• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III

Dalam dokumen perspekttf gender - Repository UNP (Halaman 32-44)

FEMINTSME DAN KEADILAN GENDER A. Kompetensi Dasar:

Kemampuan memahami hubungan Feminisme dan Keadilan Gender

B. lndikator:

1.

Mampu menjelaskan pengertian feminisme dan hubungannya dengan gender

2.

Mampu membandingkan macam-macam feminisme

C. Uraian Materi:

1.

Pengertian Feminisme

Tidak mudah untuk merumuskan definisi feminisme yang dapat diterima oleh atau diterapkan kepada semua masyarakat dalam semua waktu dan di semua tempat, karena feminisme tidak mengambil dasar konseptual dan teoritisnya dari satu rumusan teori tunggal. Definisi feminisme berubah-rubah sesuai dengan perbedaan realitas

sosio

cultural

yang

melatar belakangi lahirnya

faham ini, dan

perbedaan

tingkat kesadaran, persepsi serta tindakan yang dilakukan oleh para feminis itu sendiri (Kamla Bhasin dan Nighat Said Khan; 1995).

Feminisme

pada abad ke 17 ketika kata itu untuk

pertama kalinya

digunakan, dan feminisme tahun 1980an, memiliki makna yang tidak sama. la juga dapat diungkapkan secara berbeda-beda di berbagai bagian dunia atau dalam suatu

negeri.

Pengungkapan

itu akan

berbeda-beda

juga karena

diungkapkan oleh perempuan yang berlainan tingkat pendidikan, kesadaran dan sebagainya.

Namun demikian menurut Kamla Bhasin dan Nighat, feminisme harus dapat didefinisikan secara jelas dan luas, supaya tidak lagi terjadi kesalahfahaman, bahkan ketakutan terhadap feminisme. Media msssa sering memberikan gambaran yang keliru terhadap feminisme sebagai perempuan bebas, pembenci laki-laki dan anti keluarga. Menuruntanya, feminisme dapat

didefinisikan

sebagai '.suatu kesadaran akan penindasan

dan

pemerasan terhadap pe.rem[uan dalam masyarakat, di temp[at kerja dan dalam keluarga, serta tindakan sadar oleh perempuan maupun laki-laki untuk merubah keadaan tersebut.

Keadaan

tersebut

sesungguhnya

terjadi karena adanya

ketidakadilan gender yang termanifestasi dalam berbagai bentuk (ada lima). Oleh karena itu dalam

kaitannya dengan gender maka definisi feminisme dapat dilengkapi

bahwa:

Feminisme adalah kesadaran akan adanya ketidakadilan gender yang menimpa kaum perempuan

baik

dalam keluarga maupun masyarakat serta tindakan sadar oleh perempuan maupun laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut (Yunahar llyas;1997).

2.

Macam-macam feminisme

Arivia (2003) membagifeminisme atas tiga gelombang besar, yang mana pada setiap gelombang tersebut diisi oleh beberapa macam atau aliran

feminisme.

Ketiga gelombang besar feminisme ini mempunyai cirri-ciri tersendiri yang mengikuti sejarah perkembangan pemikiran manusia. Feminisme

awal yang

dimulai

sejak

1800an

merupakan representasi gelombang feminisme pertama. lni merupakan landasan awal dari pergerakan-pergerakan perempuan yang kelihatannya mereka lebih menyibukkan

diri

sebagai

aktivis

pergerakan perempuan. Kemudian

pada

gelombang kedua,

tepatnya muncul dan berkembangnya pada awal tahun 1960an, ada kegairahan dari

mereka untuk

mempertanyakan representasi gambaran perempuan

dan

segala sesuatu

yang

feminine. Pada gelombang

ini

muncul refleksi tentang persoalan- persoalan perempuan,

dan

sebagai turunannya

lahir

teori-teori

yang

menyususn mengenai kesetaraan perepuan. Sementara itu pada gelombang yang ketiga, teori-

teori yang

muncul

ini

mengikuti

dan

bersinggungan dengan pemikiran-pemikiran kontemporer, dan dari sana kemudian lahir teori feminisme yang lebih plural.

a.

