MAKALAH TUNAGRAHITA
PERMAINAN BOCCE UNTUK ABK TUNAGRAHITA
Kelompok 2 Nama Anggota :
1. s 2. s 3. S 4. S 5. S
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI
PURWOKERTO
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Permaianan Bocce untuk ABK Tunagrahita“. Tujuan penulisan ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Penjas Adaptif. Makalah ini diharapkan dapat menjadi penambah wawasan bagi pembaca serta bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Bayu Suko Wahono, S.Pd., M.Or.
pada mata kuliah Penjas Adaptif yang sudah mempercayakan tugas ini kepada penulis, sehingga sangat membantu penulis untuk memperdalam pengetahuan pada bidang studi yang sedang ditekuni. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah berbagi pengetahuannya kepada penulis, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran demi kesempurnaan dari makalah ini.
Purwokerto, 17 Agustus 2023
Pemulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...ii
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang...1
B. Rumusan Masalah...2
C. Tujuan dan Manfaat...2
BAB II PEMBAHASAN...3
A. Anak Berkebutuhan Khusus Tuna Grahita...3
1. Tuna Grahita...3
2. Karakteristik Anak Tuna Grahita...4
BAB III PENUTUTP...7
1. Kesimpulan...7
2. Saran...7
DAFTAR PUSTAKA...8
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya. Anak dikatakan berkebutuhan khusus jika ada sesuatu yang kurang atau bahkan lebih dalam diri anak tersebut, menurut H. Sudardjo. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) menurut para ahli yang dikemukakan oleh Heward bisa dibagi menjadi 2 kategori, yakni Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang bersifat permanen (akibat dari kelainan tertentu) dan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) bersifat temporer (mengalami hambatan belajar dan perkembangan yang disebabkan kondisi dan situasi lingkungan).
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) mengalami gangguan baik terhadap fisik, mental, intelegensi, dan emosinya sehingga memerlukan bantuan khusus untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Keterbatasan yang dimiliki anak berkebutuhan khusus menjadi tugas dan kewajiban orang tuanya.
Lingkungan yang tepat untuk anak-anak serta pola asuh yang sesuai dengan kondisi mereka.
Pendidikan Inklusif merupakan suatu strategi untuk mempromosikan pendidikan universal yang efektif karena dapat mencipatakan sekolah yang responsive terhadap beragam kebutuhan actual dari anak dan Masyarakat. Dengan demikian, pendidikan inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusi dalah mendidik anak yang berkebutuhan khusus akibat kecacatannya di kelas regular bersama-sama dengan anak-anak lain yang non-cacat, dengan dukungan yang sesuai dengan kebutuhannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tuna Grahita b. Permainan Bocce untuk ABK Tuna Grahita
C. Tujuan dan Manfaat
a. Untuk Melatih Anak Berkebutuhan Khusus dapat melaksanakan kegiatan olahraga.
b. Untuk mengembangkan kemampuan motorik dan melatih kekuatan otot pada Anak Berkebutuhan Khusus
BAB II PEMBAHASAN A. Anak Berkebutuhan Khusus Tuna Grahita
1. Tuna Grahita
Menurut berbagai istilah yang digunakan untuk menyebut mereka dengan memiliki kondisi kecerdasannya di bawah rata-rata. Dalam KBBI, istilah yang pernah digunakan ialah melemahnya sistem otak sehingga mengalami kesulitan dalam mengingat, berfikir, terbelakangnya mental, cacat grahita, dan tuna grahita.
Tuna grahita mengacu pada fungsi otak yang secara signifikan berada di bawah rata-rata (normal) bersamaan dengan kekurangan dalam menyesuaikan diri. Dari definisi tersebut, beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
a. Fungsi intelektual umum secara signifikan berada di bawah rata-rata, yaitu kekurangan hal tersebut harus benar-benar meyakinkan sehingga anak yang menyandang tuna grahita memerlukan layanan pendidikan khusus. Anak normal memiliki IQ 100, sedangkan anak tuna grahita memiliki IQ paling tinggi adalah 70.
b. Kekuarangan dalam menyesuaikan, yaitu orang yang menyandang tuna grahita tidak sanggup dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan usianya. Ia hanya mampu melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan oleh anak dibawah usianya.
