• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Manusia terhadap Lingkungan dan Etika Lingkungan

N/A
N/A
Rahmatika Al Azza

Academic year: 2025

Membagikan "Persepsi Manusia terhadap Lingkungan dan Etika Lingkungan"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

Modul 3

PERSEPSI MANUSIA TERHADAP

LINGKUNGAN DAN ETIKA

LINGKUNGAN Dr. Ir. Iwan Kustiwan, MT

Program Studi PWK SAPPK ITB

(2)

PERSEPSI MANUSIA TERHADAP LINGKUNGAN

• Persepsi thd Lingkungan/Alam

• Teori Hubungan Manusia – Lingkungan

• Pandangan thd SDA: Malthusian vs Ricardian

• Cara pandang Sains dan Krisis Lingkungan

• Cara pandang Konvensional vs Cara pandang Hijau

ETIKA LINGKUNGAN

• Etika dan Etika Lingkungan

• Spektrum

Enviromentalisme

• Anthoposentrisme,

Biosentrisme, Ekosentrisme

• Prinsip-prinsip Etika

Lingkungan

(3)

Modul 3-1

PERSEPSI

TERHADAP LINGKUNGAN

PL 2206 Lingkungan dan Sumber

Daya Alam

(4)

Persepsi terhadap Lingkungan (1)

(Environmental perception)

• Persepsi lingkungan:

Interpretasi tentang suatu setting/

lingkungan oleh (manusia) berdasarkan latar belakang

budaya, nalar, dan pengalaman individu ybs.

• Lingkungan yang terpersepsikan (percieved environment): produk atau bentuk persepsi lingkungan seseorang/kelompok orang.

Emic: bagaimana suatu lingkungan dipersepsikan

Etic: bagaimana pengamat mempersepsikan lingkungan

(5)

E PE

Filter

Man

Pra-modern: Agama, budaya Modern: Sains , teknologi

Pasca-modern: Integrasi perspektif thd lingkungan

Persepsi

terhadap Lingkungan (2)

Apa yang dapat dipahami

tentang lingkungan adalah

lingkungan menurut persepsi

kita, bukan lingkungan yang

sesungguhnya.

(6)

BIOFILIA,

Sikap Manusia terhadap Alam

• Biofilia: ikatan atau kesenangan

manusia terhadap alam dan spesies

lainnya sebagai bawaan alami manusia (Kellert, 1993)

• Biofilia mendeskripsikan nilai dasar tentang alam dan adaptasional dalam perkembangan manusia.

• Nilai-nilai dasar biofilia dipengaruhi pengalaman, pelajaran, dan budaya.

ofi Bi lia

Estetika

Dominionistis

Humanistis

ofi Bi lia

Naturalistik

Moralistis

Negatif

ofi Bi lia

Saintifik

Simbolistik

Utilitarian

(7)

Sembilan Definisi Biofilia

(Kellert,1993; 2002)

1. Estetika Cenderung dengan daya tarik fisik dan keindahan alam.

2. Dominionistis Hasrat menguasai dan mengendalikan alam.

3. Humanistis Keterkaitan emosional dengan alam.

4. Naturalistik Eksplorasi dan menemukan sesuatu di alam.

5. Moralistis Hubungan moral dan spiritual dengan alam.

6. Negatif Takut dan menjauh dari alam.

7. Saintifik Sifat ingin mengetahui atau memahami tentang alam.

8. Simbolistik Alam sebagai sumber komunikasi dan imajinasi.

9. Utilitarian Alam sebagai sumber untuk mendapatkan fisik dan materi.

(8)

NILAI DEFINISI FUNGSI

Utilitarian Praktek dan eksploitasi

material dari alam Keberlanjutan dan keamanan fisik Naturalistic Pengalaman langsung dan

eksploitasi terhadap alam

Mencari keingintahuan, pememuan, aspek wisata

Ecological Scientific Studi yang sistematik dari struktur dan fungsi

Pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan observasi Aesthetic Keindahan dan tampilan Menghasilkan inspirasi,

harmoni

Symbolic Menggunakan alam sbg

kerangka pikir dan bahasa Komunikasi dan

pembangunan mental Humanistic Keterkaitan emosi yang

kuan dan 'cinta'

Sharing, berbagi, kerjasama, kemitraan, keterikatan

Moralistic

Referensi spiritua; dan etika dalam kaitannya dengan alam

Keteraturan, hakekat, dan memahami

kepentingan lain Dominionistic Penguasaan, kontrol,

dominasi terhadap alam

Kemampuan mekanik, kekuatan fisik,

kemampuan menguasai

Negativistic ketakutan, keterasingan dengan alam

Keamanan, kewaspadaan, kekhidmatan, kekaguman

Tipologi Nilai-nilai

Dasar Biofilia

(Kellert, 1996)

(9)

Modul 3-2

HUBUNGAN TIMBAL BALIK MANUSIA DAN

LINGKUNGAN

PL 2206 Lingkungan dan Sumber

Daya Alam

(10)

Keterkaitan antara manusia dan

alam/lingkungan

Kehidupan manusia

dipengaruhi alam Alam dipengaruhi manusia

Ekspansi dan tumpangtiindih pengaruh manusia

Masa

Primitif Masa

Modern

(11)

Pembentukan kebudayaan manusia yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan (iklim, topografi, lokasi geografi, dan SDA)

Lingkungan Budaya

Manusia

Teori

Determinisme/

Dominasi

Lingkungan

(12)

Faktor-faktor lingkungan sbg faktor pembatas dalam perkembangan kebudayaan manusia

Teori Kemungkinan

Lingkungan

(13)

Tidak semua kebudayaan manusia dapat dijelaskan. Beberapa inti kebudayaan

(teknologi, ekonomi, populasi, organisasi sosial) mempunyai peranan signifikan

dalam beradaptasi dengan lingkungannya.

