FEMINTSME DAN KEADILAN GENDER A. Kompetensi Dasar:
Kemampuan memahami hubungan Feminisme dan Keadilan Gender
B. lndikator:
1.
Mampu menjelaskan pengertian feminisme dan hubungannya dengan gender2.
Mampu membandingkan macam-macam feminismeC. Uraian Materi:
1.
Pengertian FeminismeTidak mudah untuk merumuskan definisi feminisme yang dapat diterima oleh atau diterapkan kepada semua masyarakat dalam semua waktu dan di semua tempat, karena feminisme tidak mengambil dasar konseptual dan teoritisnya dari satu rumusan teori tunggal. Definisi feminisme berubah-rubah sesuai dengan perbedaan realitas
sosio
culturalyang
melatar belakangi lahirnyafaham ini, dan
perbedaantingkat kesadaran, persepsi serta tindakan yang dilakukan oleh para feminis itu sendiri (Kamla Bhasin dan Nighat Said Khan; 1995).
Feminisme
pada abad ke 17 ketika kata itu untuk
pertama kalinyadigunakan, dan feminisme tahun 1980an, memiliki makna yang tidak sama. la juga dapat diungkapkan secara berbeda-beda di berbagai bagian dunia atau dalam suatu
negeri.
Pengungkapanitu akan
berbeda-bedajuga karena
diungkapkan oleh perempuan yang berlainan tingkat pendidikan, kesadaran dan sebagainya.Namun demikian menurut Kamla Bhasin dan Nighat, feminisme harus dapat didefinisikan secara jelas dan luas, supaya tidak lagi terjadi kesalahfahaman, bahkan ketakutan terhadap feminisme. Media msssa sering memberikan gambaran yang keliru terhadap feminisme sebagai perempuan bebas, pembenci laki-laki dan anti keluarga. Menuruntanya, feminisme dapat
didefinisikan
sebagai '.suatu kesadaran akan penindasandan
pemerasan terhadap pe.rem[uan dalam masyarakat, di temp[at kerja dan dalam keluarga, serta tindakan sadar oleh perempuan maupun laki-laki untuk merubah keadaan tersebut.Keadaan
tersebut
sesungguhnyaterjadi karena adanya
ketidakadilan gender yang termanifestasi dalam berbagai bentuk (ada lima). Oleh karena itu dalamkaitannya dengan gender maka definisi feminisme dapat dilengkapi
bahwa:Feminisme adalah kesadaran akan adanya ketidakadilan gender yang menimpa kaum perempuan
baik
dalam keluarga maupun masyarakat serta tindakan sadar oleh perempuan maupun laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut (Yunahar llyas;1997).2.
Macam-macam feminismeArivia (2003) membagifeminisme atas tiga gelombang besar, yang mana pada setiap gelombang tersebut diisi oleh beberapa macam atau aliran
feminisme.
Ketiga gelombang besar feminisme ini mempunyai cirri-ciri tersendiri yang mengikuti sejarah perkembangan pemikiran manusia. Feminismeawal yang
dimulaisejak
1800anmerupakan representasi gelombang feminisme pertama. lni merupakan landasan awal dari pergerakan-pergerakan perempuan yang kelihatannya mereka lebih menyibukkan
diri
sebagaiaktivis
pergerakan perempuan. Kemudianpada
gelombang kedua,tepatnya muncul dan berkembangnya pada awal tahun 1960an, ada kegairahan dari
mereka untuk
mempertanyakan representasi gambaran perempuandan
segala sesuatuyang
feminine. Pada gelombangini
muncul refleksi tentang persoalan- persoalan perempuan,dan
sebagai turunannyalahir
teori-teoriyang
menyususn mengenai kesetaraan perepuan. Sementara itu pada gelombang yang ketiga, teori-teori yang
munculini
mengikutidan
bersinggungan dengan pemikiran-pemikiran kontemporer, dan dari sana kemudian lahir teori feminisme yang lebih plural.a.
