap mengacu dan berpedoman pada prinsip-prinsip syari’ah.

3. Tahap-Tahap Pengawasan Dewan Pengawas Syariah16

Dalam melakukan pengawasan, DPS dapat melaksanakannya melalui tiga procedural pengawasan dengan penjelasan sebagai berikut:

(a) Prosedur atau tahapan perencanaan pengawasan

16 Adrian Sutedi, Perbankan Syariah: Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum, (Bogor: Ghalia Indonesia), 2009, hlm. 142

(32)

16

Pada tahap ini DPS membuat rencana terkait dengan tahapan pengawasan yang akan dilaksanakannya. Tahap ini merupakan tahapan penting dan paling mendasar karena hasil dalam tahapan ini yang akan menjadi acuan dan pedoman DPS dalam melaksanakan pengawasan kepada LKS. Perencanaan pengawasan disesuaikan dengan ruang lingkup pengawasan DPS

(b) Melaksanakan prosedur, enyiapkan dan mereview kertas kerja pemeriksaan

Tahapan ini merupakan tahapan operasional dari tahapan pertama. Pada tahapan ini, DPS melakukan tugasnya sesuai dengan rencana yang telah dibuat untuk memudahkan pengawasan, maka dalam tahapan ini DPS dapat melakukan salah satu bentuk pengawasan dengan melakukan peninjauan kertas kerja pemeriksaan.

(c) Pendokumentasian kesimpulan dan laporan

Tahapan ini adalah tahap akhir yang merupakan tahapan pengarsipan yang perlu dilakukan oleh DPS. Hal ini penting agar setiap perkembangan pengawasan dapat dimonitoring sebagai bahan evaluasi kerja dan pertimbangan dalam menentukan model pengawasan yang akan dilakukan pada masa mendatang.17

2. Kepatuhan Syariah

a. Pengertian Kepatuhan Syariah

Kepatuhan syariah secara operasional adalah kepatuhan kepada fatwa Dewan Syariah Nasional karena fatwa DSN merupakan perwujudan prinsip dan aturan syariah yang harus ditaati dalam perbankan syariah. Dalam operasional bank syariah tidak hanya meliputi produk saja, akan tetapi meliputi sistem, teknik dan identitas perusahaan. Karena itu, budaya perusahaan yang meliputi pakaian, dekorasi dan image perusahaan merupakan salah satu aspek kepatuhan syariah dalam bank syariah.

Tujuan kepatuhan syariah dalam Koperasi Syariah tidak lain untuk menciptakan suatu moralitas dan spiritual kolektif, yang apabila digabungkan dengan produksi barang dan jasa, maka akan menopang

17 Fitra Nelli, “Problematika Kiprah Dewan Pengawas Syariah (DPS) di Perbankan Syariah, Jurnal Al-Masharif, Vol. III, No. 1, Januari - Juni 2015, hlm 93.

(33)

17

kemajuan dan pertumbuhan jalan hidup yang Islami. Kepatuhan syariah tersebut secara konsisten dijadikan sebagai kerangka kerja bagi sistem dan keuangan bank syariah dalam alokasi sumber daya, manajemen, produksi, aktivitas pasar modal dan distribusi kekayaan.

Kepatuhan syariah juga merupakan bagian dari pelaksanaan framework manajemen resiko, dan mewujudkan budaya kepatuhan dalam mengelola resiko Koperasi yang menjalani prinsip Islam.

Kepatuhan syariah (shariah compliance) juga memiliki standar internasional yang disusun dan ditetapkan oleh Islamic Financial Service Board (IFSB) dimana kepatuhan syariah merupakan bagian dari tata kelola lembaga (corporate governance).

Kepatuhan syariah merupakan manifestasi pemenuhan seluruh prinsip syariah dalam lembaga yang memiliki wujud karakteristik, integritas dan kredibilitas, dimana budaya kepatuhan tersebut adalah nilai, perilaku dan tindakan yang mendukung terciptanya kepatuhan Syariah terhadap seluruh ketentuan yang ada pada Koperasi Syariah.

