• Tidak ada hasil yang ditemukan

peran guru pendidikan agama islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "peran guru pendidikan agama islam"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENUMBUHKAN GEMAR MEMBACA AL-

QUR’AN PADA SISWA TUNA NETRA

DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI BRANJANGAN PATRANG JEMBER

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd )

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

Meissy Abdillah NIM : T20181247

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

APRIL 2022

(2)

ii

PATRANG JEMBER

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd )

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

Meissy Abdillah NIM : T20181247

Disetujui Pembimbing

Dr. H. Abd. Muhith,. S. Ag., M. Pd. I NIP. 197210161998031003

(3)

iii

PATRANG JEMBER SKRIPSI

Telah diuji diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam

Program Studi Pendidikan Agama Islam

Hari : Selasa Tanggal : 14 Juni 2022

Tim Penguji

Ketua Sekretaris

Dr. Hj. Fathiyaturrahmah, M. Ag NIP. 19708082003122003

Hatta, S. Pd. I., M. Pd. I NUP. 20160363 Anggota

1. Dr. Khotibul Umam, MA ( )

2. Dr. H. Abd. Muhith,. S. Ag., M. Pd. I ( )

Menyetujui

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M. Pd. I NIP. 196405111999032001

(4)

iv MOTTO







































“Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu, makan (bersama-sama

mereka) di rumah kamu..”1 ( Q.S. An- Nur 24: 61 )

1 Mushaf Standar Indonesia, Departemen Agama ( An- Nur ayat 61 )

(5)

v

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah SWT dan tidak lupa pula kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Skripsi ini saya persembahkan kepada mereka yang telah banyak berjasa dalam kesuksesan belajar yang saya lalui selama ini, diantaranya :

1. Terimakasih saya ucapkan kepada orang tua saya yaitu Bunda Enik dan Ayah Saiful yang telah melahirkan dan membesarkan saya, sekaligus madrasah pertama didalam keluarga saya, yang telah memberikan semangat, motivasi, pengorbanan hidupnya dan doa tiada hentinya dalam menyelesaikan tugas ini. Saya mengucapkan beribu- ribu terimakasih atas dukungan orang tua kepada saya.

2. Terimakasih saya ucapkan kepada Kakek Nenek saya yaitu Usman dan Senami yang telah memberikan dukungan serta doa tiada hentinya dalam menyelesaikan tugas ini

3. Terimakasih saya ucapkan kepada adik- adik saya yaitu Banyu Prima Ageng Firdaus dan Putri Azza Salsabilla yang telah memberikan semangat dan dorongan serta bantuan untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Terimakasih kepada teman- teman saya khususnya Lailatul Maghfiroh, Faizatul Mahmudah, Debby Umala Nuha dan solimi- solimi sholihah yang telah mendengarkan keluh kesah dan semangat dalam mengerjakan tugas akhir ini.

5. Rekan- rekan organisasi saya Kopma Pandhalungan UIN KHAS Jember.

Yang telah banyak berkontribusi selama proses perkuliahan.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Segenap puji syukur peneliti sampaikan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya perencanaa, pelaksanaan dan penyelesaian skripsi sebagai salah satu syarat menyelesaikan program sarjana, dapat terselesaikan dengan lancar.

Kesuksesan ini, dapat ditulis peroleh karena dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, peneliti menyaadari dan menyampaikan dan menyampaikan terimakasih yang sedalam- dalamnya kepada :

1. Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM selaku Rektor Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menempuh pendidikan dilembaga yang dipimpinnya.

2. Prof. Dr. Hj. Mukni’ah M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang telah banyak memberikan fasilitas untuk belajar.

3. Dr. Hj. Fathiyaturrahmah, M.Ag selaku Ketua Program Studi yang telah banyak memberikan fasilitas untuk belajar.

4. Dr. H. Abd. Muhith,. S. Ag., M. Pd. I selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan teliti hingga selesainya skripsi ini.

5. Semua para dosen di Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember yang telah memberikan banyak ilmunya kepada peneliti ini.

(7)

vii

6. Arida Choirun Nisa, S.Pd, M.Pd selaku Kepala Sekolah di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Patrang Jember yang telah berkenan memberikan kesempatan dan fasilitas bagi peneliti selama kegiatan penelitian.

7. Semua dewan guru di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Patrang Jember yang ikut serta mensukseskan jalannya penelitian.

8. Kepala Perpustakaan Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember yang banyak memberikan kemudahan khususnya dalam menyediakan referensi.

Peneliti menyadari, untuk kesempurnaan skripsi ini, peneliti sangat memerlukan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhirnya hanya kepada Allah SWT peneliti berlindung dan kepada Allah SWT jugalah kami memohon pertolongan, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Jember, 01 April 2022

Meissy Abdillah NIM : T20181247

(8)

viii ABSTRAK

Meissy Abdillah, 2022, Peran Guru Pendidikan Agama Islam Menumbuhkan Gemar Membaca Al- Qur’an Pada Siswa Tuna Netra Di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Patrang Jember.

Pendidikan Agama Islam tidak hanya diberikan kepada anak yang memiliki kelengkapan fisik tetapi juga anak yang memiliki latar belakang berkebutuhan khusus, dalam proses belajar mengajar peran guru Pendidikan Agama Islam juga menumbuhkan gemar membaca Al- Qur’an pada siswa tuna netra karena nantinya siswa tuna netra juga bisa percaya diri untuk membaca Al- Qur’an, seperti salah satu lembaga yang berada di Jember yakni Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Patrang Jember yang berbeda karena memiliki siswa yang berkebutuhan khusus yaitu penyandang tuna netra.

Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah: 1) Peran guru Pendidikan Agama Islam sebagai pengajar untuk menumbuhkan gemar membaca Al- Qur’an pada siswa tuna netra di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Patrang Jember ?.

2) Peran guru Pendidikan Agama Islam sebagai pembimbing untuk menumbuhkan gemar membaca Al- Qur’an pada siswa tuna netra di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Patrang Jember ?.

Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1) Mendeskripsikan peran guru Pendidikan Agama Islam sebagai pengajar untuk menumbuhkan gemar membaca Al- Qur’an pada siswa tuna netra di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Patrang Jember. 2) Mendeskripsikan peran guru Pendidikan Agama Islam sebagai pembimbing menumbuhkan gemar membaca Al- Qur’an pada siswa tuna netra di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Patrang Jember.

Metode penelitian dalam skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus dan penentuan subyek penelitian menggunakan purposive. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model Miles Huberman dan Saldana yang terdiri dari kondensasi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data diuji dengan menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Penelitian ini memperoleh hasil bahwa 1) Peran guru Pendidikan Agama Islam sebagai pengajar yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Dalam proses perencanaan menyiapkan seperangkat mengajar serta adanya rapat dengan lembaga khususnya disabilitas tuna netra .Dalam pelaksanaan program ini disesuaikan dengan kurikulum 2013 yaitu dengan adanya pendahuluan, inti dan penutup diakhiri dengan adanya penarikan kesimpulan. Dalam segi evaluasi terdapat tiga aspek yaitu pengetahuan, keterampulan dan sikap. 2) Peran guru Pendidikan Agama Islam sebagai pembimbing yaitu dengan memberikan informasi, mengatasi kesulitan belajar, mengenal dan memahami siswa. Dalam memberikan informasi guru menggunakan metode membaca bersama, ceramah untuk menjelaskan huruf hijaiyah. Mengatasi kesulitan belajar siswa guru menuntun bagaimana cara belajar meraba dengan benarserta selaras antara perabahan dengan yang diutarakan. Untuk mengenal dan memahami siswa menggunakan pendekatan fisik dan mengabsensi siswa.