Feminisme LiberalMenurut pemikiran kaum liberal, sifat dasar manusia yang unik adalah kemampuan rasionalitasnya. Kaum liberal mendefinisikan rasionalitas dalam berbagai aspek termasuk penekanan terhadap moralitas
dan
kebijaksanaan, sehinggaada
penekananatas
otonomi individual. Sebagai konsekuensinya, aliran liberalisme menekankan untuk mempraktekkan otonomi dirinya. Hak bagikaum liberal harus
diprioritaskan.Sesuai dengan
periodenya, feminisme liberalpun berkembang dan mempunyai kekhususan-kekhusussan antar periode.Dasar filosofis feminisme liberal adalah liberalisme, yakni bahwa semua orang diciptakan dengan hak-hak yang sama,
dan
setiap orang harus punya kesempatan yang sama untuk memajukan dirinya. Gerakanini
beranggapan bahwa prinsip-prinsip ini belum diberikan kepada perempuan, karena itu mereka menuntut supaya supaya prinsip-prinsipini
segera dilaksanakan. Feminisme liberal beranggapan bahwa bahwa system patriakhal dapat dihancurkan dengan cara merubah sikap masing-masing individu, terutama sikap perempuan dalam hubungannya dengan laki-laki. Perempuan harus sadar dan menuntut hak-hakini. Tuntutan ini akan menyadarkan kaum laki-laki, dan kalau kesadaran inisudah merata, maka dengan kesadaran baru
ini,
manusiaakan
membentuk suatu masyarakat barudi
mana laki-lakidan
perempuan bekerja sama atas dasar kesetaraan.Bagi kaum liberalis ada dua cara untuk mencapai tujuan ini. Pertama
adalah melakukan pendekatan psikologis dengan cara
membangkitkan kesadaran individuantara lain
melalui diskusi-diskusiyang
membicarakan pengalaman perempuan pada masyarakat yang dikuasai laki-laki. Cara keduaadalah dengan menuntut
pembaruan-pembaruanhokum yang
tidak menguntungkan perempuan,dan
mengubahhokum ini
menjadi peraturan-peraturan baru yang memperlakukan perempuan setara dengan laki-laki.
Perubahan
uindang-undangyang telah berhasil
diperjuangkan contohnya adalah diberlakukannya no fault divorce di Amerika serikat, di manaistri boleh
menceraikan suaminyatanpa melihat siapa yang salah,
dandiberlakukannya
manige
contractdi mana
pasanganyang
menikah boleh membuatterm
kontraknya sendiritanpa
mengikuti hukum perkawinan yang berlaku.b.
Feminisme MarxisSebagai reaksi terhadap pemikiran feminisme liberal tentang bagaimana meningkatkan status dan peranan perempuan, feminisme
Maxis
berpendapat bahwa ketertinggalan perempuan perempuan bukan disebabkan oleh tindakan individu secara sengaja tetapi akibat dari struktur social, politik, dan ekonomiyang erat kaitannya dengan system kapitalisme. Menurt mereka, tidak mungkin perempuan
dapat
memperoleh kesempatanyang sama
seperti laki-laki jika mereka masih tetap hidup dalam masyarakat yang berkelas.Menurut perspektif feminis marxis, sebelum kapitalisme berkembang,
keluarga adalah kesatuan produksi. Semua kebutuhan manusia
untuk mempertahankan hidupnya dilakukan oleh semua anggota keluarga termasuk perempuan. Tapi setelah berkembangnya kapitalisme industri, keluiarga tidaklagi
menjadi kesatuan produksi. Kegiatan produksi barang-barang kebutuhan manusia telah beralih dari rumah ke pabrik. Perempuan tidak ikut dalam kegiatan produksi. Kemudian terjadi pembagian kerja secaraseksual, di
mana laki-laki bekerja di sector publik yang bersifat produktif dan bernilai ekonomis, sedangkan perempuan bekerjadi
sector domestik yang tidak produktif dan tidak bernilai ekonomis. Karena kepemilikan materi menentukan nilai eksistensi seseorang maka akibatnya, perempuan yang berada dalam sector domestik yang tidak produktif dinilai lebih rendah disbanding dengan laki-laki yang berada dalam sector publik yang produktif.Menurut Engels, suami adalah cerminan kaum borjuis dan istri sebagai kaum proletas yang tertindas. Untuk membebaskan perempuan dari penindasan dalam keluarga itu, Engels mengajak perempuan untuk masuk ke sector publik yang dapat membuat perempuan juga produktif menghasilkan uang dan materi, sehingga konsep pekerjaan domestik perempuan tidak ada lagi. Bahkan usaha menghapuskan keberadaan institusi keluarga perlu dilakukan, karena keluarga dianggap
sebagai
institusiyang
melahirkan kapitalisme. Sebagai gantinya,menciptakan keluarga kolektif di mana pekerjaan rumah tangga dilakukan secara kolektif, termasuk pengasuhan dan pendidikan anak.