Makna kepatuhan syariah (shariah compliance) dalam Koperasi Syariah adalah “penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait”.Dalam ketentuan kepatuhan syariah yang dapat digunakan sebagai ukuran secara kualitatif untuk menilai ketaatan syariah di dalam lembaga keuangan syariah, antara lain:

1. Akad atau kontrak yang digunakan untuk pengumpulan dan penyaluran dana sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan aturan syariah yang berlaku.

2. Seluruh transaksi dan aktivitas ekonomi dilaporkan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi syariah yang berlaku.

3. Seluruh transaksi dan aktivitas ekonomi dilaporkan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi syariah yang berlaku.

4. Bisnis usaha yang dibiayai tidak bertentangan dengan syariah.

5. Terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS) sebagai pengarah syariah atas keseluruhan aktivitas operasional Bank Syariah.

(34)

18

6. Sumber dana berasal dari sumber yang sah dan halal menurut syariah.18

Mekanisme kepatuhan syariah terdapat dua konsep yang mendasari pelaksanaan pengawasan syariah dalam konteks pemenuhan akuntabilitas secara horizontal dan transendental. Pertama, konsep syariah review harus dilakukan oleh DPS untuk melakukan pengawasan terhadap kepatuhan syariah. Kedua, konsep internal shariah review Bank Syariah sebagai salah satu fungsi internal audit. DPS merupakan badan independen yang ditempatkan oleh DSN yang anggotanya terdiri dari para ahli bidang Fikih Muamalah dan memiliki pengetahuan umum dalam bidang lembaga keuangan syariah.

Secara umum, konsep dasar fungsi kepatuhan berfungsi sebagai pelaksana dan pengelola risiko kepatuhan yang berkoordinasi dengan satuan kerja dalam manajemen resiko. Fungsi kepatuhan melakukan tugas pengawasan yang bersifat preventif dan menjadi elemen penting dalam pengelolaan dan operasional Bank Syariah, pasar modal, asuransi syariah, pegadaian syariah serta lembaga keuangan syariah non bank (koperasi jasa keuangan syariah).

Hal tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa kebijakan, ketentuan, sistem dan prosedur yang dilakukan oleh perbankan Islam maupun lembaga keuangan syari’ah non bank telah sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan Bank Indonesia, Pemerintah, Bapepam- LK, Fatwa MUI, serta penetapan hukum yang telah ditetapkan dalam standar internasional IFSB, AAOIFI, Syariah Supervisory Board (SSB).

Fungsi kepatuhan syariah dalam Koperasi Sayriah erat kaitannya dengan peran dan fungsi Dewan Pengawas Syariah di masing-masing lembaga keuangan syariah. Kepatuhan syariah (shariah compliance) memiliki standar internasional yang disusun dan ditetapkan oleh Islamic Financial Service Board (IFSB) dimana kepatuhan syariah merupakan bagian dari tata kelola lembaga (corporate governance).

Kepatuhan syariah merupakan bagian dari sistem tata kelola perbankan syariah yang baik. Pengelolaan Bank Syariah tidak bisa lepas

18 Kristin “Pemikiran dan Pembaruan Hukum Islam”, (Jurnal ahkam, Vol.

XVIII, No. 1, Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negri IAIN Walisongo Semarang, 2007), hlm 45.

(35)

19

dari pemenuhan prinsip-prinsip syariah, terutama dalam pelaksanaan fungsi intermediasi. Pada tataran operasional pengumpulan dan penyaluran dana masyarakat harus menerapkan prinsip-prinsip syariah.

