Perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan oleh masyarakat secara sosial dan budaya inilah yang disebut dengan konsep GENDER. Dalam kaitan ini, menurut Fakih (1996), perbedaan gender telah menimbulkan berbagai bentuk kesenjangan antar jenis kelamin (gender gap) baik terhadap laki-laki dan khususnya terhadap perempuan.
BAB II
- Memastikan bahwa anak laki-laki dan anak perempuan dapat
- Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya (perempuan secara biologis, socra/ dan budaya rentan terhadap
- UU No 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia
- UU No 12 tahun 2003 tentang Pemilu
Lebih lanjut, masa Orde Baru merupakan masa yang mencerminkan naik turunnya gerakan perempuan dalam sejarah perkembangan gender di Indonesia. Perlunya mendorong partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan di tingkat lokal karena saat ini partisipasi dan keterwakilan perempuan dalam lembaga politik dan lembaga strategis penentu kebijakan publik masih sangat rendah.
BAB III
Lalu ada pembagian kerja secara seksual, dimana laki-laki bekerja di sektor publik yang produktif dan mempunyai nilai ekonomi, sedangkan perempuan bekerja di sektor domestik yang tidak produktif dan tidak mempunyai nilai ekonomi. Gerakan ini meyakini bahwa faktor utama penyebab terjadinya pembagian kerja secara seksual adalah sistem patriarki di mana laki-laki mengontrol perempuan dengan kekuasaannya.
BAB IV
Selain itu, para perencana pembangunan sering kali mendefinisikan tujuan-tujuan proyek sebagai sesuatu yang serupa dan homogen dan cenderung berasumsi bahwa dengan hanya melibatkan laki-laki maka tujuan-tujuan tersebut dapat dikatakan mewakili seluruh wilayah dalam masyarakat. Lebih lanjut, para perencana proyek pembangunan yang peka gender (Gender Sensifve) menyadari bahwa kebutuhan perempuan bersifat khusus dan berbeda dengan kebutuhan laki-laki. GAD melakukan pendekatan permasalahan secara sosial dengan melihat bagaimana masyarakat diorganisasikan baik secara ekonomi, politik maupun sebagai konstruksi gender sosial yang mengatur pembagian peran, atribut, hak, kewajiban dan tanggung jawab serta harapan baik bagi laki-laki maupun perempuan.
PUG penting untuk memastikan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki akses yang sama terhadap sumber daya, bahwa laki-laki dan perempuan dapat berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, bahwa laki-laki dan perempuan memiliki pilihan dan kesempatan yang sama dalam mengendalikan pembangunan, dan bahwa perempuan dan laki-laki menikmati manfaat dari pembangunan. perkembangan. Tujuan akhir dari PUG adalah untuk mengurangi bahkan menghilangkan perbedaan gender yang akan berujung pada kesetaraan dan keadilan gender. Kami berharap PUG dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pemerintah kepada masyarakat, terutama dalam hal akuntabilitas kinerjanya. Kebutuhan gender praktis adalah kebutuhan perempuan dan laki-laki untuk menjalankan peran sosial yang mereka mainkan, untuk menanggapi kebutuhan jangka pendek.
Pembagian peran berdasarkan hubungan sosial bahwa perempuan sebagai “pekerja rumah tangga” dan laki-laki bekerja di luar rumah masih eksis di masyarakat dan secara tidak sadar masih didukung oleh politik.
BAB V
Lebih lanjut menurut Fakih (1996), mengapa mengungkapkan permasalahan perempuan dengan menggunakan analisis gender seringkali mendapat penolakan, baik dari pihak laki-laki maupun perempuan itu sendiri. Tak hanya itu, analisis gender kerap ditolak oleh mereka yang mengkritik sistem sosial dominan seperti kapitalisme. Dianggap androsentris karena ilmu pengetahuan pada umumnya mengembangkan konsep atau teori yang menganggap perempuan sebagai objek pasif, menjadikan perempuan tidak terlihat, atau bahkan mengarah pada misogini.
Fokus penelitiannya adalah permasalahan khas perempuan yang dialami akibat relasi gender dan cenderung berorientasi naturalistik. Dengan kata lain, yang dianggap penting adalah dunia realitas yang dirasakan dan diberi makna oleh perempuan. Caranya, hasil penelitian digunakan untuk melakukan perubahan sosial atau mengubah status quo yang berlaku dan merugikan perempuan atau orang lain.
Hal serupa juga dapat dilakukan dengan menganalisis berbagai dokumen, peraturan perundang-undangan, dan kebijakan yang mungkin mengandung bias gender sehingga merugikan salah satu gender, baik laki-laki maupun perempuan.
