MAKALAH
PERUBAHAN EKOSISTEM PERAIRAN PAYAU
Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Keanekaragaman Ekosistem
Dosen Pengampu:
Dr. Dwi Suheriyanto, S.Si, M.P.
Disusun Oleh:
Ana Imroatus Sholihah NIM: 220602110058
PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2024
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmatnya berupa sehat sehingga membuat kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu. Karena tanpa pemberian dan pertolongan darinya tentu kami tidak akan bisa menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga sampai kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nanti syafa’atnya kelak di hari kiamat.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Keanekaragaman Ekosistem kami yakni bapak Dr. Dwi Suheriyanto, S.Si, M.P.
yang telah mengajar kami dan teman-teman dengan penuh semangat dan kesabaran. Karena dengan bimbingan dosen dan dukungan yang diberikan, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Jasa Ekosistem Pesisir Pantai Kondang Merak” ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keanekaragaman Ekosistem
Kami tentu menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kesalahan dan kekurangan didalamnya. Oleh karena itu kami berharap kritik, saran, dan bimbingan dari dosen untuk pembelajaran bagi kami. Dan kami juga berharap agar makalah ini dapat berguna bagi kami pada khususnya dan pihak lain yang membutuhkan.
Malang, 01 Oktober 2024
Penulis
DAFTAR ISI
COVER... i
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI...ii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Tujuan...2
1.3 Manfaat...3
BAB II PEMBAHASAN... 4
2.1 Pengertian Jasa Ekosistem...4
2.2 Definisi Pesisir Pantai...5
2.3 Karakteristik Ekosistem Pesisir Pantai Kondang Merak...6
2.4 Jasa Ekosistem Pesisir Pantai Kondang Merak...7
2.5 Pengelolaan Ekosistem Pesisir Pantai Kondang Merak...9
2.6 Permasalahan Ekosistem Pesisir Pantai Kondang Merak...10
2.7 Keberlanjutan Ekosistem Pesisir Pantai Kondang Merak...12
BAB III PENUTUP...16
3.1 Kesimpulan...16
3.2 Saran... 16
DAFTAR PUSTAKA... 17
LAMPIRAN...19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Indonesia menjadi negara dengan luas menempati urutan ke-15 dari negara terluas di dunia, memiliki daratan terdiri atas kurang lebih 17.504 pulau dan perairan pedalaman serta kepulauan seluas 3.110.000 km², dengan panjang garis pantai mencapai 108.000 km (KKP, 2018). Kondisi geografis Indonesia yang luas mendukung keragaman iklim, jenis tanah, dan faktor lingkungan lainnya, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman ekosistem tertinggi di dunia. Terdapat sekitar 74 tipe ekosistem alami yang tersebar di wilayah perairan maupun daratan Indonesia, masing-masing menjadi habitat bagi berbagai spesies flora, fauna, dan mikroorganisme. Keberagaman hayati ini tidak hanya menunjukkan kekayaan alam Indonesia tetapi juga menggambarkan pentingnya upaya konservasi untuk menjaga kelestariannya (NatGeo, 2019).
Luasnya perairan Indonesia menyimpan berbagai ekosistem perairan yang unik dan beragam, salah satunya adalah ekosistem air payau. Ekosistem ini terbentuk di zona peralihan antara air tawar dan air laut, menciptakan lingkungan khas di muara sungai, laguna, hingga hutan mangrove. Keberadaan ekosistem ini memainkan peran penting dalam mendukung keseimbangan lingkungan global. Ekosistem ini berfungsi menjaga keseimbangan ekologi dengan mengatur iklim, penyedia habitat, tempat berlindung dan mencari makan berbagai spesises biota perairan payau yang dinamis dan kaya nutrisi.
Ekosistem payau memiliki keunikan tersendiri sebagai zona peralihan antara air tawar dan air laut. Ekosistem ini dihuni berbagai satwa liar terutama spesies aves dan mamalia, sehingga kelestarian hutan payau akan berperan dalam melestarikan berbagai satwa liar tersebut. Ekosistem ini juga memiliki kapasitas unik dalam mendukung siklus biogeokimia, seperti siklus karbon dan nitrogen, serta menjaga kestabilan pH melalui kapasitas penyangganya.
Keberadaan ekosistem ini semakin memperkuat nilai strategis wilayah perairan Indonesia dalam menjaga keseimbangan lingkungan global.
Ekosistem bersifat dinamis dan perubahannya disebabkan oleh faktor alam dan manusia. Ekosistem memegang peranan penting dalam mendukung keberlanjutan hidup manusia dan berperan penting, baik langsung maupun tidak langsung dalam menyokong kehidupan ekonomi manusia (Firdausi, 2021).
Kawasan Pesisir Malang Selatan memiliki kekayaan ekosistem yang sangat beragam, menjadikannya daya tarik wisata alam yang luar biasa.
Keindahan ekosistem mangrove, terumbu karang, dan padang lamun tidak hanya memberikan manfaat ekologis, tetapi juga menjadi magnet bagi wisatawan. Keunikan ekosistem ini mendukung perkembangan wisata berkelanjutan, di mana keindahan alam tetap terjaga sambil memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal melalui kegiatan pariwisata.