Kepatuhan syariah merupakan salah satu unsur dalam penilaian mengenai tingkat kesehatan pada Koperasi Syariah. Pemeliharaan tingkat kesehatan bank akan berbanding lurus dengan pemeliharaan kepercayaan masyarakat, sehingga bila bank lalai dalam menjaga tingkat kesehatanannya karena tidak menerapkan prinsip syariah, maka kepercayaan masyarakat terhadap Koperasi akan hilang. Dalam perspektif Koperasi Syariah, kepatuhan syariah adalah meningkatkan pengetahuan syariah dan menciptakan inovasi produk dan layanan kreatif dengan tetap patuh pada aturan DSN.19

3. Koperasi Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) 1. Pengertian KSPPS

Banyak masyarakat yang masih awam dengan istilah koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) dan lebih familiar dengan istilah BMT (Baitul Maal wa Tamwil), karena Kementerian Koperasi baru mengeluarkan surat edaran pada tahun 2015 silam, yaitu Peraturan Menteri Koperasi (permenkop) Nomor 16 Tahun 2015 yang isinya menghimbau agar BMT-BMT yang berbadan hukum koperasi dan menamakan dirinya KJKS supaya beralih menjadi KSPPS.

Sesuai dengan Permenkop Nomor 16 Tahun 2015, yang dimaksud Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan perundangundangan perkoperasian.

Sedangkan Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) adalah koperasi yang kegiatan usahanya meliputi simpanan, pinjaman dan pembiayaan sesuai prinsip syariah, termasuk mengelola zakat, infaq/sedekah, dan wakaf. Prinsip syariah yang dimaksud adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan usaha koperasi berdasarkan fatwa yang

19 Rusfan Rinaldy “Analisis Peran Pengawas Syariah Dalam Implementasi Kepatuhan Syariah Di Bank Aceh Syariah, (Skripsi PS Universitas Islam Negri Ar-raniry Darussalam Banda Aceh, 2020), hlm 1.

(36)

20

dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).20

Sedangkan menurut Farid Hidayat Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) adalah koperasi yang menyelenggarakan kegiatan usaha simpan pinjam pembiayaan syariah, oleh karena itu Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) wajib memiliki dewan pengawas syariah yang ditetapkan oleh Rapat Anggota.

Jumlah Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) paling sedikit berjumlah 2 orang dan setengahnya memiliki sertifikasi DSN-MUI.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah merupakan sebuah lembaga yang bergerak pada bidang keuangan berbasis syariah dan saat ini sangat digandrungi oleh masyarakat di Indonesia.

2. Prosedur pendirian KSPPS

Pendirian KSPPS dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan kelayakan usaha serta manfaat bagi anggotanya. Ada beberapa tahapan dalam mendirikan KSPPS. Tahap pertama adalah persiapan. Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah mengumpulkan calon pendiri koperasi. Jumlah calon pendiri koperasi primer minimal 20 orang. Pada tahap persiapan perlu ditentukan apakah angotanya hanya satu wilayah kabupaten/kota, lintas kabupaten/kota, atau lintas daerah provinsi. Wilayah keanggotaan ini akan menentukan jumlah modal minimal pendirian koperasi.21

Tahap pertama, modal usaha KSPPS Primer dengan wilayah keanggotaan dalam satu daerah Kabupaten/Kota minimal sebesar Rp 15.000.000,- (lima belas juta rupiah). Modal usaha KSPPS Primer dengan wilayah keanggotaan lintas daerah Kabupaten/Kota dalam satu wilayah daerah provinsi minimal sebesar Rp 75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah). Modal usaha KSPPS Primer dengan wilayah keanggotaan lintas daerah provinsi minimal sebesar Rp 375.000.000,- (tiga ratus tujuh puluh lima juta rupiah).

20 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun Tentang Perkoperasian, diakses pada tanggal 19 November 2020 pukul 11.00 WIB.

21 Mentri Koperasi dan UKM Republik Indonesia, Pasal 2 Ayat 2 diakses pada tanggal 02 Juni 2021 pukul 17.00 WIB.

(37)

21

Modal sendiri KSPPS adalah jumlah simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan yang disisihkan dari sisa hasil usaha, hibah, dan simpanan lain yang memiliki karakteristik sama dengan simpanan wajib.

