• Tidak ada hasil yang ditemukan

Periwayatan Hadits pada Masa Tabi'in

N/A
N/A
Mutmut Ats

Academic year: 2025

Membagikan "Periwayatan Hadits pada Masa Tabi'in"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

Periwayatan Hadist Pada Masa Tabi’in

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah:

HADIST HUKUM KELUARGA 2

Dosen Pembimbing: Bpk. Dwi Joko Rahmadi, S.H., M. Sy

Disusun oleh:

Muthoharoh Npm: (21010008)

PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU SYARI’AH(STIS) DARUSY SYFA’AH LAMPUNG TENGAH

TA 1445/2023

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.wr.wb

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Wassalamualaikum.wr.wb.

Kotagajah, 29 september 2023

Penulis.

(3)

DAFTAR ISI COVER

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan masalah... 1

BAB II PEMBAHASAN A. Urgensi dan Seleksi Hadits... 2

B. Metode Pencarian Hadist pada Masa Tabi’in... 2

C. Tokoh – tokoh Hadits di Masa Tabi’in... 3

D. Ciri khas proses Periwayatan hadis pada masa Tabi'in... 3

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan... 5 DAFTAR PUSTAKA

3

(4)

4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada dasarnya periwayatan yang dilakukan oleh kalangan tabi’in tidak berbeda dengan yang dilakukan para sahabat. Bagaimanapun, mereka mengikuti jejak para sahabat sebagai guru mereka. Hanya saja persoalan yang dihadapi mereka agak berbeda dengan yang dihadapi para sahabat. Pada masa ini Al Qur’an sudah dikumpulkan dalam satu mushaf. Di pihak lain, usaha yang talah dirintis oleh para sahabat, pada masa Khulafaur Rasyidin, khususnya masa kekhalifahan Usman para sahabat ahli hadits menyebar ke beberapa wilayah kekuasaan Islam.

Kepada merekalah para tabi’in mempelajari hadits.

Ketika pemerintahan dipegang oleh Bani Umayah, wilayah kekuasaaan Islam, selain Madinah, Makkah, Basrah, Syam, dan Khurasan, sampai meliputi, Mesir, Persia, Iraq, Afrika Selatan, Samarkand dan pada tahun 93 H meluas sampai ke Spanyol. Sejalan dengan pesatnya perluasaan wilayah kekuasaan Islam, penyebaran para sahabat ke daerah- daerah tersebut terus meningkat, sehingga masa ini dikenal dengan masa penyebaran periwayatan hadits (Intisyar al-riwayah ila al-amshar).1

B. Rumusan masalah

(5)

5

BAB II PEMBAHASAN A. Urgensi dan Seleksi Hadits

Dalam Islam, hadits adalah sumber hukum kedua setelah Al     Qur’an, sebagai

pendamping Al Qur’an dalam peran menjadi pedoman hidup manusia. Sehingga, apabila di dalam Al-Quran tidak ditemukan maka harus merujuk kepada hadits Nabi.

Hadits berfungsi juga sebagai penjelas Al Qur’an, berkenaan dengan ayat-ayat Al Qur’an yang bersifat mujmal atau global. Sehingga hadits lah yang  menjelaskan makna umum tersebut secara terperinci dan mudah difahami oleh umat Islam.

Hal-hal di atas menjadi alasan mengapa hadits merupakan hal urgen untuk dipelajari oleh kaum muslim. Di samping kebutuhan kita, mempelajari hadits sangat diperlukan dalam rangka menjaga orisinilitas hadits karena fenomena pemalsuan salah satu wahyu dari Allah tersebut.

Dengan menggunakan berbagai macam ilmu hadits, maka timbullah berbagai macam nama hadits, yang disepakati oleh para ulama. Munculnya upaya seleksi hadits untuk menyempurnakan pengembangan hadits.

Pada masa seleksi hadits, para ulama bersungguh-sungguh mengadakan penyaringan hadits yang diterimanya. Melalui kaidah-kaidah yang ditetapkannya, para ulama pada masa ini berhasil memisahkan hadits-hadits yang dha’if (lemah) dari yang shahih dan hadits-hadits yang mauquf (periwayatannya berhenti pada sahabat) dan yang maqthu’ (terputus) dari yang marfu’ (sanadnya sampai ke Nabi Muhammad SAW), meskipun berdasarkan penelitian berikutnya masih ditemukan terselipnya hadits yang dhaif pada kitab shahih karya mereka.2 B. Metode Pencarian Hadist pada Masa Tabi’in

Periwayatan hadits semakin pesat pada masa tabi’in dengan berkembangnya gerakan rihlah ilmiah, yaitu pengembaraan ilmiah yang dilakukan para muhaditsin dari satu kota ke kota lain. Tidak lain kota-kota tersebut merupakan pusat pembinaan dalam periwayatan hadits, yang tersebar di seluruh pelosok wilayah Daulah Islamiyah. Mereka melakukan itu untuk mengetahui hadits – hadits Nabi SAW dari sahabat yang masih hidup dan tersebar di berbagai kota. Pencarian hadits ini dilakukan oleh mereka hanya untuk membuktikan

2 Munzier Suparta, Ilmu Hadits, hlmn. 92

(6)

6

keaslian suatu hadits. Usaha mereka ini menimbulkan suatu kajian hadits yang kemudian berkembang menjadi ulumul hadits.3

Karena luasnya wilayah Islam dan kepentingan golongan, memicu munculnya hadits- hadits palsu meskipun pembukuan tatacara periwayatan telah ditetapkan. Pemalsuan hadits mencapai puncaknya pada periode ketiga, yakni pada masa kekhalifahan Daulah Umayyah.4 C. Tokoh – tokoh Hadits di Masa Tabi’in

Ada beberapa orang yang meriwayatkan hadits cukup banyak, antara lain  Abu Hurairah (5374 buah), Abdullah bin Abbas (1660 buah), Jabir Ibn abdillah (1540 buah), Abu Sa’id Al Khudri (1170 buah), Abdullah bin Umar (2630 buah), Anas ibn Malik, dan  Aisyah (2276 buah).

Nama-nama tokoh hadits dari kalangan tabi’in di wilayah Madinah, seperti Sa’id Ibn Al Musyayyab, ‘Urwah ibn Zubair, Ibn Syihab Al Zuhri, Ubaidullah ibn ‘Utbah ibn Mas’ud dan Salim bin Abdillah ibn Umar dan masih banyak lagi tokoh-tokoh hadits dari kalangan tabi’in yang berasal dari berbagai wilayah di Daulah Islamiyah.5

D. Ciri khas proses Periwayatan hadis pada masa Tabi'in

Metode Periwayatan hadis pada masa Tabi'in adalah salah satu tahap penting dalam pengumpulan, penulisan, dan penyebaran hadis dalam Islam. Tabi'in adalah generasi Muslim yang hidup setelah periode Sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu orang-orang yang telah bertemu langsung dengan Nabi dan belajar darinya. Tabi'in adalah mereka yang belajar dari Sahabat-sahabat Nabi dan kemudian menyampaikan hadis-hadis yang mereka dengar kepada generasi selanjutnya.

Proses periwayatan hadis pada masa Tabi'in memiliki beberapa ciri khas, di antaranya:

1. Penghafalan: Salah satu ciri utama periwayatan hadis pada masa Tabi'in adalah penghafalan. Mereka secara cermat menghafal hadis-hadis yang mereka dengar dari Sahabat-sahabat Nabi dan kemudian mentransmisikannya kepada generasi

berikutnya. Keterampilan penghafalan yang kuat ini sangat penting untuk menjaga akurasi dan integritas hadis-hadis tersebut.

3 Agus Solahudin, Ulumul Hadits, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlmn. 36.

(7)

7

2. Pencatatan: Meskipun penghafalan menjadi metode utama untuk memindahkan hadis dari satu generasi ke generasi berikutnya, beberapa Tabi'in juga mulai mencatat hadis-hadis tersebut. Namun, catatan-catatan ini tidak selengkap atau seketat yang akan dilakukan pada masa-masa selanjutnya.

3. Sanad (rantai perawi): Konsep sanad atau rantai perawi dalam periwayatan hadis mulai diperkenalkan pada masa Tabi'in. Sanad adalah daftar perawi yang

menyampaikan hadis dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hal ini membantu dalam menentukan keaslian hadis dan akurasi periwayatannya.

4. Tashih (verifikasi): Tabi'in juga mulai melakukan tashih, yaitu verifikasi atau pengecekan terhadap hadis-hadis yang mereka dengar. Mereka mencoba untuk memastikan bahwa hadis-hadis tersebut bersifat sahih (terpercaya) dan sesuai dengan ajaran Islam.

5. Penyebaran Geografis: Hadis-hadis pada masa Tabi'in tersebar di berbagai wilayah Islam, terutama karena Tabi'in juga berpindah ke berbagai bagian dunia Muslim dan menyampaikan hadis-hadis yang mereka ketahui.

(8)

8

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Sesudah masa Khulafa’ al-Rasyidin, timbullah usaha yang lebih sungguh untuk mencari dan meriwayatkan hadits. Bahkan tatacara periwayatan hadits pun sudah dibakukan.

Pembakuan tatacara periwayatan hadits ini berkaitan erat dengan upaya ulama untuk

menyelamatkan hadits dari usaha-usaha pemalsuan hadits. Kegiatan periwayatan hadits pada masa itu lebih luas dan banyak dibandingkan dengan periwayatan pada periode Khulafa’ al- Rasyidin. Kalangan Tabi’in telah semakin banyak yang aktif meriwayatkan hadits.

(9)

9

DAFTAR PUSTAKA Solahudin, Agus, 2008, Ulumul Hadits, Bandung: Pustaka Setia.

http://danguna.blogspot.com/2010/04/ringkasan-studi-hadits.html.

Munzier Suparta, Ilmu Hadits, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010).

Satuan Acara Perkuliahan Ulumul Hadits I Jurusan Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga 2011.

Munzier Suparta, Ilmu Hadits.

Agus Solahudin, Ulumul Hadits, (Bandung: Pustaka Setia, 2008).

Referensi

Dokumen terkait

Melihat analisa sanad di atas dapat dilihat bahwa periwayatan hadis dalam sanad hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari adalah shahih dikarenakan tidak ada

Kitab Majami’ adalah kitab hadits yang disusun sebagai kumpulan dari hadits-hadits yang terdapat dalam kitab-kitab hadits yang sudah ada. Mengumpulkan

penyelewengan dari sunnah, dari sahabat yang mengembangkan tradisi hidup Nabi, turun kepada tabi‟in dengan cara yang sama, dan berlanjut. hingga masa setelah

Menurut Nuruddin ‘Itr, abad III H merupakan masa keemasan hadits, sebab dalam abad ini hadits dan ilmu yang berkaitan dengannya dibukukan. 256 H) telah melakukan

Jika suatu hadits itu memiliki dua sanad (jalur transmisi/mata rantai periwayatan) atau lebih; maka maknanya adalah “Ia adalah Hasan bila ditinjau dari sisi satu sanad dan Shahîh

Dalam hal ini al-Amili mengatakan: ”Bahkan ini membuat konsekuensi untuk mendhaifkan seluruh hadits yang ada, ketika diteliti, karena mereka mendefinisikan hadits shahih

Dari hal itu pula dapat dilihat bahwa Aisyah menguatkan penolakan periwayatan hadits dari Abu Hurairah dengan jalan mengemukakan ayat al-Qur’an surat al-‘An’am:

Ini adalah makalah mata kuliah Ulumul Hadits dengan judul "Hadits Shohih" yang disusun oleh mahasiswa semester 2 prodi PAI FITK UIN Raden Fatah