Pengklasifikasian anak tuna grahita sangat penting dilakukan karena untuk mempermudah guru dalam menyusun program dan melaksanakan layanan pendidikan. Klasifikasi untuk anak tuna grahita yaitu:
a. Mid Mental Retardation, yaitu memiliki IQ 70-55 (RINGAN) b. Moderate Mental Retardation, yaitu memiliki IQ 55-40 (SEDANG) c. Severe Mental Retardation, yaitu memiliki IQ 40-25 (BERAT)
d. Profound Mental Retardation, yaitu memiliki IQ 25 kebawah (SANGAT BERAT)
Dari berbagai ketuna grahitaan yang sering ditemukan baik yang berasal dari faktor keturunan maupun lingkungan.
a. Faktor Keturunan
b. Gangguan Metabolis dan Gizi
c. Infeksi dan Keracunan d. Trauma dan Zat Radioaktif e. Masalah pada kelahiran f. Faktor Lingkungan
2. Karakteristik Anak Tuna Grahita a. Umum
1) Akademik
Kapasitas belajar anak tuna grahita sangat terbatas. Penyandang tuna grahita lebih banyak belajar dengan mengikuti ucapan pengajar (Role Learning) dari pada pengertian. Dari hari ke hari kesalahan yang dilakukannya yaitu sama dan cenderung menghindar dari perbuatan yang berfikir, mengalami kesuliatan dalam memusatkan perhatian, cepat lupa, sulit untuk berkreatifitas, dan rentang waktu dalam belajar yaitu pendek.
2) Sosial/Emosional
Pergaulan anak tuna grahita yaitu penyandang mengalami kesulitan dalam mengurus diri, memelihara dan memimpin diri. Anak yang mengalami tuna grahita juga sulit untuk mengekspresikan pada saat emosional, seperti sulit dalam menyatakan rasa bangga atau kagum.
3) Fisik/Kesehatan
Struktur maupun fungsi tubuh pada umumnya tuna grahita kurang dari anak normal. Penyandang tuna grahita barau dapat berjalan dan berbicara pada usia yang lebih tua dari anak normal.
Bagi anak tuna grahita kurang dalam merasakan sakit, bau badan tidak enak, badannya tidak segar, tenaganya kurang, mempunyai daya tahan tubuh yang sangat lemah.
b. Khusus
1) Tuna Grahita Ringan
Meskipun tidak dapat menyamai anak normal yang seusia dengannya, mereka masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana.
Pada usia 16 tahun atau lebih mereka dapat mempelajari bahan yang tingkat kesukarannya sama dengan kelas 3 dan kelas 5 SD. Kematangan belajar membaca baru dicapainya pada umur 9 tahun dan 12 tahun sesuai
dengan berat dan ringannya kelainan. Kecerdasannya berkembang dengan kecepatan antara setengah dan tiga per empat kecepatan anak normal dan berhenti pada usia muda. Perbendaharaan katanya terbatas, tetapi penguasaan bahasanya memadai dalam situasi tertentu. Mereka dapat bergaul dan mempelajari pekerjaan yang hanya memerlukan semi skilled.
Sesudah dewasa banyak di antara mereka yang mampu berdiri sendiri.
Pada usia dewasa kecerdasannya mencapai tingkat usia anak normal 9 dan 12 tahun
2) Tuna Grahita Sedang
Anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa mempelajari pelajaran- pelajaran akademik. Perkembangan bahasanya lebih terbatas daripada anak tunagrahita ringan. Mereka berkomunikasi dengan beberapa kata.
Mereka dapat membaca dan menulis, seperti namanya sendiri, alamatnya, nama orang tuanya, dan lain-lain. Mereka mengenal angka-angka tanpa pengertian. Namun demikian, mereka masih memiliki potensi untuk mengurus diri sendiri. Mereka dapat dilatih untuk mengerjakan sesuatu secara rutin, dapat dilatih berkawan, mengikuti kegiatan dan menghargai hak milik orang lain.
Sampai batas tertentu mereka selalu membutuhkan pengawasan, pemeliharaan, dan bantuan orang lain. Tetapi mereka dapat membedakan bahaya dan bukan bahaya. Setelah dewasa kecerdasan mereka tidak lebih dari anak normal usia 6 tahun. Mereka dapat mengerjakan sesuatu dengan pengawasan.
3) Tuna Grahita Berat dan Sangat Berat
Anak tunagrahita berat dan sangat berat sepanjang hidupnya akan selalu tergantung pada pertolongan dan bantuan orang lain. Mereka tidak dapat memelihara diri sendiri (makan, berpakaian, ke WC, dan sebagainya harus dibantu). Mereka tidak dapat membedakan bahaya dan bukan bahaya. Ia juga tidak dapat bicara kalaupun bicara hanya mampu mengucapkan kata-kata atau tanda sederhana saja. Kecerdasannya walaupun mencapai usia dewasa berkisar, seperti anak normal usia paling tinggi 4 tahun. Untuk menjaga kestabilan fisik dan kesehatannya mereka
perlu diberikan kegiatan yang bermanfaat, seperti mengampelas, memindahkan benda, mengisi karung dengan beras sampai penuh
c. Pada Masa Perkembangan 1) Masa Bayi
Tampak mengantuk, apatis, tidak pernah sadar, jarang menangis, kalau menangis secara terus menerus, jarang menangis, terlambat duduk, bicara, dan berjalan
2) Masa Kanak-Kanak
Pada masa ini anak tunagrahita sedang lebih mudah dikenal daripada tunagrahita ringan. Oleh karena tunagrahita sedang mulai memperlihatkan ciri-ciri klinis, seperti mongoloid, kepala besar, dan kepala kecil. Tetapi anak tunagrahita ringan (yang lambat) memperlihatkan ciri-ciri: sukar mulai dengan sesuatu, sukar untuk melanjutkan sesuatu, mengerjakan sesuatu berulang-ulang, tetapi tidak ada variasi, tampak penglihatannya kosong, melamun, ekspresi muka tanpa ada pengertian. Selanjutnya tunagrahita ringan (yang cepat) memperlihatkan ciri-ciri: mereaksi cepat, tetapi tidak tepat, tampak aktif sehingga memberi kesan bahwa anak ini pintar, pemusatan perhatian sedikit, hyperactive, bermain dengan tangannya sendiri, cepat bergerak tanpa dipikirkan terlebih dahulu.
3) Masa Sekolah
a) Adanya kesulitan dalam belajar pada semua mata Pelajaran b) Prestasi yang kurang
c) Kebiasaan kerja yang tidak baik d) Perhatian yang mudah teralih e) Kemampuan motoric yang kurang
f) Kurangnya perkembangan dalam berbahasa g) Kesulitan dalam menyesuaikan diri
4) Masa Puber
Perubahan yang dimiliki remaja tunagrahita sama halnya dengan remaja biasa. Pertumbuhan fisik berkembang normal, tetapi perkembangan berpikir dan kepribadian berada di bawah usianya. Akibatnya ia mengalami kesulitan dalam pergaulan dan mengendalikan diri. Setelah
tamat sekolah ia belum siap untuk bekerja, sedangkan ia tidak mungkin untuk melanjutkan pendidikan. Akibatnya ia hanya tinggal diam di rumah yang pada akhirnya ia merasa frustrasi. Kalau diterima bekerja, mereka bekerja sangat lamban, dan tidak terarah. Hal ini tidak memenuhi tuntutan dunia usaha.
B. Permainan Bocce untuk ABK Tunagrahita
Salah satu pembelajaran yang menarik untuk siswa adalah salah satunya dengan bermain dan tanpa terkecuali untuk anak yang berkebutuhan khusus. Dengan melalui kegiatan bermainlah para siswa bisa mencapai perkembangan fisik. Perkembangan fisik dapat dilihat ketika mereka bermain. Menurut Sudono (2000) bahwa bermain merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan dengan ataupun tanpa alat yang menghasilkan pengertian ataupun memberikan suatu informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak.
Pembelajaran pendidikan jasmani adaptif yang di modifikasi bagi anak berkebutuhan khusus, khususnya anak tunagrahita yang memiliki kelainan mental dan fisik ditekankan pada pemenuhan kebutuhan anak akan gerak terutama untuk melatih kemampuan mengikuti gerak dalam pembelajaran. Di mana kemampuan mengikuti gerak dan peranannya dalam mengikuti pembelajaran yang nantinya sangat bermanfaat bagi anak tersebut dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Salah satu materi pembelajaran dasar pendidikan jasmani yang harus di kuasai siswa tunagrahita sedang adalah aktivitas melempar. Sesuai dengan standart kompetensi melakukan berbagai kombinasi gerak dasar melalui bermain dan nilai- nilai yang terkandung didalamnya. Dengan melakukan koordinasi yang baik juga tepat dalam melakukan aktivitas bermain dan aturan yang ada. Dalam kemampuan melempar siswa masih bisa melakukan lemparan yang diperintah oleh guru karena siswa tunagrahita tidak mempunyai hambatan pada otot dan tulang. Kemudian yang menjadi hambatan siswa tunagrahita adalah ketika pada saat guru sedang menerangkan pada siswa masih sangat kurang dalam menangkap apa yang diterangkan oleh guru.
Bocce merupakan olahraga yang cara bermainnya menggabungkan bowling dan biliar, yaitu dengan melemparkan bola dengan warna tertentu untuk menyentuh atau mendekati bola putih yang telah diletakkan di titik yang ditentukan. Bola yang dilempar pemain dan menyentuh atau paling dekat jaraknya dengan palina (bola putih) adalah pemenangnya.Olahraga ini bisa dimainkan secara tunggal maupun beregu. Setiap pemain diberi delapan bola, empat biru, dan empat merah. Ia harus melemparkan bola bergantian dalam arena persegi panjang dengan ukuran 18 x 3,5
meter. Bola palina diletakkan di sebuah area atau lapangan berumput sebagai sasaran.
Pada arena lapangan terdapat batas untuk pelempar bola. Dua regu yang akan berhadapan bersaing melemparkan bola yang ukurannya lebih besar agar mengenai atau mendekati sasaran. Jarak bola yang paling dekat dengan bola palina itulah yang akan dihitung dalam sistem poin. Untuk poinnya, satu bola yang paling dekat diberi poin satu.
Bocce sendiri tidak hanya sekadar olahraga biasa. Olahraga ini dapat bermanfaat untuk melatih gerakan motorik tangan dan kaki, merangsang saraf, meningkatkan konsentrasi, hingga melatih kerjasama dalam tim.
Selain itu, saat akan melempar bola, posisi pelempar juga dapat melatih kelenturan otot punggung, lutut dan kaki. Olahraga ini juga baik untuk mereka para penyandang tunagrahita, karena salah satu manfaat yang terpenting adalah ketepatan mereka dalam mengambil keputusan. Dalam praktiknya, para pelatih bocce tidak boleh ikut campur dalam pengambilan keputusan permainan. Para pemain harus menentukan sendiri, apakah mereka akan melempar bola mendekat ke arah bola palina, atau mereka harus menjauhkannya dari lawan. Mengingat kemampuan mereka yang berbeda dengan orang pada umumnya, maka olahraga ini harus dilatih dengan intensif.
BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
M, Hanan Darzan. (2015, 21 Mei). Psikologi Kaji Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). https://fpscs.uii.ac.id/blog/2015/05/21/psikologi-kaji-pendidikan- bagi-anak-berkebutuhan-khusus-abk/
Firdaus, Endis. (2010, 24 Januari). Pendidikan Inklusif Dan Implementasinya di Indonesia.
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/195703031988031- ENDIS_FIRDAUS/Makalah_pro_internet/1nkls_Seminar.pdf
Rochyadi, E. 2012. Karakteristik dn Pendidikan Anak Tunagrahita.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195608181985031- ENDANG_ROCHYADI/MODUL/PGSD4409-M6-LPK.pdf
Retno Ari Cindy. 2017. Permainan Bocce Modifikasi Teehadap Ketrampilan Sosial Pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&opi=89978449&url=https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/
jurnal-pendidikan-
khusus/article/view/20555/18843&ved=2ahUKEwjIhv_xoueAAxU2SWwGHZaSBO sQFnoECCUQAQ&usg=AOvVaw1WOEN_MV6h_sMbBJso7zhm
Shafna Jonanda Soefit Pane. 2023. Mengenal Bocce, Olahraga untuk Penyandang Tunagrahita. https://mediapijar.com/2023/01/mengenal-bocce-olahraga-untuk- penyandang-tunagrahita/