Tahap kedua, sosialisasi. Para calon pendiri koperasi menghadirkan Dinas Koperasi setempat untuk memberikan sosialisasi dan pengarahan tentang koperasi secara umum dan KSPPS. Dinas Koperasi setempat akan menjelaskan tentang koperasi, prinsip-prinsip koperasi, badan hukum koperasi, pendirian koperasi dan perkoperasian lainnya.22

Tahap ketiga, proses pendirian. Para pendiri membuat draft Anggaran Dasar Koperasi, nama koperasi, bidang usaha koperasi, besarnya simpanan pokok dan wajib, keangotaan, organisasi koperasi dan modal koperasi. Para pendiri juga merancang susunan pengurus, pengawas, dan dewan pengawas syariah. Pengurus koperasi minimal terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara. KSPPS karena menyelenggarakan kegiatan usaha simpan pinjam pembiayaan syariah, maka wajib memiliki dewan pengawas syariah (DPS). Jumlah DPS paling sedikit berjumlah 2 (dua) orang dan setengahnya memiliki sertifikasi DSN-MUI.

Tahap keempat adalah rapat pendirian. Pada saat rapat pendirian, Dinas Koperasi akan hadir untuk memberikan pengarahan dan mengawasi jalannya rapat pendirian. Rapat pendirian membahas agenda Anggaran Dasar dan susunan pengurus, pengawas, dan DPS. Rapat pendirian juga menunjuk beberapa orang pendiri untuk diberikan kuasa mewakili para pendiri mengurus badan hukum koperasi.

Tahap kelima adalah pengurusan badan hukum. Semua persyaratan pendirian koperasi dibawa ke Dinas Koperasi untuk diverifikasi kelengkapannya. Setelah dinyatakan lengkap oleh Dinas Koperasi, maka para kuasa pendiri koperasi mendatangi notaris untuk pengesahan Anggaran Dasar dan pendaftaran pengurusan badan hukum secara online.

Sejak April 2016, pendaftaran badan hukum dan ijin koperasi dilaksanakan secara online. Kuasa pendiri koperasi membuka rekening di bank syariah sebagai syarat bahwa modal pendirian koperasi telah disetor.

22 Sutatya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, Ed.1, Cet.2, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.1-2.

(38)

22

Selanjutnya notaris yang akan mengurus dan mendaftarkan secara online.

Kurang lebih satu bulan sejak pendaftaran secara online dinyatakan lengkap berkasnya, insya Allah badan hukum KSPPS akan dikeluarkan oleh Kemenkop UKM.

Proses pendirian KSPPS mudah dan cepat, KSPPS menjadi solusi bagi pihak yang ingin bertransaksi secara syariah namun belum memenuhi persyaratan bank teknis, atau masih sulit mengakses bank syariah. KSPPS menjadi salah satu solusi untuk menjauhi transaksi riba dan transaksi- transaksi haram lainnya. Hidup lebih barokah dengan menjalankan transaksi syariah bersama Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah.

3. Macam-Macam Bentuk KSPPS

Terdapat dua bentuk Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) yaitu:

a. Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) primer adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang atau seorang.

b. Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Sekunder adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS). Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) sekunder didirikan oleh sekurang kurangnya 3 (tiga) badan hukum Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Wilayah keanggotaan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Primer dan Sekunder terdiri dari:

1) Wilayah keanggotaan dalam 1 (satu) daerah kabupaten/kota.

2) Wilayah keanggotaan lintas daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) daerah provinsi.

3) Wilayah keanggotaan lintas daerah provinsi.

4. Ciri-Ciri KSPPS

a. Berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan ekonomi paling banyak untuk anggota dan lingkungannya.

b. Bukan lembaga sosisal melainkan dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan penggunaan zakat, infak, dan sedekah bagi kesejahteraan orang banyak.

(39)

23

c. Milik bersama masyarakat kecil dan bawah dari lingkungan KSPPS itu sendiri, bukan milik orang seorang atau orang dari luar masyarakat itu.

d. Staf dan karyawan KSPPS bertindak proaktif menjemput bola serta pelayanannya mengacu kepada kebutuhan anggota.

e. KSPPS mengadakan pendampingan usaha anggota. Pendampingan ini lebih efektif dilakukan secara berkelompok dengan perbincangan mengenai bisnis sekaligus dilakukan angsuran dan simpanan.

f. Manajemen KSPPS adalah professional Islam. Administrasi keuangan dilakukan berdasarkan prinsip akuntansi syariah. Setiap bulan KSPPS akan menerbitkan laporan keuangan dan penjelasan dari isi laporan tersebut.

