• Tidak ada hasil yang ditemukan

pola komunikasi antara pengasuh dan anak asuh dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "pola komunikasi antara pengasuh dan anak asuh dalam"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

POLA KOMUNIKASI ANTARA PENGASUH DAN ANAK ASUH DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN HAFALAN AL-QUR'AN DI PONDOK

YATIM DAN DHU’AFA YAYASAN AMAL SHOLEH SEJAHTERA NEROKTOG TANGERANG KOTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)

Disusun oleh :

Taufiq Hidayatullah NIM: 1113051000196

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1439M / 2017 H

(2)

POLA KOMUNIKASI ANTARA PENGASUH DAN ANAK ASUH DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN HAFALAN AL-QUR'AN DI PONDOK

YATIM DAN DHU’AFA YAYASAN AMAL SHOLEH SEJAHTERA NEROKTOG TANGERANG KOTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)

oleh :

Taufiq Hidayatullah NIM: 1113051000196

Di Bawah Bimbingan, Pembimbing

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1439M / 2017H

(3)
(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa dalam penulisan skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 11 September 2017

Taufiq Hidayatullah

(5)

i ABSTRAK Nama : Taufiq Hidayatullah

NIM : 1113051000196

Pola Komunikasi Antara Pengasuh Dan Anak Asuh Dalam Pembinaan Kedisiplinan Hafalan Al–Qur'an Di Pondok Yatim Dan Dhu’afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota.

Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera sebuah lembaga non profit yang bergerak pada lingkup sosial keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas dakwah. Keterkaitan bagaimana pola komunikasi yang pengasuh lakukan terhadap anak asuh dalam pembinaan kedisiplinan hafalan Al-Qur‘an. dalam hal tersebut, pola komunikasi pengasuh kepada anak asuh merupakan faktor penting yang mendukung pembinaan kedisiplinan anak asuh dalam menghafal Al-Qur‘an.

Untuk mengetahui pola komunikasi yang digunakan oleh pengasuh dan anak asuh dalam pembinaan kedisiplinan hafalan Al-Qur‘an, maka penulis memaparkan dengan pertanyaan, bagaimana pola komunikasi yang digunakan pengasuh terhadap anak asuh? Apa saja faktor penghambat dan pendukung pola komunikasi antara pengasuh dan anak asuh?

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pola komunikasi Josep A. Devito dalam buku ―komunikasi antarmanusia‖ yang mengatakan bahwa ada lima jenis pola komunikasi yaitu pola lingkaran adalah pola yang tidak memiliki pemimpin, semua anggota posisinya sama, pola rantai adalah pola yang hubungan komunikasi garis langsung baik ke atas maupun ke bawah tanpa terjadinya suatu penyimpangan, pola roda adalah pola yang mengarahkan seluruh informasi kepada individu yang menduduki posisi sentral, pola bintang adalah semua anggotanya berkomunikasi dengan semua anggota, sedangkan pola y relatif kurang tersentralisasi di banding dengan struktur roda.

Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif yaitu menggambarkan sesuatu sesuai dengan fakta yang ada, dengan menggunakan pengamatan langsung yang dilanjutkan dengan wawancara kepada narasumber dan kemudian menggunakan dokumentasi sebagai pelengkap dalam penyusunan penelitian ini. Setelah semua data yang dibutuhkan telah terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menyusun data secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian dalam melakukan analisa data.

Maka hasil yang diperoleh penulis dalam penelitian ini adalah bahwa dalam proses pembinaan kedisiplinan hafalan Al-Qur‘an para pengasuh menggunakan pola roda dan bintang. Kemudian bentuk komunikasi yang digunakan pengasuh adalah komunikasi intrapribadi, antar pribadi dan kelompok.

Metode hafalan serta pendukung dan penghambat dalam metode Bin-Nazhar, Tahfidzh, Talaqqi, Takrir dan Tasmi‟. Terbukti adanya komunikasi yang terjadi secara dua arah dan efek yang mengarahkan anak asuh untuk menghafal Al- Qur‘an dengan rajin dan disiplin.

Kata kunci: pola komunikasi, shering, faktor, komuikasi, dokumentasi

(6)

ii

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillahirobbil „Alamin. Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya yang tiada henti, serta shalawat beriringkan salam dipanjatkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ― Pola Komunikasi Antara Pengasuh Dan Anak Asuh Dalam Pembinaan Kedisiplinan Hafalan Al-Qur'an Di Pondok Yatim Dan Dhu’afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota .

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis telah melalui lika-liku, serta pasang-surut yang membuat penulisan skripsi ini tertunda. Namun penulis mendapatkan banyak bantuan baik berupa materil maupun moril, ide, tenaga, serta dorongan semangat hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Atas selesainya tulisan ini, terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Arief Subhan, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Roudhonah, M.A., selaku Wakil Dekan II bidang Administrasi Umum, Dr. Suhaimi, M.Si. selaku Wakil Dekan II bidang Kemahasiswaan.

2. Drs. Masran, M.A. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, serta Fita Faturrokhmah, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Burhanuddin, Lc, M.A., selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis dalam penyusun skripsi ini.

(7)

iii

4. Nasichah, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing Akademik KPI E angkatan 2013 yang telah memberi masukan dan dukungan dalam pembuatan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan beragam ilmu dan pengalaman kepada penulis selama perkuliahan.

6. Untuk Orang tua terhebat Ayahanda Mustofa dan Ibunda Wasti yang selalu mendoakan dan memberikan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta adikku Halimah Nurhayati yang sudah mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Eko Riyanto selaku General Manajer Pondok Yatim dan Dhu‘afa yang telah memberikan izin kepada penulis, sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan. Bapak Abdul Mutholib selaku Pengasuh sekaligus Kepala Asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa Nertoktog Tangerang Kota dan staff yang lainnya yang telah banyak membantu dalam proses penelitian.

8. Penggerak di belakang layar terutama Santika Oktaviani Fajrin, kemudian Musfiah, Aida Nuraida, Ihat Solihat, dan Wiwi, yang telah memberikan semangat, masukan, serta doa. Terimakasih telah meluangkan waktunya dan telah menjadi tempat penulis berkeluh-kesah selama pasang surut penyusunan skripsi ini.

9. Pejuang skripsi sepembimbingan: Lyanti Maeda dan Anis Nurfitriani tempat sharing sesama pembimbing, yang selalu berbagi pengalaman dalam penelitian masing-masing.

(8)

iv

10. Teman-teman seperjuangan KPI 2013, terutama KPI E 2013: Qia, Ruli, Rizki Jamaludin, Winda, Farah Diba, Jauharudin, M abdul Aziz, April, Inggi, Khoirunnisa, Wildian, Nurul Hidayat, Nita Marli, Aditya Agung dan semua teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terima kasih telah mewarnai masa- masa perkuliahan penulis.

