• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Perencanaan Ulang Struktur Atas Jembatan Warren Truss Menggunakan Suspension Bridge

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of Perencanaan Ulang Struktur Atas Jembatan Warren Truss Menggunakan Suspension Bridge"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

Jurnal RENOVASI

Rekayasa dan Inovasi Teknik Sipil

p-ISSN : 2443-3187 e-ISSN : 2961-9599 Vol. 8, No.1 (April 2023)

PERENCANAAN ULANG STRUKTUR ATAS JEMBATAN WARREN TRUSS MENGGUNAKAN SUSPENSION BRIDGE

STUDI KASUS JEMBATAN SEBIO, SENDANGDAWUNG, KECAMATAN KANGKUNG, KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH

Algazt Aryad Masagala1*, Bayu Wicaksono1

1Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Teknologi Yogyakarta

*coressponding author : [email protected]

Received : 21 Februari 2023 Available online : 6 April 2023

This is an open access article under the CC-BY license

Abstrak

Jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu jalan menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak sama tinggi permukaannya. Jembatan Sabeo dibangun dengan kontruksi baja Warren Truss.

Jembatan Sabeo memiliki panjang 65 meter dan lebar 2,5 meter. Struktur atas berupa kontruksi baja (Warren Truss) yang ada pada saat ini dan sudah mengalami korosi serta bagian-bagian struktur tersebut sudah mulai patah, perlu adanya perencanaan ulang pada jembatan ini agar para pengguna jembatan merasa lebih aman dalam melewati jembatan ini. Perencanaan jembatan gantung ini menggunakan suspension bridge karena jembatan ini adalah jembatan bantu masyarakat sekitar untuk digunakan sebagai akses penyebrangan yang lebih cepat, fungsi lain dari perencanaan jembatan gantung untuk dapat menjadi salah satu ikon didesa tersebut. Perencanaan ini diawali dengan pengambilan data dilapangan berupa bentang jembatan. Pada perencanaan jembatan gantung ini akan direncanakan dengan bentang 65 meter dan lebar 1,8 meter. Perencanaan dimulai dengan memodelkan jembatan gantung pada SAP2000 kemudian menentukan beban rencana yang bekerja pada jembatan untuk mendapatkan respon struktur jembatan. Selanjutnya hasil respon struktur tersebut digunakan untuk mendapatkan elemen struktur yang memenuhi ketentuan keamanan dan kenyamanan jembatan. Dari hasil perencanaan diperoleh profil baja untuk gelagar memanjang menggunakan profil IWF-100.50.5.7, gelagar melintang C- 100.50.5.7,5, pengaku gelagar L-50.50.6, railling L-50.50.6, kabel utama menggunakan kabel FC6x37 diameter 60 mm dan kabel penggantung menggunakan kabel FC6x37 diameter 16 mm, perencanaan kabel tersebut menunjukan hasil analisis bahwa gaya aksial kabel utama sebesar 257,768 kN.

Gaya aksial yang terjadi pada jembatan yaitu 3815,1 kN, dan gaya aksial kabel penggantung sebesar 6,647 kN. Gaya aksial yang terjadi pada jembatan yaitu 271,276 kN. Perencanaan menara menggunakan beton bertulang dengan tinggi menara 8 m, ukuran kolom menara 40/60 cm dan balok menara 30/40 cm. Dari perencanaan tersebut analisis lendutan memperoleh hasil maksimal 0,24 m pada tengah bentang jembatan sehingga tidak melebihi lendutan izin yang disyaratkan yaitu 0,32 m, dan hasil dari perhitungan tingkat nilai keamanan Safety factor perencanaan jembatan ini memiliki tingkat keamanan yang cukup tinggi.

Kata kunci : Perencanaan ulang, suspension bridge, pejalan kaki

(2)

2

1. PENDAHULUAN

Jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu jalan menyilang sungai / saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak sama tinggi permukaannya. Secara umum suatu jembatan berfungsi untuk melayani arus lalu lintas dengan baik. Keberadaan jembatan mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia, dimana manusia adalah adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi antar manusia diberbagai wilayah untuk kepentingan-kepentingan tertentu, sehingga dalam kehidupan manusia selalu berkaitan dengan proses perpindahan atau transportasi. Ketika manusia akan melakukan aktifitas dalam memenuhi dan menjalankan aktifitas dengan jangkauan lintas wilayah, karena wilayah tersebut dipisahkan oleh suatu penghalang seperti sungai, tebing, ataupun laut, yang menyebabkan kendala untuk melakukan aktifitas jika dihadapi oleh penghalang tersebut, disinilah peran utama jembatan dalam memberikan akses agar memudahkan proses transportasi manusia dan barang untuk sampai kesuatu tujuan tertentu.