5. Prinsip Operasional KSPPS

Dalam menjalankan usaha mengelola uang anggota koperasi, maka KSPPS berpegang teguh pada prinsip- prinsip sebagai berikut:

a. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan mengimplementasikannya pada prinsip-prinsip syariah dan muamalah Islam ke dalam kehidupam nyata.

b. Keterpaduan, yakni nilai-nilai spiritual dan moral menggerakkan dan mengarahkan etika bisnis yang dinamis, proaktif, progresif, adil, dan berakhlak mulia.

c. Kekeluargaan, yakni mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi.

d. Kebersamaan, yakni kesatuan pola pikir, sikap dan cita-cita antar semua elemen KSPPS untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan sosial.

e. Kemandirian, berarti tidak bergantung dengan dana-dana pinjaman dan bantuan.

f. Profesionalisme, yakni semangat kerja yang tinggi yang didasari dengan keimanan.

g. Istiqomah, konsisten, konsekuen, kontinuitas tanpa henti dan tanpa pernah putus asa.

Dengan prinsip-prinsip tersebut maka kerja yang dilakukan tidak hanya berorientasi pada kehidupan di dunia saja, tetapi juga kenikmatan dan kepuasan rohani di akhirat. Kerja keras dan cerdas yang dilandasi dengan bekal pengetahuan yang cukup, keterampilan yang terus ditingkatkan serta niat dan gairah yang kuat. Semua itu dikenal dengan

(40)

24

kecerdasan emosional, spiritual, dan intelektual. Sikap profesionalisme dibangun dengan semangat untuk terus belajar demi mencapai tingkat standar kerja yang tinggi.

6. Fungsi KSPPS

a. Sebagai lembaga keuangan mikro syariah. KSPPS dapat memberikan pembiayaan bagi usaha kecil, mikro, menengah, dan koperasi dengan kelebihan tidak meminta jaminan yang memberatkan bagi usaha kecil, mikro, menengah, dan koperasi tersebut.

b. Meningkatkan kualitas SDM anggota, pengurus, dan pengelola menjadi lebih professional, salam (selamat, damai, dan sejahtera) dan amanah.

c. Mengorganisasi dan memobilisasi dana sehingga dana yang dimiliki oleh masyarakat dapat termanfaatkan secara optimal di dalam dan di luar organisasi untuk kepentingan rakyat banyak.

d. Mengembangkan kesempatan kerja.

e. Mengukuhkan dan meningkatkan kualitas usaha dan pasar produk- produk anggota.

f. Menjadi perantara keuangan antara pemilik dana baik sebagai pemodal maupun penyimpan dengan pengguna dana untuk membangun usaha produktif.

g. Menjadi perantara keuangan antara shohibul mal dengan du’afa sebagai mudhorib, terutama untuk dana-dana sosial seperti zakat, infaq, sedekah, wakaf, hibah, dll.

7. Struktur Organisasi Dan Manajmen

Struktur organisasi KSPPS menunjukkan adanya garis wewenang dan tanggung jawab, garis komando serta cakupan bidang pekerjaan masing-masing. Struktur ini menjadi sangat penting supaya tidak terjadi benturan pekerjaan serta memperjelas fungsi dan tugas masing-masing bagian dalam organisasi. Tentu saja masing-masing KSPPS dapat memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan besar kecilnya organisasi.

Namun demikian, struktur organisasi minimal dalam setiap KSPPS terdiri sebagai berikut.

a. Musyawarah Anggota Tahunan

Musyawarah ini dilakukan setiap satu tahun sekali, yang dihadiri oleh seluruh anggota atau perwakilannya. Musyawarah ini merupakan kekuasaan tertinggi dalam sistem manajemen KSPPS.

b. Dewan Pengurus

(41)

25

Dewan pengurus KSPPS pada hakikatnya adalah wakil dari anggota dalam melaksanakan hasil keputusan musyawarah tahunan.