11. Alumni dan Adik-Adik MA Annida Al-Islamy yang hingga kini terus memberikan dorongan serta semangat untuk tercapainya gelar sarjana.

12. Kelompok KKN DANDELION 2016 keluarga baru penulis yang telah memberi warna pada akhir masa perkuliahan

Demikian ucapan terima kasih yang dapat penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu mulai dari awal penulisan hingga skripsi ini dapat terselesaikan, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka semua dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan seluruh pihak yang membaca.

Jakarta, 14 September 2017

Taufiq Hidyatullah

(9)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Dan Rumusan Masalah ... 4

1. Batasan Masalah ... 4

2. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

1. Manfaat Akademis ... 6

2. Manfaat Praktis ... 6

E. Kerangka Konsep ... 7

F. Metodologi Penelitian ... 8

1. Subjek dan Objek Penelitian ... 8

2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 9

3. Tahapan Penelitian ... 9

4. Tinjauan Pustaka ... 12

G. Sistematika Penelitian ... 15

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 17

A. Pola Komunikasi ... 17

1. Pengertian Pola ... 17

2. Pengertian Komunikasi ... 18

(10)

vi

3. Unsur-unsur Komunikasi ... 22

4. Bentuk-bentuk Komunikasi... 26

5. Jenis-Jenis Pola Komunikasi ... 30

B. Pembinaan Kedisiplinan ... 34

1. Pengertian Pembinaan ... 34

2. Kedisiplinan ... 35

C. Metode Menghafal Al-Qur‘an ... 37

D. Menghafal Al-Qur‘an ... 39

1. Pengertian Menghafal ... 39

2. Pengertian Al-Qur‘an ... 40

3. Keistimewaan Al-Qur‘an ... 41

4. Fungsi Al-Quran ... 43

BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK YATIM DAN DHU’AFA YAYASAN AMAL SHOLEH SEJAHTERA (PYD-YASS) ... 48

A. Sejarah Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera (PYD-YASS) ... 48

B. Struktur Dan Visi dan Misi Pondok Yatim dan Dhu‘afa ... 52

1. Struktur Pondok Yatim dan Dhu‘afa ... 52

2. Visi dan Misi Pondok Yatim dan Dhu‘afa ... 52

C. Lokasi Asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa ... 53

D. Program dan Fasilitas Pondok Yatim dan Dhu‘afa ... 54

1. Program Pondok Yatim dan Dhu‘afa ... 54

2. Fasilitas Pondok Yatim dan Dhu‘afa ... 57

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA ... 59

A. Pola Komunikasi Antara Pengasuh Dan Anak Asuh Dalam Pembinaan Kedisiplinan Mengahafal Al-Qur‘an ... 59

1. Pola Roda ... 61

2. Pola Bintang ... 64

(11)

vii

B. Metode Dalam Pembinaan Kedisiplinan Hafalan Al-Qur‘an di Pondok

Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang ... 66

1. Pola komunikasi dalam metode Bin-Nazhar ... 67

2. Pola komunikasi dalam metode Tahfidz... 68

3. Pola komunikasi dalam metode Talaqqi ... 69

4. Pola komunikasi dalam metode Takrir ... 70

5. Pola komunikasi dalam metode Tasmi‟ ... 71

C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pembinaan Kedisiplinan Hafalan Al-Qur'an di Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota. ... 72

1. Metode Bin-Nazhar ... 72

2. Metode Tahfidz ... 73

3. Metode Talaqqi ... 74

4. Metode Takrir ... 74

5. Metode Tasmi‟... 75

BAB V PENUTUP ... 77

A. Kesimpulan ... 77

1) Metode Bin-Nazhar ... 78

2) Metode Tahfidz ... 78

3) Metode Talaqqi ... 78

4) Metode Takrir ... 78

5) Metode Tasmi‟... 78

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

LAMPIRAN – LAMPIRAN ... 82

(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Lokasi Asrama ... 53

Tabel 3.2 Fasilitas Asrama ... 57

Tabel 4.1 Pola Komunikasi ... 61

Tabel 4.2 Metode Hafalan ... 66

(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Konsep ... 7

Gambar 2.1 Pola Lingkaran ... 31

Gambar 2.2 Pola Roda ... 32

Gambar 2.3 Pola Rantai ... 32

Gambar 2.4 Pola Bintang ... 33

Gambar 2.5 Pola Y ... 34

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PYD ... 52

Gambar 4.1 Pola Roda pada PYD YASS ... 63

Gambar 4.2 Pola Bintang pada PYD YASS ... 64

(14)
(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan kebutuhan setiap umat manusia dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari, bahkan hampir tidak mungkin seseorang tidak berkomunikasi dengan orang lain. Tanpa berkomunikasi manusia tidak akan bisa menjalankan fugsinya sebagai pembawa amanah dari Allah di muka bumi (khalifah).

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, makin luas pergaulan maka makin besar fungsi, peranan dan tanggung jawab sosial seseorang. Makin banyak ia terlibat dalam proses komunikasi, maka akan berpengaruh pula terhadap diri dan tingkah lakunya, karena komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian dan penerima pesan yang mengandug arti atau makna antara komunikator dan komunikannya dengan tujuan mewujudkan kesamaan makna dan kebersamaan.1

Yayasan merupakan sebuah organisasi atau badan hukum yang memiliki tujuan dan maksud yang dimana tujuan tersebut bersifat sosial, keagamaan dan kemanusia. Peran komunikasi sangat dibutuhkan dalam perkembangan sebuah yayasan, karena didalamnya melibatkan banyak orang dan bebagai pihak, salah satunya adalah pengasuh. Maka dari itu, peran komunikasi sangat dibutuhkan dalam perkembangan sebuah yayasan.

1 Rudhonah, Ilmu Komunikasi,(Jakarta: Atma Kencana Publishing, Cetakan 1, 2013), h.2.

(16)

Apa lagi sekarang, perkembangan yayasan di Indonesia semakin pesat, baik di kota-kota besar maupun di daerah lainnya. Karena yayasan di naungi hukum dari pemerintah berupa undang-undang. Masyarakat semakin yakin dan merasa terjamin untuk mendirikan sebuah yayasan. Maka penulis meneliti salah satu yayasan yang menaungi anak-anak yatim dan dhu'afa. karena Allah swt sudah memerintahkan dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah (2) ayat 220 :

ٍِف اََُُّۡذن ٱ َو ِةَشِخٓ ۡلۡ ٱ ۡسَََو

ٍَِن َ ََىُه َ ًًََََٰٰتَُۡن ٱ

ٞشَُۡخ ۡىُهَّن ٞح َلَ ۡصِإ ۡمُق

َو ۡۚۡىُكَُ ََٰى ۡخِئَف ۡىُهىُطِناَخُت ٌِإَو َُّللّ ٱ

ُىَه ۡعََ

َذِسۡفًُۡن ٱ ٍَِي

ِۡۚخِه ۡصًُۡن ٱ ۡىَنَو

َءٓاَش َُّللّ ٱ ٌَِّإ ۡۚۡىُكَتَُ ۡنَ َلۡ

ََّللّ ٱ ٞىُِكَد ٌزَِزَن ٢٢٢

Artinya :“tentang dunia dan akhirat. Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu;

dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah[2]: 220)

Al-Qur'an menjelaskan tentang bagaimana kita, umat islam memerlakukan dengan baik anak yatim dengan sebaik-baiknya. Masuk surga adalah kesuksesan paling tinggi yang diraih oleh orang-orang yang beriman.