Berbeda dengan Engels, Dalla Costa dan Selma James mengusulkan solusi lain untuk mengeluarkan perempuan dari ketertindasanya di rumah tangga yaitu dengan memberikan imbalan atau upah atas pekerjaan domestik yang
dilakukan
perempuan.Tetapi
pendapattersebut ditentang oleh
BarbaraBergmann dengan alas an pemberian upah tersebut akan membuat perempuan terisolir
dari dunia luar, dan
merekatetap tidak punya
kesempatan untuk melakukan pekerjaan lainnya kecuali pekerjaan rumahtangga. Di
sampingpekerjaan yang dibayar akan
mempertajhankan kecenderungan bahwakapitalisme akan selalu mengomoditaskan segalanya,
termasukmengomoditaskan hubungan keluarga.
c.
Feminisme RadikalGerakan ini beranggapan bahwa factor utama yang menjadi penyebab pembagian
kerja
secara seksual adalah system patriakhidi mana
laki-laki mengendalikan perempuan dengan kekuasaannya. Menurut Feminis Radikal, sumber dari kelemahan perempuan ada pada struktur biologisnya. Perempuan sepanjang sejarah sebelum alat-alat kontrasepsi ditemukan, menjadi mangsadari fungsi
biologis badanya;harus haid,
monopouse,dan
macam-macam penyakit perempuan lainya seperti rasa sakit ketika melahirkan, harus mengasuh anak, dsb. Semua factor-faktor itu membuat perempuan tergantung pada laki-laki. perbedaan fungsi
reproduktifalamiah ini
mengakibatkan timbulnyapembagian kerja secara seksual yang muncul ketika system perbedaan kelas dalam masyarakat mulai tumbuh. Pada saat inilah perbedaan secara biologis menjadi penting, karena dapat dipakai sebagai dasar
bagi
pembagian kerja secara seksual.Berbeda dengan feminisme liberal, bukan hanya untuk menghapuskan hak-hak istimewa laki-laki daja, tapi terutama untuk menghapuskan perbedaan seksual
itu
sendiri. Perbedaan seksual harus dihilangkan maknanya secaracultural. Proses
melahirkananak oleh salah satu jenis kelamin
untukkeuantungan kedua belah pihak harus diganti. Paling sedikit perempuan harus diberi kesempatan untuk memilih untuk melahirkan sendiri, atau melahirkan anak
secara buatan, atau tidak
melahirkansama sekali. Terserah
bagaimana keinginan masing-masing individu. Ketergantungan anak terhadap ibunya dansebaliknya harus diganti dengan
ketergantunganyang singkat
terhadap sekelompokorang dari
keduajenis
kelamin.Kelemahanfisik
harus diatasai dengan memakai kemajuan teknologi. Pembagian kerjase€ra
seksual akanterhapus karena perbedaan jenis kelamin itu sendiri akan terhapus'
Feminisme radikal dapat didefinisikan sebagai gerakan perempuan yang berjuang
di
dalam realitas seksual, dan kurang pada realitas-realitas lainnya.Karena itu gerakan ini terutama
mempersoalkanbagaimana
caranya menghancurkan patriarkhi sebagai systemnilai yang
melembagadi
dalam masyarakat.Kelompok paling ektrem dari feminisme radikal ini bahkan berusaha memutuskan hubungannya dengan laki-laki. Kelompok ektremini
menamakan dirinya dengan feminis lesbian. Karena menurut mereka hubungan heteroseksualsebagai suatu lembaga dan ideology merupakan benang utama dari kekuatan laki-laki
d.