(9)

ix DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PENGESAHAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERAEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

LAMPIRAN LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Konteks Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Istilah ... 8

F. Sistematika pembahasan ... 9

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 11

A. Penelitian Terdahulu ... 11

B. Kajian Teori ... 16

1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam ... 16

2. Gemar Membaca Al- Qur’an... 25

(10)

x

3. Tuna Netra ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 40

B. Lokasi Penelitian ... 41

C. Subyek Penelitian ... 41

D. Teknik Pengumpulan Data ... 42

E. Analisis Data ... 46

F. Keabsahan Data ... 50

G. Tahapan Penelitian ... 52

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 54

A. Gambar Objek Penelitian ... 54

B. Penyajian Data dan Analisis Data ... 59

C. Pembahasan Temuan ... 77

BAB V KESIMPULAN... 87

A. Kesimpulan ... 87

B. Saran- Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(11)

xi

DAFTAR TABEL

2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian ... 14 4.1 Struktur Organisasi Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan ... 56 4.2 Daftar Nama Guru Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan ... 57 4.3 Daftar Nama Siswa SMPLB Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan .. 58 4.4 Mata Pelajaran SMPLB Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan ... 58 4.5 Sarana dan Prasarana Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan ... 59

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

4.1 Kegiatan Membaca Al- Qur’an Siswa Tuna Netra ... 62

4.2 Al- Qur’an Braille ... 65

4.3 Pelaksanaan Membaca Al- Qur’an Braille ... 67

4.4 Kegiatan Evaluasi Siswa Tuna Netra ... 69

4.5 Wawancara Salah Satu siswa Tuna Netra ... 73

4.6 Proses Meraba Al- Qur’an Braille... 75

4.7 Mengabsesn Siswa Tuna Netra ... 77

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Ke- Halaman

1. Pernyataan Keaslian Tulisan ... 97

2. Matriks Penelitian ... 98

3. Pedoman Penelitian ... 100

4. Jurnal Kegiatan Penelitian... 102

5. Dokumentasi Penelitian ... 103

6. Surat Bimbingan dan Tugas ... 107

7. Surat Izin Penelitian ... 108

8. Surat Selesai Penelitian ... 109

9. Surat Pernyataan Lolos Turnitin ... 110

10. Biodata Peneliti ... 111

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

Pendidikan ialah bagian terpenting pada setiap masa untuk memajukan suatu bangsa. Pendidikan sangat dibutuhkan untuk Negara berkembang seperti di Indonesia saat ini. Kebanyakan tujuan dari pendidikan ialah dapat menghasilkan lembaga yang beretika, kemampuan berkomunikasi dan juga bisa memberi hasil sumber daya Manusia yang berkualitas dan tangguh.

Dengan adanya pendidikan, akan timbul dalam diri seseorang untuk berlomba- lomba melakukan hal-hal yang baik dalam hidupnya. Pendidikan ialah perihal kompleks, dimana pendidikan berupa perangkat yang saling mempengaruhi secara internal. Hal ini sesuai dengan UUD 45 pasal 5 ayat (1), “setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pedidikan yang bermutu”.2

Pendidikan itu sendiri ialah upaya teratur serta sistematis, dilaksanakan kepada yang diberi tanggung jawab guna memberi pengaruh pada peserta didik supaya memiliki karakter yang selaras pada cita-cita luhur pendidikan.

Hal itu juga berupa hal yang membantu pada tumbuh kembang peserta didik menjadi dewasa dengan kegiatan yang sadar dan terencana.3

2 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Dharma bakti, 2003 ), 8

3 St. Rodliyah, “Pendidikan&Ilmu Pendidikan”, (Jember: STAIN Jember Press, 2013), 34

(15)

Pendidikan Islam ialah suatu usaha dalam menjaga kesucian makhluk, berupa penjagaan serta pengarahan supaya berkarakter sesuai dengan ajaran Islam.4

Sebab Allah SWT akan menaikkan drajat orang yang berilmu. Hal tersebut juga memiliki fungsi sebagai penjagaan akan ilmu yang dijaga dengan baik. Pendidikan ini juga berlaku bagi siapapun, baik manusia yang normal maupun manusia yang mempunyai kebutuhan khusus sebab semua mempunyai hak dalam berpendidikan. Semua orang tidak mempunyai keinginan lahir dalam keadaan cacat. Penyandang kebutuhan khusus tidak hanya dari golongan tertentu, namun bisa pada seluruh golongan manusia.

Penyandang tersebut mempunyai hak yang sama dalam berpendidikan.

Al- Qur’an ialah menjadi ibadah jika dibaca untuk orang islam yang sejatinya dikerjakan dari pada peribadatan lainnya. Untuk bisa membaca maka perlu adanya ilmu mengenai hal tersebut. Menumbuhkan gemar membaca Al- Qur’an memberi dampak kebaikan dalam bacaan.5

Perintah membaca Al-Qur`an sudah banyak sekali dijelaskan pada Al- Qur`an maupun di Hadist. Mempelajari Al-Qur`an dengan berbagai kemulian yang dapat diamalkan sehingga saat baca satu ayat Al-Qur`an pun sudah dihitung mendapatkan pahala dari Allah Swt. Perintah mempelajari Al-Qur`an diperuntukkan pada seluruh orang tak terkecuali. Allah SWT berfirman pada Surah Al-Isra’ 14:

4 Mudzakkir Ali. 2012. Ilmu Pendidikan Islam, (Semarang: PKPI2 Universitas Wahid Hasyim), 21

5 Syafruddin, Ahmad. 2004. Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai alQur`an. (Jakarta: Gema Insani), 14

(16)

















Artinya : Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai penghitung atas dirimu.

Dalil diatas menjelaskan perintah wajib baca Al-Qur’an untuk intropeksi diri. Perintah wajib baca Al- Qur’an tersebut diperuntukkan pada seluruh manusia baik yang memiliki kekurangan maupun yang normal mempelajari Al-Qur’an, terlebih umat yang sudah diberi kesempurnaan oleh Allah SWT. Di hadapan Allah SWT seluruh manusia yang menuntut ilmu dalam tingkatan yang sama. Diciptakannya seluruh makhluk tidak lain ialah guna berupa mengambil hikmah darinya. Seluruh muslim mempunyai kewajiban dalam membaca Al-Quran. Hal tersebut dipahami dari surah An- Nur ayat 61 yang berbunyi:







































Artinya : Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan (bersama-sama mereka) dirumah kamu sendiri.

Berdasarkan dalil di atas, dapat dipahami yakni penyandang disabilitas juga memiliki hak yang sama dengan siswa lainnya. Oleh karena itu, tidak seharusnya sebagai seorang muslim memiliki pemikiran negatif terhadap muslim lainnya yang memiliki kekurangan terlebih dalam hal melihat yaitu tuna netra.

(17)

Siswa berkebutuhan khusus ialah orang yang mempunyai kebutuhan khusus selamanya ataupun dalam kurun waktu tertentu hingga memerlukan layanan pendidikan yang bagus. Hal tersebut bisa dikarenakan kelainan ataupun cacat lahir bisa juga sebab permasalahan perkonomian, pilitik, serta penyimpangan lainnya.6

Pada UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 1 ayat (1) menjabarkan yakni:

“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.7

Mengenai peran guru Pendidikan Agama Islam didalam lembaga, yakni hal bagus pada mengkaji mengenai gemar membaca Al-Qur’an untuk siswa tuna netra. Terdapat salah satu lembaga di Jember yakni Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan, karena mempunyai siswa yang berkebutuhan khusus, pada kejadian tersebut bukanlah penyandang disabilitas senantiasa menampakkan ketidak sempurnaan mental, emosi ataupun fisik, tetapi mempunyai karakter tersendiri yang tidak sama dengan manusia normal.

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh kepada Choirul Anwar, menenai peran guru Pendidikan Agama Islam pada menumbuhkan gemar membaca Al-Qur’an untuk siswa tuna netra sebagai berikut :

6 Ilahi, Mohammad Takdir. 2013. Pendidikan Inklusif. (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA), 138

7 Undang- Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, Jakarta: Dharma bakti, 2005 ), 2

(18)

“Sekolah Luar Biasa ini kami mempunyai program setiap sebelum masuk proses pembelajaran siswa wajib mengikuti program membaca Al- Qur’an bersama- sama, agar siswa tuna netra mampu membaca Al- Qur’an seperti siswa- siswa lain yang tidak memiliki keterbatasan melihat, meskipun dalam hal ini mereka tidak mudah untuk memahami tulisan al-Qur’an braille, butuh kesabaran dalam mengenalkan setiap ayat-ayatnya.”

Dari penjelasan bapak Choirul Anwar, di atas bisa disimpulkan yakni dalam menumbuhkan gemar membaca Al-Qur’an untuk siswa tuna netra di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan masih terbilang kurang efektif, dikarenakan dalam mengajarkan setiap ayat pada siswa yang memiliki keterbatasan tidak mudah seperti mengajari siswa yang normal.

Mengajari penyandang disabilitas tidaklah mudah seperti siswa lainnya, apalagi mempelajari Al-Qur`an yang sebenarnya orang normal pun banyak yang kesulitan mempelajarinya apabila tidak ditanamkan sejak dini.

Pada proses pembelajaran, peranan pendidik juga menumbuhkan gemar membaca Al-Qur'an. Pendidik yang semangat mengajar juga menimbulkan rasa semangat terhadap siswa. Hal tersebut memotivasi guna gemar baca Al- Qur`an untuk siswa tuna netra. Berlandaskan di atas menarik untuk dikaji bagaimana menumbuhkan gemar baca Al-Qur'an yang efektif untuk siswa tuna netra khususnya dalam pembelajaran Al-Qur`an.

Maka peneliti bermaksud melakukan penelitian berjudul “Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menumbuhkan Gemar Membaca Al- Qur’an Pada Siswa Tuna Netra Di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Patrang Jember”.

(19)

B. Fokus Penelitian

Berlandaskan uraian tersebut, fokus penelitian ialah:

1. Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam sebagai pengajar dalam menumbuhkan gemar membaca Al-Qur’an pada siswa tuna netra di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Patrang Jember ?

2. Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam sebagai pembimbing dalam menumbuhkan gemar membaca Al-Qur’an pada siswa tuna netra di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Patrang Jember ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan peran guru Pendidikan Agama Islam sebagai pengajar dalam menumbuhkan gemar membaca Al-Qur’an untuk siswa tuna netra di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Patrang Jember.

2. Guna mendeskripsikan peran guru Pendidikan Agama Islam sebagai pembimbing dalam menumbuhkan gemar membaca Al-Qur’an untuk siswa tuna netra di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Patrang Jember.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Peneliti harap bisa memberi kontribusi terhadap pengembangan gemar baca Al-Qur’an yang baik pada pengajaran Al-Qur’an dalam penyandang tuna netra.

(20)

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

1) Peneliti harap bisa memberikan wawasan serta ilmu mengenai menumbuhkan gemar baca Al-Qur’an untuk penyandang disabilitas, khususnya penyandang tuna netra.

2) Hal ini juga merupakan persyaratan mendapat gelar Sarjana di jurusan Tarbiyyah prodi Pendidikan Agama Islam.

3) Penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti merupakan pengalaman pertama pengembangan potensi akademik.

b. Bagi Lembaga Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Patrang Jember

1) Diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu guna meningkatkan gemar baca Al- Qur’an kepada siswa yang berkebutuhan khusus, terutama penyandang tuna netra.

c. Bagi Universitas Islam Negeri K. H. Achmad Siddiq

Diharapkan dari karya peneliti, dapat dijadikan rujukan pada merumuskan penelitian yang baik serta mendalam.

d. Bagi Pembaca

Pembaca diharap bisa mendapatkan ilmu baru dalam rangka menumbuhkan gemar membaca Al- Qur’an sehingga mampu mengeluarkan output yang baik dan berkualitas dengan ilmu pendidikan islamnya.

(21)

E. Definisi Istilah

Definisi istilah diantaranya:

1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam

Peranan pendidik Pendidikan Agama Islam ialah sosok tauladan yang menjadi panutan bagi semua masyarakat pada umumnya, yang memiliki wewenang serta tanggung jawab dalam mengajar, memberi bimbingan, mengarahkan serta memberi binaan dalam kemampuan spiritual lebih- lebih dalam kegiatan menumbuhkan gemar membaca al- Qur’an untuk siswa tuna netra di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Patrang Jember. Peneliti mengambil peran guru Pendidikan Agama Islam sebagai pendidik serta Pembimbing.

2. Menumbuhkan Gemar Membaca al- Qur’an

Menumbuhkan gemar bacaa al-Qur’an ialah rangsangan guna membiasakan baca al-Qur’an yang memberikan kebaikan pada dirinya sendiri, dalam hal ini siswa akan dengan sendirinya tanpa menunggu perintah untuk membaca al-Qur’an. Siswa tuna netra menumbuhkan gemar membaca Al-Qur’an menggunakan media lain seperti audio dan Al-Qur’an Braille untuk memudahkan siswa membaca Al-Qur’an dengan benar.

3. Tuna Netra

Tuna netra yang dimaksud di sini adalah berkurangnya fungsi indera penglihatan. Dengan keterbatasan tentunya menyebabkan mereka

(22)

kesulitan dalam menerima berbagai hal seperti yang dilakukan pada anak normal.

Dari uraian definisi istilah di atas bisa disimpulkan yakni maksud judul “Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menumbuhkan Gemar Membaca al- Qur’an Pada Siswa Tuna Netra di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Patrang Jember” adalah mempelajari al- Qur’an untuk siswa yang mempunyai kebutuhan khusus begitu penting, apalagi pada penyandang tuna netra. Tetapi penyandang tuna netra tidak bisa disamakan dengan orang normal lainnya. Hal tersebut disebabkan terdapat sulitnya penyandang disabilitas menerima pendidikan orang normal lainnya. Karenanya, mereka memerlukan pertolongan lainnya juga alat bantu guna mengasah kemampuan selayaknya siswa- siswa lainnya.

F. Sistematika Pembahasan

Mengenai deskripsi pembahasan skripsi yang diawali pendahuluan sampai penutup.8 Untuk memudahkan bentuk susunan deskiptif naratif guna mengetahui isi, sehingga peneliti memberikan gambaran sistematika pembahasan yang selaras pada buku pedoman karya ilmiah yang diterbitkan oleh tim penyusun Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember diantaranya :

8 Tim Penyusun, Pedoman Karya Ilmiah (Jember: IAIN Jember Press, 2018), 73

(23)

Bagian awal : berisikan mengenai judul penelitian, persetujuan bimbingan, pengesahan moto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar.

Bagian inti : dalam bagian inti berupa pembahasan-pembahasan diantaranya:

Bab satu yaitu bagian pendahuluan berisikan latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah serta sitematika pembahasan

Bab dua yakni kajian pustaka mencakup penelitian terdahulu dan kajian teori.

Bab tiga yakni berisikan metode penelitian, pendekatan serta jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, tehknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data serta tahapan penelitian.

Bab empat yakni berisikan penyajian data serta analis. Berupa gambaran objek penelitian, penyajian data serta analisi dan pembahasan temuan.

Bab lima yakni penutup. Pada bab ini menjelaskan tentang simpulan mengenai pembahasan-pembahasan serta berisikan mengenai saran.

Bagian akhir : dalam bagian akhir ini berisi mengenai daftar pustaka, keaslian tulisan, matriks penelitian, formulir pengumpulan data, foto, gambar, surat keterangan dan biodata peneliti.

