PERAN MAMAK DALAM MEMBIMBING DAN MENGARAHKAN PERILAKU KEMENAKAN DI JORONG PASAR RAO NAGARI TARUNG- TARUNG
KABUPATEN PASAMAN
ARTIKEL
DERHANA NPM. 10070067
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2015
THE ROLE OF “MAMAK” IN GUIDING AND DIRECTING “KEMENAKAN’S” BEHAVIOR IN PASAR RAO, TARUNG- TARUNG, PASAMAN RECENCY
Derhana1 Dr. Zainal Arifin, M.Hum2 Drs. Nilda Elfemi, M.Si3 Program Studi Pendidikan Sosiologi
STKIP PGRI Sumatera Barat, 2015
ABSTRACT
“Mamak” in literally is mother’s brother this term is also for men (older) who have similar tribe out of clan like “nan sainduak”, “nan sapayuang” or “nan sasuku”. “Mamak” has important position in structure of Minang relationship, especially in relationship between “mamak” and “kemenakan”, but in fact in Pasar Rao, Tarung- Tarung, Pasaman there were still some “mamak” who do not do their obligation yet. For example, when
“kemenakan” go out in the night, “mamak” rarely advise, even there were “mamak” who never advise or direct their “kemenakan”. This research used Structural Functional theory that presented by Robert K. Merton, by using qualitative approach and the type of research is analysis descriptive. The informant in this research mentioned based on purposive sampling, they are is people. Kind of the data in this research are primary and secondary data. The technique of data collection in this research are observation, interview, and document study. Units of data analysis in this research are “mamak”, “kemenakan” and the parent in Pasar Rao. The data analysis that done in this research were 1) Data Reduction, 2) Data Presentation, 3) Conclusion. Based on the research done by the researcher in Pasar Rao found: 1) The role of “mamak” in guiding and directing “kemenakan’s” behavior do not run well yet, it was proved by “kemenakan” who go out home in the night, “mamak” rarely advise or direct them, even there were
“mamak” who never do it. There are two factors that cause “mamak” do not do it: a) Long distance home, and b) busy work. 2) “Kemenakan” and parents perception toward “mamak’s” role, a) “Kemenakan” feel that “mamak”
have less attention to them, even some of them think that “mamak” do not care about what they do, b) In this case, the parents think that “mamak” do not act well, the parents also do not feel the benefit of the role of “mamak” yet.
Key word : The role of “mamak”, “Kemenakan’s” behavior
1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Angkatan 2010
2 Pembimbing I Dosen Universitas Andalas (UNAND) Sumatera Barat
3 Pembimbing II Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat
PENDAHULUAN
Alam Minangkabau terdiri dari nagari- nagari. Nagari- nagari ini merupakan republik- republik kecil yang kemudian membangun federasi yang disebut dengan Alam Minangkabau. Adat yang berbuhul mati berlaku bagi seluruh Alam Minangkabau. Adat yang berbuhul sentak memiliki variasi di berbagai nagari. Adat inilah yang disebut adat salingka (selingkar) nagari. Sebuah nagari baru dianggap sah bilamana telah terdiri dari empat buah koto. Sebuah koto merupakan geneologis yang didiami oleh sebuah kaum atau suku adat dan dipimpin oleh penghulu (Esten, 1993: 23).
Tiap kelompok mempunyai pimpinan pemerintahan adat sendiri yang berdaulat, berwenang dan mempunyai tanggung jawab sendiri (Amir, 2011:3). Dalam lingkungan pemerintahan adat berlaku ketentuan sesuai pepatah adat yang berbunyi
“adat nan bajanjang naik batanggo turun”. Untuk menjamin adanya ketertiban dalam masyarakat, maka perlu adanya disiplin, ada yang mengatur, dan ada pula yang diatur. Ada yang memerintah dan ada yang harus diperintah. Ada yang menjadi atasan dan ada pula yang menjadi anak buah. Ada yang harus memerintah dan ada pula yang harus mematuhi.