Penulis memilih Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera karena yayasan tersebut merupakan lembaga non profit yang bergerak pada lingkup sosial keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan itensitas dakwah ke masyarakat pada umumnya dan secara khusus dapat membantu anggota masyarakat baik yang kurang mampu ataupun yang terkena musibah.

Pondok Yatim dan Dhu‘afa merupakan model pondok yatim yang anak asuhnya bersekolah di luar dan sepulang sekolah melaksanakan kegiatan di asrama, salah

(17)

satu kegiatannya adalah hafalan AlQur‘an. Pondok Yatim dan Dhu‘afa sudah memiliki beberapa asrama yaitu, di daerah Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Tangerang Selatan Dan Tangerang Kota. Dari masing-masing asrama memiliki kepala asrama yang ditugaskan sebagai pengasuh dan pembina di asrama.

Alasan penulis meneliti pola komunikasi di Pondok Yatim dan Dhu‘afa karena penulis melihat pada asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa cabang Neroktog, Tangerang Kota, hanya terdapat seorang pengasuh dan seorang asisten pengasuh dan memiliki sepuluh anak asuh di asrama. Ketika salah satu anak asuh sedang menyetorkan hafalannya kepada pengasuh, anak asuh yang lainnya hanya menunggu saja. Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera memiliki beberapa program-program, salah satu program yang ada adalah tahfidz Al-Qur‘an atau menghafal Al-Qur‘an. Hal tersebut membuat penulis tertarik meneliti pola komunikasi apa yang pengasuh gunakan dalam membina anak asuh yang berusia 8 sampai dengan 12 tahun dalam menghafal Al-Qur‘an.2

Komunikasi akan berhasil dan berjalan dengan baik, apabila pesan yang disampaikan oleh pengasuh kepada anak asuh dapat diterima dan dapat dipahami dengan baik. Dengan demikian pengasuh dapat mempengaruhi anak asuh. Hal ini yang membuat pola komunikasi sebagai penunjang dan penentu dari keberhasilan sebuah komunikasi dapat berjalan dengan baik.

Hafal dalam Kamus Bahasa Indonesia diartikan ―telah masuk diingatan, dan dapat mengucapkan di luar kepala‖, sedangkan hafalan dalam Kamus Bahasa Indoesia ialah ―sesuatu yang dihafalkan‖. 3

2 Observasi peneliti ke ―Asrama Neroktog Tangerang Kota‖ pada kamis, 20 Juli 2017

3 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta, Pusat Bahasa, 2008), h.513

(18)

Pondok Yatim dan Dhu‘afa, membuat kegiatan menghafal Al-Qur‘an, dengan tujuan agar anak asuh yang mereka bina menjadi anak yang berprilaku sesuai dengan Al-Qur‘an dan semakin mendekatkan diri kepada Allah. dengan harapan bisa menyebarkan Al-Qur‘an kepada masyarakat luas, ketika mereka dewasa nanti. Kegiatan menghafal ini sudah jelas diperintahkan dalam Al-Qur‘an surat Al-Qamar(54) ayat 22, yaitu :

ۡذَقَنَو اََ ۡشَّسََ

ٌَاَء ۡشُقۡن ٱ ٖشِكَّذُّي ٍِي ۡمَهَف ِش ۡكِّزهِن

٢٢

Artinya : “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran.” (Qs. Al-Qamar[54]: 22) Selaras dengan latar belakang di atas dan mengingatkan pentingnya bagaimana sebuah lembaga pendidikan serta pembinaan anak yatim dan dhu‘afa yang profesional dan amanah sehingga diperlukan suatu cara untuk memberikan atmosfir yang dapat menciptakan generasi mandiri yang quraniyah dan memiliki akhlakul karimah. Maka dari itu, penulis memutuskan untuk meneliti lebih mendalam tentang pola komunikasi pengasuh dan anak asuh, dengan mengambil judul yaitu: Pola Komunikasi Antara Pengasuh Dan Anak Asuh Dalam Pembinaan Kedisiplinan Hafalan Al-Qur'an Di Pondok Yatim Dan Dhu’afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota.

B. Batasan Dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Berdasarakan latar belakang diatas. Maka penulis membatasi permasalahan ini hanya pada jenis-jenis pola komunikasi antara pengasuh dan anak asuh dalam pembinaan kedisiplinan hafalan Al-Qur'an di Pondok

(19)

Yatim dan Dhu'afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota.

2. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas yang telah dikemukakan, maka dengan ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

Bagaimana pola komunikasi antara pengasuh dan anak asuh dalam pembinaan kedisiplinan hafalan Al-qur'an di Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota ?

Berdasarkan masalah diatas maka yang menjadi pertanyaan turunan adalah sebagai berikut :

1. Pola Komunikasi apa saja yang digunakan dalam pembinaan kedisiplinan hafalan Al-qur'an di Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota?

2. Metode apa saja yang digunakan pengasuh dalam pembinaan kedisiplinan hafalan Al-qur'an di Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota?

3. Faktor pendukung dan penghambat dalam metode hafalan pembinaan kedisiplinan hafalan Al-qur'an di Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah :

1. Untuk mengetahui pola komunikasi apa saja yang digunakan pengasuh dalam pembinaan kedisiplinan hafalan al-qur'an anak asuh di Pondok

(20)

Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota.

2. Untuk mengetahui metode menghafal Al-Qur‘an diterapkan dalam pembinaan kedisiplinan hafalan Al-qur'an di Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota.

3. Untuk mengetahui Faktor pendukung dan penghambat dalam metode hafalan pembinaan kedisiplinan hafalan Al-qur'an di Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota.

D. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat : 1. Manfaat Akademis

Diharapkan penelitian ini dapat memperkaya dan mengembangkan jenis pola komunikasi, bentuk komunikasi dan metode hafalan Al-Qur‘an.

pola komunikasi di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Dengan adanya penulisan skripsi ini diharapkan dapat menambah referensi atau perbandingan bagi studi Ilmu Komunikasi.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi akademisi dan masyarakat luas mengenai pola komunikasi pengasuh dalam pembinaan kedisiplinan kegiatan anak asuh di Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota.

(21)

E. Kerangka Konsep

Adapun kerangka pemikiran yang digunakan penulis dalam merumuskan masalah ini adalah sebagai berikut :

Gambar 1.1 Kerangka Konsep

Dalam pola komunikasi yang pengasuh terapkan dalam pembinaan kedisiplinan hafalan Al-Qur‘an di Pondok Yatim dan Dhu‘afa terdapat beberapa unsur antara lain : bentuk-bentuk komunikasi, jenis pola komunikasi dan metode hafalan Al-Qur‘an. Bentuk komunikasi yang pengasuh terapkan adalah komunikasi intrapribadi, antarpribadi dan keompok.4 Kemudian jenis pola komunikasi yang digunakan pengasuh

4 Onung Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Cintra Aditya Bakti, 2003),

Pola Komunikasi

Bentuk Komunikasi 1. Komunikasi Intrapribadi 2. Komunikasi Antarpriadi 3. Komunikasi Kelompok

Jenis Pola Komunikasi 1. Pola Roda 2. Pola Bintang

Metode Hafalan Al-Qur'an 1. Bin-nazhar 2. Tahfizdh 3. Talaqqi 4. Takrir 5. Tasmi' Pengasuh

dan Anak Asuh

(22)

dalam pembinaan hafalan Al-Qur‘an adalaha pola roda dan bintang.5 Dilengkapi dengan metode menghafal Al-Qur‘an yang terdiri dari : Bin- nazhar, Tahfizdh, Talaqqi, Takrir dan Tasmi.6

F. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Paradigma Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif dan tertulis degan informasi dari orang yang menghasilkan hipotesis dari penelitian lapangan.7

Dengan menggunakan metodologi kualitatif deskriptif penulis berusaha melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. Ciri lain dalam metodologi kualitatif deskriptif ialah titik berat pada observasi dan suasana alamiah (naturalistic setting). Penulis bertindak sebagai pengamat. Penulis hanya membantu kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku observasinya. Dengan suasana alamiah yang dimaksudkan bahwa penulis terjun kelapangan.8

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah 12 0rang, antara lain : seorang pengasuh, asisten pengasuh dan sepuluh anak asuh di Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota. Penulis melakukan penelitian dengan menggunakan sudut pandang orang-orang

5 Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, Penerjemah Agus Maulana, (Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group, 2011), Edisi ke-5,

6 Sa‘dulloh, 9 Cara Peraktis Menghafal Al-Qur‟an, (Jakarta:Gema Insani, 2008),

7 Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2005), h.15.

8 Jalaludin Rachmat, Metode Peneltian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2005), h.22 dan 25.

(23)

yang menjadi sumber data primer penelitian ini, melalui interaksi dengan subjek penelitian terjadi secara alamiah dan tidak memaksa, sehingga tindakan dan cara pandang subjek tidak berubah.

Informan yang penulis gunakan yaitu, orang-orang yang memiliki keterkaitan dengan penelitian penulis. Adapun yang menjadi informan adalah kepada seorang pengasuh, asisten pengasuh dan sepuluh anak asuh di Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah pola komunikasi terhadap pembinaan kedisiplinan hafalan Al-Qur‘an di Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera. Dalam wawancara mendalam peran informan tetap menjadi sentral, walaupun kadang informan berganti-ganti. Penentuan informan dilakukan secara purposive yaitu menggunakan subjek penelitian yang sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian.9

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera (PYD YASS), yang beralamat Jl. Hasyim Ashari No. 25 neroktog-Pinang, tangerang tlp 0857-7281-3581. Adapun waktu penelitian berlangsung, sejak 16 Juli s/d 16 Agustus 2017.

4. Tahapan Penelitian

Prosedur penelitian sebagai berikut: teknik pengumpulan data a. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis pakai adalah tekhnik pengumpulan data kualitatif. Pengumpulan data kualitatif berupa

9 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial lainnya (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007),Hal.108.

(24)

pengumpulan data dalam bentuk kalimat, kata dan gambar.

Pelaksanaan teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan : 1) Observasi, merupakan metode pertama yang digunakan dalam

melakukan penelitian ini. Teknik observasi atau pengamatan yang penulis gunakan adalah bersifat langsung dengan mengamati objek yang di teliti,10 yakni bagaimana pola komunikasi pengasuh dalam pembinaan kedisiplinan kegiatan anak asuh di Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota.

2) Wawancara, merupakan alat pengumpulan data yang sangat penting dalam penelitian komunikasi kualitatif yang melibatkan manusia sebagai subjek (pelaku, aktor) sehubungan dengan realitas atau gejala yang dipilih untuk diteliti.11 Adapun yang menjadi informan adalah pengasuh dan anak asuh, yang menjadi sampel untuk memperoleh informasi mengenai pola komunikasi pengasuh dalam menerapkan kedisiplinan kegiatan anak asuh di Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota. Wawancara akan dilakukan degan menggunakan pedoman wawancara agar setiap pertanyaan terarah. Adapun pertanyaan dalam wawancara yang dilakukan yaitu terkait dengan pola komunikasi yang dilakukan antara

10 Jalaludin Rachmat, Metode Peneltian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2005), h.25.

11 Pawito, Ph.D, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: PT. Lkis Pelangi Aksara, 2007), h.132.

(25)

pengasuh dan anak asuh, termasuk didalamnya tentang bentuk dan media komunikasi dan hambatan yang dialami.

3) Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data melalui kumpulan dokumen-dokumen untuk memperkuat informasi. Dokumentasi ini dapat dialakukan untuk mencari data mengenai permasalahan yang diteliti dan berbagai macam dokumen seperti arsip, brosur, dan buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

b. Pengolahan Data

Dalam menyederhanakan data yang dikumpulkan tidak dalam grafik melainkan menggunakan tabel dan bagan mengenai pola komunikasi antara pengasuh dan anak asuh, bentuk-bentuk komunikasi yang pengasuh terapkan terhadap anak asuh, serta metode yang pengasuh gunaka dalam pembinaan menghafal Al-Qur‘an.

Terdapat empat tabel dan sembilan bagan dalam penelitian ini. Dan penulisan skripsi berdasarkan Pedoman Ceqda.

c. Teknis Analisis Data

Temuan ditafsirkan dan dianalisa berdasarkan kerangka konsep (lihat pada halaman tujuh) penelitian menggunakan metode deskriftif analisis yaitu penelitian menganalisis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan dari lapangan dan buku–buku dengan cara menggambarkan dan menjelaskan ke dalam bentuk kalimat yang disertai kutipan-kutipan data.12 Alasan penulis memilih teknik analisis data secara kualitatif adalah demi memudahkan proses. Data-data

12 Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, Rosdakarya, 2007), h.6.

(26)

yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian adalah data tulisan dan lisan bukan data nominal yang menunjukkan angka.

Teknik analisis data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Tahap pertama adalah reduksi data, penulis mencoba memilih data yang relevan dan mengoganisasikan data sedemikian rupa sehingga akhirnya data yang terkumpul dapat di verifikasi.

Dalam penelitian ini penulis membuat transkip, membuat kata kunci untuk setiap pertanyaan, dengan pola komunikasi antara pengasuh dan anak asuh.

2) Tahap kedua adalah penyajian data, setelah data mengenai pola komunikasi antara pengasuh dan anak asuh diperoleh, maka data tersebut dan disajikan daa bentuk narasi, visual gambar, tabel dan sebagainya. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah dipahami.

3) Tahap ketiga adalah penyimpulan atas apa yang disajikan.

5. Tinjauan Pustaka

Penulis sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian tentang pola komunikasi telah dilakukan oleh mahasiswa UIN Syarif Hidaytullah Jakarta, terutama mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi:

Faisal Akbar menemukan bahwa pola komunikasi yang digunakan guru agama dalam pembinaan akhlak siswa SDS Jakarta Islamic School Joglo Jakarta Barat adalah pola komunikasi bintang, karena dalam proses tersebut dapat menimbulkan feedback, agar dapat mengetahui apakah

(27)

komunikasi dapat diterima dengan baik atau tidak. Adapun perbedaan skripsi yang ditulis Faisal Akbar dan penulis ialah tentu saja terletak pada subjek penelitiannya yaitu subjek penelitian yang penulis tulis adalah Antara Pengasuh dan Anak Asuh di Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahter Neroktog Tangerang Kota. Sedangkan yang menjadi persamaannya ialah terletak pada objek, teori, kemudian metodologi penelitiannya, yaitu objeknya ialah pola komunikasi, teorinya adalah lima jenis pola komunikasi menurut Joseph A. Davito, sedangkan metodologinya menggunakan pendekatan kualitatif.13

Surya Wiratama menullis menemukan bahwa pola komunikasi yang digunakan pembimbing agama terhadap warga binaan dalam pembinaan akhlak di rumah tahanan salemba jakarta pusat adalah pola komunikasi antarpribadi dan pola komunikasi kelompok kecil, karena dalam proses komunikasi ini komunikator mengetahui dengan pasti apakah pesan-pesan yang dia kirimkan itu diterima atau ditolak, berdampak positif atau negatif.

Adapun perbedaan skripsi yang ditulis Surya Wiratama dan penulis ialah terletak pada teori dan subjek penelitiannya yaitu teori dan subjek penelitian yang peneliti tulis adalah lima pola komunikasi yang ditulis Joseph A.

Devito, yaitu komunikasi pola lingkaran, pola roda, pola rantai, pola bintang dan pola Y. Sedangkan subjeknya adalah Antara Pengasuh dan Anak Asuh di Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahter Neroktog Tangerang Kota. Sedangkan yang menjadi persamaannya ialah terletak pada

13 Faisal Akbar, Pola Komunikasi Guru Dalam Pembinaan Akhlak Siswa SDS Jakarta Islamic School Joglo Jakarta Barat, KPI, UIN Jakarta, 2016

(28)

objek serta metodologi penelitiannya, yaitu objeknya ialah pola komunikasi sedangkan metodologinya menggunakan pendekatan kualitatif.14

Aulia Pratiwi menemuksn bahwa pola komunikasi Antara Guru Dan Orang tua Murid Di Sekolah Dasar Fajar Islami Tangerang adalah pola komunikasi antarpribadi dan pola komunikasi kelompok kecil, karena dalam proses komunikasi ini komunikator mengetahui dengan pasti apakah pesan- pesan yang dia kirimkan itu diterima atau ditolak, berdampak positif atau negatif. Dari hasil pengamatan pada skripsi yang ditulis oleh Aulia Pratiwi ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang sebelumnya yaitu perbedaannya ialah terletak pada subjek dan teorinya. Sedangkan persamaannya terdapat pada objek dan metodologi penelitiannya.15

Tri Wibowo menemukan bahwa pola komunikasi antara pengasuh dan santri dalam menjalankan kedisiplinan shalat dhua di yayasan pendidikan islam pondok pesantren modern alfa sanah cisauk – tangerang adalah pola bintang., karena komunikasi dua arah menjadi efektif ketika pesan yang disampaikan komunikator mendapat feedback dari komunikan. Adapun perbedaan skripsi yang ditulis Tri Wibowo dan penulis yaitu subjek penelitian yang peneliti tulis adalah Antara Pengasuh dan Anak Asuh di Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahter Neroktog Tangerang Kota. Sedangkan yang menjadi persamaannya ialah terletak pada objek, teori, kemudian metodologi penelitiannya, yaitu objeknya ialah pola

14 Surya Wiratama, Pola Komunikasi Pembimbing Agama Dan Warga Binaan Dalam Pembinaan Akhlak Di Rumah Tahanan Salemba Jakarta Pusat, KPI, UIN Jakarta, 2016

15 Aulia Pratiwi, Pola Komunikasi Antara Guru Dan Orang tua Murid Di Sekolah Dasar Fajar Islami Tangerang, KPI, UIN Jakarta, 2013

(29)

komunikasi, teorinya adalah lima jenis pola komunikasi menurut Joseph A.

Davito, sedangkan metodologinya menggunakan pendekatan kualitatif.16 G. Sistematika Penelitian

Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa BAB dan memiliki beberapa Sub Bab, yaitu:

BAB I : Pendahuluan, dalam bab ini dibahas terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, kerangka konsep dan sistematika penulisan.

BAB II :Kajian Teoritis, Yang Meliputi, Pola Komunikasi:

Pengertian Pola, Pengertian Komunikasi, Unsur-Unsur Komunikasi, Bentuk-Bentuk Pola Komunikasi, Jenis-Jenis Pola Komunikasi, Pembinaan Kedisiplinan: Pengertian Pembinaan, Kedisiplinan. Metode Menghafal Al-Qur‘an.

Hafalan Al-Qur'an: Pengertian Menghafal, Pengertian Al- Qur‘an, Keistimewaan Al-Qur‘an, Fungsi Al-Qur‘an

BAB III : Gambaran Umum. Pondok Yatim dan Dhu'afa Yayasn Amal Sholeh Sejahtera: Sejarah Pondok Yatim Dan Dhua'afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera (PYD-YASS):

Visi Dan Misi, Struktur Organisasi, Lokasi Asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa, Program dan Fasilitas Pondok Yatim

16https://scholar.google.co.id/scholar?start=0&q=related:hwvWoB1mXhAJ:scholar.googl e.com/&hl=id&as_sdt=0,5, diakses pada hari senin, 30 Oktober 2017, pukul 16.00.

(30)

Dan Dhua'afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera (PYD- YASS).