Jembatan Sabeo saat ini masih digunakan oleh masyarakat dan mempunyai peran yang sangat penting bagi masyarakat yang berada disekitarnya meskipun dalam kondisi jembatan yang demikian adanya, karena jembatan ini merupakan akses terdekat untuk pergi kesekolah, untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan untuk menuju kedaerah kota. Dari hal ini disimpulkan bahwa Jembatan Sabeo sudah dikategorikan tidak aman untuk dilalui, karena dengan umur jembatan yang sangat lama dan kerusakan yang terjadi pada strukturnya membuat jembatan tersebut harus di redesain/direncanakan kembali untuk keamanan dan keselamatan bagi para pengguna Jembatan Sabeo.

Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa penelitian untuk melakukan desain ulang pada Jembatan Sabeo menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Dalam studi ini akan dicoba melakukan desain ulang jembatan menggunakan struktur jembatan suspensi seperti yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu [1-4].

2. METODE PENELITIAN

Perencanaan ulang struktur atas jembatan warren truss menggunakan suspension bridge dilakukan di Jembatan Sebio yang terletak di Pedukuhan Sabio, Desa Sendangdawung, Kecamatan Kangkung, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah dimana panjang dari jembatan ini 65 meter dengan lebar 1,8 meter yang tersusun atas material profil baja, kabel baja, dan papan kayu. Analisis ini dikerjakan berdasarkan SNI yang berlaku di Indonesia yang berkaitan dengan perencanaan jembatan, menggunakan program SAP2000 v14.

Perhitungan beban kerja pada struktur jembatan mengacu pada SNI terkait pembebanan [5-6], sementara perhitungan kapasitas elemen struktur mengacu pada SNI terkait dengan elemen struktur [7-11].

Dalam penelitian perencanaan ulang jembatan ini memperhatikan beberapa beban :

a. Beban Mati

Beban mati adalah beban yang terdiri dari berat masing-masing bagian struktural dan elemen- elemen non-strukturalnya. Masing-masing berat elemen ini harus dianggap sebagai aksi yang terintegrasi pada waktu menetapkan faktor beban biasa dan yang terkurangi. Besar beban mati jembatan dipengaruhi oleh bahan yang digunakan sebagai elemen jembatan pada pasal 7.1 SNI 1725:2016 [5] yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Berat Isi Untuk Beban Mati [5]

Bahan Berat isi

(kN/m3)

Kerapatan massa (kg/m3) Lapisan permukaan

beraspal 22,0 2245

Besi tuang (cast iron) 71,0 7240 Timbunan tanah

dipadatkan 17,2 1755

Kerikil dipadatkan 18,8-22,7 1920-2315

Beton aspal 22,0 2245

Beton ringan 12,25-19,6 1250-2000 Beton , f’c < 35 Mpa 22,0-25,0 2320

Baja (steel) 78,5 7850

Kayu ringan 7,8 800

Kayu keras 11,0 1125

(3)

3

b. Beban Hidup

Beban hidup adalah semua beban yang berasal berat kendaraan-kendaraan bergerak / lalu lintas dan pejalan kaki yang dianggap bekerja pada jembatan yang akan dirancang. Pada jembatan gantung untuk pejalan kaki beban hidup ditinjau dari 2 (dua) aspek yang perlu dipertimbangkan sebagai berikut [5]:

1. Beban terpusat pada lantai jembatan akibat langkah kaki manusia untuk memeriksa kekuatan lantai jembatan.

2. Beban yang dipindahkan dari lantai jembatan ke batang struktur yang kemudian dipindahkan ke tumpuan jembatan. Aksi beban ini akan terdistribusi pendek atau menerus sepanjang batang-batang longitudinal yang menahan lantai jembatan.

Beban hidup yang paling kritis yang dipikul karena pengguna jembatan pejalan kaki ditunjukan pada Tabel 2. Dipertimbangkan bahwa beban terpusat 2000 kgf (20kN) untuk kendaraan ringan/ternak dan beban merata 5 kPa memberikan batas yang cukup untuk keselamatan untuk semua pengguna biasa dari jembatan pejalan kaki [5].