Teori Ekologi-

Budaya

(14)

Model

Interaksi Sistem

Sosial dan Ekosistem

Sumber: Marten, G, 2001

Manusia dengan sistem sosialnya secara terus menerus melakukan interaksi timbal-balik dengan ekosistem secara terintegrasi

(15)

Modul 3-3

PANDANGAN

TERHADAP SUMBER DAYA ALAM:

MALTHUSIAN VS. RICARDIAN PL 2206 Lingkungan dan Sumber

Daya Alam

(16)

Pandangan

Konservatif/Pesimistik (Perspektif Malthusian)

Resiko akan terkurasnya SDA menjadi perhatian utama

SDA harus dimanfaatkan secara hati-hati karena adanya faktor ketidakpastian terhadap apa yang akan terjadi terhadap SDA untuk generasi mendatang.

Pandangan ini berakar dari pemikiran Malthus (1879, Principle of Population).

SDA yang terbatas tidak akan mampu mendukung pertumbuhan penduduk yang cenderung tumbuh secara eksponensial.

Produksi dari SDA akan mengalami diminishing return, output per kapita akan mengalami kecenderungan yang menurun sepanjang waktu.

Ketika proses ini terjadi, standar hidup juga akan menurun sampai ke tingkat subsisten yang pada gilirannya akan

memengaruhi reproduksi manusia.

(17)

Populasi SDA/

Pangan

Tahun Populasi

SDA

Hukum Malthus

Populasi cenderung bertambah menurut deret ukur (geometris) Produksi pangan (SDA)

cenderung bertambah menurut deret hitung (aritimatik)

Malthusian trap

Pertumbuhan

penduduk dan

Sumber Daya

Alam

(18)

Pandangan Eksploitatif/Optimistik (Perspektif Ricardian)

• SDA dianggap sbg mesin pertumbuhan yang mentransformasikan sumber daya ke dalam man made capital yang akan menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi di masa mendatang.

• Keterbatasan suplai dari SDA untuk

memenuhi kebutuhan ekonomi dapat

disubstitusikan dengan intensifikasi

atau ekstensifikasi

(19)

Pandangan Eksploitatif/Optimistik (Perspektif Ricardian)

Kelangkaan sumber daya akan tercermin dalam:

peningkatan harga output dan biaya ekstraksi per-satuan output.

– Meningkatnya harga output akan

menurunkan permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh SDA

– Peningkatan harga output menimbulkan

insentif kepada produsen SDA untuk berusaha meningkatkan suply.

– Karena ketersediaan SDA yang terbatas, kombinasi dampak harga dan biaya akan

menimbulkan insentif untuk mencari sumber daya substitusi dan peningkatan daur ulang.

Kelangkaan akan memberikan insentif untuk mengembangkan inovasi dan peningkatan teknologi daur ulang sehingga dapat

mengurangi tekanan terhadap pengurasan SDA.

(20)

Modul 3-4

CARA PANDANG SAINS DAN KRISIS LINGKUNGAN

PL 2101 Lingkungan dan Sumber

Daya Alam

(21)

Ketidakseimbangan

kebutuhan vs kertersediaan sumber daya alam

Aktivitas manusia yang eksplotatif

Pengaruh Tekanan Dampak

Aktivitas Antropogenik

dan Persoalan/Krisis Lingkungan

Pemanasan global dan perubahan iklim

Kerusakan, kemerosotan, kepunahan keanekaragaman hayati

Peningkatan intensitas dan cakupan kawasan bencana (banjir, kekeringan, kebakaran hutan)

Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam

Peningkatan alih fungsi kawasan hutan

(22)

Krisis ekologis

tidak dapat diisolasi semata persoalan suatu negara bukan semata-mata persoalan ekonomi dan teknologi

Perkembangan aktivitas

manusia Perubahan kondisi lingkungan global

Krisis lingkungan

global

Penipisan lapisan ozon, penebangan hutan tropis, hujan asam, meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca

Perubahan iklim

Aktivitas Antropogenik dan

Persoalan/Krisis

Lingkungan (2)

(23)

Krisis ekologis sbg isu global

melibatkan cara pandang manusia modern terhadap alam

Krisis lingkungan global dapat dilacak pada cara pandang manusia modern: mekanistik- linier, Cartesian dan Newtonian.

• Cara pandang Cartesian-Newtonian di satu sisi berhasil mengembangkan sains dan teknologi yang memudahkan kehidupan manusia, namun di sisi lain mereduksi

kompleksitas kehidupan manusia itu sendiri.

Cara pandang yang mekanistik terhadap alam telah melahirkan pencemaran udara, air, dan tanah yang justru mengancam balik kehidupan manusia.

• Penekanan yang berlebihan pada metode ilmiah eksperimental dan rasional analitis telah menimbulkan sikap-sikap yang anti- ekologis.

(24)

Cara pandang Sains terhadap manusia dan alam

Sains melihat manusia dan alam adalah terpisah

Manusia memiliki kemampuan untuk menguasai alam bagi kepentingan

manusia.