Hubungan atasan dan bawahan ini kita sebut dengan hubungan “mamak dan kemenakan”. Mamak yang berhak mengatur dan kemenakan yang berkewajiban mematuhi (Amir, 2007: 88).
Amir (2007: 156) juga mengatakan kalau hubungan mamak dan kemenakan semakin kabur, kata Tabloid Limbago (No. 3/96). Akibat perkembangan zaman dan pengaruh berbagai kemajuan, telah terjadi semacam pergeseran sehingga baik mamak maupun kemenakan semakin hari semakin tidak lagi berada pada fungsinya masing- masing. Hal ini sangat merugikan masyarakat Minangkabau. Dikhawatirkan pada gilirannya nanti akan terjadi kekaburan hubungan tanggung jawab antara keduanya.
Selanjutnya Edy Utama dalam Amir (2007:
156) mewakili generasi kemenakan dengan tegas mengatakan ”pembauran dan perkembangan masyarakat Minang dewasa ini tidak memungkinkan lagi mengembalikan peran dan fungsi kepemimpinan mamak yang pernah ada. Perubahan yang paling mendasar ialah semakin mundurnya peran mamak sebagai “tokoh pusat” dalam sistem kekerabatan Minangkabau. Dulu bila seorang kemenakan berbuat salah, mamak lah yang bertanggung jawab, tetapi kini yang ditanya orang ialah “bapaknya”.
Tiap-tiap kemenakan itu wajib menurut titah perintah dan hukum mamaknya masing-masing, begitu pula mamak wajib memerintah kemenakannya itu dengan menurut jalan yang adil dan lurus.
Menurut adat, mamak harus bersikap sama rata
terhadap setiap kemenakannya, artinya kalau patut salah disalahkan, patut menang dimenangkan. Jika ada kelakuan atau perangai kemenakannya yang kurang baik, wajiblah mamaknya itu menunjuk mengajari dan menegur sapa atas perbuatan kemenakannya, atau menghukumnya supaya tidak terulang melakukan perbuatan yang salah itu, supaya kemenakannya itu selalu memakai tata tertib yang baik-baik saja dan selalu beradat sopan santun (Ibrahim, 2009: 289).
Bila besok para kemenakan sudah tidak mengakui lagi pepatah Minang yang berbunyi
“kemenakan barajo ka mamak, mamak barajo ka pangulu, pangulu barajo ka mufakat, mufakat barajo ka nan bana, atau barajo ka alue jo patuik”, maka tak akan lama lagi peran mamak yang kini dianggap sebagai “panutan” bagi kemenakan akan segera berakhir. Status “mamak” yang kini masih dianggap bergengsi di Minangkabau, akan segera sirna dan tidak akan ada bedanya lagi dengan status “si Oom dari Ambon”, atau si Paman dari Amerika” (Amir, 2007: 155).
Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan di Jorong Pasar Rao Nagari Tarung- tarung Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman, terlihat kalau peran mamak belum berjalan dengan baik, mamak jarang bahkan ada yang tidak pernah membimbing dan mengarahkan perilaku kemenakannya sehingga terjadi penyimpangan-penyimpangan perilaku seperti: kemenakan yang masih duduk di bangku SMP sudah merokok, dan kemenakan yang sudah berada di bangku SMA yang berkumpul dan pulang sampai larut malam, bahkan ada juga yang pulang pagi. Maka pentingnya penelitian ini dilakukan karena dengan kemenakan yang berperilaku seperti itu, tetapi kurang mendapatkan perhatian dari mamak yang bersangkutan. Disini, peran mamak yang seharusnya membimbing dan mengarahkan perilaku kemenakan sudah tidak terlihat.
Oleh sebab itu, perumusan dan batasan masalah dalam penelitian ini penulis ingin melihat bagaimana peran mamak dalam membimbing dan mengarahkan perilaku kemenakan dan bagaimana pula persepsi kemenakan dan orang tua terhadap peran yang dilaksanakan oleh mamak di Jorong Pasar Rao Nagari Tarung-Tarung Kabupaten Pasaman.