Tabel 2. Beban hidup yang dipikul dan lendutan jembatan gantung pejalan kaki [5]

Kelas

Pengguna Lebar Beban terpusat

Beban terdistribusi

merata

Lendutan Izin

Δ Jembatan

gantung Pejanan kaki kelas l (beban hidup maksimum sampai dengan kendaraan ringan)

1,8 m

20 kN (hanya ada satu kendaraan bermotor ringan pada satu bentang jembatan)

5 kPa 1

200𝐿

Jembatan gantung pejalan kaki kelas II

(beban hidup Maksimum sampai dengan kendaraan ringan)

1,4

m - 4 kPa 1

100𝐿

c. Beban Angin

Beban angin harus diasumsikan terdistribusi merata pada permukaan yang terekspos oleh angin. Luas area yang diperhitungkan adalah luas area dari semua komponen, termasuk sistem lantai dan railling yang diambil tegak lurus terhadap arah angin.

Arah ini harus divariasikan untuk mendapatkan pengaruh yang paling berbahaya terhadap struktur jembatan atau komponen-komponennya. Luasan yang tidak memberikan kontribusi dapat diabaikan dalam perencanaan. Tekanan angin dasar dapat dilihat pada Tabel 3. Tekanan angin rencana dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut [5]:

PD = PB(VDZ

VB)2 (1)

Dengan :

PD = Beban angin pada struktur PB = Tekanan angin dasar

VDZ = Kecepatan angin rencana pada elevasi Z VB = Kecepatan angin rencana 90 – 126 km/jam

Tabel 3. Tekanan Angin Dasar [5]

Komponen bangunan atas

Angin tekan (MPa)

Angin hisap (MPa) Rangka, kolom,

dan pelengkung 0,0024 0,0012

Balok 0,0024 N/A

Permukaan datar 0,0019 N/A Gaya total beban angin tidak boleh diambil kurang dari 4,4 kN/m pada bidang tekan dan 2,2 kN/mm pada bidang hisap pada struktur rangka dan pelengkung, serta tidak kurang dari 4,4 kN/mm pada balok atau gelagar.

d. Beban Gempa

Jembatan harus direncanakan agar memiliki kemungkinan kecil untuk runtuh namun dapat mengalami kerusakan yang signifikan dan gangguan terhadap pelayanan akibat gempa. Beban gempa diambil sebagai gaya horizontal yang ditentukan berdasarkan perkalian antara koefisien respon elastik (Csm) dengan berat struktur ekivalen yang kemudian dimodifikasikan dengan faktor modifikasi respon (R) dengan formulasi pada Persamaan 2 [6].

Eq=𝐶𝑠𝑚

𝑅 x Wt (2)

(4)

4

Keterangan :

Eq = Gaya gempa horizontal statis (kN) Csm = Koefisien respon elastik

R = Faktor modifikasi respon Wt = Berat total struktur (kN)

Koefisien respon elastik Csm diperoleh dari peta percepatan batuan dasar dan spekta percepatan sesuai dengan daerah gempa dan periode ulang gempa rencana. Koefisien percepatan yang diperoleh berdasarkan peta gempa dikalikan dengan suatu faktor amplifikasi sesuai dengan kondisi tanah sampai kedalaman 30 m dibawah struktur jembatan [6].

Alur penelitian ini disajikan dalam bagan alir pada Gambar 1.

Gambar 1. Bagan alir penelitian 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. Tampak samping perencanaan jembatan Perencanaan ulang jembatan penelitian ini menggunakan tipe jembatan gantung (Suspension bridge), data teknis dan spesifikasi material jembatan yang digunakan pada perencanaan jembatan gantung (Suspension bridge) dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Data teknis dan spesifikasi material jembatan

Keterangan Spesifikasi

Panjang bentang kiri 13m

Panjang bentang tengah 65 m

Panjang bentang kanan 13m

Lebar Jembatan 1,8 m

Tinggi menara 8 m

Mutu baja BJ 34

Properti Kabel Utama

a. Jenis Kabel 6x37 FC

b. Diameter kabel 60 mm

c. Beban patah minimum 1500 MPa Properti kabel penggantung

a. Jenis kabel 6x37 FC

b. Diameter kabel 16 mm

c. Beban patah minimum 1500 MPa Profil elemen jembatan

a. Gelagar memanjang Profil IWF 100x50x5x7 mm b. Gelagar melintang Profil C 100x50x5x7,5 mm c. Gelagar ikatan angin Profil L 50x50x6 mm d. Railling Profil L 50x50x6 mm e. Lantai jembatan Kayu jati kelas 1 f. Menara jembatan Kolom ukuran 40/60cm g. Pengaku menara Balok ukuran 30/40 cm