Feminisme Liberal

Menurut pemikiran kaum liberal, sifat dasar manusia yang unik adalah kemampuan rasionalitasnya. Kaum liberal mendefinisikan rasionalitas dalam berbagai aspek termasuk penekanan terhadap moralitas

dan

kebijaksanaan, sehingga

ada

penekanan

atas

otonomi individual. Sebagai konsekuensinya, aliran liberalisme menekankan untuk mempraktekkan otonomi dirinya. Hak bagi

kaum liberal harus

diprioritaskan.

Sesuai dengan

periodenya, feminisme liberalpun berkembang dan mempunyai kekhususan-kekhusussan antar periode.

Dasar filosofis feminisme liberal adalah liberalisme, yakni bahwa semua orang diciptakan dengan hak-hak yang sama,

dan

setiap orang harus punya kesempatan yang sama untuk memajukan dirinya. Gerakan

ini

beranggapan bahwa prinsip-prinsip ini belum diberikan kepada perempuan, karena itu mereka menuntut supaya supaya prinsip-prinsip

ini

segera dilaksanakan. Feminisme liberal beranggapan bahwa bahwa system patriakhal dapat dihancurkan dengan cara merubah sikap masing-masing individu, terutama sikap perempuan dalam hubungannya dengan laki-laki. Perempuan harus sadar dan menuntut hak-hak

ini. Tuntutan ini akan menyadarkan kaum laki-laki, dan kalau kesadaran inisudah merata, maka dengan kesadaran baru

ini,

manusia

akan

membentuk suatu masyarakat baru

di

mana laki-laki

dan

perempuan bekerja sama atas dasar kesetaraan.

Bagi kaum liberalis ada dua cara untuk mencapai tujuan ini. Pertama

adalah melakukan pendekatan psikologis dengan cara

membangkitkan kesadaran individu

antara lain

melalui diskusi-diskusi

yang

membicarakan pengalaman perempuan pada masyarakat yang dikuasai laki-laki. Cara kedua

adalah dengan menuntut

pembaruan-pembaruan

hokum yang

tidak menguntungkan perempuan,

dan

mengubah

hokum ini

menjadi peraturan-

peraturan baru yang memperlakukan perempuan setara dengan laki-laki.

Perubahan

uindang-undang

yang telah berhasil

diperjuangkan contohnya adalah diberlakukannya no fault divorce di Amerika serikat, di mana

istri boleh

menceraikan suaminya

tanpa melihat siapa yang salah,

dan

diberlakukannya

manige

contract

di mana

pasangan

yang

menikah boleh membuat

term

kontraknya sendiri

tanpa

mengikuti hukum perkawinan yang berlaku.

b.

Feminisme Marxis

Sebagai reaksi terhadap pemikiran feminisme liberal tentang bagaimana meningkatkan status dan peranan perempuan, feminisme

Maxis

berpendapat bahwa ketertinggalan perempuan perempuan bukan disebabkan oleh tindakan individu secara sengaja tetapi akibat dari struktur social, politik, dan ekonomi

yang erat kaitannya dengan system kapitalisme. Menurt mereka, tidak mungkin perempuan

dapat

memperoleh kesempatan

yang sama

seperti laki-laki jika mereka masih tetap hidup dalam masyarakat yang berkelas.

Menurut perspektif feminis marxis, sebelum kapitalisme berkembang,

keluarga adalah kesatuan produksi. Semua kebutuhan manusia

untuk mempertahankan hidupnya dilakukan oleh semua anggota keluarga termasuk perempuan. Tapi setelah berkembangnya kapitalisme industri, keluiarga tidak

lagi

menjadi kesatuan produksi. Kegiatan produksi barang-barang kebutuhan manusia telah beralih dari rumah ke pabrik. Perempuan tidak ikut dalam kegiatan produksi. Kemudian terjadi pembagian kerja secara

seksual, di

mana laki-laki bekerja di sector publik yang bersifat produktif dan bernilai ekonomis, sedangkan perempuan bekerja

di

sector domestik yang tidak produktif dan tidak bernilai ekonomis. Karena kepemilikan materi menentukan nilai eksistensi seseorang maka akibatnya, perempuan yang berada dalam sector domestik yang tidak produktif dinilai lebih rendah disbanding dengan laki-laki yang berada dalam sector publik yang produktif.

