• Tidak ada hasil yang ditemukan

perbedaan pemahaman konsep matematis siswa dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "perbedaan pemahaman konsep matematis siswa dengan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK

DUA TIANGGAL DUA TAMU DAN BERTUKAR PASANGAN SISWA KELAS VIII SMPN 14 PADANG

Oleh:

Ratna Sari*), Zulfaneti**), Alfi Yunita**).

*)Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat

**)Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

The backgrounds of the research are the students don’t want to cooperate in the learning process and the low of the student’s mathematical concept understanding.

The type of the research is a pure experiment with the research design Randomized Post Test Only Comparison Group Design. The population was class VIII.4. students as the experiment class I and class VIII.3 as the experiment class II. The instrument was post-test. The technique of data analysis used two-way t- test. Based on the data analysis result, it is found out that the mean of experiment class I is 73,32 and experiment class II is 59,875. The test data are distributively normal and homogeny. The hypothesis test result shows that P-value is 0.037 smaller than α =0,05, so that the hypothesis is accepted. It can be concluded that there is a difference of mathematical concept understanding of student’s using cooperative learning model of two stay two stray and switch couple technique of student’s class VIII SMPN 14 Padang.

Keywords: Two Stay Two Stray, Switch Couple Technique, Mathematical Concept Understanding.

PENDAHULUAN

Permasalahan yang terdapat pada penelitian ini adalah siswa masih kurang aktif dalam pembelajaran.

Siswa tidak mau menanyakan tentang materi pelajaran yang belum mereka pahami. Ketika guru memberikan pertanyaan mengenai materi pelajaran hanya beberapa orang siswa menjawab dan hal itu terjadi pada setiap pengajuan pertanyaan oleh guru, hanya siswa-siswa tertentu yang

mau menjawab pertanyaan guru.

Sebagian besar siswa di dalam kelas lebih sering mengobrol, pindah- pindah tempat duduk dan tidak memperhatikan pelajaran. Siswa yang kurang memahami materi pelajaran tidak mau bertanya kepada siswa lain dan guru, dan pada saat diberikan tugas mereka tidak mengerjakan dengan alasan belum mengerti.

Kondisi tersebut mengakibatkan

(2)

pemahaman konsep matematis siswa terhadap materi yang dijelaskan belum maksimal. Untuk mengatasi permasalahan diatas adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Teknik Dua Tinggal Dua Tamu dan Bertukar Pasangan.

Menurut Lie (2010:62) “Teknik Dua Tinggal Dua Tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain” dan “teknik belajar mengajar bertukar pasangan memberi siswa kesempatan untuk bekerjasama dengan orang lain.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik dua tinggal dua tamu dan bertukar pasangan di SMPN 14 Padang.

Penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah:

a. Lastriani (2013) dengan judul

“Pengaruh PenerapanTeknik Dua Tinggal Dua Tamu Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VIII SMPN 12 Sijunjung Kecamatan Lubuk

Tarok Kabupaten Sijunjung Tahun Pelajaran 2013/2014”.

Kesimpulan yang diperoleh pada penelitian tersebut adalah pemahaman konsep matematis siswa dengan Penerapan Teknik Dua Tinggal Dua Tamu lebih baik dari pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran konvensional.

b. Rosi Elsa Fitri (2013) dalam penelitiannya yang berjudul

“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Koopertaif Teknik Bertukar Pasangan Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VIII SMPN 28 Padang Tahun Pelajaran 2012/2013”. Hasil yang diperoleh dalam penelitiannya yaitu pemahaman konsep matematis siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan lebih baik daripada pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional.

(3)

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan rancangan penelitian Randomized Posttest-only comparison group design. Populasi dalam penelitian adalah siswa Kelas VIII SMPN 14 Padang. Pengambilan sampel adalah secara acak terpilih kelas VIII.4 sebagai kelas Eksperimen I dan kelas VIII.3 sebagai kelas Eksperimen II. Variabel dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif teknik Dua Tinggal Dua Tamu dan teknik Bertukar Pasangan sebagai variable bebas. Variable terikat pada penelitian adalah pemahaman konsep matematis siswa kedua kelas sampel.

Instrumen dalam penelitian ini adalah tes akhir pemahaman konsep yang berbentuk essai. Penelitian dilakukan pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel, dengan 5 butir soal.

Untuk mendapat instrument yang dapat dipercaya, maka sebelum digunakan dilakukan uji coba di SMPN 23 PADANG pada tanggal 27 Januari 2015 yang diikuti oleh 30 siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN Data mengenai perbedaan pemahaman konsep matematis siswa dapat dilihat dari hasil tes akhir pemahaman konsep matematis siswa setelah diberikan perlakuan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Dua Tinggal Dua Tamu dan Bertukar Pasangan.

Pemahaman konsep matematis siswa dapat dilihat dari lembar jawaban hasil tes akhir siswa dengan indikator pemahaman konsep yaitu menyatakan

ulang sebuah konsep,

mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma kepemecahan masalah. Berikut ini adalah hasil kerja siswa pada tes akhir di kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 pada indikator mengklasifikasikan objek menurut sifat tertentu soal nomor 1 tes akhir:

Gambar 1. Hasil kerja tes akhir siswa berkemampuan rendah kelas Eksperimen I

(4)

Gambar 1. Terlihat bahwa siswa sudah mampu menjawab soal dengan baik untuk soal nomor 1. Siswa sudah mampu mengkalisifikasikan objek dengan baik sehingga siswa memperoleh skor maksimum yang ditetapkan. Sedangkan pada kelas eksperimen II siswa juga bisa memenuhi indikator pemahaman konsep yang diujikan tetapi belum sempurna sehingga skor yang diperoleh kurang, seperti terlihat pada gambar 2:

Gambar 2. Hasil kerja tes akhir siswa berkemampuan rendah kelas Eksperimen II

Gambar 2. menjelaskan bahwa siswa masih kurang jelas dalam mengklasifikasikan objek. Soal nomor 2 diberikan soal yang

mengandung indikator

mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. Siswa kelas eksperimen I dapat menyelesaikan soal dengan benar.

Hal ini dapat dilihat dari lembar jawaban siswa di bawah ini:

Gambar 3. Hasil kerja tes akhir siswa berkemampuan sedang kelas Eksperimen I

Gambar 3. Membuktikan bahwa siswa sudah mampu mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah dan mendaptkan hasil yang tepat sehingga siswa memperoleh skor maksimum yaitu 27. Sementara indikator mengaplikasikan konsep atau algoritma kepemecahan masalah pada kelas eksperimen II masih terdapat kesalahan seperti Gambar 4:

Gambar 4. Hasil kerja tes akhir siswa berkemampuan sedang kelas Eksperimen II

Gambar 4. Pada soal nomor 2 masih ada kesalahan dalam perhitungan sehingga terjadi kekeliruan dalam

(5)

menentukan himpunan penyelesaian.

Hal ini menunjukkan siswa belum memenuhi indikator mengaplikasikan konsep atau algoritma kepemecahan masalah. Soal nomor 4 pada kelas eksperimen I siswa sudah dapat menyelesaikan soal dengan benar.

Hal ini dapat dilihat pada gambar 5:

Gambar 5. Hasil kerja tes akhir siswa berkemampuan tinggi kelas Eksperime I

Gambar 5. siswa sudah dapat menyelesaikan soal dengan benar dimana siswa sudah dapat menyatakan ulang sebuah konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma kepemecahana masalah dengan benar. Pada kelas eksperimen II siswa juga sudah mampu dalam menyatakan ulang sebuah konsep dan mengaplikasikan konsep atau alogritma kepemecahan masalah. Hal ini dapat dilihat pada lembar jawaban siswa di bawah ini:

Gambar 6. Hasil kerja tes akhir siswa berkemampuan tinggi kelas Eksperimen II

Gambar 6. siswa sudah mampu menyatakan ulang sebuah konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah sehingga jawaban yang ditulis siwa sesuai dengan indikator yang ditentukan.

Berdasarkan hasil tes akhir yang diperoleh kedua kelas eksperimen dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen I lebih baik dari kelas eksperimen II. Siswa pada kelas eksperimen I telah mampu menjawab soal sesuai dengan indikator yang ditentukan. Sedangkan pada kelas eksperimen II siswa masih melakukan kesalahan dalam menjawab soal.

Pada kelas eksperimen I diperoleh rata-rata pemahaman konsep siswa 72,32, simpangan baku 21,97 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah

(6)

24. Pada kelas eksperimen II diperoleh rata-rata pemahaman konsep siswa 59,875, simpangan baku 25,09 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 6.

Untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau ditolak maka sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dengan uji Anderson Darling dengan bantuan MINITAB dan uji homogenitas menggunakan uji F dengan bantuan MINITAB. Hasil uji menunjukkan bahwa kedua kelas sampel berdistribusi normal dan mempunyai variansi yang homogen.

Pengujian hipotesis menggunakan uji t dua pihak dengan bantuan MINITAB. Berdasarkan analisis data diperoleh P-value = 0,037 karena P-value< , maka tolak H0, artinya hipótesis diterima.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep matematis siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Dua Tinggal Dua Tamu dan Bertukar Pasangan siswa kelas VIII SMPN 14 Padang.

KEPUSTAKAAN

Lie, Anita. (2010). Cooperative Learning Mempraktekan Cooperative LearningMDi Ruang – Ruang Kelas. Jakarta : Grasindo.

Sukmadinata, Syaodih, Nana. (2010).

Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Syafriandi. (2001). Analisis Statistika Inferensial dengan Menggunakan Minitab.

Padang: UNP

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemahaman konsep matematis siswa menerapkan model penemuan terbimbing lebih baik dari pada pemahaman konsep matematis siswa dengan