Sains membantu memecahkan misteri yang dimiliki alam.

Alam memiliki kaidah-kaidah yang tidak atau tidak akan mungkin

seluruhnya dimengerti manusia.

Kelangsungan hidup manusia

tergantung pada kemitraannya dengan alam; dan alam memberikan

‘pelayanan’ yang tidak seluruhnya

dimengerti manusia.

(25)

Krisis Lingkungan dan Cara Pandang Antroposentrisme

Krisis lingkungan global saat ini

bersumber pada kesalahan fundamental- filosofis dalam pemahaman terhadap alam dan keseluruhan ekosistem.

Kesalahan cara pandang: manusia keliru memandang alam dan keliru

menempatkan diri dalam konteks alam/lingkungannya.

Cara pandang/etika antroposentrisme:

manusia sebagai pusat dari alam semesta, dan hanya manusia yang mempunyai nilai

alam dan segala isinya sekadar alat bagi pemuasan kepentingan dan kebutuhan hidup manusia.

Manusia (subjek)

(objek)Alam

tidak mempunyai nilai pada drinya sendiri

Sebagai penguasa atas alam

Berada di luar, di atas, terpisah dari alam

(26)

Antroposentrisme:

merupakan kesalahan cara pandang Barat

• Hanya manusia yang dipahami sebagai makhluk sosial yang eksistensi dan

identitas dirinya ditentukan oleh komunitas sosialnya.

• Etika hanya berlaku bagi komunitas sosial manusia.

• Norma dan nilai moral

• Pelaku moral: bertindak secara moral berdasarkan akal budi dan kehendak bebas.

• Etika tidak berlaku bagi makhluk lain di luar manusia.

Manusia

Alam Subjek

Objek

Nilai

Fakta

Cara pandang atau paradigma ilmu

pengetahuan dan teknologi modern yang bersifat Cartesian-Newtonian dengan ciri utama mekanistis-reduksionistis.

(27)

Antroposentris: memandang manusia sbg pusat

dari sistem alam semesta.

• Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang

diambil dalam kaitan dengan alam/lingkungan

• Nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya

• Hanya manusia yang mempunyai nilai dan mendapat perhatian.

• Alam dilihat hanya sebagai obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan

kebutuhan dan kepentingan manusia.

• Alam tidak mempunyai nilai pada

dirinya sendiri.

(28)

Modul 3-5

CARA PANDANG KONVENSIONAL

VS. CARA PANDANG HIJAU

PL 2206 Lingkungan dan

Sumber Daya

(29)

2 Cara Pandang terhadap

Lingkungan

• Alam

• Manusia lain

• Sains dan Teknologi

• Produksi - Ekonomi

• Politik

• Alam

• Manusia lain

• Sains dan Teknologi

• Produksi - Ekonomi

• Politik

Kelompok

Konvensional Kelompok

Hijau

(30)

• Manusia dan alam terpisah

• Alam dapat dan harus dieksploitasi dan didominasi untuk kepentingan manusia

Manusia bagian dari alam

Manusia harus meng- hargai dan melindungi alam untuk kepentingan alam itu sendiri

Manusia harus mengikuti hukum alam (DDL)

Cara pandang terhadap ALAM

Kelompok

Konvensional Kelompok

Hijau

(31)

Cara

pandang terhadap MANUSIA

Kelompok

Konvensional Kelompok Hijau

• Manusia, secara naluriah, agresif dan kompetitif

• Masyarakat mengorganisir diri secara hierarkis

• Status sosial diukur dari kepemilikan harta benda

• Cara berpikir logis dan rasional lebih absah dan dapat dipercaya daripada emosi dan intuisi

• Manusia, secara naluriah, ingin bekerjasama

• Hirarki sosial adalah tidak alamiah, tidak diinginkan dan dapat dihindari

• Kualitas hidup spiritual lebih penting daripada

kepemilikan material.

• Emosi dan intuisi juga

penting dan absah seperti bentuk pengetahuan lainnya

(32)

Kelompok

Konvensional Kelompok Hijau

Sains dan teknologi dapat

menyelesaikan persoalan lingkungan

Kemajuan teknologi ditentukan oleh perubahan sosial dan ekonomi

Teknologi ‘tinggi’ menunjukkan kemajuan

Manusia menyelesaikan persoalan melalui analisis – membaginya menjadi komponen

Manusia memahami alam dengan mengenali materi pada tingkat terkecil

Kita tidak dapat bergantung pada sains dan teknologi untuk menyelesaikan persoalan lingkungan

Kita dapat mengubah masyarakat dan ekonomi; teknologi harusnya

‘membantu’ kita

Teknologi tepat guna, atau menengah atau yang kepemilikannya lebih

demokratik menunjukkan kemajuan

Kita dapat menyelesaikan persoalan melalui sintesis – memandang semua bagian sebagian kesatuan

Kita harus mengamati secara holistik.