Tabel 5. Hasil analisis kekuatan struktur atas jembatan

Nama Elemen Struktur

Cek Aksial

(kN)

Cek Momen

(kN)

Cek Geser

(kN) Cek Gelagar

Memanjang (IWF 100.50.5.7)

0 4,118 ≤

6,747

4,604

11,34

Aman

Gelagar Melintang

(Channel 100.50.5.7,5)

0 0,941 ≤

5,890

2,034

11,34

Aman

Batang ikatan Angin (Profil L 50.50.6)

0 0,0325 ≤ 1,915

0,087

5,67

Aman

Railling (Profil L 50.50.6)

0 0,159 ≤

2,891

4,007

5,67

Aman Tiang Menara

(Ukuran 40/60 cm)

5553,00 - - Aman

Kabel Utama (Diameter 60

mm)

3815,1 - - Aman

Kabel

Penggantung 271,296 - - Aman

(5)

5

Dari proses analisis perencanaan jembatan ini dapat diketahui hasil kekuatan struktur jembatan pada penampang yang digunakan, lendutan yang terjadi dan nilai safety faktor yang dihasilkan.

a. Kekuatan struktur

Hasil perencanaan kekuatan struktur atas Jembatan Gantung Sabeo dapat dilihat pada Tabel 5. Secara umum, keseluruhan elemen struktur jembatan berada pada kondisi aman dengan kapasitas yang cukup dalam memikul beban.

b. Lendutan

Nilai lendutan ditinjau dari ½ bentang jembatan.

Lendutan yang terjadi dalam perencanaan struktur atas jembatan sabeo ini tidak boleh melebihi lendutan ijin yaitu 1/200 L, hasil dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Lendutan tengah bentang jembatan Variasi

Pembebanan

Lendutan Tengah Bentang (m)

Cek Lendutan Izin

≤ 0,325 m. Aman

Comb 1 0,05 Aman

Comb 2 0,04 Aman

Comb 3 0,24 Aman

Comb 4 0,24 Aman

Comb 5 0,24 Aman

Comb 6 0,24 Aman

Comb 7 0,24 Aman

Comb 8 0,24 Aman

Comb 9 0,24 Aman

Comb 10 0,24 Aman

Comb 11 0,24 Aman

Comb 12 0,24 Aman

Comb 13 0,04 Aman

Comb 14 0,04 Aman

Comb 15 0,04 Aman

c. Safety Factor

Tabel 7. Nilai Safety Factor

Nama Elemen Struktur Nilai Safety Faktor Gelagar memanjang 1,63

Gelagar Melintang 6,25 Batang Ikatan Angin 58,92

Railling 18,2

Tiang Menara 1

Kabel Utama 6,495

Kabel Penggantung 18,182

Nilai Safety Factor didapatkan setelah melakukan analisis elemen struktur jembatan yang dapat dilihat pada tabel 7. Secara umum keseluruhan elemen memiliki safety factor yang lebih besar dari 1,0.

4. KESIMPULAN

Dari hasil analisis perencanaan jembatan gantung dapat disimpulkan bahwa :

a. Pada struktur atas lantai jembatan menggunakan komponen rangka baja sebagai berikut:

1. Gelagar memanjang dengan profil IWF 100.50.5.7.

2. Gelagar melintang dengan profil Channel 100.50.5.7,5.

3. Batang ikatan angin dengan profil L 50.50.6 4. Railling dengan profil L 50.50.6

b. Diameter kabel yang digunakan pada perencanaan ini yaitu kabel utama D60 mm dan kabel penggantung D16 mm.

c. Pada perencanaan jembatan gantung ini digunakan tinggi menara 8 meter, untuk dapat menahan beban yang bekerja pada jembatan, dimensi menara kolom jembatan yang digunakan yaitu 40/60 cm, dimensi balok menara jembatan yaitu 30/40 cm, dan hasil perencanaan tulangan pada menara jembatan sebagai berikut:

1. Menara kolom dengan dimensi 40/60 cm menggunakan tulangan utama 12-D13, tualangan geser tumpuan P10-200 mm, serta tulangan geser lapangan P10-250 mm.

2. Balok menara dengan dimensi 30/40 cm menggunakan tulangan utama tekan tumpuan 3 D13, tulangan tekan lapangan 3 D13 dan tulangan tarik tumpuan 3 D13, tulangan tarik lapangan 3 D13, memiliki tulangan susut 4 P10, serta tulangan geser tumpuan P10-100, tulangan geser lapangan P10-150.

d. Lendutan yang terjadi pada tengah bentang jembatan gantung yaitu 0,24 m < dari lendutan izin yaitu 0,32 m.

DAFTAR PUSTAKA

[1] F. Amrina, , 2015, Analsis Struktur Jembatan Gantung Pejalan Kaki Asimetris Desa Banaran- Kemuning, Gunung Kidul, Tugas Akhir, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

(6)

6 [2] A. Maskur, 2019, Analisis Kekuatan Struktur Atas

Jembatan Gantung Progo, Ndumpoh, Magelang Utara, Magelang, Tugas Akhir, Universitas Teknologi Yogyakarta, Yogyakarta.

[3] A. M. Ilham, 2015, Perancangan Ulang Struktur Atas Jembatan Gantung Pejalan Kaki Tipe Side Span Free Bentang 60 Meter Pada Jembatan Gantung Duwet, Banjarharjo, Kalibawang, Kulon Progo, Tugas Akhir, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

[4] A. Supriyatna, 2016, Analisis Kekuatan Struktur Atas Jembatan Gantung Nambangan, Pundhong, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Tugas Akhir, Universitas Teknologi Yogyakarta, Yogyakarta.

[5] Badan Standarisasi Nasional, 2016, SNI 1725-2016 Standar Pembebanan untuk Jembatan, Jakarta.

[6] Badan Standarisasi Nasional, 2016, SNI 2833-2016 Perencanaan Jembatan Terhadap Beban Gempa, Jakarta.

[7] Badan Standarisasi Nasional, 2005, RSNI T-03-2005 Perencanaan Struktur Baja untuk Jembatan, Jakarta.

[8] Badan Standarisasi Nasional, 2008, SNI 0076-2008 Tali Kawat Baja, Jakarta.

[9] Badan Standarisasi Nasional, 2017, SNI 2052-2017 Baja Tulangan Beton, Jakarta.

[10] Kementrian Pekerjaan Umum, 2010, Pemberlakukan Pedoman Perencanaan dan Pelaksanaan kontruksi Jembatan Gantung Untuk Pejalan Kaki, Jakarta.

[11] B. Supriyadi, A. S. Muntohar, 2007, Jembatan, Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Jembatan yang menjadi pokok pembahasan dalam tugas akhir ini adalah jembatan rangka baja yang terletak di Kabupaten Siak Sri Indrapura Propinsi Riau. Jembatan ini

Sistem struktur baja yang akan digunakan untuk perencanaan modifikasi strukur Gedung 9 Lantai Universitas Muhammadiyah Gresik adalah dengan sistem Staggered Truss

Perencanaan bangunan atas jembatan Lemah Ireng II menghitung antara lain, struktur lantai kendaraan, struktur baja ikatan angin, struktur baja rangka utama, struktur

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA KALI KRASAK II ( Design of Steell Structure Krasak’s River II Bridge ) Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat akademis

1. Bagaimana merencanakan struktur atas dengan menggunakan rangka baja truss pada bagian jembatan Kedaung – Jenggot Desa Kedaung Kecamatan Mekar Baru. Dengan adanya

Dalam perencanaan jembatan Malangsari ini akan mengacu pada peraturan Bridge Management System (BMS 1992), RSNI T- 02-2005 untuk pedoman pembebanan dan AISC- LRFD untuk

Berdasarkan model dan alat sambungan di atas maka untuk memenuhi Tugas Besar Struktur Kayu, dilakukan perencanaan struktur kuda-kuda model Polynesian Truss dengan sambungan paku untuk

STUDI ALTERNATIF PERENCANAAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN RANGKA BAJA TIPE PELENGKUNG MENGGUNAKAN METODE DFBK PADA JEMBATAN PETUK I KUPANG NTT TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Sebagian