• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTY REPRECENTACY DENGAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTY REPRECENTACY DENGAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG "

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

Volume 02. Nomor 02. Desember 2021

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

8

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTY REPRECENTACY DENGAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG

PADA SISWA KELAS VIII SMP YP PGRI 4 MAKASSAR

Comparison Of Mathematics Learning Outcomes Of Students Teached With The Multy Reprecentacy Discourse Learning Model With Direct Learning

Models In Class Viii Students Of Smp Yp Pgri 4 Makassar

Ivone Raubun1, Ramlan M2, Ruslan B3 Pendidikan Matematika

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Yayasan Pendidikan Ujung Pandang (YPUP)

Email1: [email protected] Email2: [email protected]

Email3: [email protected]

Abstrak

This study aims to compare the average mathematics learning outcomes of students taught using the Multi Representation Discourse Learning model with the Direct Learning model for class VIII students of SMP YP PGRI 4 Makassar. This research is an experimental research. The research samples were students in class VIII.a, which consisted of 20 students, and were taught using the Discourse Multi Representation Learning model. And class VIII.b, which consisted of 21 students, was taught using the Direct Learning model.

The research data collection was carried out through learning achievement tests, and processed using descriptive statistics and inferential statistics. The results showed that the average score of students taught using the Multi Representation Discourse Learning model was 79.9 with a standard deviation of 80 which was categorized as high.

Meanwhile, the average score of students taught by the Direct Learning model was 59.90 with a standard deviation of 10.029 which was categorized as low. The results of the inferential statistical test showed that the calculation results obtained tcount = 9.58 and ttable = 1.6795. Because tcount> ttable, H0 is accepted and H1 is rejected, which indicates that there is a significant difference in the average score of students' mathematics learning outcomes taught by the Multi Representation Discourse Learning model with the scores of students' mathematics learning outcomes taught by the Direct Learning model in class VIII students SMP YP PGRI 4 Makassar.

Keywords: Multi Representation Discourse Learning Model, Direct Learning Model.

(Received: 03-06-2021; Reviewed: 30-07-2021; Revised: 03-08-2021; Accepted: 30-09-2021; Published: 01-12-2021)

(2)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

9 Pendahuluan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses pengubahan tata laku orang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Maka pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan di mana individu itu berada.Dengan demikian, pendidikan menjadi salah satu pilar utama dalam menyiapkan masa depan seseorang, sehingga pendidikan berorientasi pada penyiapan siswa untuk berperan di masa yang akan datang.Bahkan, kualitas suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas pendidikannya.

Salah satu factor penentu kualitas dan kemajuan pendidikan adalah guru.Hal ini tidak terlepas dari peran guru yang tidak hanya memberi informasi, tetapi juga mengarahkan dan momotivasi setiap anak didik.Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk mengembangkan pola dan metode pembelajaran secara terus-menerus, tidak terkecuali pola dan metode pembelajaran matematika.Dalam konteks pembelajaran matematika, kita tidak dapat memungkiri fakta bahwa tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan.Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain: kurangnya pemahaman siswa terhadap sebuah konsep akibatrendahnya motivasi belajar siswa; kurangnya perhatian siswa terhadap pelajaran matematika karena dianggap sebagai pelajaran yang sukar dan tidak menarik; pandangan siswa terhadap pelajaran matematika sebagai pelajaran yang membosankan dan tidak menarik.

Situasi di atas mengharuskan pengembangan metode atau model pembelajaran secara terus-menerus agar dapat menarik minat siswa terhadap pelajaran matematika, dan meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pelajaran matematika.Artinya, pembelajaran tidak melulu didominasi oleh guru dengan siswa sebagai objek untuk menerima dan menghafal materi yang disampaikan oleh guru.Siswa harus dilibatkan secara aktif di dalam pembelajaran sehingga mereka berani untuk menyampaikan dan mengeluarkan ide-idenya pada saat pembelajaran berlangsung. Berangkat dari uraian di atas penulis mencoba untuk meneliti perbandingan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model PembelajaranDiskursus Multy Reprecentacy (DMR)dengan model Pembelajaran Langsung.