Berlawanan dengan hal tersebut, banyak aktivitas masyarakat pesisir yang cenderung memanfaatkan ekosistem pesisir secara berlebihan yang menyebabkan rusaknya ekosistem. Penebangan tanaman pada hutan mangrove untuk perluasan daerah pemukiman, penambangan pasir di sekitar ekosistem mangrove, sangat berpotensi menyebabkan kerusakan pada ekosistem laut dan pesisir yang ada di sekitarnya. Kerusakan yang ditimbulkan pada ekosistem pesisir tersebut akan mengurangi jasa yang diberikan oleh ekosistem bagi manusia bahkan cenderung akan membahayakan bagi manusia itu sendiri, khususnya nilai keindahan yang diberikan oleh ekosistem pesisir (Isdianto, dkk., 2020).
Makalah ini disusun untuk memberikan pemahaman mengenai pentingnya ekosistem pesisir pantai, terutama dalam menyediakan berbagai jasa lingkungan yang mendukung kehidupan manusia dengan menyoroti pengelolaannya, permasalahan dan upaya keberlanjutan ekosistem pesisir pantai tersebut. Melalui makalah ini diharapkan memberi pemahaman tentang nilai ekosistem pesisir dalam menyediakan layanan agar ekosistem pesisir dapat terus berperan dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan mendukung kesejahteraan masyarakat dalam menunjang kegiatan wisata alam di pesisir
pantai Kondang Merak, sehingga kelestarian sumber daya alam di Kondang Merak dapat mendukung aktivitas ekowisata secara berkelanjutan.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah perubahan ekosistem perairan payau ini adalah untuk menganalisis jasa ekosistem yang ada di Pesisir Pantai Kondang Merak serta peran pentingnya dalam mendukung kesejahteraan masyarakat.
Makalah ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai pengelolaan, permasalahan yang dihadapi serta tantangan keberlanjutannya di masa mendatang untuk memastikan bahwa jasa ekosistem yang ada terus memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun lingkungan.
1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang jasa ekosistem di Pesisir Pantai Kondang Merak dalam memberi kontribusi lingkungan terhadap kesejahteraan masyarakat. Selain itu, informasi yang diperoleh dapat dikaji lebih lanjut untuk menjadi landasan ilmiah dalam upaya merumuskan kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan yang tidak hanya akan meningkatkan pendapatan ekonomi lokal tetapi juga mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan Karakteristik Ekosistem Perairan Payau
Ekosistem merupakan keanekaragaman suatu komunitas dan lingkungannya yang berfungsi sebagai suatu satuan ekologi di alam, komunitas organik yang terdiri atas tumbuhan dan hewan bersama habitatnya, keadaan khusus tempat komunitas suatu organisme lain dan komponen organisme tidak hidup dari suatu lingkungan yang saling berinteraksi (Fisher, et al., 2009).
Fungsi ekosistem bagi manusia salah satunya adalah sebagai penyedia barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Ketersediaan barang dan jasa yang dihasilkan untuk menjamin kebutuhan individu mutlak diperlukan dalam mencapai fungsi keberlanjutan. Jasa ekosistem didefinisikan sebagai manfaat yang diperoleh manusia dari ekosistem alamiah, baik secara langsung maupun tidak langsung (Barbier, et al., 2011). Jasa ekosistem atau ecosystem services juga diartikan sebagai manfaat tidak berwujud yang diperoleh manusia dari ekosistem, yang memiliki nilai ekonomi. Jasa ini termasuk penyediaan bahan makanan, serat, dan bahan mentah lainnya, serta berbagai manfaat yang mendukung kehidupan dan kesejahteraan manusia (Mehvar, et al., 2018).
Kontribusi jasa ekosistem terhadap kesejahteraan manusia ini seperti penyediaan bahan pangan, air bersih, perlindungan terhadap bencana alam, pengaturan aliran air, stabilisasi pantai, pengurangan dampak perubahan iklim hingga keindahan alam yang mendukung pariwisata dan penelitian. Ekosistem seperti rawa, terumbu karang, mangrove, dan padang lamun memberikan layanan penting ini melalui fungsi-fungsi ekologis mereka, yang mendukung kehidupan manusia serta ekonomi global (Fisher, et al., 2009).
Jasa ekosistem diklasifikasikan menjadi empat, diantaranya adalah jasa penyedia (provisioning services), jasa pendukung (supporting services), jasa pengaturan (regulating services), dan jasa budaya (cultural services) (Arkham, dkk., 2023). Jasa penyedia menjadi jasa ekosistem yang menyediakan produk langsung kepada manusia, seperti makanan, air, kayu, serat, dan bahan bakar.
Jasa pengaturan menjadi jasa yang mengatur proses ekosistem seperti
pengaturan iklim, penyediaan kualitas udara yang baik, pengaturan siklus air, pengendalian banjir, dan pengendalian hama alami (Apriana dan Milla, 2017).
Jasa pendukung menjadi jasa yang memelihara proses proses yang menjadi landasan bagi layanan jasa lainnya seperti pembentukan tanah, siklus nutrisi, dan penyerbukan. Jasa budaya menyediakan manfaat non-material, seperti nilai estetika, inspirasi budaya, rekreasi, dan warisan spiritual atau keagamaan yang berhubungan dengan ekosistem tertentu. Ini adalah dasar yang memungkinkan ekosistem untuk berfungsi dengan baik (Arkham, dkk., 2020).