Cara pandang

terhadap SAINS DAN

TEKNOLOGI

(33)

Kelompok

Konvensional Kelompok Hijau

Pentingnya penciptaan modal untuk produksi barang / jasa

Menurunkan ongkos produksi barang / jasa dibandingkan harga jual – makin efisien

Pertumbuhan ekonomi, seperti apapun, adalah baik

Memaksimasi pertumbuhan: perkecil penggunaan materi daurulang, kurangi kontrol thd polusi

Negara membangun melalui perdaganan antar negara

Lebih efisien memproduksi barang secara massal

Lebih efisien untuk memekanisasi dan mengotomatisasi produksi

Kesempatan kerja penuh adalah kondisi ideal

Hanya memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat, walau tidak menguntungkan

Efisiensi ekonomi diukur dari lapangan kerja yang diciptakan

Pertumbuhan ekonomi yang membabibuta tidak baik, karena terus menggunakan SDA yang terbatas

Semua produksi harus menggunakan materi secara minimal, mendaur-ulang

Relasi perdagangan antar negara harus dikurangi

Lebih efisien untuk memproduksi barang secara sedikit, melalui kontrol lokal

Lebih efisien jika tenaga kerja ikut serta dalam sistem produksi

Setiap orang dapat bekerja

Cara pandang terhadap

EKONOMI

(34)

Kelompok

Konvensional Kelompok Hijau

Cara pandang terhadap

POLITIK

• Kelompok hijau ingin kita kembali ke zaman ‘batu’

• Keputusan penyelesaian persoalan lingkungan serahkan kepada ahlinya

• Cara terbaik adalah demokrasi perwakilan

• Pemusatan pemerintah akan tetap diperlukan

• Menciptakan masyarakat yg memiliki relasi dengan alam

• Kita semua adalah ahli yang dapat ikut serta dalam menyelesaikan persoalan lingkungan

• Cara terbaik adalah demokrasi langsung

• Negara seharusnya tidak berpengaruh

terhadap hidup sehari-hari

(35)

Modul 3-6

ETIKA LINGKUNGAN DAN

SPEKTRUM ENVIRONMENTALISME

PL 2206 Lingkungan dan Sumber

Daya Alam

(36)

Teori Etika Etika = Moralitas

• Ethos = adat istiadat/kebiasaan

• Berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik, pada diri seseorang atau masyarakat

• Ajaran yang berisikan aturan (kaidah, norma) tentang

bagaimana manusia harus

hidup baik sbg manusia; ajaran yang berisikan perintah dan

larangan tentang baik buruknya perilaku manusia.

1.Makroetika

Membahas masalah-masalah moral pada skala besar, menyangkut suatu bangsa bahkan umat manusia. Contoh: ekonomi & keadilan; lingkungan

2.Mesoetika

Membahas masalah-masalah etis yang berkaitan dengan suatu kelompok/profesi (misal dokter, pengacara; perencana; arsitek, dsb)

3.Mikroetika

Membahas pertanyaan-pertanyaan etis dimana individu terlibat (misal kewajiban dokter terhadap pasien; pengacara

terhadap klien; perencana terhadap klien)

(37)

Mengapa Etika Lingkungan?

• Mengapa kita perlu etika lingkungan?

Apa perlunya memahami etika lingkungan dalam konteks perencanaan/pengembangembangn wikayah dan kota?

• Masalah lingkungan yang terjadi dewasa ini, mulai dari skala mikro sampai dengan global, pada dasarnya adalah masalah moral yang terkait perilaku manusia, bukan semata-mata masalah teknis.

• Kasus-kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan di laut, hutan, atmosfer, air, tanah, dst bersumber pada perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab

• Contoh: pencemaran oleh industri, illegal logging, kebakaran hutan, perdagangan satwa liar, impor limbah secara ilegal

• Krisis lingkungan dewasa ini hanya bisa diatasi dengan melakukan perubahan cara pandang dan perilaku

manusia terhadap alam secara fundamental dan radikal.

(38)

Mengapa Etika Lingkungan?

(2)

• Sebagai umat manusia, kita menggunakan lingkungan bersama, suatu ekosfer bersama

Kepedulian terhadap lingkungan harus menjadi komitmen bersama.

Para pemikir dari berbagai disiplin mulai

mengeksplorasi cabang baru etika terapan yang disebut etika lingkungan atau etika ekologi.

• Aktivitas antropogenik memengaruhi biosfer:

menggundulkan hutan, mencemari air dan

atmosfer, serta mengancam spesies yang rentan.

Sejauh mana efek-efek tsb dapat dikontrol secara fisik atau diatur secara politis?

Dapatkah kita menjadi seorang

perencana/analisis kebijakan yang efektif dalam membantu menjamin terciptanya lingkungan yang berkelanjutan?

Pengertian Etika

Secara teoretis-etimologis, etika berasal dari kata Yunani ethos yang berarti adat istiadat atau

kebiasaan

Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik, pada diri seseorang atau masyarakat.

Etika dibakukan dalam bentuk kaidah, aturan atau norma yang disebarluaskan, dikenal, dipahami, dan diajarkan secara lisan dalam masyarakat; yang pada dasarnya menyangkut baik-buruk perilaku

manusia.

Etika berisikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral yang harus dijadikan pegangan dalam menuntun perilaku, sekaligus memberi kriteria bagi penilaian moral tentang apa yang harus dilakukan dan

tentang:

Apakah suatu tindakan dan keputusan dinilai sebagai BAIK atau BURUK secara moral.

(39)

Etika Lingkungan

Etika lingkungan adalah disiplin dalam filsafat yang mempelajari hubungan moral, nilai dan status antara manusia dengan lingkungan dan unsur-unsur alam non-manusia.

Konsep etika lingkungan menyatakan bahwa semua bentuk kehidupan di bumi memiliki hak untuk hidup. Dengan menghancurkan alam, kita menyangkal kehidupan yang membentuk hak tsb, dan tindakan ini tidak etis.