Menurut Engels, suami adalah cerminan kaum borjuis dan istri sebagai kaum proletas yang tertindas. Untuk membebaskan perempuan dari penindasan dalam keluarga itu, Engels mengajak perempuan untuk masuk ke sector publik yang dapat membuat perempuan juga produktif menghasilkan uang dan materi, sehingga konsep pekerjaan domestik perempuan tidak ada lagi. Bahkan usaha menghapuskan keberadaan institusi keluarga perlu dilakukan, karena keluarga dianggap

sebagai

institusi

yang

melahirkan kapitalisme. Sebagai gantinya,

menciptakan keluarga kolektif di mana pekerjaan rumah tangga dilakukan secara kolektif, termasuk pengasuhan dan pendidikan anak.

Berbeda dengan Engels, Dalla Costa dan Selma James mengusulkan solusi lain untuk mengeluarkan perempuan dari ketertindasanya di rumah tangga yaitu dengan memberikan imbalan atau upah atas pekerjaan domestik yang

dilakukan

perempuan.

Tetapi

pendapat

tersebut ditentang oleh

Barbara

Bergmann dengan alas an pemberian upah tersebut akan membuat perempuan terisolir

dari dunia luar, dan

mereka

tetap tidak punya

kesempatan untuk melakukan pekerjaan lainnya kecuali pekerjaan rumah

tangga. Di

samping

pekerjaan yang dibayar akan

mempertajhankan kecenderungan bahwa

kapitalisme akan selalu mengomoditaskan segalanya,

termasuk

mengomoditaskan hubungan keluarga.

c.

Feminisme Radikal

Gerakan ini beranggapan bahwa factor utama yang menjadi penyebab pembagian

kerja

secara seksual adalah system patriakhi

di mana

laki-laki mengendalikan perempuan dengan kekuasaannya. Menurut Feminis Radikal, sumber dari kelemahan perempuan ada pada struktur biologisnya. Perempuan sepanjang sejarah sebelum alat-alat kontrasepsi ditemukan, menjadi mangsa

dari fungsi

biologis badanya;

harus haid,

monopouse,

dan

macam-macam penyakit perempuan lainya seperti rasa sakit ketika melahirkan, harus mengasuh anak, dsb. Semua factor-faktor itu membuat perempuan tergantung pada laki-

laki. perbedaan fungsi

reproduktif

alamiah ini

mengakibatkan timbulnya

pembagian kerja secara seksual yang muncul ketika system perbedaan kelas dalam masyarakat mulai tumbuh. Pada saat inilah perbedaan secara biologis menjadi penting, karena dapat dipakai sebagai dasar

bagi

pembagian kerja secara seksual.

Berbeda dengan feminisme liberal, bukan hanya untuk menghapuskan hak-hak istimewa laki-laki daja, tapi terutama untuk menghapuskan perbedaan seksual

itu

sendiri. Perbedaan seksual harus dihilangkan maknanya secara

cultural. Proses

melahirkan

anak oleh salah satu jenis kelamin

untuk

keuantungan kedua belah pihak harus diganti. Paling sedikit perempuan harus diberi kesempatan untuk memilih untuk melahirkan sendiri, atau melahirkan anak

secara buatan, atau tidak

melahirkan

sama sekali. Terserah

bagaimana keinginan masing-masing individu. Ketergantungan anak terhadap ibunya dan

sebaliknya harus diganti dengan

ketergantungan

yang singkat

terhadap sekelompok

orang dari

kedua

jenis

kelamin.Kelemahan

fisik

harus diatasai dengan memakai kemajuan teknologi. Pembagian kerja

se€ra

seksual akan

terhapus karena perbedaan jenis kelamin itu sendiri akan terhapus'

Feminisme radikal dapat didefinisikan sebagai gerakan perempuan yang berjuang

di

dalam realitas seksual, dan kurang pada realitas-realitas lainnya.