Ekosistem memberikan berbagai layanan ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang nantinya berkontribusi pada kesejahteraan dan kelangsungan hidup manusia. Tanpa keberadaan manusia sebagai penerima manfaat, proses dan fungsi ekosistem bukan sebagai jasa, sehingga harus terdapat permintaan tertentu oleh masyarakat dalam menggunakan dan memanfaatkan jasa ekosistem tersebut (Firdausi, 2021).
2.2 Pengelolaan Ekosistem Perairan Payau
Wilayah pesisir adalah wilayah peralihan (interface area) antara ekosistem daratan dan laut (Liquete, et al., 2013). Pesisir juga diartikan sebagai wilayah daratan yang berbatasan dengan laut, tempat bertemunya lautan dan daratan, yang menghubungkan ekosistem darat dan laut. Sebagai kawasan peralihan ini, kekayaan dari ekosistem pesisir menjadi ciri khas kekayaan utama yang tidak dapat dipisahkan dari berbagai ancaman kerusakan karena aktivitas masyarakat. Wilayah pesisir juga menjadi tempat aktivitas ekonomi yang mencakup perikanan laut dan pesisir, transportasi dan pelabuhan, pertambangan, kawasan industri, agribisnis dan agroindustri, rekreasi dan pariwisata serta kawasan pemukiman (Subagiyo, dkk., 2017).
Batas pesisir ke arah darat secara ekologis yakni kawasan daratan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses kelautan seperti pasang-surut, angin laut, dan intrusi air laut, sedangkan secara administrasi batas terluar sebelah hulu dari desa pantai atau jarak definitif secara arbiter 2 km dari garis pantai. Batas pesisir ke arah laut secara ekologis yakni kawasan laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan seperti sedimentasi, dan mengalirnya air tawar kelaut, serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan
manusia di daratan, sedangkan secara administrasi memiliki batas 4 mil dari garis pantai ke arah laut (Effendy, 2009).
Pantai adalah tepi laut yang juga merupakan perbatasan antara daratan dengan laut atau daerah pertemuan antara air pasang tertinggi dengan daratan.
Pantai juga didefinisikan sebagai suatu barisan endapan yang terbentuk oleh sedimentasi pasir, kerikil, atau batu-batuan lainnya yang muncul mulai dari garis air terendah sampai ke tebing atau sampai ke zona dengan tumbuhan permanen (Rumahorbo, et al., 2020).
Pantai juga tempat hidup beberapa organisme, selain itu juga sebagai sarana wisata dan sebagai sarana memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat setempat. Ekosistem pantai merupakan suatu komunitas yang menjadi habitat beberapa organisme yang hidup di daerah sekitar pantai. Dengan kata lain pantai merupakan faktor abotik yang perlu dijaga kelestariaannya agar faktor biotik yang menggantungkan hidupnya pada daerah pantai dapat menciptakan suatu hubungan timbal balik (Liquete, et al., 2013).
2.3 Permasalahan dan Dampak Perubahan Ekosistem Perairan Payau
Pantai Kondang Merak merupakan salah satu destinasi wisata pantai yang berada di Malang Selatan-Jawa Timur. Lokasi Pantai ini terletak di Desa Sumberbening dan masuk wilayah Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur dengan akses melewati kawasan hutan lindung. Nama Kondang Merak berasal dari kata kondang yang berarti muara dan di muara tersebut banyak merak yang berkumpul sehingga dinamakan Pantai Kondang Merak. Pantai Kondang Merak mempunyai pantai yang relatif terlindungi dan memiliki warna pasir yang putih dengan garis pantai sepanjang 800 m, selain itu terdapat muara sungai (estuari) yakni aliran air tawar yang langsung mengalir ke laut, menciptakan ekosistem muara yang kaya akan nutrisi (Alfian, dkk., 2022).
Ekosistem Pesisir Pantai Kondang Merak memiliki karakteristik unik yang membuatnya kaya akan biodiversitas. Berada di pesisir selatan Pulau Jawa, pantai ini dipengaruhi oleh iklim tropis dengan curah hujan yang tinggi dengan ombak yang cukup tenang, berbeda dengan pantai selatan lainnya.
Selain itu, Pantai Kondang Merak juga dikenal dengan formasi karangnya yang
khas karena pantai tidak berhadapan langsung dengan ombak. Gugusan karang menjadi penghalang antara pasir putih dan ombak pantai selatan tersebut, membatasi keduanya dan terlihat membentuk kolam yang terisi air. Setidaknya terdapat lima bukit karang yang berjajar di radius 200 m dari tepi pantai, berfungsi untuk menahan dan memecah ombak yang menerjang. Karena gelombang ombak telah terpecah dan mengalun lebih tenang, pantai ini juga menjadi tempat singgah para nelayan (Isdianto, et al., 2020).