Dari perumusan dan batasan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: Mendeskripsikan peran mamak dalam membimbing dan mengarahkan perilaku kemenakan di Jorong Pasar Rao Nagari Tarung-Tarung Kabupaten Pasaman, dan Mendeskripsikan persepsi kemenakan dan orang tua terhadap peran yang dilaksanakan oleh mamak di Jorong Pasar Rao Nagari Tarung-Tarung Kabupaten Pasaman.
Selanjutnya manfaat penelitian ini ada 2 yaitu: Secara akademis, sebagai bahan rujukan dan referensi awal bagi peneliti yang akan mengadakan penelitian dan kajian lanjut yang ada hubungannya dengan penelitian dan secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan terutama dalam melihat peran mamak dalam membimbing dan mengarahkan perilaku kemenakan di Jorong Pasar Rao Nagari Tarung-tarung.
Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Struktural Fungsional yang dikemukakan oleh Robert K. Merton. Merton menjelaskan bahwa analisis fungsional- struktural berfokus pada kelompok- kelompok, organisasi- organisasi, masyarakat- masyarakat dan kebudayaan- kebudayaan. Dia menyatakan bahwa setiap objek yang dapat ditundukkan kepada analisis fungsional- struktural harus “menggambarkan suatu item yang distandarkan” (yakni terpola dan berulang). Dia memaksudkan hal- hal seperti “peran-peran sosial, pola-pola kelembagaan, proses-proses sosial, pola- pola budaya, emosi-emosi yang terpola secara budaya, norma-norma sosial, organisasi kelompok, struktur sosial, alat-alat pengendalian sosial, dan sebagainya (Ritzer dan Goodmad, 2010: 428).
Merton berupaya memusatkan perhatian pada srtuktur sosial. Menurut Merton struktur yang ada dalam sistem sosial adalah realitas sosial yang dianggap otonom dan merupakan organisasi keseluruhan dari bagian- bagian yang saling bergantung. Dalam suatu sistem terdapat pola- pola perilaku yang relatif abadi. Struktur sosial dianalogikan dengan organisasi birokrasi modern, didalamnya terdapat pola kegiatan, hierarki, hubungan formal dan tujuan organisasi (Wirawan, 2012: 49).
Merton juga memperkenalkan konsep fungsi nyata (manifest) dan fungsi tersembunyi (latent).
Menurut pengertian sederhana, fungsi nyata adalah fungsi yang diharapkan, sedangkan fungsi yang tersembunyi adalah fungsi yang tak diharapkan (Ritzer dan Goodmab, 2010: 141).
Wirawan (2012: 50) juga mengatakan struktur yang mempunyai tujuan dapat melahirkan fungsi manifest dan fungsi laten. Pada posisi ini, Merton lebih banyak melihat hal- hal objektif dengan mengabaikan peristiwa- peristiwa yang subjektif.
Merton mengkritik bahwa asumsi fungsionalisme cenderung konservatif dan lebih terpusat pada struktur sosial daripada perubahan sosial. Ia menginginkan adanya keseimbangan fungsional.
Merton menunjukkan bahwa struktural fungsional memberikan tekanan yang jelas pada orang- orang tertentu yang ada dalam masyarakat, sehingga mereka lebih menunjukkan kelakuan nonkonformis
ketimbang konformis. Hal ini secara emplisit memperlakukan individu sebagai pelaku yang memainkan ketentuan- ketentuan yang telah dirancang sebelumnya, sesuai dengan norma atau aturan masyarakat individu yang tidak kreatif dalam aktivitasnya karena ia tidak independen. Merton lebih moderat karena ia menempatkan aktor sebagai entitas yang memiliki kebebasan yang luas untuk melakukan apa yang mereka inginkan dan tidak sekedar robot yang otomatis, yang tindakannya ditentukan oleh struktur. Bagi Merton, struktur itu terintegarsi dan norma yang ada mengendalikan perilaku individu.
Berdasarkan penjelasan teori diatas, artinya seorang mamak harus melaksanakan peran (tugas) nya dengan baik, dimana peran tersebut merupakan peran yang diharapkan dari status yang ia miliki dengan menerapkannya di dalam kehidupan bermasyarakat dan keluarga, salah satunya dalam membimbing dan mengarahkan kemenakan ke arah yang lebih baik, agar perilaku kemenakannya bisa sesuai dengan yang diharapkan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan mulai dari tanggal 16 September sampai 30 Oktober 2014. Penelitian ini dilakukan di Jorong Pasar Rao, Nagari Tarung- Tarung, Kabupaten Psaman. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe deskriptif analitis. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada (Moleong, 2005: 5).
Metode pengumpulan data yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif adalah metode wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen (Moleong, 2005: 9). Adapun tipe penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan berbagai kondisi dan sesuatu hal seperti apa adanya. Data yang dikumpulkan adalah kata- kata, gambar, dan bukan angka- angka (Moleong, 2005: 11). Karena dalam melihat bagaimana peran mamak dalam membimbing dan mengarahkan perilaku kemenakan, metode ini bisa digunakan untuk peneliti bisa menjelaskan, menggambarkan, dan mendeskripsikan fenomena yang ada.
HASIL DAN TEMUAN
A. Peran Mamak dalam Membimbing dan Mengarahkan Perilaku Kemenakan di Jorong Pasar Rao Nagari Tarung-Tarung Kabupaten Pasaman
1. Peran Mamak di Minangkabau
Salah satu hubungan yang sangat menarik dan sering dibicarakan adalah hubungan antara
mamak dan kemenakan. Mamak adalah saudara ibu yang laki- laki. Dalam sebuah keluarga inti di Minangkabau, seorang mamak berfungsi dan bertugas menjaga saudara- saudaranya yang perempuan, membimbing kemenakannya dan menjaga harta pusaka. Ungkapan orang Minangkabau berikut ini akan menjelaskan kewajiban- kewajiban seorang mamak, yaitu “pai tampek batanyo, pulang tampek babarito” (pergi tempat bertanya pulang tempat berberita). Artinya, kalau ada kesulitan- kesulitan yang dihadapi oleh saudara- saudaranya yang perempuan antara kemenakan- kemenakannya, maka kepada mamaknya hal itu disampaikan (Departemen Pendidikan Nasional, 2001: 25).
Mamak memiliki tanggung jawab dalam membimbing (membelajarkan) kemenakannya.
Dalam berinteraksi, mamak sebagai figur sentral dalam suatu rumah gadang dituntut menampilkan sosok seorang pendidik secara informal melalui pengalaman langsung bagi kemenakannya (Jamna, 2004: 87).
Selanjutnya, interaksi dari mamak terhadap kemenakan bersifat melereng ke bawah, artinya apabila mamak berinteraksi dalam membelajarkan kemenakannya bersifat tidak langsung, tetapi tegas dan tepat. Arus interaksi terhadap mamaknya bersifat melereng ke atas. Artinya apabila kemenakan berinteraksi dengan mamaknya bersifat tidak langsung, yang memiliki rasa hormat yang tinggi.
2. Peran Mamak di Jorong Pasar Rao
Menurut Ibrahim (2009: 288) dalam adat orang bermamak berkemenakan itu, jika berat sama dijunjung kalau ringan sama dijinjing, mendapat sama berlaba, kehilangan sama merugi, semalu sesopan, sehina semulia tiada boleh berubah selama- lamanya. Tiap- tiap kemenakan itu wajib menurut titah perintah dan hukum mamaknya masing- masing.
Begitu pula mamak wajib memerintah kemenakannya itu dengan menurut jalan yang adil dan lurus. Tidak boleh menghukum atau memerintah kemenakannya diluar jalan yang lurus dan adil itu, seumpama tegak sebelah, seorang dikasihi dan yang seorang dibenci sebab bodoh atau miskin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Jorong Pasar Rao terdapat beberapa kemenakan yang kurang mendapat perhatian dari mamak yang bersangkutan, ada beberapa mamak yang tidak terlalu memperdulikan kemenakannya. Apapun yang dilakukan oleh kemenakan, tidak jadi permasalahan bagi mamak seperti contohnya, kemenakan yang merokok, main domino dan keluar malam bagi anak yang putus sekolah, tidak terkecuali juga bagi kemenakan yang masih sekolah, mereka keluar malam pada jam sekolah, biasanya mereka pulang antara jam 11 sampai jam setengah 1. Terlebih lagi
kalau pada waktu libur sekolah (malam minggu), mereka bisa pulang pagi, karena menganggap besoknya hari libur, jadi ada sedikit kebebasan.
Namun perbuatan kemenakan yang seperti itu, malah kurang mendapat perhatian dari mamak yang bersangkutan. Seharusnya kalau kemenakan berbuat salah, wajiblah mamak menasehati kemenakan, tetapi yang penulis lihat kemenakan berperilaku sesuai keinginannya, yang mamak juga sibuk sendiri dengan kegiatannya.
Walaupun mamak tau kalau kemenakannya mempunyai perangai seperti itu, tapi sangat jarang dinasehati bahkan ada juga mamak yang tidak pernah menasehati sama sekali. Artinya, mamak tidak terlalu peduli terhadap apa yang dilakukan kemenakannya.
Ada juga kemenakan yang keluar- keluar malam bahkan sering pulang pagi, mamak hanya sekedar memberi nasehat berupa kata- kata itupun tidak sering seperti yang seharusnya dilakukan oleh mamak di Minangkabau.
Hubungan antara mamak dan kemenakan yang seharusnya dekat, kalau kemenakan ada masalah bisa mengadu ke mamak, dan sebagainya sudah tidak terlihat. Hal tersebut mungkin bisa terjadi karena kurangnya perhatian yang diberikan mamak terhadap kemenakannya, dan sebaliknya kemenakan melakukan keinginannya tapi tidak mengingat mamak sebagai orang yang harus disegani, antara mamak dan kemenakan mempunyai kesibukan sendiri- sendiri tanpa menghiraukan kewajiban mereka masing- masing. Jadi, dengan sikap mamak yang seperti itu, biasanya membuat kemenakan tidak terlalu menakuti atau menyegani mamaknya lagi.
Selanjutnya kalau ada kemenakan dari seorang mamak itu melakukan hal- hal yang kurang sesuai seperti keluar- keluar malam, mamak tidak ada memberikan sanksi yang berat kepada kemenakan, melainkan kata- kata yang sekedar mengingatkan saja.
Dari beberapa informasi yang penulis dapat, bisa disimpulkan bahwa mamak di Jorong Pasar Rao Nagari Tarung- Tarung Kabupaten Pasaman tidak melaksanakan perannya dengan baik dalam membimbing dan mengarahkan perilaku kemenakannya.
3. Faktor Penyebab Mamak Tidak Berperan di Jorong Pasar Rao Nagari Tarung- Tarung Kabupaten Pasaman
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan di Jorong Pasar Rao Nagari Tarung- Tarung Kabupaten Pasaman didapatkan bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan mamak tidak melaksanakan perannya dengan baik diantaranya yaitu:
a. Jarak Rumah yang Jauh
Jarak merupakan salah satu alasan mamak untuk bisa memperhatikan kemenakannya, dapat dilihat pula terdapat hubungan yang kurang dekat antara mamak dan kemenakan, diantara mamak dan kemenakan kalau bertemu seperti orang lain dan jarang bertegur sapa, kalaupun disapa mungkin karena segan atau merasa mempunyai hubungan saja.
Kalau tidak, mungkin tidak akan disapa sama sekali.
b. Kesibukan Bekerja
Selain jarak rumah yang cukup jauh, disini ada juga mamak yang tidak melaksanakan perannya dengan baik dengan alasan sibuk dengan pekerjaannya.
Dari pernyataan di atas, dapat kita lihat kalau mamak yang seharusnya berkewajiban membimbing dan mengarahkan kemenakan seperti salah satu contohnya yaitu memberikan nasehat- nasehat yang berguna bagi kemenakan mengatakan tidak terlalu memperhatikan kemenakannya dengan alasan jarak rumah yang cukup jauh dan juga disibukkan dengan pekerjaan , bahkan mamak juga mengalihkan tanggung jawabnya tersebut kepada orang tua dari kemenakan yang bersangkutan.
B. Persepsi Kemenakan dan Orang tua Terhadap Peran yang Dilaksanakan Oleh Mamak di Jorong Pasar Rao Nagari Tarung- Tarung Kabupaten Pasaman
Di Jorong Pasar Rao penulis menemukan beberapa kemenakan yang melakukan kegiatan seperti keluar malam bahkan ada juga yang sampai pulang pagi, merokok, ada yang main domino, hal tersebut dilakukan oleh kemenakan yang putus sekolah, dan juga kemenakan yang masih duduk di bangku sekolah, ada juga kemenakan perempuan yang keluar malam karena berprofesi sebagai artis orgen.
Dalam hal ini, mamak mempunyai wewenang untuk mengarahkan, membimbing, menasehati kemenakannya ke arah yang lebih baik, dan kemenakan pun dalam berperilaku hendaknya mematuhi aturan yang ada, dan tidak melakukan hal- hal yang tidak diinginkan.
Dari peran yang dilaksanakan oleh mamak yang ada di Jorong Pasar Rao, ada beberapa pandangan baik itu dari kemenakannya sendiri, atupun orangtua dari kemenakan yang bersangkutan.
1. Persepsi kemenakan terhadap peran yang dilaksanakan mamak di Jorong Pasar Rao Nagari Tarung- Tarung Kabupaten Pasaman
Mamak berkewajiban membimbing dan mengarahkan kemenakannya, termasuk kalau kemenakannya tersebut bersikap tidak sesuai dengan
aturan- aturan yang ada dan berlaku di masyarakat seperti keluar malam. Dari hasil wawancara dengan informan yang ada di Jorong Pasar Rao Nagari Tarung- Tarung Kabupaten Pasaman bahwasanya kemenakan yang sering keluar malam pernah dinasehati oleh mamaknya, tapi tidak sering seperti yang seharusnya dilakukan oleh mamak di Minangkabau yang beranggapan kalau membimbing dan mengarahkan kemenakan itu merupakan sebuah kewajiban.
Selain anggapan dari kemenakan yang mengatakan kalau mamaknya pernah menasehati walaupun tidak sering, ada juga kemenakan yang berpandangan dan mengatakan mamaknya bahkan tidak pernah menasehatinya kalau ia keluar malam, merokok, main domino, hal tersebut dilakukan oleh kemenakan yang putus sekolah, tetapi tidak terkecuali dengan kemenakan yang masih duduk di bangku sekolah seperti SMP dan SMA.
Adapun kemenakan yang keluar- keluar malam dan bahkan pulang pagi hanya dibiarkan begitu saja tanpa diberi nasehat- nasehat atau arahan- arahan supaya kemenakan tersebut berperilaku baik dan hendaknya sesuai dengan yang seharusnya
.
Kemenakan mau berbuat apa saja tidak begitu jadi permasalahan bagi mamak, dari sikap mamak yang membiarkan begitu saja, kemenakan yang masih sekolah sudah merokok dan duduk- duduk di kedai, termasuk juga yang keluar malam dan masih belum pulang di atas jam 10 malam, begitu pula dengan kemenakan yang putus sekolah, kalau keluar malam selain merokok, dia juga main domino dan biasanya pulang larut malam, bahkan tidak jarang juga yang pulangnya pagi sekitar jam 4 atau jam 5 shubuh.
Jadi, kemenakan berpersepsi kalau mamak benar- benar tidak pernah memperhatikan, menasehati, atau memberi arahan- arahan, kemenakan merasa mamak tidak peduli dengan apa yang mereka lakukan, sedangkan kalau bertemu dijalan saja, seperti orang yang tidak saling mengenal.
2. Persepsi orang tua terhadap peran yang dilaksanakan oleh mamak di Jorong Pasar Rao Nagari Tarung- Tarung Kabupaten Pasaman
Mamak seharusnya menjadi panutan bagi anak dan kemenakannya. Dimana biasanya kemenakan akan menuruti apa saja perintah dari mamaknya, begitu juga dengan mamak, harus menjadi tauladan yang baik bagi kemenakannya.
Mamak yang baik adalah mamak yang selalu menunjukkan jalan yang benar kepada kemenakannya, apabila kemenakannya berbuat salah hendaknlah mamak menegur dan memberi nasehat
agar kemenakannya tidak mengulangi perbuatan seperti itu lagi. Nasehat- nasehat dan perhatian tersebut bisa membuat kemenakannya merasa diperhatikan dan disayang oleh mamak dan keluarga sekitar, sehingga perbuatan- perbuatan yang kurang baik itu bisa jadi jarang dilakukan.
Mamak yang memperhatikan kemenakan- kemenakannya, mempunyai nilai tersendiri bagi kemenakan sendiri dan orang tua yang bersangkutan.
Setiap orang tua pasti mengharapkan yang terbaik buat anaknya, disini orangtua menginginkan ada orang yang memperhatikan anaknya selain mereka, salah satunya yaitu mamak dari anaknya (saudara laki- laki nya). Dalam penelitian ini, penulis mewawancarai beberapa orangtua dari kemenakan yang sering keluar malam, dimana informan disini yaitu orang tua perempuan (ibu) dari kemenakan- kemenakan tersebut.
Melihat di Jorong Pasar Rao terdapat beberapa kemenakan yang sering keluar malam tapi kurang mendapat perhatian dari mamak yang bersangkutan. Disini, penulis mendapatkan data dari orang tua dari kemenakan yang melihat mamak (saudara laki- lakinya) dalam hal membimbing dan mengarahkan perilaku kemenakannya merasa ada perhatian walaupun tidak sering sesuai yang diinginkan setiap orang tua pada umumnya.
Orang tua dari kemenaka sebenarnya sangat mengharapkan kalau mamak dari anaknya bisa melaksanakan tugasnya dengan baik yaitu menasehati kemenakannya kalau kemenakannya berbuat salah dan tidak sesuai aturan. Tetapi kenyataannya, harapan dari orang tua tersebut malah kurang ditanggapi oleh mamak, kalau mamak menasehati sangat jarang sekali, hal tersebut membuat orangtua merasa tidak mempunyai tempat bergantung lagi kalau anaknya bersikap kurang baik dan sebagainya.
Disamping persepsi orang tua yang mengatakan kalau kurangnya perhatian dari mamak, ada juga orang tua yang berpersepsi kalau mamak tidak ada perhatian sama sekali terhadap kemenakannya, tidak adanya perhatian dari mamak membuat orang tua merasa kalau mamak tidak mempedulikan kemenakannya, setiap orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya, dimana salah satunya yaitu anaknya bisa menjadi anak yang baik dan menuruti apa mereka katakan, mungkin peran mamak disini bisa mempengaruhi.
Sesuai yang penulis lihat di lapangan, ada orang tua yang berpersepsi kalau mamak yang mempunyai kemenakan yang sering keluar malam atau berperilaku kurang tidak sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku seperti keluar malam dan berkumpul di kedai, biasanya pulang di atas 11 dan bahkan pulang pagi, main domino, dan sebagainya.
Tetapi hal tersebut tidak diperdulikan oleh mamak yang bersangkutan.
Kalau mamak saja tidak peduli terhadap kemanakan, bagaimana kemenakan akan merasa segan terhadap mamaknya, kemenakan akan merasa segan kalau mamaknya sering memperhatikan seperti mau menasehati atau memperingati kalau seandainya dia berperilaku kurang sesuai dengan aturan seperti keluar malam, merokok, dan sebagainya, selalu membimbing dan mengarahkannya. Dengan begitu, mungkin hubungan antara mamak dan kemenakan bisa terjalin dengan baik.