Karena itu gerakan ini terutama

mempersoalkan

bagaimana

caranya menghancurkan patriarkhi sebagai system

nilai yang

melembaga

di

dalam masyarakat.Kelompok paling ektrem dari feminisme radikal ini bahkan berusaha memutuskan hubungannya dengan laki-laki. Kelompok ektrem

ini

menamakan dirinya dengan feminis lesbian. Karena menurut mereka hubungan heteroseksual

sebagai suatu lembaga dan ideology merupakan benang utama dari kekuatan laki-laki

d.

Feminisme Sosialis

Feminisme sosialis merupakan sistesa darifeminisme Maxis dan feminisme radikal. Asumsi yang digunakan dalam masyarakat kapitalistik bukan satu-

satunya penyebab utama keterbelankangan perempuan. Selain di negara-negara kapitalis, di negara-negara sopsialis, kaum perempuan juga terjun dalam pasar kerja dan sebagain mereka sudah mandiri. Namun, dalam kenyataannya mereka masih hidup dalam kunkungan system patriakhi. Menurut mereka, penindasan perempuan ada di kelas manapun. Mereka menolak Marxis klasik, dan tidak menganggap eksploitasi ekonomi sebagai lebih esensial daripada penindasan gender.

Feminisme sosialis mengkritik asumsi umum bahwa ada hubungan antara partisipasi perempuan

dalam produksi dan status

perempuan. Partisipasi perempuan dalam ekonomi memamg perlu, tapi tidak selalu menaikkan status perempuan.

Memang ada korelasi antara tingkat

partisipasi

dan

status

perempuan,

namun

keterlibatan perempuan

justru

menjerumuskan, karena mereka dijadikan

budak. Bagi

mereka meningkatnya partisipasi perempuan dalam ekonomi lebih membawa pada antagonisme seksual ketimbang menaikkan status

mereka.

Oleh karena itu, kritik terhadap kapitalisme harus disertai kritik dominasi laki-laki atas perempuan.

e

Feminisme sosialis lebih focus pada penyadaran kaum perempuan akan posisi mereka yang tertindas. Menurut mereka banyak perempuan yang tidak

sadar bahwa mereka adalah kelompok yang ditindas oleh

system

patriakhi.Contohnya,

dengan menonjolkan isu-isu betapa

perempuan

diperlakukan tidak manusiawi, dikurung dalam sangkar emas, dll.

Feminisme Multikultural dan Global

lstilah

multicultural lisme seringkali dihubungkan dengan pergerakan kelompok social intelektual yang mempromosikan nilai atau prinsip perbedaan

dan

menekankan pentingnya penghargaan

pada setiap kelompok

yang mempunyai kultur yang berbeda. Kalangan feminis multikulturalis menyambut baik pemikiran multikulturalisme karena penekanannya adalah pada perbedaan.

Karena sudah lama para feminis menjadi gelisah melihat teori feminisme yang

gagal untuk

membedakan

perempuan berkulit putih, kelas

menengah, heteroseksual, berada di negara-negara industri Barat dengan perempuan yang mempunyai latar belakang berbeda di negara-negara berkembang.

Kegagalan

teori

feminis tradisional adalah keinginan mereka untuk melihat adanya persamaan pada setiap perempuan. Padahal perempuan terbagi

atas

berbagai posisi, kondisi,

yang

berbeda-beda. Protes keras dating dari perempuan kulit hitam atas asumsi persamaan persoalan antara perempuan kulit hitam dan perempuan kulit putih. Menurut mereka terdapat perbedaan antara perempuan kulit hitam dan kulit putih, dan antara kulit putih dengan kelompok minoritas lainnya. Kebanyakan pejuang perempuan kulit hitam menolak adanya

ketertindasan semata-mata karena ia perempuan. Kalangan feminis kulit hitam mencoba menjelaskan pentingnya keterkaitannya dengan peranan rasisme, seksisme,

dan

klasisme

dalam

pemahaman ketertindasan perempuan kulit hitam.