Kawasan Pantai Kondang Merak memiliki fauna yang cukup beragam antara lain Lutung Jawa, Ayam Hutan, Burung Bangau, Biawak, Tupai, Musang dan Monyet Ekor Panjang (Alfian, dkk., 2022). Ekosistem Pesisir Pantai Kondang Merak sendiri cukup lengkap diantaranya terdapat ekosistem mangrove, ekosistem terumbu karang dan ekosistem lamun. Hutan mangrove di sekitar estuari Pantai Kondang Merak berperan penting dalam melindungi pantai dari abrasi dan gelombang besar. Pantai ini juga kaya akan terumbu karang sebagai tempat bagi beraneka ragam biota laut yang kerap bersembunyi di sela-sela karang di permukaannya. Ekosistem lamun di Pantai Kondang Merak juga menjadi habitat bagi biota laut, membantu menyerap karbon dioksida dan membantu mitigasi perubahan iklim (Arkham, dkk., 2015).
Ekosistem yang lengkap dan unik ini menjadikan Pantai Kondang Merak penting bagi keanekaragaman hayati di wilayah pesisir Jawa Timur.
2.4 Keberlanjutan Penyelesaian Permasalahan Ekosistem Perairan Payau Kawasan Pesisir Malang Selatan memiliki kekayaan ekosistem yang sangat beragam, khususnya pada Pesisir Pantai Kondang Merak dengan ekosistem mangrove, terumbu karang dan ekosistem lamun menjadikannya daya tarik wisata alam yang luar biasa. Keindahan ekosistem mangrove, terumbu karang, dan padang lamun tidak hanya memberikan manfaat ekologis, tetapi juga menjadi magnet bagi wisatawan (Rumahorbo, et al., 2020).
Hutan mangrove di kawasan muara sungai Pantai Kondang Merak menyediakan berbagai jasa ekosistem yang sangat penting bagi lingkungan dan manusia. Hutan mangrove sebagai jasa penyedia dengan menyediakan sumberdaya ikan dan crustacea menjadi komoditas penting dalam sektor perikanan dan perdagangan, serta menjadi habitat bagi udang rebon yang
bernilai ekonomi sebagai bahan baku terasi (Arkham, dkk., 2022). Selain itu, hutan mangrove menghasilkan kayu untuk bahan bangunan, kayu bakar, dan produksi arang. Hutan mangrove juga memberikan jasa pendukung sebagai penyedia nutrisi bagi berbagai organisme, menjadi tempat mencari makan (feeding ground), habitat burung, ular, dan monyet, serta menjadi daerah asuhan (nursery ground) bagi ikan karang muda yang membutuhkan tempat aman untuk berkembang biak (Indrayanti, dkk., 2015).
Ekosistem hutan mangrove juga berfungsi sebagai jasa pengaturan antara lain sebagai penahan abrasi, penyerap karbon yang efektif, penahan badai dan angin laut, mengatur kualitas air laut, menjadi filtrasi sedimentasi maupun masukan dari daratan lainnya ke kawasan ekosistem lamun dan terumbu karang. Jasa budaya hutan mangrove menawarkan tempat berteduh yang nyaman bagi manusia dan hewan, sebagai lokasi pembelajaran dan penelitian ilmiah, menjadi tujuan wisata yang menarik seperti birdwatching, hiking, dan tur perahu. Hutan mangrove juga sering menjadi tujuan wisata yang menarik, menyediakan pengalaman rekreasi seperti birdwatching, hiking, dan tur perahu (Supriyadi, dkk., 2018).
Ekosistem terumbu karang yang kaya menawarkan berbagai jasa ekosistem yang dapat bermanfaat langsung maupun tidak langsung. Sebagai jasa penyedia, terumbu karang menyediakan sumberdaya ikan sebagai bahan makanan, bahan baku kerajinan, sumber pendapatan bagi nelayan, sumber bibit budidaya ikan, teripang, kerang dan rumput laut, sumber bahan obat farmasi dan bahan bioteknologi hasil laut (Arkham, dkk., 2020). Dalam hal jasa pendukung, terumbu karang menyediakan habitat bagi ikan kecil, sebagai nursery ground bagi ikan muda serta menjaga kualitas air dengan menyaring sedimen dan polutan (Apriana dan Milla, 2017).
Terumbu karang sebagai jasa pengaturan berfungsi sebagai pemecah gelombang, penahan abrasi, penjaga kualitas air, pengendali populasi hama laut dan menyerap karbon dioksida yang berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim. Terumbu karang sebagai jasa budaya menjadi wisata eksplorasi bawah laut dengan aktivitas snorkeling, menjadi bagian tradisi dan praktik warga pesisir, menjadi objek penelitian untuk membantu meningkatkan pemahaman
tentang ekosistem laut dan pentingnya konservasi. Jasa ekosistem ini membantu menjaga keseimbangan lingkungan dan memberikan manfaat langsung bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya (Arkham, dkk., 2020).
Ekosistem lamun memiliki jasa ekosistem yang beragam. Sebagai jasa penyedia, padang lamun menyediakan bahan makanan, sumberdaya genetik, sumber biokimia dan sumberdaya hiasan. Ekosistem lamun sebagai jasa pengaturan berfungsi menahan erosi, penyerbukan, pemurnian air dan pengolahan limbah, penyerapan karbon dioksida dan membantu mitigasi perubahan iklim (Apriana dan Milla, 2017).