Etika lingkungan adalah studi hubungan etis antara manusia dan lingkungan alam, termasuk makhluk bukan manusia.

Pertanyaan inti dari etika lingkungan:

• Adakah cara yang tepat untuk memahami

hubungan antara manusia dan lingkungan alam?

• Nilai-nilai apa yang merupakan bagian atau muncul dari hubungan antara manusia dan lingkungannya?

• Apa prinsip, aturan tindakan dan karakter yang membenarkan adanya nilai-nilai tsb ?

• Sejauhmana prinsip dan aturan tsb menyiratkan

bagaimana manusia harus berinteraksi dengan dan

memperlakukan lingkungan alamnya?

(40)

Masalah Etika Lingkungan

Apakah penting bagi kita untuk melestarikan alam untuk generasi masa depan? Jika demikian, apakah kita bahkan melakukan berbagai upaya untuk itu?

Apakah manusia paling penting di muka bumi ini? Jika tidak, maka dapatkah tindakan kita

membuktikan sebaliknya?

Apa yang akan terjadi jika hewan, tumbuhan, dan spesies lain hancur atau lebih terancam punah?

Apakah kita akan terpengaruh atau apakah kita peduli?

Apakah generasi masa depan kita berhak untuk lingkungan yang bersih dan hijau? Apakah justrus mereka yang memiliki hak lebih dari kita?

Haruskah kita menciptakan dan menambah pertumbuhan penduduk? Atau

mengendalikannya?

Apakah tepat bagi kita untuk bertanggung jawab atas kepunahan spesies tertentu hanya untuk kepentingan konsumsi dan

keserakahan kita?

Apakah hak moral kita untuk membalak hutan demi konsumsi manusia?

Kita tahu bahwa kendaraan bermotor menyebabkan penyusutan SDA, apakah tepat bagi kita untuk terus memproduksi dan menggunakannya?

Adakah panduan untuk melindungi lingkungan dan alam secara efektif? Apa yang menyebabkan kegagalan upaya-upaya ini?

Apakah ada kebutuhan untuk mereformasi cara kita mengatur dan melakukan perlindungan terhadap lingkungan?

Apakah semua jenis pencemaran lingkungan (udara, tanah dan air) kita anggap lumrah saja terjadi dan mengancam bumi?

(41)

Etika Lingkungan

Perkembangan pemahaman

• Filsuf moral yang berpandangan antroposentris melihat etika lingkungan sebagai disiplin filsafat mengenai hubungan moral antara manusia dengan lingkungan/ alam semesta, dan bagaimana perilaku manusia yang seharusnya thd lingkungan.

Fokus perhatian: bagaimana manusia harus bertindak atau berperilaku yang seharusnya terhadap lingkungan.

Etika lingkungan dipahami sebagai disiplin ilmu yang berbicara mengenai norma dan kaidah moral yang mengatur perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam serta nilai/prinsip moral yang menjiwai perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam.

• Perkembangan baru dalam etika lingkungan menuntut perluasan cara pandang dan perilaku moral manusia dengan memasukkan lingkungan/

alam semesta sbg bagian dari komunitas moral.

Memasukkan semua makhluk non-manusia ke dalam perhatian moral manusia, meskipun bukan pelaku moral (moral agents) melainkan dipandang sebagai subyek moral (moral subjects), sehingga pantas menjadi perhatian moral manusia.

(42)

Etika lingkungan :

Kritik atas etika yang selama ini dianut oleh manusia, yang dibatasi pada komunitas sosial manusia.

Etika lingkungan menuntut agar etika dan moralitas diberlakukan juga bagi komunitas biotis/ekologis.

Refleksi kritis atas norma-norma dan prinsip atau nilai moral yang selama ini dikenal dalam komunitas manusia untuk diterapkan secara lebih luas dalam komunitas biotis/ekologis.

Refleksi kritis tentang apa yang harus dilakukan manusia dalam menghadapi pilihan-pilihan moral yang terkait dengan isu

lingkungan hidup.

 Apa yang harus diputuskan manusia dalam membuat pilihan

moral dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang berdampak pada lingkungan.

• Etika lingkungan tidak hanya berbicara mengenai perilaku manusia terhadap alam, tetapi juga berbicara mengenai relasi di antara semua kehidupan alam semesta

 Termasuk berbagai kebijakan politik dan ekonomi yang mempunyai dampak langsung atau tidak langsung terhadap alam.

The Evolution of Ethics

Source:

Nash (1989)

(43)

TEORI-TEORI ETIKA LINGKUNGAN

Cara pandang ttg manusia, alam, dan hubungan manusia dengan alam:

1. Antroposentrisme

 Shallow Environmental Ethics

2. Biosentrisme

 Intermediate Environmental Ethics 3. Ekosentrisme

 Deep Environmental Ethics

(44)

Environmentalisme

• Andrew Vincent (1993) menyebutkan tipologi ENVIRONMENTALISME, menjadi dua,

didasarkan pada:

• Sistem nilai (hak, obligasi, kewajiban moral)

• Kegunaan (utility) dan kebaikan (good)

Enironmentalisme

 Etika Lingkungan

(45)

Siapa kaum

environmentalis?

• Seseorang atau sekelompok orang yang mendukung setiap tujuan gerakan lingkungan hidup.

• Secara politik dikategorikan sebagai Greens atau Kelompok/Kaum Hijau

• Kaum environmentalis memiliki

pandangan yang kuat atas isu-isu

lingkungan hidup dan mengamalkan

nilai-nilainya sebagai aktivis, relawan,

akademisi dan profesional

(46)

Anthropo

sentrisme Bio sentrisme Eko sentrisme

Free market environmentalism Wise use movement

Third World Development

Pembangunan Berkelanjutan

Kearifan Lokal

Earth First!

Deep Ecology Animal Rights

Human Ecology

Spektrum

Environmentalisme

(47)

ENVIRONMENTALISM SPECTRUM

(48)

(1) Antroposentrisme

• Antroposentrisme memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta.

 Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara langsung atau tidak langsung.

• Nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya

Hanya manusia yang mempunyai nilai dan mendapat perhatian. Segala sesuatu yang lain di alam semesta ini

hanya akan mendapat nilai dan perhatian sejauh menunjang dan demi kepentingan manusia.

Alam dilihat hanya sebagai obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia. Alam tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri.

(49)

• Dalam antroposentrisme nilai dan prinsip moral hanya berlaku bagi manusia, dan

kebutuhan/ kepentingan manusia mempunyai nilai paling tinggi/penting.

• Bagi teori antroposentrisme, etika hanya

berlaku bagi manusia sehingga segala tuntutan mengenai perlunya kewajiban dan tanggung jawab moral manusia terhadap lingkungan hidup dianggap sbg tuntutan yg berlebihan, tidak relevan dan tidak pada tempatnya.

• Kewajiban dan tanggung jawab moral manusia terhadap lingkungan semata-mata demi

memenuhi kepentingan sesama manusia.

 Kewajiban dan tanggung jawab terhadap

alam hanya merupakan perwujudan kewajiban dan tanggung jawab moral terhadap sesama manusia, bukan merupakan perwujudan

kewajiban dan tanggung jawab moral manusia

terhadap alam itu sendiri.

(50)

Antroposentrisme:

merupakan kesalahan cara pandang Barat

• Hanya manusia yang dipahami sebagai makhluk sosial (social animal), yang eksistensi dan identitas dirinya ditentukan oleh komunitas sosialnya.

• Etika hanya berlaku bagi komunitas sosial manusia.

Norma dan nilai moral hanya dibatasi keberlakuannya bagi manusia.

Hanya manusia yang merupakan pelaku moral, yaitu makhluk yang mempunyai kemampuan untuk bertindak secara moral

berdasarkan akal budi dan kehendak bebasnya.

Etika tidak berlaku bagi makhluk lain di luar manusia.

Cara pandang atau paradigma ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang Newtonan-Cartesian dengan ciri utama mekanistis-reduksionistis.

Pemisahan yang tegas antara alam sebagai obyek ilmu pengetahuan dan manusia sebagai subyek.

 Ada pemisahan yang tegas antara fakta dan nilai.

(51)

(2) Biosentrisme

• Bagi biosentrisme, tidak benar bahwa hanya manusia yang mempunyai nilai.

 Alam juga mempunyai nilai pada dirinya sendiri lepas dari kepentingan manusia.

• Setiap kehidupan dan makhluk hidup mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri (nilai intrinsik, bukan nilai instrumental seperti dalam Antroposentrisme)

• Biosentrisme menganggap serius setiap kehidupan dan makhluk hidup di alam semesta.

 Karena semua makhluk hidup bernilai pada dirinya sendiri sehingga pantas mendapat pertimbangan dan kepedulian moral.

 Alam perlu diperlakukan secara moral, terlepas dari

apakah ia bernilai bagi manusia atau tidak.

(52)

Antroposentrisme vs Biosentrisme

• Manusia sbg titik referensi

• Kepedulian manusia thd alam

ditentukan oleh kegunaannya bagi manusia

• Spesies bukan manusia hanya

memiliki kesempatan hidup di bumi jika diketahui kegunaan untuk

manusia

• Manusia dapat mengatur

Antroposentrisme Biosentrisme

• Alam memiliki peran independen dalam menciptakan ‘sistem nilai’

• Kepedulian manusia thd alam tidak dapat diukur oleh kegunaannya bagi manusia melainkan

kearifan manusia thd keberadaannya.

• Spesies bukan manusia juga memiliki hak untuk hidup (biotik)

Gaia: bumi adalah organisma hidup dan bersifat self regulating

• Manusia bergantung pada bumi

(53)

(3) Ekosentrisme

• Ekosentrisme merupakan kelanjutan dari teori etika lingkungan biosentrisme.

• Jika pada biosentrisme, etika diperluas

untuk mencakup komunitas biosentrisme, pada ekosentrisme etika diperluas untuk mencakup komunitas ekologis

seluruhnya, baik yang hidup maupun tidak.

• Secara ekologis, makhluk hidup dan benda- benda abiotis lainnya saling terkait satu sama lain.

• Kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada makhluk hidup, tapi juga berlaku terhadap semua realitas

ekologis.

(54)

Biosentrisme Ekosentrisme Dari Biosentrisme ke Ekosentrisme

Tidak benar bahwa hanya manusia yang mempunyai nilai.

• Setiap makhluk hidup mempunyai nilai intrinsik

• Biosentrisme

menganggap serius setiap kehidupan dan makhluk hidup

• Alam perlu diperlakukan secara moral, terlepas dari apakah ia bernilai bagi manusia atau tidak.

• Etika diperluas untuk mencakup komunitas

biosentrisme dan komunitas ekologis seluruhnya, baik yang hidup maupun tidak.

• Secara ekologis, makhluk hidup dan benda-benda abiotis lainnya saling terkait satu sama lain.

Kewajiban dan tanggung jawab moral berlaku thd semua realitas ekologis.

(55)

Ekosentrisme  Deep Ecology (DE)

DE menuntut suatu etika baru yang tidak berpusat pada manusia, tetapi berpusat pada makhluk hidup seluruhnya dalam kaitan dengan upaya mengatasi persoalan lingkungan.

Etika DE tidak mengubah sama sekali hubungan antara manusia dengan manusia, namun manusia dan

kepentingannya bukan lagi ukuran bagi segala sesuatu yang lain.

DE memusatkan perhatian kepada semua spesies, termasuk spesies bukan manusia.

Etika lingkungan hidup yang dikembangkan DE dirancang sebagai sebuah etika praktis, sebagai sebuah gerakan.

prinsip-prinsip moral etika lingkungan harus diterjemahkan dalam aksi nyata dan konkret.

gerakan yang jauh lebih dalam dan komprehensif dari sekadar sesuatu yang instrumental dan ekspansionis.

(56)

PRINSIP DEEP ECOLOGY

1

2

3 4

Sumber : Devall and Sessions 1985

(57)

Hak Asasi Alam (?)

Hak alam adalah teori hukum dan yurisprudensial yang menggambarkan hak yang melekat sebagai yang terkait dengan ekosistem dan spesies, sebagaimana konsep Hak asasi manusia (HAM) yang  fundamental.

Konsep hak atas alam menantang hukum abad ke- 20 yang umumnya didasarkan pada pandangan bahwa alam dianggap sbg "sumber daya", untuk dimiliki,

digunakan, dan bahkan didegradasi. 

Adakah hak alam?

Karena pengakuan hak asasi manusia sebagian didasarkan pada keyakinan filosofis bahwa hak- hak tsb bersumber dari keberadaan manusia sendiri, maka secara logis pula hak inheren alam muncul dari keberadaan alam itu sendiri.

Kelangsungan hidup manusia bergantung pada ekosistem yang sehat, dan dengan demikian perlindungan hak-hak alam pada gilirannya memajukan hak asasi manusia dan

kesejahteraan manusia.

(58)

Sanggahan thd Hak Asasi Alam

• Alam, khususnya makhluk hidup selain manusia, tidak bisa dikategorikan

sebagai pelaku moral; tetapi makhluk hidup, dalam pengertian luas

sebagaimana dipahami Deep Ecology, adalah subyek moral yang menuntut kewajiban dan tanggung jawab

tertentu dari manusia yang mampu menggunakan kemampuan moralnya.

• Sebagai subyek moral, semua makhluk hidup tanpa terkecuali

mempunyai hak asasi untuk dihargai dan dijamin oleh pelaku moral.

Sanggahan terhadap Hak asasi alam:

mengandaikan subyek sendiri secara sadar mengklaim hak itu dan

mempertahankannya dari pelanggaran oleh pihak lain, juga harus secara sadar mempertahankan, sekaligus menuntut pihak lain untuk mengakui dan

menghormatinya.

mengandaikan adanya kewajiban pemilik hak asasi untuk menghargai hak asasi

pihak lain secara seimbang dengan

tuntutannya agar haknya dihargai pihak lain (resiprositas).

Keduanya tidak tidak terpenuhi dalam

kasus hak asasi makhluk hidup di luar

manusia.

(59)

Sanggahan thd Hak Asasi Alam (2)

Tapi, kalau argumen tersebut dianut secara konsisten, maka bayi, orang gila, dan orang cacat mental, pasien yang sakit parah, apalagi dalam keadaan koma, tidak diakui mempunyai hak asasi (?).

 Mereka tidak mampu mengklaim orang lain untuk menghargai hak mereka, bahkan tidak tahu bahwa mereka mempunyai hak asasi.

Kalau ini dianggap benar, betapa absurdnya hidup ini, karena

konsekuensinya sangat dahsyat:

Aborsi akan diterima sebagai hal yang benar secara moral

Euthanasia terhadap pasien yang sakit

parah, apalagi koma, akan diterima sebagai benar secara moral.

Orang gila dan cacat mental bisa saja dihabisi.

Argumen moral adanya hak asasi alam

• Konsep mengenai conatus esendi

kecenderungan dan dorongan alamiah untuk bertahan hidup dan berada, dimiliki oleh semua organisme hidup.

benda-benda abiotis tidak mempunyai kecenderungan ini, tetapi mereka pun harus dijaga dan dilestarikan karena kehidupan organisme hidup sangat tergantung dari keutuhan benda-benda abiotis.

• Perbedaan antara hak legal dan hak moral.

• Hak legal adalah hak yang diberikan, diakui dan disahkan oleh hukum suatu negara.

• hak moral adalah hak yang dimiliki oleh pihak tertentu dan diakui sah

berdasarkan prinsip-prinsip moral.

(60)

Hak Asasi Alam

• Semua makhluk hidup berhak atas kehidupan ini.

Sejak lahir mereka mempunyai hak asasi atas kehidupan yang diberikan kepadanya, dan tidak ada yang berwenang mengambil hidup itu,

kecuali si Pemberi kehidupan itu sendiri (Tuhan, dalam pemahaman agama).

Menurut Arne Naess (Tokoh DE):

"hak untuk hidup adalah satu dan sama untuk semua individu, apa pun spesiesnya."

"semua makhluk hidup mempunyai hak untuk hidup dan berkembang, yaitu sama untuk semua".

"Hak semua bentuk kehidupan untuk hidup adalah suatu hak universal yang tidak bisa ditiadakan."

Sesungguhnya binatang- dan makhluk hidup lain - mempunyai hak atas

kebebasan (untuk bergerak secara fisik, untuk menggunakan fisik sesuai dengan dorongan nalurinya):

Setiap pembatasan secara fisik (kurungan, gangguan terhadap habitat, siksaan fisik, dan pemindahan dari lokasi alamiah)

merupakan bentuk pelanggaran hak asasi makhluk hidup tersebut, khususnya

binatang.

Secara moral, tindakan yang

mengakibatkan terganggunya ekosistem dan habitat spesies tertentu merupakan suatu pelanggaran terhadap hak asasi binatang untuk hidup bebas tanpa

terganggu di dalam ekosistem dan habitat aslinya.

(61)

Hak Asasi Alam

dan Prinsip no harm, non interference

• Alam mempunyai hak untuk tidak diganggu gugat dan dirugikan.

Alam mempunyai hak untuk tidak dirusak dan dicemari.

Alam mempunyai hak untuk tidak dibatasi dan dihambat perkembangan, pertumbuhan dan kehidupannya.

Makhluk makhluk hidup di luar manusia berhak untuk dibiarkan tumbuh, berkembang dan hidup sesuai dengan kodratnya.

• Tidak boleh ada:

hambatan eksternal yang bersifat positif (dikurung, diikat, disiksa)

hambatan eksternal negatif (tidak tersedia air, tidak tersedia makanan)

hambatan internal positif (disemprotkan bahan kimia, direkayasa secara genetik)

hambatan internal negatif (kelemahan dan ketidakberdayaan karena rusaknya organ atau jaringan tertentu dalam tubuhnya).

Tidak berarti Hak alam bersifat absolut

, karena:

Sama seperti pada kasus HAM, dalam kasus tertentu dibenarkan secara moral untuk membatasi hak asasi pihak lain, demi memungkinkan terjaminnya hak asasi semua orang, demikian pula dalam kasus hak asasi alam.

Ketika binatang atau tumbuhan tertentu, misalnya, menjadi pengganggu bagi kehidupan manusia atau kehidupan makhluk lain, maka kebebasannya untuk bergerak, tumbuh dan berkembang perlu dibatasi

Kebebasan binatang dan tumbuhan untuk hidup, tumbuh dan berkembang tidak menjadi negatif dan destruktif.

Sejalan dengan etika biosentrisme dan

ekosentrisme, hak asasi pada makluk hidup lain dibatasi hanya pada lingkup kolektif.

Pembelaan terhadap hak binatang dan

tumbuhan tidak secara individual, tapi hak asasi kolektif pada binatang dan tumbuhan, sebagai spesies yang berbeda dari spesies manusia.

(62)

Prinsip-prinsip Etika Lingkungan

(Keraf, 2010)

1. Sikap hormat terhadap Alam (respect for nature) 2. Tanggung Jawab (moral responsibility for nature) 3. Solidaritas Kosmis (cosmic solidarity)

4. Kasih Sayang dan Kepedulian terhadap Alam

(caring for nature)

5. Prinsip No Harm

6. Hidup Sederhana dan Selaras dengan Alam 7. Keadilan

8. Demokrasi

9. Integritas Moral.

(63)

Bahan Bacaan

• Attfield, Robin. Etika Lingkungan Global. 2010.

Kreasi Wacana, Yogyakarta.

• Mangunjaya, Fachruddin M., 2006. Hidup

Harmonis dengan Alam. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

• Keraf, Sonny, 2010. Etika Lingkungan Hidup.

Kompas, Jakarta

• Keraf, S. Filsafat Lingkungan Hidup. Alam sebagai sesuah Sistem Kehidupan. Jakarta:

Penerbit PT Kanisius, 2014

• Popper, David, 1996. Modern

Environmentalism: An Introduction. London:

Routledge

• Walhi. 2008. Menjadi Environmentalis Itu Mudah: Panduan bagi Pemula

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip- prinsip etika lingkungan merupakan sikap- sikap yang harus dijaga dan juga dilakukan oleh manusia dalam kaitannya berperilaku terhadap alam.. Prinsip-

Terdapat sembilan prinsip dalam etika lingkungan (Keraf, 2010), yaitu: 1) Sikap hormat terhadap alam. Alam berhak untuk dihormati karena manusia termasuk bagian dari alam.

Etika lingkungan hidup berbicara mengenai perilaku manusia terhadap alam dan juga relasi di antara semua kehidupan alam semesta, yaitu antara manusia dengan manusia yang

Di samping itu, etika Lingkungan tidak hanya berbicara mengenai perilaku manusia terhadap alam, namun juga mengenai relasi di antara semua kehidupan alam semesta,

Jadi, etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan lingkungannya, serta relasi di antara semua kehidupan alam semesta, yaitu antara

Di samping itu, etika Lingkungan tidak hanya berbicara mengenai perilaku manusia terhadap alam, namun juga mengenai relasi di antara semua kehidupan alam semesta,

Etika manajemen sumber daya manusia adalah ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip etika terhadap hubungan dengan sumber daya manusia dan

Dokumen ini membahas tentang etika dan integritas kepemimpinan Pancasila serta bela negara terkait isu disiplin pegawai di lingkungan Ditjen Pothan