(24)

11 BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu

Guna mempertegas penelitian yang dilaksanakan perlu dicantumkan peneliti- peneliti terdahulu agar lebih jelas letak permasalahannya dan perbedaan dari penelitian- penelitian sebelumnya. Penelitian-penelitian yang terkait dengan penelitian peneliti ialah:

1. Karya Rukiah, jurusan program PAI Fakultas Tarbiyyah dan Keguruan tahun 2020 judulnya “Model Pembelajaran Baca Al- Qur’an Bagi Siswa Tuna Netra Di SLB AB Bukesra Ulee Kareng Banda Aceh“.9

Penelitian ini memakai jenis penelitian kualitatif yang sifatnya deskriptif analisis dengan memakai wawancara, observasi, serta dokumentasi. Rumusan masalah dalam penelitian ini ialah 1) Bagaimana pembelajaran Al- Qur’an pada peserta didik tunanetra di SLB AB Bukessra Ulee Karang Banda Aceh. 2) Apa saja faktor yang menjadi hambatan dalam pembelajaran Al- Qur’an pada peserta didik tunanetra di SLB AB Bukesra Ulee Karang Banda Aceh. 3) Bagaimana usaha guru guna meningkatkan kemampuan baca tulis Al- Qur’an pada peserta didik tunanetra di SLB AB Bukesra Ulee Karang Banda Aceh. Karya tersebut mengungkapkan yakni 1) Model pembelajaran Al- Qur’an pada peserta didik tunanetra di SLB AB Bukesra Ulee Karang Banda Aceh besar memakai huruf Al- Qur’an bralle yang membutuhkan indra peraba. 2)

9 Rukiah, Model Pembelajaran Baca Al- Qur’an Bagi Siswa Tuna Netra Di SLB AB Bukesra Ulee Kareng Banda Aceh, ( Skripsi, Banda Aceh : Universitas Islam Negeri Ar- Raniry , 2020 )

(25)

Solusi dari hambatan pada siswa yang belum mampu membedakan titik huruf Bralle.

Persamaannya ialah mengkaji mengenai baca Al- Qur’an terhadap siswa tuna netra dan sama- sama menggunakan pendekatan kualitatif wawancara, observasi serta dokumentasi. Namun perbedaannya ialah penelitian sebelumnya di Banda Aceh, dan penelitian ini di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Patrang Jember.

2. Karya Jumeni, jurusan program PAI Fakultas Tarbiyyah dan Adab tahun 2018 berjudul “Upaya Meningkatkan Minat Membaca Al- Qur’an Sesuai Dengan Hukum Tajwid Di SMP Negeri 8 Parepare.”10

Memakai jenis penelitian kualitatif deskriptif yakni observasi, wawancara, dokumentasi, dan triangulasidata. Persamaannya ialah sama- sama mengkaji mengenai menumbuhkan gemar membaca dan sama- sama memakai pendekatan kualitatif dengan memakai wawancara, observasi dan dokumentasi. Terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian sebelumnya, diantaranya penelitian tersbut dilaksanakan untuk siswa yang tidak berkebutuhan khusus, dan penelitian ini dilakukan pada siswa yang berkebutuhan khusus. Penelitian sebelumnya di SMP Negri 8 Parepare serta penelitian ini di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Patrang Jember.

3. Karya Wahid Nugroho, jurusan program PAI fakultas Tarbiyyah dan Ilmu Keguruan tahun 2019, berjudul “Pembelajaran Membaca Al-

10 Jumeni, Upaya Meningkatkan Minat Membaca Al- Qur’an Sesuai Dengan Hukum Tajwid Di SMP Negeri 8 Parepare, ( Skripsi, Parepare : Institut Agama Islam Negeri Parepare, 2018 )

(26)

Qur’an Pada Siswa Penyandang Tuna Netra Di SMPLB Wantuwirawan Salatiga“.11

Memakai pendekatan kualitatif deskriptif pada mengumpulkan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentas. Rumusan masalah ialah 1) Metode apa yang digunakan pada pengajaran baca Al- Qur’an untuk anak penyandang tunanetra di SMPLB Wantuwirawan Salatiga. 2) Apa hambatan serta upaya pemecahannya pada pengajaran baca Al- Qur’an untuk anak penyandang tunanetra di SMPLB Wantuwirawan Salatiga. Hasil penelitian ini menunjukkan yakni 1) Pendidik menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan huruf hijaiyah, tajwid serta makhrojnya dan metode sama’an memakai Al-Qur’an braille guna memperlancarkan baca serta menghafal. 2) Pihak sekolah perlu menambah guru PAI, jam khusus Al- Qur’an, media pembelajaran yang mendukung supaya pembelajaran bisa efektif dan efisien, siswa mendapatkan privat dari guru diluar jam pelajaran serta dianjurkan untuk sering sema’an ketika dirumah, kurikulum khusus perlu dibuat agar pada saat proses pembelajaran tidak perlu memodifikasi, orang tua wajib memiliki peranan pada pengawasan anak.

Persamaannya ialah mengkaji mengenai baca Al- Qur’an untuk siswa tuna netra dan sama- sama menggunakan pendekatan kualitatif memakai wawancara, observasi serta dokumentasi. Kemudian perbedaannya pada penelitian terdahulu berada bagian letak penelitian

11 Wahid Nugroho, Pembelajaran Membaca Al- Qur’an Pada Siswa Penyandang Tuna Netra Di SSMPLB Wantuwirawan Salatiga, ( Skripsi, Salatiga: Institut Agama Islam Salatiga, 2019 )

(27)

yaitu di SMPLB Wantuwirawan Salatiga sedangkan penelitian ini di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Patrang Jember. Dari deskripsi ketiga penelitian tersebut secara singkat dapat diuraikan pada tabel berikut:

Daftar Tabel 2.1

Persamaan dan Perbedaan Penelitian

NO NAMA JUDUL PERSAMAAN PERBEDAAN

1. Rukiah Model

Pembelajaran Baca Al- Qur’an Bagi Siswa Tuna Netra Di SLB AB Bukesra Ulee Kareng Banda Aceh

1. Mengkaji

mengenai baca Al- Qur’an pada siswa tuna netra

2. Memakai pendekatan

kualitatif memakai wawancara, observasi serta dokumentasi

Penelitian sebelumnya di SLBAB Bukesra Ulee Karang Banda Aceh, dan penelitian ini di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Patrang Jember 2. Jumeni Upaya

Meningkatkan Minat Membaca Al- Qur’an Sesuai Dengan Hukum Tajwid Di SMP Negeri 8 Parepare

1. Sama- sama mengkaji tentang menumbuhkan perilaku gemar membaca 2. Sama- sama

memakai pendekatan kualitatif dengan memakai

wawancara, observasi serta dokumentasi

1. Penelitian sebelumnya dilakukan pada siswa yang tidak

berkebutuhan khusus, dan penelitian ini dilakukan pada siswa yang berkebutuhan khusus.

2. Penelitian sebelumnya di SMP Negeri 8 Parepare dan penelitian ini di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Patrang Jember 3. Wahid

Nugroho

Pemebelajaran Membaca Al- Qur’an Pada Siswa

1. Mengkaji

mengenai baca Al- Qur’an pada siswa tuna netra

Penelitian

terdahulu berada bagian letak penelitian yaitu di

(28)

Penyandang Tuna Netra Di SMPLB Wantuwirawan Salatiga

2. Memakai pendekatan

kualitatif memakai wawancara,

observasi serta dokumentasi

SMPLB

Wantuwirawan Salatiga

sedangkan

penelitian ini di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Patrang Jember Sumber: Data diolah.

Berdasarkan penelitian yang relevan dengan penelitian peneliti diatas, tidak terdapati karya yang mempunyai fokus penelitian sama akan karya peneliti. Sama memakai kualitatif. Obyek atau unit analisis peneliti adalah Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Patrang Jember, sedangkan peneliti yang lain berbeda unit analisisnya. Demikian menampakkan yakni penelitian yang hendak dikaji ialah suatu hal terbaru serta pantas dikaji. Posisi penelitian ini, peneliti terfokus pada Peran guru Pendidikan Agama Islam sebagai pengajar dalam menumbuhkan gemar membaca Al- Qur’an pada siswa tunanetra di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Patrang Jember dan Peran guru agama islam sebagai pembimbing dalam menumbuhkan gemar membaca Al- Qur’an untuk siswa tunanetra di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Patrang Jember. Penelitian ini hendak menggali mengenai Peran guru Pendidikan Agama Islam sebagai pengajar guna membuat gemar baca al-Qur’an untuk siswa tuna netra di Sekolah Luar Biasa Negeri Branjangan Patrang Jember.