BAB IV : Temuan Dan Analisis. Menjelaskan, pola komunikasi antara pengasuh dan anak anak asuh dalam pembinaan kedisiplinan hafalan al-qur'an di Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota. Metode dalam pembinaan kedisiplinan hafalan Al-Qur‘an di Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera. Faktor penghambat dan pendukung pola komunikasi anatara pengasuh dan anak asuh dalam pembinaan kedisiplinan hafalan al-qur'an di Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota.

BAB V : Penutup. Yang berisi Kesimpulan dan Saran.

(31)

17 BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Pola Komunikasi 1. Pengertian Pola

Pola komunikasi merupakan serangkaian dari dua buah kata yang memiliki keterkaitan makna, di mana makna diantara satu dengan makna yang lainnya saling mendukung satu sama lain.

Sebelum membahas tentang pola komunikasi perlu diketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan pola dan komunikasi. Kata ―Pola‖ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa pola memiliki arti yakni:

―bentuk atau system, cara atau struktur yang tepat, dimana pola dapat dikatakan contoh dan cetakan‖.1 Sedangkan kata ―Pola‖ yang terdapat didalam Kamus Ilmiah Popular memeiliki arti yaitu: ―model, contoh atau pedoman (rancangan)‖.2

Berdasarkan pengertian pola di atas maka penulis dapat menarik kesimpulan, bahwa pola adalah gambaran, bentuk, rancangan suatu komunikasi yang dapat dilihat dari jumlah komunikannya. Pada pembahasan ini, pola juga dapat diartikan sebagai bentuk atau cara, karena keterkaitannya dengan kata yang dirangkulnya (komunikasi).

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h.885

2 Puis A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h. 605

(32)

2. Pengertian Komunikasi

Dalam Kamus Besar Ilmiah Populer kata ―komunikasi‖ dapat diartikan sebagai ―pengeriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.‖3

Adapun Menurut Oneng Uchjana Effendy, makna kata ―komunikasi‖

dapat dilihat dari dua sudut pandang. Dilihat dari sudut bahasa (etimologi) komunikasi yaitu ―komunikasi peryataan dinamakan pesan (message), orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communikator) sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan (communicatee).‖4 Sedangkan sudut pandag yang kedua yaitu secara istilah atau terminologi. Kata ―komunikasi‖ berasal dari bahasa inggris yaitu communication yang bersumber dari bahasa latin yaitu communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna.5

Dalam bahsa Arab, komunikasi sering menggunakan istilah tawashul dan ittishal. Sebagai contoh, Dr. Halah Abdul ‗Al al-Jamal ketika menulis tentang seni komunikasi dalam Islam beliau memberi judul bukunya dengan Fann al-tawashul fi al-Islam (Seni Komunikasi Dalam Islam). Kata Ittishal di antaranya digunakan oleh Awadh al-Qarni dalam bukunya Hatta la Takuna Kallan (supaya anda tidak menjadi beban orang lain). Ketika mendefinisikan tetang komunikasi, Awadh mengatakan bahwa komunikasi

3 Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cetakan I, 2012), h.327

4 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Cintra Aditya Bakti, 2003), h.28

5 Onong Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasii, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007), h. 32

(33)

(ittishal) adalah melakukan cara yang terbaik dan menggunakan sarana yang terbaik untuk memindahkan informasi, makna, rasa dan pendapat kepada pihak lain dan mempengaruhi pendapat mereka, serta menyakinkan mereka dengan apa yang kita inginkan apakah dengan menggunakan bahasa atau dengan yang lainnya. Ketika merujuk kepada kata dasar ―washala” yang artinya sampai, tawashul artinya adalah proses yang dilakukan oleh dua pihak untuk saling bertukar informasi sehingga pesan yang disampaikan dipahami atau sampai kepada dua belah pihak yang berkomunikasi.6

Komunikasi menurut bahasa atau etimologi dalam ―Ensiklopedia Umum‖ diartikan dengan ―perhubungan‖, sedangkan yang terdapat dalam buku komunikasi berasal dari perkataan latin, yaitu:

1. Communicare, yang berati berpartisipasi ataupun berlaku memberi tahukan.

2. Communis, yang berarti milik bersama ataupun berlaku dimana-mana.

3. Communis Opinium, yang berarti pendapat umum ataupun pendapat mayoritas.

4. Communico, yang berarti membuat sama.

5. Demikian juga komunikasi berasal dari kata latin Communicatio yang juga bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya sama makna.

Adapaun pengertian komunikasi menurut istilah (terminologi) banyak dikemukankan, antara lain:

6 Harjani Hefni, Komunikasi Islam, (Jakarta, Prenadamedia Group, Cetakan ke-1, 2015), h.3

(34)

1. Menurut Carl I. Hovland, mengatakan bahwa komunikasi adalah peroses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lamban-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikan).

2. Menurut Wiliam Albiq, mengatakan dalam bukunya Public Opinian bahwa komunikasi adalah: Proses pengoperasian lambang-lambang yang berarti diantara individu-individu.

3. Hovland, Janis Dan Kelly, 1953 mengatakan bahwa

―komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk prilaku orang lain (khalayak).

4. Berelson dan Steiner, 1964, mengemukakan bahwa

―komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol- simbol seperti kata-kata, gambar, angka- angka dan lain-lain.

5. Laswell, 1960, mengatakan bahwa ―komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan ―siapa‖,

―mengatakan apa‖, ―dengan saluran apa‖,‖kepada siapa‖ dan dengan akibat atau hasil apa‖.

6. Everett M. Rogers, mengemukakan bahwa komunikasi adalah ―proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber

(35)

kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka‖.7

Dari masing-masing definisi di atas bisa, penulis dapat menarik kesimpulan sementara bahwa komunikasi pada intinya adalah suatu proses penyampaian atau pengiriman pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Akan tetapi dari beberapa definisi tersebut maksudnya juga memiliki tujuan yang sama. Terpenting dalam komunikasi adalah bagaimana mempunyai kesamaan pesan yang disampaikan oleh seseorang dengan melibatkan orang lain.

Dapat dikatakan, demikian bahwa seseorang yang berkomunikasi berarti mengharapkan agar orang yang menjadi komunikan ikut berpartisipasi atau bertindak sesuai dengan tujuan dan harapan dari isi pesan yang disampaikan. Jadi diantara komunikator dan komunikan dalam komunikasi harus memiliki kesamaan arti dan harus sama-sama mengetahui hal yang dikomunikasikan, jika tidak demikian maka kegiatan komunikasi tersebut tidak berlangsung dengan baik dan tidak efektif.