Oleh karenanya, pengurus harus dapat menjaga amanah yang telah dibebankan kepadanya. Amanah ini nantinya akan dipertanggungjawabkan kepada anggota pada tahun berikutnya.

c. Dewan Pengurus Syariah

Dewan Pengawas Syariah memiliki tugas utama dalam pengawasan KSPPS terutama yang berkaitan dengan sistem syariah yang dijalankan. Landasan kerja dewan ini berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN).

d. Dewan Pengawas Manajmen

Dewan Pengawas Manajemen merupakan representasi anggota terutama berkaitan dengan operasional kerja pengurus. Memberikan saran, nasihat dan usulan kepada pengurus. Anggota dewan pengawas manajemen dipilih dan disahkan dalam musyawarah anggota tahunan.23

e. Pengelola

Pengelola merupakan satuan kerja yang dibentuk oleh dewan pengurus. Mereka merupakan wakil pengurus dalam menjalankan fungsi operasional keseharian. Satuan kerja pengelola dapat terdiri minimal:

1) Manajer/ Direktur, merupakan struktur pengelola yang tertinggi, berfungsi merumuskan strategi dan taktik operasional juga berfungsi melakukan kontrol terhadap kinerja karyawan.

2) Pembukuan, staf khusus yang memahami masalah akuntansi keuangan syariah dan berfungsi membuat laporan keuangan.

3) Pemasaran, berfungsi dalam merencanakan sistem dan strategi pemasaran, melakukan analisis usaha anggota calon peminjam.

menarik kembali pinjaman yang sudah digulirkan, menjemput simpanan dan tabungan anggota.

4) Kasir, melakukan pembukaan dan penutupan kas setiap hari serta membuat, merencanakan kebutuhan kas harian, mencatat semua

23 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil, (Jakarta: UII Press, 2004), hlm. 132.

(42)

26

transaksi kas serta merekapnya dalam catatan uang keluar dan masuk.

8. Akad Dan Produksi KSPPS

Secara garis besar, hubungan ekonomi berdasarkan prinsip syariah Islam ditentukan oleh hubungan akad. Yakni menggunakan 3 prinsip:

a. Prinsip bagi hasil. Dengan prinsip ini ada pembagian hasil antara pemberi pinjaman dengan KSPPS. Seperti muḍārabah, musyārakah, muzāra‟ah, dan musāqah.

b. Prinsip jual beli. Prinsip ini merupakan tata cara jual beli yang dalam pelaksanaannya KSPPS mengangkat nasabah sebagai agen yang diberi kuasa melakukan pembelian barang atas nama KSPPS, kemuadian KSPPS akan menjual barang tersebut dengan ditambah mark-up.

Keuntungan KSPPS nantinya akan dibagi kepada penyedia dana.

Seperti bai‟ al-murābaḥah, bai‟ as-salam, bai‟ al-istiṣna, bai‟ biṡaman

„ajil.

c. Prinsip non profit. Prinsip yang sering disebut sebagai pembiayaan qardul hasan, merupakan pembiayaan yang bersifat sosial dan non komersial. Nasabah hanya perlu mengemblikan pokok pinjamannya saja.24

9. Pengawasan Syariah

a) Pengertian Pengawasan Syariah

Adalah suatu lembaga yang mengawasi aktivitas keuangan syariah di Indonesia agar berjalan sesuai dengan prinsip atau syariat Islam, Pengawasan (supervision) adalah kegiatan untuk melakukan pemantauan atas pelaksanaan suatu kegiatan agar sesuai dengan ketentuan dan prosedur, sehubungan dengan bank, pengawasan dapat diartikan sebagai pemantauan kegiatan operasional bank agar dijalankan sesuai dengan ketentuan syariat Islam.

b) Struktur pengawas syariah

Pengawasan kepada struktur organisasi dilakukan kepada setiap pengurus LKS. Pengawasan ini tertuju pada pemahaman dan kinerja pengurus dan karyawan LKS. Apabila DPS menemukan kinerja

24 Dadan Muttaqien, Aspek Legal Lembaga Keuangan Syariah: Bank; LKM;

Asuransi; dan Reasuransi, (Yogyakarta: Safinia Insania Press, 2008), hlm. 47.

(43)

27

pengurus dan karyawan LKS kurang atau tidak sesuai dengan prinsip syariah, maka DPS dapat mengambil tindakan.

H. Kerangka Berpikir

Lembaga keuangan yang beroperasi menggunakan prinsip-prinsip syariah wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah sebagaimana yang tercantum dalam peraturan pemerintah yang pertama kali No. 72 Tahun 1992. Yang menjelaskan bahwa tugas dari dewan pengawas syariah yaitu memberikan pengawasan atas segala produknya agar berjalan sesuai syariah.32 Kemudian berdasarkan keputusan Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 3 Tahun 2000, dijelaskan juga bahwa Dewan Pengurus Syariah merupakan bagian dari lembaga keuangan syariah yang bersangkutan.25

Peran pada umumnya mengacu kepada pola prilaku apapun yang melibatkan hak, kewajiban dan tugas tertentu yang diharapkan dari seseorang, dapat dilatih dan diperkuat untuk ditampilkan didalam situasi sosial tertentu. Dalam melakukan perannya seseorang dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil.

Dengan demikian, peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem.26

Menurut AAOIFI ada tiga peran DPS di lembaga keuangan syariah, yaitu melakukan penilaian, pengarahan, dan pengawasan atas aktivitas bank syariah agar sesuai dengan aturan dan prinsip syariah.

Selain tiga peran diatas, DSN MUI menambahkan satu peran DPS, yaitu melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, atau lebih tepatnya peran DPS menurut DSN MUI tersebut adalah sebagai pihak yang juga ikut memasarkan (marketing) bank syariah kepada masyarakat.27

Berdasarkan penjelasan diatas, maka skema yang akan dilakukan oleh

Gambar

Tabel 2.2 Struktur KSPPS Karya Mandiri Jerowaru, Hlm 41.
Tabel 2.1 Kerangka Berpikir
Table 2.2 Struktur KSPPS Karya Mandiri Jerowaru.
Foto Kegiatan Wawancara   Dewan Pengawas Syariah

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

PENGARUH IMPLEMENTASI PERAN DAN FUNGSI DEWAN PENGAWAS SYARIAH TERHADAP KEPATUHAN PADA ATURAN SYARIAH DIBANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH PROVINSI JAWA BARAT.. Universitas

Hasil penelitian ini menunjukkan (1) secara simultan dewan pengawas syariah, dewan komisaris, dan ukuran bank memiliki peran dan pengaruh dalam mengungkapkan

Adanya desakan yang kuat terhadap independensi DPS pada dasarnya terjadi karena adanya desakan pada bank syariah untuk memberikan real guarantee bahwa suatu

Pemikiran tersebut agar tidak ada lagi anggapan bahwasanya keberadaan Dewan Pengawas Syariah pada lembaga pasar modal syariah hanya digunakan sebagai objek

Oleh sebab itu penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh rapat umum pemegang saham perseroan dari suatu lembaga keuangan syariah bukan bank setelah nama-nama

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pelanggaran kepatuhan syariah yang dibiarkan oleh DPS akan merusak citra dan kredibilitas perbankan syariah di mata publik, sehingga dapat

Bentuk-bentuk penerapan aspek transparansi pada kondisi bank dalam rangka pencapaian Good Corporate Governance pada Perbankan Syariah. Ada beberapa bentuk penerapan aspek

Sedangkan lembaga bisnis syariah lain yang tidak tergolong Lembaga Keuangan Syariah LKS yang terus berkembang pesat sampai saat ini adalah bisnis dengan sistem pemasaran berjenjang atau