BAB VI
GENDER DAN AGAMA
Apabila Al-Qur'an dikaji lebih mendalam kaitannya dengan sifat dan peristiwa manusia, maka Al-Qur'an tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan. Umar (1999) mengutarakan perbedaan mendasar antara laki-laki dan perempuan yang terdapat pada beberapa ayat. Al-Qur’an mengungkapkan keistimewaan perempuan yang tidak dialami laki-laki, seperti perempuan yang mengalami siklus menstruasi (Albaqarahl 2:223) dan An. -Nisa/4:23).
Lebih lanjut Umar (1999) menyatakan bahwa meskipun dalam Al-Qur’an tidak kita temukan kata-kata yang secara tepat setara dengan istilah gender, namun jika yang kita maksud adalah perbedaan non-biologis antara laki-laki dan perempuan, termasuk perbedaan fungsi, peran dan hubungan antara keduanya, kita dapat menemukan sejumlah istilah untuk itu. Kapasitas manusia sebagai khalifah di bumi ditegaskan dalam Al-Qur'an, Surat Al-An'am. Ayat-ayat Al-Qur'an yang mencerminkan kesetaraan gender berkaitan dengan permasalahan berikut: (1) asal mula penciptaan; (2) kewajiban mentaati Allah SWT dan Rasul-Nya; (3) pelaksanaan kewajiban agama; (4) larangan berperilaku.
Pemahaman ayat-ayat Al-Qur’an mentoleransi pola-pola ketidaksetaraan gender, seperti pemahaman Surat Al-Sajadahl32:9, Surat Al-Hijr/15:2g, Surat Shaad/38.
BAB VII
GENDER DAN KEKERASAN
Mengidentifikasi penyebab terjadinya kekerasan dan so/usi untuk
Kekerasan dalam rumah tangga dalam berbagai bentuk dan alasan dipandang oleh sebagian besar korban sebagai aib pribadi dan tidak perlu diperhatikan. Kekerasan dalam rumah tangga bisa terjadi pada siapa saja, termasuk ibu, ayah, istri, suami, anak, atau pekerja rumah tangga. Secara umum, definisi kekerasan dalam rumah tangga selalu berfokus pada tindakan kekerasan yang dilakukan terhadap perempuan.
Berbagai hasil penelitian menegaskan bahwa permasalahan yang muncul dalam rumah tangga merupakan salah satu bentuk kekerasan yang patut ditindaklanjuti. Oleh karena itu kami akan menjelaskan terlebih dahulu penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Pemerintah mengesahkan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada 14 September 2004 melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004.
Dengan menjadikan kekerasan dalam rumah tangga sebagai tindak pidana biasa, maka permasalahan ini tidak lagi hanya menjadi permasalahan internal dalam rumah tangga.
BAB VIII
Hakikat sistem pemilihan apakah menguntungkan bagi perempuan atau
Budaya patriarki merupakan tatanan nilai yang dianut masyarakat yang menempatkan hubungan antara laki-laki dan perempuan pada posisi yang tidak setara. Pola relasi kekuasaan yang muncul menunjukkan kekuatan atau superioritas laki-laki dan inferioritas perempuan. Hal inilah yang menjadikan laki-laki sebagai pusat kekuasaan, baik dalam ranah domestik rumah tangga (private space) maupun dalam ranah publik (public space), misalnya dalam pemerintahan.
Akseptabilitas perempuan dalam dunia politik dapat dilihat dari dua sudut pandang teori, yaitu teori pendidikan dan teori alam. Menurut teori kodrat, posisi perempuan untuk melakukan mobilitas sosial yang lebih besar melalui jalur politik tentu saja terhambat oleh keadaan mereka, sehingga peran domestik mempunyai lebih banyak ruang. Di sisi lain, menurut pendidikan budaya, karena sifat masyarakat yang relatif, perempuan dapat mempunyai akses terhadap jabatan politik jika situasi menuntut dan memberikan peluang bagi perempuan untuk tampil dengan segenap kekuatannya.
Kepastian hukum atau jaminan pemerintah ini akan mampu mendukung dan mendorong perempuan untuk lebih aktif dan mewujudkan dirinya di berbagai bidang.
BAB IX,
GENDER DAN EKONOMI
Realitas di atas diperburuk oleh segregasi pekerjaan (deskripsi iob.) dimana pekerja perempuan ditempatkan di pasar tenaga kerja sekunder dengan upah rendah, ketidakstabilan pekerjaan yang tinggi dan tunjangan yang sedikit (Moore, 1996). Ada batasan mengenai apa yang pantas dan tidak pantas bagi laki-laki dan perempuan dalam melakukan pekerjaan rumah tangga. Peran ganda laki-laki kurang diharapkan karena ideologi seputar pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin.
Upaya pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi dan ketenagakerjaan dilakukan untuk meningkatkan peran dan partisipasinya dalam pembangunan ekonomi, khususnya perekonomian kerakyatan, seiring dengan meningkatnya jumlah perempuan yang memasuki pasar kerja dan dunia kerja yang semakin terbuka terhadap perempuan. Untuk itu perlu dilakukan upaya penyempurnaan sistem penempatan TKI ke luar negeri, perlindungan tahap awal hingga repatriasi, dan pemanfaatan pendapatan yang diterimanya. No.7/1g84 tentang penghapusan diskriminasi terhadap perempuan, khususnya terhadap perempuan sebagai pekerja, mengatur hal-hal sebagai berikut.
United Nations Population Fund, Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.
GENDER DAN KESEHATAN REPRODUKSI
Menjelaskan fenomena ketidakaditan gender dalam bidang kesehatan
Lebih jauh lagi, pentingnya hak dan kesehatan reproduksi perempuan berkaitan dengan seluruh permasalahan perempuan: konstruksi sosial atas seksualitas perempuan melalui penguasaan tubuh perempuan oleh orang lain, seperti kawin paksa, pemaksaan mempunyai anak laki-laki, perlu atau tidaknya menggunakan alat kontrasepsi. menggunakannya untuk membesarkan anak, yang merupakan tanggung jawab perempuan saja. Hak-hak dasar seksual dan reproduksi perempuan tidak bisa dianggap kalah pentingnya dibandingkan dengan kepentingan lainnya. Perempuan yang menunjukkan komitmen terhadap upaya untuk meningkatkan kesehatan reproduksi dan hak-hak perempuan memiliki hubungan dekat dengan perempuan yang akan melayani mereka dan melibatkan mereka sebagai pembuat kebijakan.
Kebijakan kesehatan reproduksi yang fokus pada perempuan yang akan melahirkan, lebih mendapat perhatian dalam merespon kebutuhan dan haknya. Hasil survei yang dilakukan Darwin dan W’rjaya (1994) tentang hak kesehatan reproduksi pekerja perempuan di beberapa perusahaan di Surakarta menunjukkan bahwa perempuan berani menuntut haknya. Hak-hak yang diminta antara lain mengenai jumlah jam kerja propcl's:o;'ia!, pcnc;lmaa;': cuti haid, menerima cuti melahirkan sesuai ketentuan, izin meninggalkan kantor pada jam kerja untuk menyusui anak dan menerima tunjangan makan pada hari kerja.
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa ditugaskan untuk menyelidiki berbagai permasalahan gender dan kesehatan reproduksi melalui analisis kasus.
BAB X[
GENDER DAN HUKUM
Akibatnya, undang-undang dalam implementasinya bermuka dua karena memberikan dampak yang berbeda terhadap laki-laki dan perempuan yang akhirnya melahirkan. Dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia PBB, ditegaskan bahwa setiap orang, perempuan dan laki-laki, sejak lahir berhak atas hak, kebebasan dan martabat yang sama. Contoh lain pada pasal 297 KUHP menganggap perempuan sama dengan anak laki-laki yang “a;ig bclum dc',r'a:a ;”ang kura;lE atau bclun.
Dari data statistik gender diketahui jumlah hakim Mahkamah Agung hanya 17 persen dibandingkan laki-laki (BpS, 2O0O). Ini tentang hubungan berdasarkan norma, pengalaman dan kekuatan laki-laki yang dikhotbahkan oleh pci:galama;': pc;'cmpuan. Ketiga, pertimbangan metodologis, yaitu penggunaan kasus-kasus pengalaman perempuan sebagai unit analisis untuk melihat relasi kekuasaan antara perempuan dan laki-laki.
United Nations Population Fund, Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia dan Dewan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.
BAB XII
GENDER DAN PENDIDIKAN
Menurut l'ai'e'lanya, upaya penyelesaian permasalahan pendidikan pada umumnya dilakukan dalam bentuk upaya reformasi kosmetik, seperti pembangunan ruang kelas dan fasilitas baru serta modernisasinya. Tugas utama guru adalah menciptakan ruang sikap kritis terhadap sistem dan struktur ketidakadilan serta melakukan dekonstruksi dan advokasi sistem sosial yang lebih berkeadilan. Apalagi persoalan gender dalam dunia pendidikan dapat dilihat dari empat hal, yaitu akses, partisipasi, kontrol;'1, dar:ma;':manfaat.
Yang dimaksud d;;:':a'tccs Ci disini adalah sulitnya anak perempuan bersekolah pada jenjang yang lebih tinggi karena letak sekolah yang jauh dari tempat tinggalnya. Di sisi lain, pendidikan bagi perempuan mempunyai dampak psikologis dalam hal kesadaran yang lebih baik dibandingkan laki-laki. Mempersiapkan lingkungan yang lebih kondusif bagi kesetaraan akses dan kesempatan pendidikan bagi anak perempuan dan laki-laki.
Menyediakan sistem dukungan sosial untuk meningkatkan kesempatan anak perempuan untuk berpartisipasi dalam pendidikan lebih lanjut, ilmu pengetahuan dan teknologi serta pelatihan kejuruan.