Feminisme SosialisFeminisme sosialis merupakan sistesa darifeminisme Maxis dan feminisme radikal. Asumsi yang digunakan dalam masyarakat kapitalistik bukan satu-
satunya penyebab utama keterbelankangan perempuan. Selain di negara-negara kapitalis, di negara-negara sopsialis, kaum perempuan juga terjun dalam pasar kerja dan sebagain mereka sudah mandiri. Namun, dalam kenyataannya mereka masih hidup dalam kunkungan system patriakhi. Menurut mereka, penindasan perempuan ada di kelas manapun. Mereka menolak Marxis klasik, dan tidak menganggap eksploitasi ekonomi sebagai lebih esensial daripada penindasan gender.
Feminisme sosialis mengkritik asumsi umum bahwa ada hubungan antara partisipasi perempuan
dalam produksi dan status
perempuan. Partisipasi perempuan dalam ekonomi memamg perlu, tapi tidak selalu menaikkan status perempuan.Memang ada korelasi antara tingkat
partisipasidan
statusperempuan,
namun
keterlibatan perempuanjustru
menjerumuskan, karena mereka dijadikanbudak. Bagi
mereka meningkatnya partisipasi perempuan dalam ekonomi lebih membawa pada antagonisme seksual ketimbang menaikkan statusmereka.
Oleh karena itu, kritik terhadap kapitalisme harus disertai kritik dominasi laki-laki atas perempuan.e
Feminisme sosialis lebih focus pada penyadaran kaum perempuan akan posisi mereka yang tertindas. Menurut mereka banyak perempuan yang tidak
sadar bahwa mereka adalah kelompok yang ditindas oleh
systempatriakhi.Contohnya,
dengan menonjolkan isu-isu betapa
perempuandiperlakukan tidak manusiawi, dikurung dalam sangkar emas, dll.
Feminisme Multikultural dan Global
lstilah
multicultural lisme seringkali dihubungkan dengan pergerakan kelompok social intelektual yang mempromosikan nilai atau prinsip perbedaandan
menekankan pentingnya penghargaanpada setiap kelompok
yang mempunyai kultur yang berbeda. Kalangan feminis multikulturalis menyambut baik pemikiran multikulturalisme karena penekanannya adalah pada perbedaan.Karena sudah lama para feminis menjadi gelisah melihat teori feminisme yang
gagal untuk
membedakanperempuan berkulit putih, kelas
menengah, heteroseksual, berada di negara-negara industri Barat dengan perempuan yang mempunyai latar belakang berbeda di negara-negara berkembang.Kegagalan
teori
feminis tradisional adalah keinginan mereka untuk melihat adanya persamaan pada setiap perempuan. Padahal perempuan terbagiatas
berbagai posisi, kondisi,yang
berbeda-beda. Protes keras dating dari perempuan kulit hitam atas asumsi persamaan persoalan antara perempuan kulit hitam dan perempuan kulit putih. Menurut mereka terdapat perbedaan antara perempuan kulit hitam dan kulit putih, dan antara kulit putih dengan kelompok minoritas lainnya. Kebanyakan pejuang perempuan kulit hitam menolak adanyaketertindasan semata-mata karena ia perempuan. Kalangan feminis kulit hitam mencoba menjelaskan pentingnya keterkaitannya dengan peranan rasisme, seksisme,
dan
klasismedalam
pemahaman ketertindasan perempuan kulit hitam.Di Amerika ketertindasan perempuan tersistematis dan terstruktur dalam berbagai dimensi yang antara lain adanya dimensi ekonomi, di mana perempuan kulit
hitam
lebih banyak bekerjadi
sector jasa. Dimensi lain adalah dimensi politik,di
mana banayak perempuan kulit hitam diasingkandari
pengambilan keputusan karena factor pendidikan mereka yang tidak memadai. Demikian juga dengan dimensi ideologis di mana perempuan kulit hitam distereotipkan sebagai"pembantu rumah tangga yang setia, perempuan penggoda, pelacur ataupun tante yang baik yang tahu kebutruhan keluarga seperti dalam iklan pembuat kue", (Arivia, 2003).