(29)

B. Kajian Teori

1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Guru

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 39 ayat (2),

“Guru merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, meneliti hasil pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.”

Pendidikan memiliki 2 definisi. Pertama, “Pendidik” secara makna luas ialah seluruh individu yang memiliki kewajiban memberi binaan pada siswa- siswa. Berdasarkan ilmiah semua anak, menimba binaan orang dewasa supaya bisa berkembang serta tumbuh dengan baik. Secara makna sempit ialah individu yang dipersiapkan secara sengaja sebagai guru atau dosen. 12

KBBI menyebutkan yakni guru ialah orang yang berprofesi mengajar. Bahkan guru pun mampu bertanggung jawab pada berkembangnya karakter siswa. Mempunyai tanggung jawab mewariskan, serta mengajarkan nilai- nilai kehidupan untuk siswa- siswa guna mempraktekkan di kehidupan.

Menurut Zakiyah Darajat, guru ialah pendidik professional, karena dia sudah rela bertanggung jawab mendidik anak yang seharusnya dilakukan kedua orang tua. Demikain mengisyaratkan

12 Binti Maunah, Landasan Pendidikan. ( Yogyakarta: Teras, 2009 ), 139-140

(30)

yakni mereka tidak memasrahkan anak- anak pada guru yang tidak jelas, sebab bukan orang- orang pada umumnya dapat menjadi guru.13

Guru ialah profesi ahli sebagai guru. Hal tersebut tidak dapat dikerjakan bagi seseorang yang tidak mempunyai keahliannya. Perlu beberapa syarat agar menjadi guru, bahkan untuk menjadi guru profesional yang seharusnya expert serta pembelajaran pada pelajaran lainnya yang perlu diraih serta diperkembangkan melewati masa pendidikan tertentu ataupun pendidikan prajabatan.14

Firman Allah di Al-Qur’an Surah Al-Imran ayat 164 yakni:





















































Artinya: Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang- orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat- ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkankepada mereka Al- kitab dan Al- hikmah, dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar- benar dalam kesesatan yang nyata.

Bisa diambil kesimpulan yakni tugas pertama Rasulullah selain menjadi Nabi, ialah guru. Jadi berlandaskan definisi- definisi guru tersebut bisa diambil kesimpulan yakni guru merupakan

13 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam ( Jakarta: Bumi Askara, 2008 ), 39

14 Mujtahid, Pengembangan Profesi Guru ( Malang: UIN Maliki Press, 2011 ), 34

(31)

sebutan bagi seorang yang berprofesi sebagai pendidik dilembaga sekolah yang sudah memenuhi syarat- syarat tertentu.

b. Peran Guru

Peran ialah perilaku- perilaku yang diharapkan pada seorang yang berada dalam posisi tertentu.15 Maksudnya ialah sikap yang dikerjakan seseorang atau lembaga guna meraih hal yang diharapkan.

Jadi, maksud peran guru ialah usaha yang dilaksanakan pendidik guna mengembangkan pengetahuan yang ada pada dalam diri seorang pendidik. Terdapat beberaapa peranan guru yaitu, guru sebagai pendiddik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu, model serta suri tauladan, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, aktor, emancipator, evaluator, pengawet, dan sebagai kulminator.16

Pada hal ini, dari beberapa peran guru terdapat dua peran yang sangat penting untuk dipahami oleh seorang guru.

1) Peran Guru sebagai Pengajar

Peranan guru sebagai pengajar yang mana guru memiliki tugas memberi pelajaran sebagai fasilitator dengan usaha memudahkan pemahaman. Demikian itu sebab berkembangnya teknologi yang memunculkan berbagai buku yang relative tidak

15 Fathiyaturrahmah & Safrudin Edi Widodo, Peranan Ilmu Dalam Pendidikan Anak Dalam Perspektif Al- Qur’an ( Jember: Madania Center Press, 2008 ), 9.

16 E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008 ), 37.

(32)

mahal. Disamping itu, siswa bisa mempelajarinya dari sumber- sumber semisal radio, televisi, dan berbagai macam alat pembelajaran.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran, semisal memotivasi, kematangan, hubungan antar siswa dan guru, berkomunikasi, rasa aman serta bersosialisasi.

Apabila faktor- faktor di atas terpenuhi, sehingga melewati kegiatan ini siswa bisa mempelajarinya secara bagus.

Karenanya, ada hal-hal yang diperlukan guru pada belajar mengajar, yakni:

a) Perencanaan

Secara hakikat jika suatu kegiatan direncanakan sebelumnya, maka tujuan dari kegiatan itu menjadi lebih tersusun. Perencanaan merupakan suatu yang berkaitan dengan penentuan apa yang dilakukan.

Menyusun rencana atau mendesain program pembelajaran merupakan hal yang perlu dilewati guru yang professional. Karenanya guru wajib bisa membuat rencana prosesi pembelajarannya secara bagus. Guru yang bisa membuat rencana ialah memiliki tingkat penting yang setara dengan pelaksana rencana itu. Sebab rencana yang sempurna pada prosesi pembelajaran memerlukan pikiran serta

(33)

kesungguhan memikirkan masa depan, yang bisa tercapai jikalau rencana itu terlaksana.17

b) Pelaksanaan

Kemampuan seorang guru sangat diperlukan dalam melaksanakan belajar mengajar selaras pada hal yang sudah terencana. Guru pun wajib bisa mengambil keputusan yang baik, apakah kegiatan pembelajaran diberhentikan ataupun dirubah caranya, apakah mengulang dulu pelajaran yang lalu, apabila target yang direncanakan belum tercapai.

Proses serta hasil belajar siswa tergantung pada pengawasan guru serta keterampilan dalam mengajar.

Keefektifan pembelajaran terpengaruh akan karakteristik guru serta siswa, bahan ajar serta faktor lainnya yang berkaitan akan pelajaran.18

c) Evaluasi

Evaluasi ialah satu unsur prosesi pembelajaran yang yang harus ada pada pembelajaran. Oleh karena itu, terdapat empat hal yang dapat dipertimbangkan guru guna melaksanakan evaluasi belajar mengajar, yakni identifikasi tujuan, mengajukan pengalaman belajar yang umumnya realisasinya dengan protes di awal, pertengahan, serta akhir

17 Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Professional ( Jogyakarta: Prismasophie, 2004 ), 185.

18 Nana Sudjana, Dasar- dasar Proses Belajar Mengajar ( Jakarta: PT. Sinar Baru Algensindo, 2005 ), 22.

(34)

pengalaman belajar, memberi standart yang dapat diraih serta memberi tantangan siswa belajar lebih tekun, serta mengembangkan keterampilan juga mengambil keputusan dalam memilah suatu hal, menganalisa pertanyaan problem solving serta menentukan nilai siswa.19

Pada aktivitas pembelajaran setiap guru dituntut untuk dapat menilai atau mengevaluasi terhadap kemajuan- kemajuan yang telah dicapai siswa. Karena menilai hasil pembelajaran mempunyai tujuan guna mengetahui tingkat pemahaman para siswa. Evaluasi belajar dilaksanakan guna memahami perubahan tingkah laku serta pembentukan kompetensi siswa.

2) Peran Guru sebagai Pembimbing

Guru Pendidikan Agama Islam di pelaksanaan tugas sebagai conselor atau pembimbing wajib memahami dasar langkah- langkah dalam agama dan juga wajib melihat perkembangan jiwa keagamaan pada siswa (conselee), sebab faktor tersebut yang menjadi sasaran bimbingan utama. Tidak memerhatikan perkembangan jiwa siswa, guru Pendidikan Agama Islam sulit mencapai kesuksesan pada pembelajaran.

Guru memiliki kewajiban membuat rumusan yang baik, membagi waktu, menerapkan metode, juga melakukan penilaian

19 Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya ( Jakarta Timur: PT. Bumi Asara, 2010), 12.

(35)

akan apa saja yang dibutuhkan siswa. Bimbingan ialah prosesi membantu siswa yang berkelanjutan serta sistematis dari pendidik untuk siswa supaya mandiri dalam memahami diri, menerima diri, mengerti diri serta mewujudkan diri guna meraih pengoptimalan berkembang serta menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar.20

Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang mempunyai eksistensi serta hidup dalam kebersamaan. Lahir dengan sifat monopluralis yang terdiri atas jasad serta roh beserta akal, nafsu serta hati nurani yang mempunyai kekebasan dalam bertindak. Namun perlu adanya tanggungjawab dari perbuatannya. Karenanya, tujuan dari adanya bimbingan konseling diperuntukkan guna memahamkan potensial serta dimensial kemanusiaan dalam menemukan alternatif penyelesaian.21

Dalam hal ini, guru sebagai pembimbing dalam pembelajaran sebagai berikut :

a) Memberikan Informasi

Guru memberikan informasi tidak hanya terpaut pada permasalahan yang terdapat pada siswa, melainkan pada permasalahan lainnya juga, semisal menunjukkan, mengarahkan serta apresiasi yang difariasikan pada macam-

20 Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2008), 2.

21 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta: Rajawali Press, 2013), 51.

(36)

macam cara. Guru juga dapat menyampaikan tujuan yang hendak dicapai di akhir pembelajaran serta memberi pertanyaan-pertanyaan.22

Berbagai informasi yang bisa disampaikan kepada siswa secara ideal. Namun, harus disesuaikan dengan kebutuhan umur dan jenjang pendidikan dalam hal luasnya pembahasan dan tingkat kedalaman pembahasan.

b) Mengatasi Kesulitan Belajar

Setiap siswa pergi ke sekolah untuk belajar supaya mempunyai ilmu di masa yang akan datang. Sebagaian besar waktu yang ada wajib dipakai siswa untuk belajar, tudak harus saat di sekolah, di rumahpun wajib belajar.

Tidak ada hari dengan tidak belajar ialah kata yang pas bagi siswa.23

Berbagai macam kegiatan pembelajaran pada anak- anak menghendaki pengklasifikasian cerdas mengenai permasalahan tau kesulitan belajar ini, sebabnya bermunculan istilah-istilah atau nama “kesulitan belajar”.

Terlepas dari semua itu guru adalah orang yang mempunyai kesempatan yang terjadwal guna bertemu langsung dengan siswa. Dengan demikian, guru akan mendapat informasi

22 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif (Jakarta:

Rineka Cipta, 2000), 74.

23 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 233.

(37)

yang lebih akurat mengenai keadaan siswa terkait permasalahan pribadi siswa.

Kesulitan belajar ialah makna “learning disability”

maksudnya belajar sedangkan “disability” ketidak mampuan, hingga maknanya ialah ketidak mampuan belajar. Istilah tersebut dipakai dalam hal ini sebab dirasa lebih optimistis. Usaha guna menindak kesulitan belajar siswa, hal tersebut tidak dapat dengan cara mencari factor- factor yang dicurigai sebagai sebabnya. Dengan demikian, bisa diambil kesimpulan yakni kesulitan belajar merupakan keadaan siswa tidak bisa mempelajari dengan baik, dikarenakan gangguan, hal yang menghambat, dan dan permasalahan lainnya.24

c) Mengenal dan Memahami Siswa

Guru dalam mengenal siswa, personal ataupun kelompok bukan hanya tentang penyifatan serta kebutuhan secara umum terhadap metode pembelajaran. Namun juga secara khusus tentang penyifatan serta bakat bawaan kebutuhan pribadi disertai aspirasi masing- masing anak didik.25

Dengan demikian peran guru sebagai pembimbing dalam hal ini, guru diwajibkan melakukan pendekatan tidak

24 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 235.

25 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2014), 142.

(38)

hanya instruksi moral, melainkan disamakan dengan pendekatan yang sifatnya personal pada tiap prosesi pembelajaran berlangsung. Memakai cara tersebut, guru langsung mengenali serta mengetahui siswanya dengan baik, hingga bisa memberi bantuan pada siswa.

2. Gemar Membaca al- Qur’an a. Pengertian membaca Al- Qur’an

Memiliki makna melihat suatu tulisan juga memahami ataupun bisa mengucapkan tulisan tersebut, melafalkan doa serta lainnya.26 membaca berasal dari “qara’a”, mempunyai berbagai alternatif arti, yakni: menela’ah, mempelajari, mengumpulkan, melahirkan, serta arti lainnya.27 Arti “qara’a” diartikan juga dengan arti “menghimpun”..28

Surah Al- Alaq 1-5 menjelaskan tentang kata “qara’a”.



















































Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

(Surah Al-Alaq ayat 1 sampai 5).

26 W. J. S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. 345.

27 Ahmad Warson Munawwir, Al- Munawwir, Kamus Arab- Indonesia, (Yogyakarta:

Unit Pengadaaan Buku- buku Ilmiah Keagamaan Pondok Pesantren “ Al- Munawwir “ Krapyak, 2001), 1184.

28 Quraish Shihab, Wawasan Al- Qur’an Tafsir Maudhu’I atas berbagai Persoalan Umat, (Bandung : Mizan, 1998), 5.

(39)

Kata “iq’ra” pada surah di atas mempunyai arti bacalah, amatilah, perdalamlah, ketahuilah ciri-ciri suatu hal, bacalah alam, bacalah tanda-tanda zaman, sejarah, diri sendiri, yang tertulis serta tidak tertulis. Sehingga obyek perintah “iqra’” mencakup keseluruhan yang bisa dijangkau.

Kata “iqra’” diulangi di ayat ke-1 dan ke-3, tidak hanya menyampaikan yakni membaca yang baik bisa terjadi dengan cara mengulang-ngulang membaca, ataupun melakukannya dengan maksimal, namun guna memberitahu yakni mengulang-ulang membaca Bismi Rabbika (demi karena Allah) memberti ilmu yang baru meskipun dengan bacaan yang sama.

Terus menerus baca Al-Qur’an memunculkan prefensi baru, mengembangkan pemikiran, serta menaikkan iman juga rasa tenang.

Tetapi paham, rahasia, juga curahan kesejahteraannya semakin banyak, sehingga hal tersebut yang terkandung pada “Iqra’wa Rabbukal akram” yakni “bacalah dan Tuhanmulah yang maha pemurah pada kemurahannyalah hidup sejahtera dapat diraih.”

Al-Qur’an ialah pedoman orang islam. Berupa ayat-ayat yang sesuai sebutannya yang berarti “bacaan”. Sebabnya, berdasarkan sebutannya, diperintahkan untuk membaca, langkah berikutnya diaplikasikan di kesehariannya. Secara implisit, Allah mewajibkan

(40)

semua muslim membaca Al-Quran. Sebab hal itu ialah guna memahami perintah serta larangannya juga tuntunan yang benar.29

Al-Qur’an adalah firman Allah yang turun berupa bahasa Arab. Selaras dengan keadaan Rosulullah yang berbangsa dan berbahasa Arab.30 Kata Al-Qur’an mempunyai berbagai makna diantaranya: bacaan hal yang wajib dibaca dan diketahui. Adapaun secara istilah, ulama-ulama mendefinisikan Al- Qur’an dengan berbagai pengertian. Diantaranya menyatakan yakni Al- Qur’an merupakan kalam Allah yang sifatnya sebagai mu’jizat yang diberikan untuk Nabi Muhammad SAW melewati Jibril berupa lafadz serta makna dari Allah SWT, yang dinuqilkan dengan muttawattir, jika dibaca dianggap peribadatan, dimulai surah Al-Fatihah diakhiri surah An-Naas.31

Dalam baca Al- Qur’an berbeda pada teks-teks Arab. Artinya ialah terdapat peraturan tertentu. Terkait membacanya, sudah disepakati ulama yakni wajib memakai tajwid. Salah dalam membaca semisal dalam hal memanjangkan dan memendekkan harakat, menebalkan atau meringankan, mentasydid atau tidak, serta lainnya pastinya bisa merubah arti.

29 Ahmad Amnuri, Panduan Tahsin Tilawah Al- Qur’an dan Pembahasan Ilmu Tajwid, (Jakarta Timur: Pustaka Al- Kautsar, 2014), 114.

30 Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah- Kaidah Memahami Firman Tuhan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), 17

31 M. Quraish Shihab, Sejarah dan Ulumul Qur’an, (Jakarta: Pusataka Firdaus, 2008), 13.

(41)

Berikut tingkatan-tingkatan pada baca Al- Qur’an yakni:

1) At- Tahqiq

At- Tahqiq merupakan baca Al- Qur’an yang begitu lambat beserta tajwid, umumnya dipakai mengajarkan Al- Qur’an secara paling baik.

2) At- Tartil

At- Tartil adalah membaca lambat beserta tajwid standar, yaitu ada diantara At-Tahqiq dan At- Tadwir. Merupakan gaya baca yang terbagus sebab sama dengan saat penurunan Al-Quran.

3) At- Tadwir

At- Taqwir ialah membaca dengan tidak begitu cepat juga tidak begitu lambat, yaitu diantara Al- Hadr serta At- Tartil tetapi teteap memakai tajwid.

4) Al- Hadr

Al- Hadr ialah baca cepat disertai dengan tajwid.32 b. Adab Membaca Al- Qur’an

Diantaranya:

1) Adab lahiriah

Yang pertama hendaknya dalam keadaan mempunyai wudlu, tunduk serta tawadlu’, menghadap kiblat, menundukkan kepala, dan tidak bersikap sombong. Keadaan yang terbaik ketika

32 Abdul Aziz Abdur Rauf, Al- Hafizh, Pedoman Daurah Al- Qur’an Kajian Ilmu Tajwid disusun secara Aplikatif, (Jakarta Timur: Markaz Al- Qur’an, 2011), 22.

(42)

baca Al- Qur’an yakni ketika sholat serta di dalam masjid.

Membacanya dengan tartil serta berdoa sebelum dan sesudahnya.

2) Adab Batiniah

Didalam adab batiniah mempelajari Al- Qur’an serta sifat yang agung, meninggikan Allah, memberi perhatian terhadap bacaan serta mengenyampingkan pikiran lainnya, merenungi ayat- ayat tersebut, mendalami makna ayat tersebut, menghilangkan sesuatu yang bisa menjadi penghalang, menunjukkan dengan khusus seluruh bahasa Al- Qur’an pada sendiri.33

Etika baca Al- Qur’an berlandaskan yang disunnahkan Rasulullah adalah :

a) Wudlu, yang boleh menyentuh Al-Qur’an ialah orang yang suci

b) Melakukan ta’awudz atau meminta lindungan kepada Allah dari setan serta ibli sebelum membaca Al- Qur’an

c) Senantiasa melafalkan basmallah, berdasarkan surah Al-Alaq ayat 1-4

d) Membacanya dengan jelas, suara yang tidak berlebihan serta dengan tenang.

33 Zaki Zamzani dan Muhammad Syukron Maksum, Menghafal Al- Qur’an Itu Gampang, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), 76- 85.

(43)

e) Tidak terburu-buru dengan membacanya sebab Allah SWT hendak memberi bimbingan dengan cara mengumpulkan di hati.34

c. Manfaat Membaca Al- Qur’an

Saat baca Al-Quran bukan hanyalah bertujuan menghatamkan berkali-kali dengan bacaan yang bagus, melainkan juga dengan tujuan agar bisa diaplikasikan di keseharian supaya terhindar dari murka Allah SWT.35

Dengan membaca Al-Quran akan bermanfaat pada pikiran, obat yang menyembuhkan segala penyakit. Orang yang setiap harinya senantiasa membaca dan mendengar lantunan Al-Quran akan menjadikannya individu yang cermat serta tenang.36

Erick Wiliam Duve menyatakan yakni otak akan mempunyai reaksi pada gelombang suara tertentu yang selanjutnya memberi dampak positive ataupun negative. Membaca serta mendengarkan Al- Qur’an dengan tartil juga bertajwid mempunyai fungsi sebagai program ulang sel-sel di otak. Ilmuan berpendapat yakni suara-suara yang bisa memberi stimulus kecerdasan otak mempunyai melodi, ritme, serta timbr yang perlu kita tahu yakni Al- Qur’an mempunyai semua itu. Dr. El-Kadi di Florida meneliti, dia mendengarkan tartil

34 Amin Sumawijaya, Paradigma Qur’ani Raangkaian Ayat- Ayat Suci Al- Qur’an, Cet 4, ( Bogor: Indi Grafika & MIL, 2007), 6.

35 Muhammad Amin Sumawijaya, Paradigma Qur’ani Raangkaian Ayat- Ayat Suci Al- Qur’an, Cet 4, (Bogor: Indi Grafika & MIL, 2007), 53

36 Salman bin Umar As Sunaidi, Mudahnya Memahami Al- Qur’an, ( Jakarta: Darul Haq, 2007 ), 4-5.

(44)

Al- Qur’an kepada seorang yang tidak mengerti bahasa Arab.

Berdasarkan alat yang canggih, Al-Quran bisa melancarkan peredaran darah, jantung, dampak psikologi hingga membuat cerdas pada kandungan.37

d. Keutamaan Membaca Al- Qur’an

Keutamaan dalam baca Al-Qur’an yakni paling mulianya ilmu, Qur’an ialah syafa’at pada yang membacanya. Drajat seseorang disyurga bisa ditentukan juga dengan bacaan Al-Qurannya. Sehuruf Al-Qur’an ialah satu kebaikan, selanjutnya Allah SWT memberi sepuluh pahala. Seayat Al-Qur’an ialah lebih baik daripada seunta besar, yakni hal tersebut ialah bentuk kemewahan dizamannya.

Keutamaan tersebut bukan hanya kepada orang yang membacanya namun juga orang tuanya, kemudian ia baca Al- Qur’an serta mengaplikasikannya maka Allah menghadiahkan mahkota nanti di hari kiamat untuk orang tua tersebut, yang cahayanya melebihi sinar mentari. Hingga dikata yakni satu ayat saja mengalahkan segala bentuk kebagusan yang bersifat duniawi.

Hunian yang didalamnya dibacakan Al-Quran tampak jelas bagi malaikat dan hunian yang tidak dibacakan Al-Quran bagaikan hunian Yahudi dan Nasrani. 3 ayat yang dilafalkan saat sholat lebih bagus daripada 3 unta besar. Syaitan tidak menyukai hunian yang didalamnya dibacakan surat Al-Baqaroh, kita dilarang iri dengki

37 Abu Salman Farhan Al- Atsary, Mukjizat Al- Qur’an Yang Harus Diketahui Setiap Muslim, ( Yogyakarta: Mutiara Media, 2000 ), 97.

(45)

terkecuali pada 2 hal, pada seorang yang mengamalkan Al-Qur’an juga yang senantiasa bershodaqah.38

1) Menjadi pribadi terbaik 2) Memperoleh nikmat 3) Drajat yang mulia 4) Bersama malaikat 5) Syafa’at Al-Qur’an 6) Kebaikan baca Al-Qur’an 7) Berkah Al-Qur’an39 3. Tuna Netra

a. Pengertian Tuna Netra

Tuna netra yang dimaksud di sini adalah berkurangnya fungsi indera penglihatan.40 Definisi tuna netra ataupun buta memilki definisi luas, definisi tunanetra secara sempit ialah berkurangnya sebagian ataupun semua kemampuan melihat, definisi pada arti luas ialah hilangnya penglihatan sebagian besar sehingga tidak bisa terbantukan dengan kacamata biasa. Karenanya, tuna netra ialah anak yang mengidap kelainan ataupun kerusakan pada satu ataupun seluruh matanya seingga tidak bisa berfungsi dengan baik.