Di Amerika ketertindasan perempuan tersistematis dan terstruktur dalam berbagai dimensi yang antara lain adanya dimensi ekonomi, di mana perempuan kulit

hitam

lebih banyak bekerja

di

sector jasa. Dimensi lain adalah dimensi politik,

di

mana banayak perempuan kulit hitam diasingkan

dari

pengambilan keputusan karena factor pendidikan mereka yang tidak memadai. Demikian juga dengan dimensi ideologis di mana perempuan kulit hitam distereotipkan sebagai

"pembantu rumah tangga yang setia, perempuan penggoda, pelacur ataupun tante yang baik yang tahu kebutruhan keluarga seperti dalam iklan pembuat kue", (Arivia, 2003).

Sekali lagi feminis kulit hitam menunjukkan adanya persoalan lain yang bukan saja bertumpu pada persoalan seksisme tetapi adanya factor-faktor lain yang berpengaruh seperti rasisme, klasisme, ekonomi, politik, dan sebagainya.

f.

Feminisme Dunia Ketiga atau Feminisme Global

Bila feminisme multicultural yang dipelopori oleh perempuan kulit hitam mengemukakan pentingnya

melihat

ketertindasan perempuan

dari

system

keterkaitan, maka demikian pula yang terjadi pada pemikiran feminisme global.

Perbedannya terletak

pada

pemfokusan feminisme global

pada

penindasan

dunia

pertama

karena

kebijakan nasional

yang

mengakibatkan penindasan perempuan

di

dunia

ke

ketiga. Jadi bila feminisme multicultural menekankan rasisme,

etnisitas, dan

klasisme

maka

feminisme

global

menekankan isu

kolonialisme, ketimpangan kebijakan

dunia pertama di samping

masalah

ekonomi

dan

politik.Dengan demikian, sama dengan pemahaman feminisme multicultural, feminisme global sepakat bahwa penindasan seksual dan gender tidak menjadi persoalan utama. Mereka lebih melihat isu-isu politik dan ekonomi yang tebih relevan ketimbang persoalan seksual, atau reproduktif.

Charlotte Bunc dalam Arivia (2003) mengidentifikasi dua tujuan utama feminisme global:

,,...merupakan

hak

perempuan untuk memilih kebebasan, dan kekuasaan untuk mengontrol kehidupannya

di

rumah dan

di

luar

rumah.

Membiarkan perempuan mengontrol

kehidupan

dan tubuhnya sangat penting untuk menjamin

rasa

integritas dan

otonomi diri

perempuan...penghapusan

pada semua

bentuk ketidakadilan

dan

ketertindasan

lewat keadilan social

dan

ekonomi, Secara nasional maupun internasional. Artinya, perlunya keterlibatan perempuan dalam perjuangan liberalisasi nasional, perencanaan pembangunan nasional, dan perubahan baik local maupun global.

Feminisme

global memperlihatkan adanya perbedaan cara pandang antara

feminis dunia

pertama dengan feminis

dunia ketiga dalam

melihat persoalan perempuan. Ada dua aspek pokok utama yang menjadi perbedaan antara feminis dunia pertama dengan feminis dunia ketiga, yaitu isu perempuan vs isu politik, dan etika absolut vs etika relativis

D. Evaluasi/tugas

1.

Jelaskanlah pengertian feminisme,

dan

bagaimana hubungannya dengan gender

2.

Bandingkanlah antara feminisme liberal dan feminisme radikal

E. Sumber/Referensi

Arivia, Gadis. 2003. Filsafat berperspektif feminis. Jakarta: Yayasan jurnal Perempuan Bhasin, Kamla.dan Nightat Said Jkhan.1995. Persoalan Pokok mengenai Feminisme

dan Relevansinya. Terjemahan Herlina. Jakarta: Gramedia

llyas, Yunahar.1997. Feminisme dalam kajian tafsir Al-Qur'an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Dalam dokumen perspekttf gender - Repository UNP (Halaman 32-44)