PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dengan berkembangnya zaman yang modern, hal ini menjadi salah satu penyebab meningkatnya jumlah anak putus sekolah di wilayah Enrekang. Melihat fenomena seperti diatas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam penelitian yang berjudul “Peran Dinas Sosial Dalam Pembinaan Anak Putus Sekolah di Wilayah Enrekang”.
Rumusan Masalah
Sosial Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi dalam mendukung pencapaian visi Kabupaten Enrekang yang bernuansa religi berdasarkan keimanan dan ketakwaan serta Dinas Sosial mendukung pencapaian visi tersebut melalui pelayanan teknis administrasi kependudukan dan ketenagakerjaan kepada seluruh masyarakat.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apa saja faktor penghambat dan pendukung yang dihadapi Dinas Sosial dalam pembinaan anak putus sekolah di Kabupaten Enrekang.
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen Sumber Daya Manusia
Peran Dinas Sosial
Pemberdayaan anak putus sekolah merupakan program pelayanan sosial untuk mengurangi keberadaan anak putus sekolah. Program pelayanan sosial dalam menangani anak tidak bersekolah dimaksudkan untuk melindungi anak yang memerlukan perawatan khusus dan mempunyai masalah sosial atau rentan terhadap masalah sosial.
Pembinaan
Menurut Marzuki (2015) menyatakan bahwa, “Coaching adalah suatu proses sistematis mengubah tingkah laku seseorang untuk meningkatkan kemampuan, sehingga apa yang diharapkan tercapai. Sebagaimana dikemukakan oleh Sudjana (2016), “Coaching dapat diartikan sebagai serangkaian upaya pengendalian yang profesional terhadap seluruh unsur organisasi agar unsur-unsur tersebut berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana pencapaian tujuan dapat terlaksana secara efisien dan efektif.” Bentuk pembinaan itu sendiri meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu, masyarakat, atau lembaga-lembaga terkait yang dilakukan dalam kegiatan layanan yang diberikan.
Bukan lembaga yang ditolak, namun yang ditolak adalah sasarannya, misalnya lembaga pendidikan meningkatkan atau menurunkan pengangguran intelektual, lembaga keluarga sebagai wahana pecahnya rumah tangga, lembaga reaksi kebugaran sebagai wadah perilaku seksual menyimpang. Misalnya masjid dan gereja sebagai lembaga keagamaan berperan sebagai tempat ibadah, bank sebagai lembaga keuangan sebagai tempat menyimpan uang masyarakat. Mengajar atau menyampaikan ilmu pengetahuan memerlukan penguasaan terhadap ilmu (bahan ajar) yang akan diberikan dan juga penguasaan keterampilan dalam menyampaikan bahan ajar tersebut.
Jika motivasi ini terjadi maka penyampaian materi pembelajaran menjadi menarik dan siswa lebih terlibat dalam mengikuti pengajaran. Guru hendaknya bersiap dengan bahan ajar yang disediakan, disusun secara sistematis sesuai dengan satuan kurikulum yang telah dilaksanakan. Pendamping bertindak sebagai penghubung klien dengan sistem sumber daya yang ada, baik formal maupun informal, untuk merujuk dan sebagai kelanjutan dari layanan yang disediakan oleh RPTC.
Anak Putus Sekolah
Putus sekolah telah dipandang sebagai masalah pendidikan dan sosial yang sangat serius selama beberapa dekade terakhir. Dengan meningkatnya pendidikan pra-sekolah, banyak orang yang putus sekolah tidak menerima pendidikan yang memadai sehingga memiliki keterbatasan kesejahteraan ekonomi dan sosial sepanjang masa dewasanya. Penyebab anak putus sekolah menurut Wassahua (2016) adalah rendahnya atau kurangnya minat bersekolah. Rendahnya minat terhadap anak dapat disebabkan karena kurangnya perhatian orang tua dan pengaruh dari lingkungan luar.
Meski pemerintah telah menggratiskan biaya sekolah, namun kebutuhan perlengkapan sekolah yang begitu banyak seperti tas, sepatu, buku, seragam dan sejenisnya membuat anak-anak sulit memenuhi kebutuhan dalam menempuh pendidikan sehingga berujung pada putus sekolah. Menurut Waidi (2019), putus sekolah dini pada anak disebabkan oleh kondisi ekonomi yang menghambat orang tua dalam menafkahi anaknya. Ada pula mentalitas orang tua yang belum mengetahui pentingnya pendidikan; jarak dari rumah ke sekolah jauh. jalan dan akses jalan menuju sekolah juga buruk transportasi kendaraan. Karena tertinggal jauh dari siswa lainnya, ia memilih untuk tidak bersekolah.