38 Abu Hazim Muhsin Bin Muhammad Bashory, Panduan Praktis Tajwid & Bid’ah- Bid’ah Seputar Al- Qur’an Serta 250 Kesalahan Dalam Membaca Al- Fatihah, ( Cet VII : Magetan: Daaruul Atsar- Al- Islamiyah, 2008 ), 16- 24.

39 Ibid, 62.

40Aqila Smart, Anak Cacat Bukan Kiamat ( Metode Pembelajaran & Terapi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus ), ( Yogyakarta: Katahati, 2010 ), 36.

(46)

Secara umum, yang dipakai untuk ukuran seorang disebut tuna netra atau tidak, berlandaskan tingkat ketajaman penglihatan. orang tuna netra jika hanya mempunyai ketajaman penglihatan atau visus kurang dari 6/21 mengindikasikan yakni hanya bisa membaca di jarak 6m sedangkan orang dewasa sejauh 21m. Penyandang tuna netra bisa diklasifikasikan pada 2 macam yakni buta serta low vision. Disebut buta apabila tidak bisa melihat yakni visusnya = 0 kiga disebut low vision jika bisa menerima rangsangan cahaya namun melebihi 6/21.41 b. Karakteristik Tuna Netra

Penyandang tuna netra berkembangnya tidak sama dengan orang yang normal. Berbeda dalam banyak hal bukan hanya pada masalah melihat. Untuk siswa yang mempunyai sedikit atau tidak bisa melihat, maka dia perlu memelajari daerah sekitaarnya melalui sentuhan, kegiatan menyentuh daerah sekitar dengan rasa keingintahuan pada suatu obyek akan mengembangkan motoriknya.

Namun kegiatan menggosok serta menutupi mata memakai jari, selanjutnya menariknya kedepan juga kebelakang, ialah kegiatan penyandang disabilitas penglihatan rendah yang senantiasa dilakukan untuk mengurangi tingkat stimulus sencor. Dia memakai indra peraba guna mengetahui benda apa yang ingin dia ketahui dari segi bentuk

41 Sutjihati Somantri , Psikologi Anak Luar Biasa, ( Bandung: PT Refika Aditama, 2006 ), 66

(47)

atau bersuara. Hal tersebut ialah perilaku pada presepsinya dengan memakai indra sensoris.42

Karakteristik-Karakteristik tuna netra berlandaskan hal kognitif, akademik, sosial-emosional serta perilaku :

1) Karakteristik kognitif

Ketuna netraan dengan langsung mempunyai pengaruh dalam perkembangannya serta pembelajarannya. Lowenfeld menjelaskan akibat kebutuhan juga “low vision” pada perkembangan kognitif, dengan mengindentivikasi batasan dasar yakni:

a) Tingkat dan keanekaragaman pengalaman

Saat mempunyai ketuna netraan, maka pengalaman perlu didapat memakai indra-indra yang normal, tepatnya indra peraba juga pendengar. Namun kendatipun indra-indra itu tidak bisa dengan cepat serta menyeluruh mendapat informasi, semisal ukuran, warna, juga ruang yang semestinya dapat didapatkan dengan melihat.

b) Tidak seperti halnya penglihatan

Saat menjelajah benda memakai indra peraba ialah prosesi awal keseluruhan, juga dia perlu menjelajahinya.

Beberapa benda mungkin sangat jauh (bintang), sangat besar

42Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Setting Pendidikan Inklusi, ( Yogyakarta: KTSP, 2009 ), 141-142

(48)

(gunung), sangat rapuh semisal binatang kecil, ataupun bahaya semisal api, guna dijelajahi memakai indra peraba.

c) Kemampuan untuk berpindah tempat

Dengan melihat memberi kemudahan dalam berpindah ke tempat lain, namun tuna netra memiliki keterbatasan melaksanakan kegiatan itu. Keterbatasan itu berdampak pada keterbatasan mendapat pengalaman serta memiliki pengaruh dalam hubungan sosial. Siswa tuna netra perlu mempelajari cara jalan yang aman.

d) Interaksi dengan lingkungan

Apabila berada disuatu keramaian, kamu secara langsung dapat memandang ruang di mana anda berdiri, melihat sekitar, juga dapat dengan bebas berpindah tempat.

Tuna netra tidak mempunyai control demikian, bahkan tetap sulit menggambarkan daerah yang ada dalam pikirannya.

2) Karakteristik Akademik

Akibat ketuna netraan tidak hanya pada perkembangan kognitift, namun berakibat juga dalam perkembangan akademis, tepatnya pada hal baca tulis. Semisal, saat orang lain bacatulis, maka ia tidak harus melihat dengan merinci bentuk huruf, namun untuk tuna netra itu tidak dapat dilaksanakan sebab terdapat gangguan penglihatan. Penyandang tuna netra menggunakan

(49)

beberapa alternatif guna melaksanakan baca tulis, berdasarkan yang dibutuhkan.

Menggunakan asesmen serta pembelajaran yang baik, siswa tuna netra bukan cacat tambahan bisa mengembangkan kemampuan baca tulis sepertihalnya siswa lainnya yang normal.

3) Karakteristik Sosial dan Emosional

Kegiatan sosial dengan ciri perkembangan melewati observasi akan kebiasaan juga kejadian sosial dengan cara meniru. Memperbaiki secara umum dilaksanakan melewati pemakaian yang terus-menerus serta jika dibutuhkan bisa menerima pendapat dari yang sudah kompeten. Sebab tuna netra memiliki keterbatasan mengamati serta meniru, tuna netra senantiasa memiliki kesulitan berperilaku sosial yang benar.

Dampak ketuna netraannya memiliki pengaruh pada keterampilan sosialnya, siswa tuna netra perlu memperoleh pembelajaran secara langsung dan efisien serta memberi pengarahan yang baik dalam berinteraksi sosial.

4) Karakteristik Perilaku

Ketuna netraan tidak memunculkan permasalahan ataupun perilaku yang menyimpang, kendatipun itu berakibat pada perilaku. Siswa tuna netra terkadang senantiasa tidak memerhatikan kebutuhan hariannya, hingga terdapat dorongan

(50)

orang lainnya guna memberi bantuan. Jika terdapat hal sedemikian rupa maka ia berakibat mempunyai sikap pasif.

Siswa tuna netra senantiasa bersikap stereotip, hingga menampakkan kegiatan tidak umum. Semisal ia senantiasa menekan mata, menimbulkan suara dengan jari, menggoyangkan badan ataupun kepala. Terdapat teori-teori yang menyatakan kenapa tuna netra terkadang berkembang dalam sikap stereotip.

Itu ada sebab tidak terdapat rangsangan sensorik, aktivitas serta gerak yang terbatas. Langka

Gambar

Gambar 4.2   Al- Qur’an Braille

Referensi

Dokumen terkait

Keefektifan Penggunaan Media Pembelajaran pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak Berkebutuhan Khusus (Inklusi) (Studi

Salah satunya itu latar belakang sosial keluarga mas, karena pada dasarnya anak-anak yang sekolah disini itu memiliki latar belakang orang tua yang berbeda, ada keluarga

Anak autis merupakan salah satu anak yang dikategorikan berkebutuhan khusus, karena anak autis memiliki kelainan intelektual dan sosial yang memerlukan penanganan

Faktor yang muncul dalam penelitian ini, yaitu pertama, faktor guru yang terdiri dari latar belakang guru, pandangan terhadap anak berkebutuhan khusus, tipe

pembelajaran agama Hindu belum sesuai dengan hasil yang dicapai oleh siswa karena sulitnya mengajar anak berkebutuhan khusus, maka guru dituntut untuk pintar

Latar Belakang Salah seorang intelektual muslim yang memiliki gagasan terhadap metode pengajaran agama Islam adalah Zakiah Daradjat sebagai sosok intelektual muslim juga menaruh

Hal tersebut juga di perkuat oleh Bapak Sinwani Ma’shum selaku Guru Agama juga di SMA Negeri 2 Genteng sebagai berikut: “Untuk ibadah anak-anak sudah baik mbak, ketaatannya juga sudah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Kecerdasan