Pola komunikasi adalah suatu gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya. Pola Komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan yang tepat, sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

7 Rudhonah, Ilmu Komunikasi,(Jakarta: Atma Kencana Publishing, Cetakan 1, 2013), h.

18-19

(36)

Menurut Steward L.Tubbis dan Silvia Mess, sebagaimana dikutip oleh Jalaludin Rahmat dalam bukunya ―Psikologi Komunikasi‖ ia menguraikan komunikasi yang baik dan efektif tentunya memiliki ciri -ciri yaitu :

a. Pengertian yaitu komunikator dapat memahami, mengenai pesan-pesan yang disampaikan kepada komunikan.

b. Kesenangan yaitu menjadikan hubungan yang hangat dan akrab serta menyenangkan.

c. Mempengaruhi sikap yaitu dapat mengubah sikap orang lain sehingga bertindak sesuai dengan kehendak komunikator tanpa merasa terpaksa.

d. Hubungan sosial yang baik yaitu menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi.

e. Tindakan yaitu membuat komunikan melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan pesan yang diinginkan.8

Adapaun yang terlibat dalam proses tersebut adalah manusia. Oleh karena itu komunikasi yang dimaksudkan pada umunya adalah ―komunikasi manusia‖ atau human communication, yang sering pula disebut komunikasi sosial, komunikasi antarpribadi atau komunikasi kemasyarakatan.

3. Unsur-unsur Komunikasi

Komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh sesorang kepada orang lain seseorang kepada

8 Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosadakarya, 2000), Cet ke-15, h. 13-15.

(37)

orang lain dengan menggunakan lambang. Pikiran bisa merupakan: gagasan, informasi, opini, ide, pristiwa dan lainnya.

Dalam prosesnya komunikasi dibangun oleh tiga unsur yang fundamental, yaitu:

1. Komunikator adalah pelaku atau orang yang menyampaikan pesan kepada orang lain. Pelaku ini dapat terdiri dari perorangan atau kelompok.

2. Pesan adalah suatu gagasan atau ide, informasi, pengalaman, yang telah dituangkan dalam lambang untuk disebarkan kepada pihak lain.

3. Komunikan adalah orang yang menerima pesan dari komunikator.

Disamping tiga unsur di atas dapat pula ditambahkan dengan unsur- unsur yang lainnya yaitu :

1. Pengirim Pesan (Komunikator)

orang yang pertama kali menyampaikan pesan. Encoder adalah istilah lain yang mempunyai pengertian yang sama dengan komunikator. Ecorder dalam menyampaikan pesan mempunyai sifat encoding, yaitu suatu usaha komunikator dalam menafsirkan pesan yang akan disampaikan kepada komunikan, agar komunikan dapat memahaminya.

2. Penerima Pesan (Komunikan)

Orang yang menerima pesan. Decorder, adalah istilah lain yang mempunyai pengertian sama dengan komunikan. Dalam

(38)

menerima pesan decorder mempunyai sifat Decoding, yaitu suatu usaha komunikan dalam menafsirkan pesan yang disampaikan oleh komunikator. 9

3. Pesa (message)

pesan, baik berupa kata-kata, lambang-lambang, isyarat, tanda-tanda atau gambar yang disampaikan.10 Definisi pesan menurut Nuraini Soyomukti dalam bukunya ―Pengantar Ilmu Komunikasi‖ ialah sebagai segala sesuatu yang disampaikan komunikator kepada komunikan untuk mengujudkan motif komunikasinya. Pesan sebenarnya adalah suatu hal yang sifatnya abstrak. Akan tetapi, ketika ia di sampaikan dari komunikator kepada komunikan, ia menjadi konkret karena disampaikan dalam bentuk simbol/lambang berupa bahasa (baik lisan maupun tulisan), suara (audio), gambar (visual), mimik, gerak-gerik, dan lain sebagainya. 11

4. Saluran dan Media Komunikasi

Agar pesan yang disampaikan komunikator sampai pada komunikan, dibutuhkan saluran dan media komunikasi. Saluran komunikasi lebih identik dengan proses berjalannya pesan sedangkan media komunikasi lebih identik dengan alat (benda) untuk menyampaikan.

9 Rudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Atma Kencan Publishig, Revisi, Cetakan 1, 2013), h.4

10 Rudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, Cetakan 1, 2007), h.46

11 Nuraini Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jokjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h. 61-62

(39)

Saluran komunikasi bisa terjadi tanpa media, yaitu berlangsung tatap muka. Aktivitas komunikasi tatap muka ini bentuknya bermacam-macam mulai dari perbincangan, wawancara, konseling, rapat dan seminar. Sedangkan media komunikasi berfungsi sebagai alat perantara yang sengaja dipilih komunikator untuk mengantarkan pesannya agar sampai ke komunikan. 12

5. Feed back

Merupakan tanggapan atau umpan balik atau jawaban atau respon komunikan kepada komunikator, bahwa komunikasinya dapat diterima dan berjalan dengan baik.

6. Efek Komunikasi

Merupakan hasil akhir komunikasi, yaitu : ―perubahan yang terjadi dipihak komunikan sebagai akibat dari diterimanya pesan mealui komunikasi. Efek bisa bersifat kognitif yan meliputi pengetahuan, bisa juga bersifat afektif yang meliputi perasaan emosi, atau bisa juga bersifat yang merupakan tindakan.‖ Keberhasilan suatu komunikasi dapat terlihat, jika sikap dan tingkah laku seorang komunikasi sesuai dengan pesan yang disampaikan.13 Sedangkan menurut Nurani Soyomukti dalam bukunya ―Pengantar Ilmu Komunikasi” efek komunikasi adalah situasi yang diakibatkan oleh pesan komunikator dalam

12 Nuraini Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 62

13 Rudhonah, Ilmu Komunikasi,(Jakarta: Atma Kencan Publishig, Revisi, Cetakan 1, 2013), h. 45.

(40)

diri komunikannya. Efek komunikasi ini berupa efek psikologis yang terdiri dari tiga hal, yaitu :

 Pengaruh kognitif, yaitu bahwa dengan komunikasi, seseorang menjadi tahu tentang sesuatu

 Pengaruh konatif, yaitu bahwa dengan pesan yang disampaikan terjadi perubahan perasaan dan sikap.

 Pengaruh konatif, yaitu pengaruh yang berupa tingkah laku dan tindakan. Karena menerima pesan dari komunikator atau penyampaian pesan, komunikan bisa bertindak untuk melakukan sesuatu. 14

4. Bentuk-bentuk Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy ―komunikasi memiliki empat macam bentuk yang berbeda keempat maam bentuk itu di antaranya adalah:

komunikasi pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi massa dan komunikasi media‖.15

a. Komunikasi Pribadi (Personal Communication)

Komunikasi pribadi ini dibagi dua jenis komunikasi yaitu komunikasi intrapersonal dan komunikasi antarpersona keduanya memiliki pengertia sebagai berikut:

1) Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Communication) Komunikasi Intrapribadi dapat juga diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang proses terjadinya dengan diri sendiri.