Padang lamun sebagai jasa pendukung menjadi daerah asuhan (nursey ground), tempat mencari makan (feeding ground), dan sirkulasi nutrient.
Bahkan lamun mempunyai keterkaitan yang kuat dan berasosiasi dengan dugong, kuda laut dan penyu. Jasa budaya ekosistem lamun mendukung kegiatan wisata snorkeling, memberi pengalaman ekowisata yang edukatif dan memukau, menjadi objek penelitian ilmiah, serta memiliki nilai budaya bagi komunitas pesisir yang menghargai laut sebagai bagian dari tradisi local (Wahyudin, et al., 2016).
2.5 Permasalahan Ekosistem Pesisir Pantai Kondang Merak
Ekosistem Pesisir Pantai Kondang Merak saat ini menghadapi berbagai tantangan kompleks dan beragam, yang berpotensi mengancam keseimbangan lingkungan dan keberlanjutan sumber daya alamnya. Berbagai permasalahan, baik yang diakibatkan oleh aktivitas manusia maupun dampak perubahan iklim, berkontribusi terhadap kerusakan dan penurunan kualitas ekosistem mangrove, terumbu karang dan lamun di wilayah Pesisir Pantai Kondang Merak.
Permasalahan utama yang dihadapi ekosistem Pesisir Pantai Kondang Merak terkait kerusakan ekosistem pesisir diakibatkan oleh pembangunan infrastruktur khususnya Jalur Lintas Selatan (JLS). Pembangunan JLS dirancang untuk meningkatkan aksesibilitas ke kawasan pantai justru menarik jumlah pengunjung yang signifikan, menyebabkan meningkatnya kerentanan kerusakan ekosistem yang ada di pesisir. Peningkatan jumlah banyak pengunjung, baik wisatawan lokal maupun dari luar daerah menyebabkan
lonjakan aktivitas wisata, termasuk kegiatan seperti snorkeling, memancing, dan eksplorasi alam. Aktivitas ini umumnya terjadi di area yang memiliki kedalaman kurang dari satu meter, yang merupakan habitat utama bagi terumbu karang dan lamun. Peningkatan aktivitas wisatawan ini tidak hanya meningkatkan resiko kerusakan pada ekosistem, tetapi juga mengancam keseimbangan ekologis yang ada di Pantai Kondang Merak, dikarenakan ketidaktahuan dan kurangnya pemahamanan dari fungsi serta keberadaan hutan, mangrove, terumbu karang dan lamun (Isdianto, et al., 2020).
Pemicu kerusakan ekosistem di Pantai Kondang Merak lainnya adalah banyaknya kegiatan praktikum yang dilakukan oleh mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi di Jawa Timur. Hal ini dikarenakan ekosistem yang terdapat di Pantai Kondang Merak yang lengkap, terdiri dari ekosistem mangrove, terumbu karang dan ekosistem lamun, serta hutan dan kawasan pantai yang masih alami. Kegiatan praktikum tersebut biasanya dilakukan dengan monitoring di ketiga ekosistem di Pantai Kondang Merak yang dilakukan ketika pasang surut terendah dengan berjalan diatas karang maupun lamun yang masih hidup. Aktivitas ini dikhawatirkan karena jumlah mahasiswa yang besar, sering kali menginjak nginjak langsung pada terumbu karang dan lamun, sehingga rusak. Padahal ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang merupakan ekosistem penting kawasan pesisir dan memiliki manfaat yang saling keterkaitan kuat dan saling mendukung satu dengan yang lainnya (Isdianto, et al., 2020).
Kendala lain yang dihadapai dalam pengelolaan ekosistem Pesisir Pantai Kondang Merak diantaranya kurangnya kapasitas masyarakat lokal untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan ekowisata Pantai Kondang Merak. Banyak masyarakat yang belum memiliki pengetahuan atau keterampilan yang memadai untuk memanfaatkan potensi ekowisata secara berkelanjutan. Mereka masih cenderung bergantung pada praktik-praktik tradisional yang sering kali merusak lingkungan, seperti penebangan mangrove, penangkapan ikan dengan cara yang destruktif, atau pengambilan biota laut tanpa memperhitungkan dampaknya terhadap ekosistem (Alfian, dkk., 2022).
Meski ada upaya konservasi, pemberdayaan masyarakat lokal dan program ekowisata, masih terdapat masalah dalam koordinasi pengelolaan antara pihak-pihak yang berkepentingan, seperti dinas pariwisata, lingkungan hidup, dan kehutanan. Setiap dinas cenderung fokus pada tujuannya masing- masing. Akibatnya, kurang ada koordinasi yang baik dan kebijakan sering kali berjalan sendiri-sendiri. Selain itu, zonasi untuk pemanfaatan dan konservasi belum ditetapkan secara tegas yang menyebabkan tumpang tindih dalam penggunaan lahan antara kebutuhan ekonomi dan kebutuhan ekologis (Effendy, 2009).
2.6 Keberlanjutan Ekosistem Pesisir Pantai Kondang Merak
Potensi sumber daya alam yang ada di Pesisir Pantai Kondang Merak sangat mempengaruhi keberadaan ekosistem yang memiliki peran serta fungsi yang saling memiliki keterkaitan secara alami. Fungsi, daya tarik, dan manfaat yang dimiliki mangrove, terumbu karang serta lamun sangat berpotensi menjadi objek ekowisata di Pantai Kondang Merak yang menawarkan pengalaman wisata alam yang mengeksplorasi keindahan serta keunikan dari ekosistem tersebut sehingga perlu dilakukan upaya untuk menjaga dan melestarikan sumber daya tersebut.
Keberadaan ekosistem pesisir di Pantai Kondang Merak sangat penting untuk dipertimbangkan dengan baik. Hal ini menjadi keunikan tersendiri karena tidak semua pantai memiliki ekosistem yang lengkap seperti yang ada di Pantai Kondang Merak. Ekosistem pesisir yang ideal ini terdiri dari ekosistem mangrove, terumbu karang, dan padang lamun, yang masing-masing memiliki peran vital. Keunikan ekosistem ini diharapkan dapat mendukung perkembangan wisata berkelanjutan, keindahan alam tetap terjaga sambil memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal melalui kegiatan ekowisata di Pantai Kondang Merak.
Jasa ekosistem yang ada di Pesisir Pantai Kondang Merak mampu menjadi sumber kehidupan yang dibutuhkan untuk memenuhi kesejahteraan masyarakat, sehingga ekosistem ini sangat memerlukan upaya pengelolaan yang baik agar tetap dapat menyediakan kebutuhan barang dan jasa yang diperlukan masyarakat pesisir. Pengelolaan ekosistem dilakukan seoptimal
mungkin, diselaraskan dengan kerangka pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut secara terpadu dan berkelanjutan. Keterlibatan masyarakat juga perlu dilakukan secara menyeluruh mulai dari perencanaan, monitoring dan evaluasi.
Pengendalian kegiatan pemanfaatan ekosistem harus dipantau oleh masyarakat khususnya pemanfaatan eksploitatif (Rumahorbo, et al., 2020).
Keberlanjutan ekosistem pesisir Pantai Kondang Merak menjadi perhatian utama dalam menghadapi tantangan pembangunan infrastruktur dan aktivitas manusia. Ancaman-ancaman yang muncul mengharuskan kita untuk menyelidiki dengan lebih mendalam faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kerusakan ekosistem. Dengan memahami berbagai masalah yang ada, kita dapat mengembangkan pendekatan yang lebih komprehensif dalam melindungi dan memelihara keberlanjutan kawasan pesisir yang kaya akan keanekaragaman hayati ini (Firdausi, 2021).
Kawasan ekosistem pesisir di Pantai Kondang Merak yang penting seperti mangrove, terumbu karang, dan lamun, semuanya saling terkait dalam menjaga keseimbangan ekologis dan mendukung keberlanjutan sumber daya pesisir. Proyek keberlanjutan ini dapat dimulai dengan rehabilitasi ekosistem mangrove yang dalam kondisi kritis (Supriyadi, dkk., 2018). Rehabilitasi mangrove perlu dilakukan secara berkala, misalnya setiap tahun, untuk memastikan kelestariannya tetap terjaga, terutama di area yang mengalami kerusakan akibat aktivitas manusia atau perubahan iklim. Ekosistem mangrove yang sehat dapat meningkatkan produktivitas ekosistem terumbu karang dan lamun yang berada di perairan sekitar (Kusmana, 2015).
Terumbu karang di Pantai Kondang Merak juga memerlukan perhatian khusus karena fungsinya sebagai habitat ikan dan penyokong biodiversitas laut.
Kerusakan terumbu karang yang disebabkan oleh aktivitas wisata maupun perubahan lingkungan harus diatasi dengan langkah konservasi, seperti transplantasi karang dan pengaturan kawasan wisata agar tidak merusak ekosistem. Terumbu karang yang sehat tidak hanya penting untuk keseimbangan ekosistem laut, tetapi juga berperan dalam mendukung ekonomi lokal melalui kegiatan pariwisata yang berkelanjutan (Supriyadi, dkk., 2018).
Ekosistem lamun yang sering kali terabaikan memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan siklus ekosistem pesisir. Pengelolaan dan perlindungan ekosistem lamun di Pantai Kondang Merak harus dilakukan dengan optimal. Pembatasan aktivitas yang dapat merusak padang lamun, seperti kegiatan praktikum yang tidak terawasi atau wisata yang tidak ramah lingkungan, sangat penting untuk menghindari kerusakan lebih lanjut pada ekosistem lamun. Rehabilitasi dan monitoring rutin terhadap ekosistem lamun perlu diterapkan agar kerusakan yang terjadi bisa segera diperbaiki (Wahyudin, dkk., 2016).
Kerusakan ekosistem ini juga dapat dikurangi apabila ada semacam program yang dapat memberikan pemahaman kepada para wisatawan maupun mahasiswa yang datang ke Pantai Kondang Merak mengenai pentingnya menjaga ekosistem tersebut. Program ini bisa dilakukan melalui program pelatihan sebelum kegiatan praktikum dimulai, sehingga mereka lebih paham mengenai dampak yang bisa ditimbulkan dari tindakan mereka terhadap ekosistem. Kegiatan praktikum yang dilakukan oleh mahasiswa Perguruan Tinggi juga dapat dibatasi hanya beberapa kali dalam setahun atau diberi jangka waktu, karena kegiatan konservasi membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memulihkan lingkungan yang rusak (Effendy, 2009).
Penerapan sistem zonasi yang membatasi area yang bisa diakses untuk penelitian dan yang harus dilindungi juga penting untuk meminimalkan gangguan langsung pada ekosistem mangrove, terumbu karang dan lamun (Kusmana, 2015). Dengan adanya zonasi yang jelas, kegiatan praktikum bisa dilakukan di area yang lebih aman tanpa merusak area ekosistem yang sensitif.
Peraturan yang ketat terkait zonasi ini diharapkan menjadi strategi akomodatif dan proteksi yang sistematis. Penetapan zonasi wilayah pesisir menjadi wujud perencanaan teknis yang mempertimbangkan potensi dari sumber daya dan daya dukung suatu wilayah, serta kondisi ekologis yang dirajut menjadi satu ketetapan mewujudkan ekosistem pesisir yang seimbang (Satria, 2009).
Kegiatan ekowisata seperti konservasi juga perlu dikembangkan sebagai rehabilitasi ekosistem dan pengembangan pariwisata berbasis lingkungan.
Konservasi menjadi salah satu kegiatan dalam pengelolaan dan pelestarian
suatu habitat beserta ekosistemnya dalam menjaga kestabilan dan pemulihan proses ekologi yang terjadi di wilayah pesisir (Satria, 2009). Upaya konservasi yang dapat dilakukan seperti di daerah pantai lain Pesisir Malang Selatan yang mengembangkan wilayah konservasi diantaranya Konservasi Mangrove di kawasan Clungup Mangrove Conservation (CMC), Konservasi Terumbu Karang di kawasan Pantai Tiga Warna dan Konservasi Penyu di Bajulmati Sea Turtle Conservation (BSTC). Upaya ini tentunya harus menjadikan kawasan ini sebagai area konservasi, yang tidak hanya melindungi keanekaragaman hayati, tetapi juga memberikan manfaat jangka panjang bagi perekonomian masyarakat sekitar dan kelestarian lingkungan secara keseluruhan (Arkham, dkk., 2015).
Pemahaman mengenai permasalahan ekosistem yang muncul di kawasan pesisir sangat penting didiskusikan untuk merumuskan strategi pengelolaan yang efektif dan berkelanjutan. Beberapa isu permasalahan ekosistem utama perlu diidentifikasi dan ditangani untuk melindungi keanekaragaman hayati serta menjaga fungsi ekosistem yang penting bagi kehidupan manusia dan lingkungan (Satria, 2009). Pertimbangan atas keberadaan dan fungsi ekosistem dengn pengelolaan ekosistem yang baik diharapkan dapat meningkatkan kelestarian lingkungan untuk memastikan keberlanjutan objek ekowisata agar ekosistem pesisir tetap terjaga serta dapat memberikan manfaat tidak hanya bagi lingkungan, tetapi juga bagi masyarakat setempat yang bergantung pada sumber daya alam tersebut (Effendy, 2009).
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah menjelaskan pentingnya berbagai ekosistem yang ada di pesisir Pantai Kondang Merak dalam menyediakan berbagai jasa lingkungan yang sangat penting, seperti jasa penyediaan bahan pangan, perlindungan terhadap erosi, habitat bagi berbagai spesies laut, serta dukungan terhadap ekonomi masyarakat lokal melalui kegiatan perikanan dan pariwisata. Ekosistem mangrove, terumbu karang, dan lamun di pantai ini saling berkaitan dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat lokal. Berbagai ekosistem yang ada di pesisir Pantai Kondang Merak ini menghadapi tantangan serius akibat aktivitas manusia, seperti pembangunan infrastruktur, kegiatan praktikum mahasiswa yang tidak terkontrol, penebangan mangrove, eksploitasi perikanan, dan kegiatan wisata yang tidak terkelola dengan baik, telah mengancam keberlanjutan ekosistem ini. Upaya pengelolaan berkelanjutan termasuk rehabilitasi ekosistem, edukasi masyarakat, penerapan zonasi dan pengurangan aktivitas wisata dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari aktivitas manusia, menjadi kunci untuk memastikan bahwa Pantai Kondang Merak dapat terus memberikan manfaat ekologis dan ekonomi bagi generasi mendatang. Pengelolaan ekosistem pesisir yang tepat dapat terus mendukung kehidupan manusia dan menjaga keanekaragaman hayati di kawasan pesisir.
3.2 Saran
Saran dari makalah ini adalah penulis diharapkan untuk mempelajari lebih banyak sumber dan referensi yang relevan agar dapat memberikan analisis yang lebih luas dan detail tentang topik yang dibahas. Hal ini akan membantu meningkatkan kualitas tulisan akademis dan memperkaya pemahaman pembaca tentang jasa ekosistem pesisir dalam konteks yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA
Alfian, R., Triana, H., dan Riski. (2022). Evaluasi Estetika Lanskap Pada Pantai Kondang Merak, Desa Sumber Bening, Kabupaten Malang. Jurnal Buana Sains. 22 (3), 1–12.
KKP. (2018). Menko Maritim Luncurkan Data Rujukan Wilayah Kelautan Indonesia. https://kkp.go.id/brsdm/poltekkarawang/artikel/14863-menko- maritim-luncurkan-data-rujukan-wilayah-kelautan-in-donesia.
National Geographic Indonesia. (2019). Kepunahan Biodiversitas Tertinggi, Indonesia Peringkat Ke-6 - Semua Halaman - National Geographic.
https://nationalgeo-graphic.grid.id/read/131833161/kepunahan-biodiver- sitas-tertinggi-indonesia-peringkat-ke-6.
Apriana, D. S., dan Milla, D. (2017). Potensi Pemanfaatan Ekosistem Pesisir Pantai Labuhan Haji Lombok Timur Sebagai Daerah Ekowisata. Jurnal Biologi Tropis. 17 (1), 15-23.
Arkham, M. N., Adrianto, L., dan Wardiatno, Y. (2015). Studi Keterkaitan Ekosistem Lamun dan Perikanan Skala Kecil (Studi Kasus: Desa Malang Rapat dan Berakit, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau). Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. 10 (2), 137-148.
Arkham, M. N., Dita T. P., Bayu R. K., dkk. (2023). Nilai Ketersediaan Jasa Ekosistem Mangrove di Wilayah Pesisir Kota Dumai (Budget value of mangrove ecosystem services in the coastal area of Dumai City). Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis. 7(1), 10-20.
Arkham, M. N., Wahyudin, Y., Pahlevi, M.R., dkk. (2020). Jasa Penyedia Ekosistem Terumbu Karang Di Kawasan Suaka Alam Perairan Kepulauan Raja Ampat Dari Perspektif Valuasi Ekonomi. Jurnal Kelautan. 13 (3) 239–248.
Barbier, E.B., Sally D.H., Chris K., et al. (2011). The Value of Estuarine and Coastal Ecosystem Services. Ecological Monographs. 81 (2),169–93.
BKSDA Jatim. (2017). Mengembalikan Malang Selatan sebagai Habitatnya Lutung Jawa. https://bbksdajatim.org/mengembalikanmalang-selatan- sebagai-habitatnya-lutungjawa.php
Effendy, M. (2009). Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu: Solusi Pemanfaatan Ruang, Pemanfaatan Sumberdaya Dan Pemanfaatan Kapasitas Asimilasi Wilayah Pesisir Yang Optimal Dan Berkelanjutan.
Jurnal Kelautan. 2 (1), 1-6.
Firdausi, N. (2021). Ekosistem dan Ekologi. Yogyakarta: Penerbit Deepublish.
Fisher, B., Tuner, R. K., and Morling, P. (2009). Defining and Classifying Ecosystem Services for Decision Making. Ecological Economics. 68 (3) 643-653.
Indrayanti, M. D., Fahrudin, A., dan Setyobudiandi I. (2015). Penilaian Jasa Ekosistem Mangrove di Teluk Blanakan Kabupaten Subang. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 20 (2), 91-96.
Isdianto, A., Luthfi, O. M., Asadi, M. A., dkk. (2020). Pantai Kondang Merak:
Bertahan Secara Ekosistem atau Bertumbuh Secara Ekonomi. Jurnal Education and Development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan. 8 (4), 224-232.
Kusmana, C. (2015). Keanekaraman hayati (Biodiversitas) sebagai Elemen Kunci Ekosistem Kota Hijau. Jurnal Biodiversitas Indonesia. 1 (8), 1747-1755.
Liquete, C., Piroddi, P., Drakou, E. G., et al. (2013). Current Status and Future Prospects for the Assessment of Marine and Coastal Ecosystem Services:
A Systematic Review. Plos One. 8 (7), 1-15.
Luthfi, O. M, and Setianingsih, M. (2018). Application of Ethnography Method in Conservation Area Efforts by SALAM, The Conservation and Social Community Empowerment Organization, at Kondang Merak Beach, District of Malang. Economic and Social of Fisheries and Marine Journal.
6 (1), 1-13.
Mehvar, S., Tatiana F., Ali D., et al. (2018). Quantifying Economic Value of Coastal Ecosystem Services: A Review. Journal of Marine Science and Engineering. 6 (5), 1-18
Rumahorbo, B. T., Hamuna, B. and Keiluhu, H. J. (2020). An Assessment of The Coastal Ecosystem Services of Jayapura City, Papua Province, Indonesia.
Environmental and Socio-economic Studies. 8 (2), 45-53.
Satria, D. (2009). Strategi Pengembangan Ekowisata Berbasis Ekonomi Lokal Dalam Rangka Program Pengentasan Kemiskinan di Wilayah Kabupaten Malang. Journal of Indonesian Applied Economics. 3 (1), 37-47.
Subagiyo, A., Permata,W. W., Maulidatuz, D. Z. (2017). Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Malang: Brawijaya Press.
Supriyadi, I. H., Cappenberg, H. A., dan Souhuka, J., dkk. (2018). Kondisi Terumbu Karang, Lamun Dan Mangrove Di Suaka Alam Perairan Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 23 (4), 241-252.
Wahyudin, Y., Kusomastanto, T., dan Adriyanto, L., dkk. (2016). Jasa Ekosistem Lamun Bagi Kesejahteraan Manusia. Jurnal Omni-Akuatik. 12 (3). 29-46.