Kalau melihat keikutsertaan orang tua dalam membimbing dan mengarahkan perilaku kemenakan di Jorong Pasar Rao Nagari Tarung- Tarung Kabupaten Pasaman, sesuai informasi yang penulis dapatkan di lapangan mengatakan pada umumnya mereka ikut serta dalam hal tersebut, tapi mereka sangat mengharapkan sekali mamak dari anak mereka melaksanakan salah satu perannya yaitu dengan membimbing dan mengarahkan kemenakannya dengan baik, sehingga kemenakannya bisa berperilaku sesuai dengan keinginan.
Peran yang dilaksanakan oleh mamak di Jorong Pasar Rao Nagari Tarung- Tarung Kabupaten Pasaman masih terlihat kurang berjalan dengan baik, itu telihat dari kemenakan- kemenakan yang sering keluar malam, merokok, main domino, dan sebagainya, dan hal tersebut masih kurang mendapat perhatian dari mamak yang bersangkutan. Jadi orang tua juga belum merasakan manfaat yang bisa diambil dari peran yang dilaksanakan oleh mamak.
KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di Jorong Pasar Rao Nagari Tarung- Tarung Kabupaten Pasaman dapat diambil kesimpulan bahwa di Jorong Pasar Rao mamak belum melaksanakan perannya dengan baik dalam membimbing dan mengarahkan perilaku kemenakan, kalau kemenakan keluar- keluar malam, mamak sangat jarang menasehati atau memberi arahan, bahkan ada juga mamak yang tidak pernah menasehati atau mengarahkan kemenakannya sama sekali. Terdapat dua faktor yang menyebabkan mamak tidak berperan yaitu, jarak rumah yang jauh dan pekerjaan yang banyak. Selanjutnya, persepsi kemenakan mengenai peran yang dilaksanakan oleh mamak di Jorong Pasar Rao Nagari Tarung- Tarung Kabupaten Pasaman kemenakan merasa mamak kurang memperhatikan mereka, bahkan ada yang beranggapan kalau mamak tidak perduli dengan apa yang mereka lakukan.
Begitu juga dengan persepsi orang tua, orang tua beranggapan kalau mamak belum berperan sebagaimana mestinya, orang tua juga belum
merasakan manfaat dari peran yang dilaksanakan mamak tersebut.
B. SARAN
Adapun saran yang penulis kemukakan dalam penelitian ini adalah: Dari penelitian yang dilaksanakan di Jorong Pasar Rao Nagari Tarung- Tarung Kabupaten Pasaman dari tanggal 16 September sampai 30 Oktober 2014 dan mendapatkan hasil kalau beberapa mamak yang ada masih kurang memperhatikan kemenakannya, sebaiknya mamak lebih sering memperhatikan, membimbing, dan mengarahkan kemenakannya lagi, karena itu merupakan salah satu kewajiban mamak, dan bagi mamak, hendaknya mamak bisa melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik, salah satunya yaitu dalam membimbing dan mengarahkan perilaku kemenakannya, supaya kemenakannya bisa bersikap sesuai dengan yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Amir . 2007. Adat Minangkabau (pola dan tujuan hidup orang minang). Jakarta: PT Mutiara Sumber Widya
_____. 2011. Masyarakat Adat Minangkabau Terancam Punah. Jakarta : Citra Harta Prima
Departemen pendidikan nasional. 2001. Fungsi Keluarga Dalam Penanaman Nilai- Nilai Budaya Masyarakat Minangkabau di Kota Bukittinggi. Padang. PD. Syukri
Esten, Mursal . 1993. Minangkabau (tradisi dan perubahan). Padang: Angkasa Raya
Ibrahim. 2009. Tambo Alam Minangkabau (tatanan adat warisan nenek moyang orang minang).
Bukittinggi: Kristal Multimedia
Jamna, Jamaris. 2004. Pendidikan Matrilineal.
Padang : Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau (PPIM)
Moleong, Lexy j. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PTRemaja Rosdakarya
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2010. Teori Sosiologi Modern. Jakarta.: Kencana Wirawan. 2012. Teori- Teori Sosial Dalam Tiga
Paradigma. Jakarta: Kencana