Sekali lagi feminis kulit hitam menunjukkan adanya persoalan lain yang bukan saja bertumpu pada persoalan seksisme tetapi adanya factor-faktor lain yang berpengaruh seperti rasisme, klasisme, ekonomi, politik, dan sebagainya.
f.
Feminisme Dunia Ketiga atau Feminisme GlobalBila feminisme multicultural yang dipelopori oleh perempuan kulit hitam mengemukakan pentingnya
melihat
ketertindasan perempuandari
systemketerkaitan, maka demikian pula yang terjadi pada pemikiran feminisme global.
Perbedannya terletak
pada
pemfokusan feminisme globalpada
penindasandunia
pertamakarena
kebijakan nasionalyang
mengakibatkan penindasan perempuandi
duniake
ketiga. Jadi bila feminisme multicultural menekankan rasisme,etnisitas, dan
klasismemaka
feminismeglobal
menekankan isukolonialisme, ketimpangan kebijakan
dunia pertama di samping
masalahekonomi
dan
politik.Dengan demikian, sama dengan pemahaman feminisme multicultural, feminisme global sepakat bahwa penindasan seksual dan gender tidak menjadi persoalan utama. Mereka lebih melihat isu-isu politik dan ekonomi yang tebih relevan ketimbang persoalan seksual, atau reproduktif.Charlotte Bunc dalam Arivia (2003) mengidentifikasi dua tujuan utama feminisme global:
,,...merupakan
hak
perempuan untuk memilih kebebasan, dan kekuasaan untuk mengontrol kehidupannyadi
rumah dandi
luarrumah.
Membiarkan perempuan mengontrolkehidupan
dan tubuhnya sangat penting untuk menjaminrasa
integritas danotonomi diri
perempuan...penghapusanpada semua
bentuk ketidakadilandan
ketertindasanlewat keadilan social
danekonomi, Secara nasional maupun internasional. Artinya, perlunya keterlibatan perempuan dalam perjuangan liberalisasi nasional, perencanaan pembangunan nasional, dan perubahan baik local maupun global.
Feminisme
global memperlihatkan adanya perbedaan cara pandang antarafeminis dunia
pertama dengan feminisdunia ketiga dalam
melihat persoalan perempuan. Ada dua aspek pokok utama yang menjadi perbedaan antara feminis dunia pertama dengan feminis dunia ketiga, yaitu isu perempuan vs isu politik, dan etika absolut vs etika relativisD. Evaluasi/tugas
1.
Jelaskanlah pengertian feminisme,dan
bagaimana hubungannya dengan gender2.
Bandingkanlah antara feminisme liberal dan feminisme radikalE. Sumber/Referensi
Arivia, Gadis. 2003. Filsafat berperspektif feminis. Jakarta: Yayasan jurnal Perempuan Bhasin, Kamla.dan Nightat Said Jkhan.1995. Persoalan Pokok mengenai Feminisme
dan Relevansinya. Terjemahan Herlina. Jakarta: Gramedia
llyas, Yunahar.1997. Feminisme dalam kajian tafsir Al-Qur'an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar