• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)50 BAB II PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR SAAT KREDITUR TIDAK MELAKUKAN ROYA ATAS JAMINAN FIDUSIA YANG TELAH LUNAS 2.1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "(1)50 BAB II PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR SAAT KREDITUR TIDAK MELAKUKAN ROYA ATAS JAMINAN FIDUSIA YANG TELAH LUNAS 2.1"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

Jika syarat subjektif tidak terpenuhi, maka perjanjian yang dibuat belum tentu batal, tetapi salah satu pihak berhak meminta pengadilan untuk mengakhiri perjanjian tersebut. Pada prinsipnya suatu perjanjian terjadi segera setelah tercapai kesepakatan antara para pihak, meskipun perjanjian itu dibuat secara lisan. Asas ini terdapat dalam Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata Belanda yang menyatakan bahwa perjanjian yang dibuat secara sah mempunyai akibat hukum dan berlaku bagi para pihak menurut hukum.

Para pihak yang akan mengadakan suatu perjanjian harus dapat saling percaya bahwa mereka akan mampu memenuhinya. Perbedaan jenis perjanjian tersebut timbul karena adanya sistem terbuka dan asas kebebasan berkontrak dalam Undang-Undang Perjanjian yang terdapat dalam BW. Berdasarkan ketentuan Pasal 1314 BW, perjanjian dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu perjanjian yang dilakukan dengan cuma-cuma dan perjanjian yang dibuat dengan biaya.

Sedangkan perjanjian yang dibuat atas dasar biaya adalah perjanjian yang mengharuskan para pihak dalam perjanjian untuk saling memberikan keuntungan. Perjanjian yang tidak memuat unsur-unsur pokok suatu perjanjian, misalnya perjanjian bisnis dengan hak opsi dan sebagainya.

Hukum Jaminan

Sedangkan Pasal 1132 BW menegaskan bahwa: “benda-benda itu menjadi jaminan bersama bagi semua yang berhutang. Hasil penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut neraca, yakni menurut jumlah tagihannya masing-masing, kecuali ada sahnya perselisihan antar debitur.” mempunyai keutamaan.” Sebagai titik tolak, menurut undang-undang, seluruh harta kekayaan debitur akan menjadi jaminan utang-utangnya dengan seluruh kreditur. Dari § 1131 BW, artinya seluruh harta milik debitur akan menjadi jaminan pelunasan utangnya. utang debitur kepada seluruh kreditur.

Dengan demikian seluruh harta debitur tanpa kecuali akan menjadi jaminan umum atas pelunasan utangnya, baik diperjanjikan atau tidak. Hal ini ditegaskan dalam § 1132 BW, benda-benda itu menjadi jaminan bersama bagi semua orang yang berhutang, hasil penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut neraca, yaitu menurut jumlah piutangnya masing-masing, kecuali ada yang debitur. di antaranya alasan yang sah untuk diutamakan. Hak kebendaan adalah hak atas suatu benda, sedangkan keistimewaan adalah hak atas benda yaitu terhadap benda milik debitur.

Dalam BW pengaruh ini terlihat jelas dimana hak kebendaan ditempatkan pada Buku Kedua dan hak individu ditempatkan pada Buku Ketiga.71. Untuk masing-masing hak tersebut kita dapat menemukan hak kebendaan dan hak individu. Sedangkan tidak demikian halnya dengan hak individu, Anda hanya dapat melaksanakan (mempertahankan) hak tersebut terhadap seseorang dengan cara.

Sedangkan jaminan kebendaan (zakelijke zekerhed/ tingling security) adalah jaminan berupa harta dengan cara memisahkan sebagian harta baik debitur maupun pihak ketiga, untuk menjamin terpenuhinya kewajiban debitur jika terjadi wanprestasi (wanprestasi). 0,74 . Jaminan berwujud dibedakan menjadi dua menurut sifatnya, yaitu: Jaminan berwujud dengan benda berwujud dan jaminan berwujud dengan benda tidak berwujud. Contoh jaminan atas benda berwujud yang berupa benda tetap adalah tanah dan bangunan yang diikat melalui Lembaga Penjaminan Hak Tanggungan berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Gadai Atas Tanah dan Benda-Benda Yang Berhubungan Dengan Tanah (selanjutnya disebut UUHT).

Pemberian benda jaminan dalam perjanjian jaminan kebendaan adalah untuk kepentingan dan keuntungan kreditur tertentu yang memintanya sehingga memberikan hak atau kedudukan khusus kepada kreditur.76 Pada hakekatnya jaminan kebendaan adalah beban suatu benda tertentu pada lembaga penjaminan tertentu. , sehingga apabila debitur tidak melunasi utangnya kepada kreditur, maka kreditur dapat menuntut ganti rugi kepada debiturnya, dari hasil penjualan umum (pelelangan/eksekusi) suatu benda tertentu yang menjadi obyeknya. benda-benda yang menjadi obyek jaminan, Subekti menyatakan bahwa kekayaan (kebendaan) dapat berupa kekayaan debitur sendiri atau kekayaan orang ketiga, dan dengan memberikan jaminan kebendaan kepada kreditur memberikan kedudukan yang istimewa ( hak istimewa) atas kreditur lainnya.78.

Perjanjian Kredit Sebagai Perjanjian Pokok

Menurut Marhainis Abdul Hay, ketentuan Pasal 1754 KUH Perdata tentang perjanjian pinjaman pengganti mempunyai arti yang sama dengan perjanjian kredit bank.80 Perjanjian kredit adalah karena perjanjian sementara merupakan perjanjian baku, hal ini menunjukkan dalam praktek bahwa setiap bank telah menyediakan suatu formulir. perjanjian kredit yang terlebih dahulu disiapkan isinya. Secara hukum, ada dua (dua) jenis perjanjian kredit yang digunakan oleh bank dalam pemberian kredit, yaitu: Perjanjian di bawah tangan atau akta di bawah tangan, yaitu perjanjian kredit dari suatu bank kepada debiturnya yang dibuat semata-mata antara mereka (kreditur dan debitur) tanpa notaris.

Perjanjian kredit yang bersifat notaris (asli), yaitu perjanjian pemberian kredit oleh suatu bank kepada debiturnya yang dibuat hanya oleh atau dihadapan notaris. Perjanjian kredit berfungsi sebagai bukti mengenai batasan hak dan kewajiban antara kreditur dan debitur. Bagi pemerintah, semakin banyak kredit yang disalurkan perbankan akan semakin baik mengingat semakin banyak kredit berarti semakin besar pula pembangunan di berbagai sektor.

Meningkatnya jumlah barang dan jasa, maka sebagian kredit yang disalurkan akan mampu meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar di masyarakat. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor dan jika bisa diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada, jelas akan menghemat devisa negara. Pembayaran kembali utang bank diharapkan terutama berasal dari dana yang dihasilkan oleh usaha atau kegiatan yang dibiayai oleh pinjaman yang diterima debitur, kecuali pinjaman konsumer yang terutama berasal dari pendapatan pribadi debitur.

Risiko kredit berupa tunggakan kredit atau kegagalan kredit, apapun sebab yang mengakibatkan kredit macet, harus segera diatasi agar bank tidak mengalami kerugian. Pencairan agunan kredit yang dilakukan dengan cara menjualnya merupakan upaya untuk memperoleh pelunasan kredit, karena hasil penjualan agunan kredit mempunyai fungsi untuk menjamin pelunasan kredit apabila debitur wanprestasi terhadap bank di kemudian hari, antara lain , antara lain, ia tidak mengembalikan kreditnya sesuai dengan perjanjian kredit yang ditandatanganinya. Untuk mencapai fungsi pengamanan kredit yang diharapkan, maka penjaminan kredit yang dikuasai oleh bank harus merupakan penjaminan yang mempunyai nilai baik dan harus dikaitkan dengan lembaga penjaminan yang sempurna.

Selain fungsinya untuk mengamankan kredit, dengan mewajibkan adanya pemberian agunan kredit yang mempunyai nilai yang tinggi tentunya akan mendorong debitur untuk segera melunasi kreditnya sehingga agunan tersebut tidak cair akibat permasalahan pengembalian kredit.

Jaminan Fidusia Sebagai Perjanjian Tambahan

Pengertian fidusia dan jaminan fidusia diatur dalam Pasal 1 ayat (1) dan ayat (2) UUJF, yaitu fidusia adalah peralihan hak milik atas suatu barang yang dititipkan dengan syarat barang yang menjadi hak milik itu telah dialihkan. tetap berada dalam penguasaan pemilik benda tersebut. Larangan pelaksanaan kembali suatu jaminan fidusia terhadap suatu barang fidusia yang telah didaftarkan Apabila barang fidusia itu telah didaftarkan berarti barang fidusia itu telah berpindah tangan kepada penerima fidusia, oleh karena itu penyerahan kembali barang fidusia itu kepada yang berhak. merugikan kepentingan. dari penerima fidusia. Asas droit de suite, yaitu jaminan fidusia tetap pada benda yang menjadi obyek jaminan fidusia di tangan pemberi agunan, siapapun benda itu didalamnya, kecuali peralihan hak atas piutang (cessie) dan persediaan. item. .

Setelah utangnya dilunasi, maka hak atas jaminan fidusia harus dikembalikan kepada pihak pemberi fidusia. UUJF membatasi ruang lingkup penerapan jaminan fidusia pada setiap perjanjian induk yang mengikat agunan dengan jaminan fidusia. Sebelum berlakunya UUJF, benda yang menjadi jaminan fidusia hanyalah benda bergerak yang terdiri dari persediaan, benda komersial, piutang, peralatan mesin, dan kendaraan.

Namun dengan berlakunya UUJF, subjek jaminan fidusia diperluas, sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 alinea keempat, Pasal 9, Pasal 10, dan Pasal 20. Obyek jaminan fidusia berupa barang inventaris yang selalu berubah atau tidak tercatat dalam kontrak jaminan fidusia, perlu dijelaskan secara jelas jenis, merek, mutu barang, serta harus ada aliran masuk dan keluar atau klaim. dikelola dan dilaporkan kepada penerima fidusia. Uraian mengenai benda yang menjadi subyek jaminan fidusia, identifikasi benda dan penjelasan bukti kepemilikan sudah cukup.

Dalam hal benda menjadi obyek jaminan fidusia itu benda persediaan (inventory) yang selalu berubah-ubah dan atau tidak tetap, seperti stok bahan baku, barang jadi, atau portofolio perusahaan efek, maka dalam akta jaminan fidusia dicantumkan uraian mengenai jenis, merek, kualitas dari benda tersebut. Dalam akta jaminan fidusia selain dicantumkan hari dan tanggal, juga dicantumkan mengenai waktu (jam) pembuatan akta yang berguna buat mengantisipasi adanya fidusia ulang. Pada Umumnya dalam praktek pemberian fidusia benda yang dipakai sebagai jaminan fidusia, dan merupakan jaminan fidusia yang diserahkan hak miliknya kepada kreditur disebutkan secara rinci.

Kalimat diatas menunjukkan bahwa pemberian jaminan fidusia selalu dikaitkan dengan adanya perjanjian kredit sebagai perjanjian pokok yang akan dijamin.

Tanggung Jawab Kreditur Dan Debitur Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia

Tanggal, nomor akta jaminan fidusia, nama dan lokasi notaris yang membuat akta jaminan fidusia. Kemudian Kantor Pendaftaran Fidusia mencatat jaminan fidusia dalam Buku Pendaftaran Fidusia pada hari diterimanya permohonan pendaftaran. Penerima fidusia menerima sertifikat jaminan fidusia yang diterbitkan oleh Kantor Pendaftaran Fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal diterimanya permohonan jaminan fidusia.

Sertifikat jaminan fidusia merupakan salinan Buku Catatan Fidusia yang memuat catatan-catatan mengenai hal-hal yang dinyatakan pada saat pendaftaran. Jaminan fidusia timbul pada tanggal yang sama dengan tanggal pendaftaran jaminan fidusia dalam buku daftar fidusia. Apabila suatu utang telah lepas atau karena pelepasan, maka jaminan fidusia yang bersangkutan akan hilang dengan sendirinya.

Sedangkan pelepasan hak jaminan fidusia oleh penerima fidusia, selaku pemegang hak fidusia bebas mempertahankan atau melepaskan haknya. Kantor pendaftaran fidusia mencatat jaminan fidusia dalam buku daftar fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal diterimanya pendaftaran. Sertifikat jaminan fidusia yang merupakan salinan buku daftar fidusia memuat catatan mengenai hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) UUJF.

Penjamin fidusia lahir pada tanggal yang sama dengan pencatatan jaminan fidusia dalam buku fidusia. Batalnya jaminan fidusia akibat pelunasan hutang yang dijamin dengan jaminan fidusia merupakan konsekuensi logis dari sifat kontrak penilai. Oleh karena itu, apabila perjanjian utang piutang itu batal karena sebab apapun, maka jaminan fidusia pun batal.

Penghapusan jaminan fidusia merupakan hak debitur setelah ia menunaikan kewajiban membayar utangnya kepada kreditur.

Referensi

Dokumen terkait

“PERLINDUNGAN TERHADAP KREDITUR ATAS HAK CIPTA KONTEN YOUTUBE SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA”, benar bebas dari plagiasi dan apabila pernyataan ini terbukti tidak benar maka

Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa objek dari perjanjian jaminan fidusia dapat berupa hak cipta atas konten video youtube, sebab menurut karakteristiknya hak

Penelitian ini mengkaji mengenai perlindungan hukum yang diberikan kepada kreditur dalam perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan saat debitur wanprestasi

Ketentuan Pasal 27 Undang-Undang Jaminan Fidusia tersebut, dapat diketahui bahwa Penerima Fidusia memiliki hak yang didahulukan atau diutamakan terhadap kreditur lainnya, yaitu

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam perjanjian hutang piutang atau juga disebut dengan perjanjian kredit, Bank selaku kreditur mewajibkan barang- barang jaminan

mengalihkan hak milik atas benda jaminan kepada orang lain. Agar hak-hak kreditur tidak dengan mudah bisa dibuat menjadi mubazir maka oleh undang-undang terhadap

Caranya adalah dengan menuangkannya dalam perjanjian hutang-piutang dengan pengikatan benda jaminan fidusia yang dibuat antara BMT dan BPR Syariah dengan Pemberi Jaminan Fidusia

Kewajiban melakukan roya tersebut apabila tidak dilakukan oleh kreditur tentunya akan merugikan debitur karena debitur tidak dapat menjadikan benda yang dimilikinya tersebut sebagai