Belajar itu sendiri merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup.Salah satu pertanda seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya, yaitu: perubahan yang bersifatsuatu aktivitasatau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,meningkatakan ketrampilan,memperbaiki prilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.Sains konvensional mendefenisikan proses belajar sebagai pengalaman (experience), yaitu: kontak manusia dengan alam, yang terjadi berulang kali sehingga melahirkan pengetahuan (knowledge). Bahwa pengetahuan sudah berserakan di alam, tinggal bagaimana siswa menggali, bereksplorasi, dan memungutnya (Suyono,2017:9).

Lebih lanjut Hilgard bersama Marquis mendefenisikan belajar sebagai proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan,pembelajaran dan lain-lain sehingga terjadi perubahan dalam diri.Kata kunci dari belajar adalah latihan, pengalaman, stimulus, rangsangan,respon,tangapan, atau reaksi, Intinya yaitu adanya perubahan prilaku (behavior) karena pengalaman atau latihan. Gagne sebagaimana dikutip oleh Dahar (Suyono,2017:12) menyatakan bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderunganmanusia,sepertisikap,minat,atau nilai danperubahan kemampuannya,yaitu peningkatan untuk melakukan berbagai jenis kerja.

Belajar matematika adalah aktifitas mental untuk mengetahui arti dari hubungan di antara simbol- simbol dan konsep-konsep tertentu sehingga menghasilkan suatu perubahan tingkah laku (Segala, 2010:16).Ini dikarenakan matematika adalah ilmu yang berkaitan erat dengan simbol-simbol dan ide- ide (Arikanto, 1993: 12). James memperjelas ini dengan mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep yang berhubungan satu dengan yang

(3)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

10 lain dalam jumlah yang banyak dan terbagi dalam tiga bidang, yaitu: aljabar, persamaan, dan

geometri(Suherman,2003:17).Sehubungan dengan ini, pembelajaran diperlukan oleh siswa.

Pembelajaran merupakan bantuan pendidikan kepada anak didik agar mencapai kedewasaan di bidang pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Arikanto, 1993: 4).

Maka tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan ketrampilan- ketrampilan pada siswa.Tugas guru ini sebagai bantuan bagi siswa dalam upaya mencapai hasil belajar yang optimal. Menurut Ovan (2020: 11), hasil belajar adalah proses berpikir menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian interaksi yang telah diperoleh sebagai pengertian. Karena itu sesoerang menjadi memahami dan menguasai hubungan-hubungan tersebut sehingga dia dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran yang dipelajari.

Hasil belajar itu sendiri sangat dipengaruhi oleh intelegensi dan penguasaan awal anak tentang materi yang akan dipelajari oleh anak. Ini berarti, guru perlu menetapkan tujuan belajar sesuai dengan kapasitas intelegensi anak, serta pencapaian tujuan belajar perlu menggunakan bahan apresiasi yaitu bahan yang telah dikuasai anak sebagai batu loncatan untuk menguasai materi (Abdurahaman, 2003:

37).Sehubungan dengan ini, penerapan dan penggunaan model pembelajaran memiliki peranan penting dalam mewujudkan hal tersebut. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model Pembelajaran Diskursus Multy Reprecentacy (DMR) dengan model Pembelajaran Langsung.

Pertama, model Pembelajaran Diskursus Multy Reprecentacy (DMR). Model Pembelajaran Diskursus multy reprecentacy (DMR) adalah suatu model pembelajaran yang berorentasi pada pembentukan, penggunaan dan pemanfaatan berbagai daya representasi dengan seting kelas dan kerja kelompok.Menurut Suyantno (2016),Diskursus Multy Reprecentacy(DMR)adalah pembelajaran berorentasi pada pembentukan, penggunaan dan pemanfaatan berbagai representasi seting kelas dan kerja kelompok. Siswa dituntut mampu bekerja sama dengan siswa lainnya dan kritis dalam menanggapi permasalahan yang diberikan guru. Model ini memberikan ruang gerak aktif bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan mencari solusi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

Subakti (2010:3) menjelaskan bahwa Diskursus MultyReprecentacy(DMR)adalah model yang mengajarkan proses pemecahan masalah dan mengembangankan ketrampilan pemecahan masalah.

Adapun tahapan-tahapan model pembelajaranDiskursus Multy Reprecentacy (DMR), yaitu: : Tabel 1. Tahapan – Tahapan Model Pengajaran Diskursus Multy Reprecentacy(DMR)

Fase Penerapan Guru Fase 1

Tahap persiapan

Guru menyiapkan RPP pembelajaran, kemudian guru membagikan lembar materi, media dan lembar kerja siswa sesuai materi yang akan dipelajari.

Fase 2

Tahap pendahuluan

Guru membuka pelajaran dengan doa dan memberikan motivasi, guru memnginformasikan tentang pembelajaran Diskursus multyreprecentacy (DMR), guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok hetorgen, siswa duduk sesuai dengan kelompok masing – masing, guru membagikan lembar materi dan lembar kerja siswa.

Fase 3

Tahap penerapan

Masing– masing kelompok mendiskusikan materi yang dipelajari dan setiap anggota mencatat, siswa di tunjuk secara acak untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya depan kelas dan setiap siswa yang tampil mempertanggung jawab hasil kerja kelompoknya, dan guru

(4)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

11 menambahkan pemahaman materi.

Fase 4

Tahap penutup

Guru memberikan lembar kerja siswa, siswa mengerjakan lembar siswa secara individu, lembar kerja siswa dikumpulkan untuk dinilai, guru bersama siswa mengumpulkan materi.

Tamim (2015)

Berikut ini adalah tahap-tahap model pengajaran langsung, yaitu:

Tabel 2. Tahapan-Tahapan Model Pengajaran Langsung

Fase Peran Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan mempersiapkan siswa

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajar, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.

Fase 2

Mendemonstrasikan

Pengetahuan dan ketrampilan

Guru mendemonstrasikan ketrampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap

Fase 3

Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal

Fase 4

Mengecek pemahaman dan Memberikan umpan balik

Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik

Fase 5

Memberikan kesempatan untuk Pelatihan lanjutan dan penerapan

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.

Sumber: Kardi dan Nur (2000)

Kesimpulannya, Model Diskursus Multy Representasi (DMR) lebih menekankan pada proses pemahaman konsep dengan cara diskusi dengan kelompok untuk menemukan jawaban dari suatu permaslahan dan mendapat hasil diskusi yang disetujui oleh semua anggota kelompok. Sedangkan, model pembelajaran langsung merupakan model pendekatan mengajar yang lebih didominasi oleh guru dalam membantu siswa untuk mempelajari dan menguasai ketrampilan dasar serta memperoleh informasi selangkah demi selangkah. Dengan membandingkan kedua model ini, hipotesis penulis adalah “hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model Diskursus Multy Reprecentacy (DMR) akan berbeda dari hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model Pembelajaran Langsung.”

Metode

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen, yaitu quasi experiment dengan pendekatan cross sectional study.dengan melibatkan dua kelompok, yaitu: kelompok eksperimen satu dan kelompok eksperimen dua. Kelompok eksperimen satu dijarkan dengan menggunakan model Pembelajaran Diskursus Multy Reprecentacy (DMR) dan kelompok eksperimen dua diajar dengan menggunakan model Pembelajaran Langsung. Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2021/2022 di SMP YP PGRI 4 Makassar, yang beralamat di Jln. Andi Djemma No. 20 Makassar.Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII.a dan VIII.b.

Penelitian ini menggunakan desain randomized postest design dengan melibatkan dua kelompok yang berbeda, yaitu: kelompok eksperimen satu dan kelompok eksperimen dua. Setelah selesai diberikan perlakuan pada kedua kelompok, langkah selanjutnya adalah memberikan tes untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan yang diberikan peneliti.Hasil dari tes tersebut akan dijadikan bahan ukuran

(5)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

12 untuk membandingkan hasil belajar dari kedua kelompok seperti yang digambarkan pada tabel berikut:

Tabel 3. Randomized post-test design

Kelompok Treatmen Observasi

R E1

R E2

T1

T2

O1

O2 Sumber: Data diolah

Keterangan:

R:Random

E1:Kelompok eksperimen satu E2:Kelompok eksperimen dua

T1:Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran DMR T2:Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran langsung O1:Observasi setelah perlakuan untuk kelompok eksperimen satu O2:Observasi setelah perlakuan untuk kelompok eksperimen dua

Instrumen penelitian ini adalah “instrumen tes hasil belajar”terhadapa materi sistem persamaan linear dua variabel.Instrumen dibuat oleh peneliti berdasarkan kisi-kisi soal.Tes hasil belajar Ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan tingkat hasil belajar siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru dengan menggunakan kedua model pembelajarantersebut.Tes hasil belajar itu sendiri dibuat dalam bentuk essay yang terdiri dari 5 nomor soal dengan rentang bobot skor adalah 0 sampai 100.Tes hasil belajar siswa akan dilaksanakan pada hari dan jam yang sama untuk kedua kelompok. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kebocoran soal tes.