Oleh itu, lambat laun dia tidak dapat ke sekolah lagi kerana terpaksa bekerja. e) Membantu warga emas di ladang. Individu yang tercicir dari sekolah tidak mendapat pendidikan yang baik, sehinggakan kesejahteraan ekonomi dan sosial mereka terhad sepanjang hayat mereka apabila mereka dewasa. Keadaan ini mengakibatkan remaja yang tercicir dari sekolah tidak mempunyai keyakinan untuk menjalankan aktiviti tertentu kerana merasakan mereka kurang ilmu dan jati diri.
Penelitian Terdahulu
Kita masih melihat banyak kasus putus sekolah, khususnya pada pendidikan dasar. Teori yang digunakan dalam menganalisis peranan dinas sosial terhadap perkembangan anak jalanan dan anak putus sekolah (Studi Kasus di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kampung Anak Negeri Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Kota Surabaya) adalah dramaturgi dengan Erving Goffman. teori. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Dinas Sosial Kota Surabaya yang merupakan bagian dari Pemerintah Kota Surabaya mempunyai misi untuk menyelesaikan permasalahan kesejahteraan masyarakat khususnya anak jalanan dan anak putus sekolah.
Oleh karena itu, dibentuklah UPTD Kampung Anak Negeri sebagai tempat pembinaan terhadap anak jalanan dan anak putus sekolah. Satriani (2016) Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran anak putus sekolah ternyata tidak sepenuhnya merata. Rosa (2019) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan pusat kegiatan belajar mengajar (PKBM) dalam menangani anak putus sekolah di kecamatan Suhaid.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan PKBM dalam pengobatan anak putus sekolah meliputi tahapan pengaturan pengelolaan PKBM, realisasi komunikasi, pentingnya pendidikan, definisi program yang akan dilaksanakan. oleh PKBM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab putus sekolah pada anak di Desa Tumbang Kaminting Bukti Kecamatan Santui. Hasil analisis menunjukkan bahwa penyebab anak putus sekolah adalah karena sakit parah dan sekolah dianggap tidak menarik.
Kerangka Konsep
Hasil uji hipotesis pada taraf signifikan dengan uji menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pemahaman konsep bangun datar antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran organisasi tingkat lanjut dengan peta konsep dan model pembelajaran yang mengadopsi model pembelajaran Van Hiele. teori.
METODE PENELITIAN
Jenis Dan Tipe Penelitian
Fokus Penelitian
Waktu Dan Lokasi Penelitian
Sumber Data
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung melainkan dari penelitian terdahulu, seperti dokumen, buku laporan, peraturan pemerintah dan data berupa informasi tertulis yang digunakan dalam penelitian. Data sekunder menyangkut permasalahan terkait peran dinas sosial di Kabupaten Enrekang. Informan adalah orang-orang yang terbiasa memberikan informasi tentang kondisi dan keadaan tempat penelitian sebelum peneliti memilih informan. Oleh karena itu, terlebih dahulu ditentukan situasi sosial penelitiannya, yaitu tempat di mana permasalahan yang timbul itu benar-benar ada.
Untuk menghasilkan informasi yang akurat, peneliti memilih informan dengan menggunakan purposive sampling, dimana peneliti tidak memilih informan secara acak atau sengaja. Metode ini mengasumsikan bahwa informan yang dipilih adalah orang-orang yang benar-benar mengetahui fokus penelitian atau terlibat langsung di dalamnya.
Teknik Pengumpulan Data
Instrumen Penelitian
Teknik Analisis Data
Mereduksi data berarti merangkum, memisahkan hal-hal yang penting, memusatkan perhatian pada pokok permasalahan, mencari topik dan model serta membuang yang tidak diperlukan. Kesimpulan pertama yang diuraikan masih bersifat sementara dan dapat berubah jika tidak diperoleh bukti yang jelas, yang dapat membantu dalam pengumpulan data tahap selanjutnya. Namun jika kesimpulan data yang dijelaskan pada tahap pertama dapat mendukung kembalinya bukti-bukti yang ada dan tetap konsisten dengan apa yang ditemukan peneliti di tempat penelitian.
Pengabsahan Data
Kabupaten Enrekang dalam penyelenggaraan pembangunan kesejahteraan sosial menjadi tugas dan tanggung jawab Dinas Sosial, Dinas Ketenagakerjaan dan Migrasi Kabupaten Enrekang. Pelaksanaan program kegiatan Dinas Kesejahteraan Sosial dan Pemukiman Kabupaten Enrekang kedepannya akan disesuaikan dengan program Dinas Kesejahteraan Sosial sebelumnya, walaupun masih terdapat permasalahan dalam pengusulan program kegiatan. Dari segi ilmu pengetahuan anak, apa yang diajarkan dalam pengajaran anak diluar sekolah lebih menitikberatkan pada praktek.
Dari Tuan. Pernyataan Sukma di atas, jelas sekali bahwa penanaman nilai-nilai kedisiplinan dan kemandirian pada anak putus sekolah di Kabupaten Enrekang yang dilakukan secara terjadwal akan sangat mempengaruhi kedisiplinan dan kemandirian itu sendiri. Berdasarkan wawancara dengan responden sebelumnya diketahui bahwa faktor penyebab putus sekolah di Kabupaten Enrekang adalah faktor. Faktor Penghambat dan Pendukung Pembinaan di Kabupaten Enrekang Proses pembinaan anak putus sekolah di Kabupaten Enrekang tidak lepas dari adanya faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaannya.
Kendala pertama datang dari anak-anak itu sendiri, ketakutan mereka terhadap pembinaan yang ketat di Kabupaten Enrekang yang diungkapkan oleh Bapak. Darman saat diwawancarai peneliti. Dari sinilah stimulasi harus dilakukan agar semangat anak-anak di Kabupaten Enrekang tetap terjaga, agar tidak menghambat proses pembangunan. Hal ini merupakan strategi yang dilakukan staf pengajar untuk mengefektifkan proses pembinaan di Kabupaten Enrekang.
Beberapa kendala yang dihadapi dinas sosial dalam pembinaan anak luar sekolah adalah kelemahan mental, rasa malas dan tidak belajar menerima hal baru. Ketiga kendala tersebut berasal dari diri anak itu sendiri, oleh karena itu selalu diperlukan sikap ekstra, keseriusan dan apresiasi dalam pembinaan anak putus sekolah.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Penelitian Dan Pembahasan
Deskripsi Fokus Dan Dimensi Penelitian
Sehingga diharapkan dengan pemberian ilmu agama untuk membina anak putus sekolah tidak hanya menjadikan anak cerdas bersekolah tetapi juga menjadikan anak mempunyai akhlak dan perilaku yang sesuai dengan harapan masyarakat. Dalam hal penanaman kedisiplinan dan kemandirian, berbeda dengan gambaran awal anak-anak luar sekolah yang masih tergolong liar. Penyebab anak putus sekolah bukan hanya karena latar belakang orang tua, juga lemahnya perekonomian keluarga, namun juga berasal dari dirinya sendiri yaitu kurangnya minat anak untuk bersekolah.
Salah satu penyebab anak putus sekolah adalah karena anak tidak mendapat perhatian yang cukup dari orang tuanya terutama dalam hal pendidikan, juga karena kurangnya masyarakat yang berpendidikan sehingga berdampak pada sebagian besar anak yang tidak bersekolah sehingga anak tidak dapat bersekolah. minat bersekolah jauh lebih sedikit (wawancara 11 Agustus 2020). Hal ini membebani orang tua yang mempunyai tingkat ekonomi rendah, sehingga terpaksa mengeluarkan anaknya dari sekolah karena tidak mampu menghidupi anaknya” (wawancara tanggal 11 Agustus 2020) b. Kendala berikutnya masih datang dari anak itu sendiri, beradaptasi terhadap hal-hal baru memang menjadi tantangan tersendiri bagi anak-anak yang putus sekolah.
Dinas Sosial Kabupaten Enrekang bertugas melakukan pembinaan terhadap anak putus sekolah, seperti pembinaan berupa pembinaan mental, penanaman nilai-nilai agama, kedisiplinan dan kemandirian. Diharapkan beliau selalu aktif membimbing anak-anak putus sekolah, pantang menyerah meski menghadapi banyak kendala. Selalu memberikan evaluasi terhadap program baru untuk melakukan perubahan dan mempererat hubungan sehingga anak putus sekolah lebih mudah mengakses kegiatan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Lulusan sekolah setelah menyelesaikan pelatihan bakti sosial diharapkan mampu mengembangkan individu yang berkelakuan baik secara sosial, kreatif, bertanggung jawab, mandiri dan patut menjadi teladan serta sesuai dengan harapan masyarakat luas. Faktor penyebab anak putus sekolah disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal, dimana faktor internal berasal dari anak itu sendiri atau kurangnya minat belajar, dan faktor eksternal berasal dari faktor ekonomi keluarga dan kondisi lingkungan.
Saran
Pedoman umum Kementerian Sosial dalam menangani anak yang membutuhkan perlindungan khusus (AMPK) melalui panti sosial (Departemen Sosial Jakarta, 2007). Departemen Sosial R, Pedoman Penyelenggaraan dan Rehabilitasi, Perawatan Sosial pada Anak yang Berhadapan dengan Hukum Perawatan Sosial (Jakarta: Departemen Sosial Republik Indonesia, 2006).