Selanjutnya, data yang ada akan dianalisa oleh peneliti dengan menggunakan teknik satistikdeskrtiptif dan statistik inferensial.Satatistik deskripsi digunakan dalam rata-rata, variasi, simpangan baku, median, modus, koefesien, kemiringan dan kortosis.

Tabel 4. Teknik Pengkategorikan Skor Hasil Belajar Siswa

Angka Keterangan

80 – 100 Sangat Tinggi

65 – 79 Tinggi

55 – 65 Sedang

39 – 55 Rendah

0 – 39 Sangat Rendah

Sumber:Arikunto.( 2006:196) Hasil Dan Pembahasan

Hasil

Deskripsi hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran Diskursus Multy Reprecentacy (DMR). Hasil analisis deskriptif terhadap hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran Diskursus Multy Reprecentacy (DMR) adalah:

Tabel 5. Hasil analisis deskriptif

Statistik Nilai Statistik Ukuran Sampel

Skor Maksimum

20 95

(6)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

13 Skor Minimum

Jangkauan Skor Rata-Rata

Varians Standar Deviasi

Median Modus

61 34 79,95 103,53

10,18 80,00 75 Sumber: Data diolah

Sedangkan distribusi frekuensi, persentase dan kategori hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Distribusi frekuensi persentase dan kategori hasil belajar siswa

Sumber: data diolah

Kesimpulannya, rata rata hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran diskursus multy reprecentacy berada pada kategori tinggi.

Hasil analisis deskriptif terhadap hasil belajar siswa yang diajar dengan model Pembelajaran Langsung adalah sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil analisis deskriptif

Sumber data: Data diolah

Sedangkan distribusi frekuensi, persentase dan kategori hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 8. Dsitribusi frekuensi persentase dan kategori hasil belajar

Nilai hasil belajar Kategori Frekuensi Persentase

80 – 100 Sangat tinggi 11 55%

65 – 80 Tinggi 7 35%

55- 65 Sedang 2 10 %

39 – 55 Rendah - -

0 – 39 Sangat rendah - -

Jumlah 20 100%

Statistik Nilai statistic

Ukuran Sampel Skor Maksimum

Skor Minimum Jangkauan Skor Rata-Rata

Varians Standar Deviasi

Median Modus

21 80 46 34 59,90 100,60

10,03 60,00 52

Nilai hasil belajar Kategori Frekuensi Persentase

80-100 Sangat tinggi -

65-80 Tinggi 6 28,57 %

55-65 Sedang 8 38,10%

35-55 Rendah 7 33,33%

0-39 Sangat rendah - -

(7)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

14 Sumber: data diolah

Kesimpulannya, rata rata hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung berada pada kategori rendah.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis statistic deskriptif diperoleh rata-rata skor hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran Diskursus Multy Reprecentacy (DMR)sebesar 79,59, dan termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini disebabkan karena keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar.

Siswalebih aktif dalam memberikan pertanyaan ketika diminta untuk merespon materi.Sedangakan rata-rata skor hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran Langsung sebesar 59,90, dan termasuk dalam kategori sedang. Penyebabnya adalah model pembelajaran Langsung yang lebih berpusat kepada keaktifan guru.Memang siswa diberikan tugas oleh guru agar siswa lebih menguasai materi, dan menigkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika.Sayangnya, tidak semua siswa mengerjakan tugas tersebut.Tugas yang diberikan hanya dikerjakan oleh siswa yang benar-benar rajin, dan benar-benar menguasai materi yang diajarkan oleh guru.

Sedangkan, deskripsi presentasi hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran Diskursus Multy Reprecentacy (DMR)menunjukan bahwa 11 siswa berada pada kategori sangat tinggi; 7 siswa berada pada kategori tinggi; 2 siswa berada pada kategori sedang; dan tidak ada siswa yang berada pada kategori sangat rendah. Kesimpulannya, prestasi belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran Diskursus Multy Reprecentacy (DMR) berada pada kategori tinggi.Di sisi lain prestasi hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran Langsung menjunjukan bahwa 6 siswa berada pada kategori tinggi; 8 siswa berada pada kategori sedang; 7 siswa berada pada kategori rendah; dan tidak ada siswa yang di kategorikan sangat tinggi dan sangat rendah.Dengan demikian, prestasi belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Langsungberada pada kategori sedang.

Selanjutnya, berdasarkan rumusan hipotesis penelitian yang digunakan yaitu 𝐻0 ∶ 𝜇1 =𝜇2 melawan 𝐻1 : 𝜇1 >𝜇2 dikaitakan dengan hasil penelitian yang diuji dengan statistic inferensial, maka𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima. Ini berarti, terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar sistem persamaan linear dua variabel yang diajar dengan model pembelajaran Diskursus Multy Reprecentacy (DMR)dan rata- rata hasil belajar siswa diajar dengan model pembelajaran Langsung.

Berdasarkan pembahasan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa dugaan sementara yang diajukan dalam penelitian ini terbukti, yaitu: terdapat perbedaan antara hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel yang diajar dengan model pembelajaran Diskursus Multy Reprecentacy(DMR)dengan siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Langsung pada kelas VIII SMP YP PGRI 4 Makassar.

Kesimpulan

Berangkat dari uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaranDiskursus Multy Reprecentacy (DMR) pada Siswa Kelas VIII SMP YP PGRI 4 Makassar berada pada kategori tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran Langsung, yang berada pada kategori rendah.Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Diskursus Multy Reprecentacy (DMR) lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model pembelajaran Langsung.

Jumlah 21 100%

(8)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

15 Atas dasar di atas seorang guru diharapkan dapat memilih model yang tepat sebelum memulai

pelajaran. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru haruslah membuat siswa lebih cepat memahami tentang materi yang dia terima sehingga siswa dapat memeproleh hasil belajar yang baik, serta memberikan ruang yang cukup bagi siswa untuk terlibat secara aktif selama proses belajar- mengajar.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka disarankan:

1. Guru hendak memilih model yang tepat sebelum memulai pelajaran, gunakan model pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih cepat memahami tentang materi yang dia terima sehingga memungkinkan siswa dapat memeproleh hasil belajar yang baik.

2. Siswa hendaknya aktif dalam proses belajar mengajar misalnya digunakanlah model pembelajaran Diskursus Multy Reprecentacy (DMR) dan model pembelajaran Langsung dimana dalam pembelajaran model ini siswa diajak untuk berkerja kelompok atau mendiskusikan bersama tentang materi yang diajarkan, siswa juga memeperoleh sendiri jawaban-jawaban sehingga mendapat hasil yang baik.

3. Bagi peneliti sejenis disarankan untuk melanjutkan peneliti ini dan memperluas fokus kajian dengan menyelidik pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar matematika terhadap tingkat yang luas.

Ucapan terima kasih

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian maupun penulisan artikel ini.

Referensi

Cucu, S. (2022). Belajar dan Pembelajaran. Pasuruan: Penerbit Qiara Media.

Irianto, H. A. (2016). Statistik Konsep Dasar. Jakarta: Prenada Media.

Jurnal Pendidikan Empirisme: EDISI 29/ VOLUME 6/ SEPTEMBER 2019. (2019). Sang Surya Media.

Rachmawati, D., & Rukmi, A. S. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Langsung Siswa Kelas II SDN Rejosari Mojokerto. JPGSD, 2, 11.

Rusman, M. P. (2017). Belajar & Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:

Prenada Media.

Sanjaya, W. (2017). Paradigma baru mengajar. Jakarta: Kencana.

Sitio, H. (2021). RPS Pendidikan Matematika Kelas Rendah.

Suyono, H. (2017). Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep (6th ed.). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Thabroni Gamal. (2022). Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) - serupa.id. 1–10.

(9)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

16 Info lebih lanjut

Hubungi

LPPM STKIP YPUP Makassar Jalan Andi tonro no. 17 Makassar

Referensi

Dokumen terkait

METODE PENELITIAN Penelitian ini berusaha melihat bagaimana dampak dari anggaran belanja pemerintah Tugas Pembantuan yang dialokasikan oleh incumbent selama selama menjabat terhadap

Karakteristik pH dan Suhu dalam Proses Pembuatan Biogas dari Substrat Limbah Rumah Makan, Limbah Cair Tahu dan Kotoran Sapi.. Analisa Reaktor Biogas Campuran Limbah Kotoran Kambing