14 Nuraini Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jokjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h. 64-65

15 Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, Penerjemah Agus Maulana, (Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group, 2011), Edisi ke-5, h. 382-383

(41)

Suatu proses pengolahan informasi yang melalui panca indra atau sistem syaraf yang ada di dalam diri seseorang. Dalam hal ini seseorang memiliki peran ganda baik berperan sebagai komunikator dan berperan sebagai komunikan dalam dirinya sendiri.

Menurut Ronald L. Applbaum di kutip oleh Onong Uchjana Efendy mendefinisikan bahwa ―komunikasi intrapribadi sebagai komunikasi yang berlasung di dalam diri kita sendiri dan kegiatan-kegiatan mengamati dan memberi makna (intelektual dan emosional) kepada lingkungan kita.‖

Apabila seseorang mampu melakukan komunikasi ini dengan baik itu berarti seseorang tersebut telah mampu mengenal dirinya sendiri sehingga dapat berfungsi secara bebas di masyarakat. Maka dapat dikatakan ia telah menjadi manusia yang seutuhnya.

Komunikasi intrapribadi dalam dakwah dzatiyah ialah dakwah kepada diri sendiri melalui pendekatan komunikasi intrapribadi yang mengatur sensasi, persepsi, memori dan cara berpikir dalam pandangan islam.16

2) Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication) Komunikasi antarpribadi merupakan proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi.

Sebagaimana diungkapkan oleh Devito yang dikutip oleh Onong

16 Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi dan Tabligh, ( Jakarta: Amzah, 2012), h. 83

(42)

Uchjana Effendy dalam bukunya ―Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi‖, bahwa komunikasi antarpribadi merupakan

―proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika‖.

Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang prosesnya melibatkan dua orang atau lebih yaitu antara komunikator dan komunikan. Dibandingkan dengan komunikasi lainnya, komunikasi ini dianggap yang efektif dikarekan komunikasi terjadi secara langsung atau bertatap muka sehingga pesan yang disampaikan dapat langsung didiskusikan.17

Komunikasi antarpribada dalam dakwah fardiyah ialah untuk mengenal dan menilai seseorang dengan cermat agar pendakwah dan mitra dakwah mampu menerapkan pendekatan komunikasi antarpribadi, kemudian untuk mengkaderisasi seseorang dan membina persahabatan.18

b. Komunikasi Kelompok (Grop Communication)

Komunikasi Kelompok (Grop communication) adalah

―komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang.‖19 Komunikasi kelompok dibedakan menjadi dua yaitu kelompok kecil dan kelompok besar.

17 Onung Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Cintra Aditya Bakti, 2003), h. 58 - 60

18 Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi dan Tabligh, ( Jakarta: Amzah, 2012), h.138

19 Onung Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Cintra Aditya Bakti, 2003), h. 75

(43)

Komunikasi kelompok kecil (small group) adalah ―kelompok komunikan yang dalam situasi komunikasi terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal, dengan kata lain komunikator dapat melakukan komunikasi antarpribadi dengan salah satu anggota.‖20

Komunikasi kelompok besar (large group) dalam kelompok besar situasi yang ada sangat berbeda dengan situasi yang terjadi di dalam kelompok kecil. Dalam hal ini komunikasi antarpribadi yang terjadi sangat kecil kemungkinan. Hal ini terjadi karena begitu banyaknya individu yang berkumpul sehingga pertukaran informasi tersebut sulit berjalan. Dalam hal memberikan tanggapan kepada komunikator, maka tanggapannya bersifat emosional. Dibandingkan dengan komunikasi kelompok besar, komunikasi kelompok kecil lebih bersifat rasional atau bisa dikatakan efektif. Karena ketika menerima suatu pesan dari komunikator, komunikan menanggapinya dengan lebih banyak menggunakan pikiran dari pada perasaan.21

Komunikasi kelompok dalam dakwah halaqoh ialah dimana pendakwah dapat menyampaikan pesan dakwahnya kepada kelompoknya sendiri dan ia juga dapat mengajak kelompok lain. 22

c. Komunikasi Massa

20 Onung Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007), h. 55

21 Onung Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, h. 55 – 56

22 Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi dan Tabligh, ( Jakarta: Amzah, 2012), h. 189

(44)

Satu konteks komunikasi antarmanusia yang sangat besar peranannya dalam perubahan sosial atau masyarakat. Sebagai salah satu konteks komunikasi, komunikasi massa juga memanfaatkan media (massa) sebagai alat komunikasi. Komunikasi massa tidak dapat dilepaskan dari media massa dan massa sebagai kumpulan masyarakat yang jumlahnya banyak.

Komunikasi massa melibatkan jumlah komunikan yang banyak,tersebar dalam area geografis yang luas, namun punya perhatian dan minat terhadap isu yang sama. Oleh karena itu, agar pesan dapat diterima serentak pada waktu yang sama, digunakan media massa, seperti surat kabar, majalah, radio atau televisi. Dalam komunikasi massa, umpan balik relatif tidak ada atau bersifat tunda.

Hal ini terjadi karena banyaknya jumlah massa dan media komunikasi yang membutuhkan proses persiapan dan teknik penyampaian pesan.

23

5. Jenis-Jenis Pola Komunikasi

Menurut Josep A. Devito bahwa di dalam bukunya ―Komunikasi Antarmanusia‖ terdapat jenis-jenis pola komunikasi, yaitu komunikasi pola roda, pola rantai, pola lingkaran, pola bintang, pola Y.24 Berikut adalah gambar dari kelima pola tersebut :

23 Nuraini Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jokjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h. 191

24 Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, Penerjemah Agus Maulana, (Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group, 2011), Edisi ke-5, h. 382

(45)

a. Pola Lingkaran

Pola lingkaran yakni hampir sama dengan pola rantai, namun orang terakhir (E) berkomunikasi pula kepada orang pertama (A).

Dalam pola lingkaran tidak memiliki pemimpin. Semua anggota posisinya sama. Samuanya berhak dan memiliki kesempatan yang sama untuk berkomunikasi dengan orang yang berada di sisi mereka.

Gambar 2.1 Pola Lingkaran

d. Pola Roda

Pola roda adalah pola yang mengerahkan seluruh informasi kepada individu yang menduduki posisi sentral dan berpengaruh dalam proses penyamapaian pesannya yang mana semua iformasi yang berjalan harus terlebih dahulu disampaikan kepada pemimpin.

Dari gambaran di bawah, bisa dijelaskan bahwa seseorang berkomunikasi pada banyak orang, yaitu B, C, D dan E. komunikasi ini cenderung bersifat satu arah tanpa adanya reaksi timbal balik.

(46)

Gambar 2.2 Pola Roda

e. Pola Rantai

Dalam pola rantai jaringan komunikasi terdiri dari lima tingkatan dalam jenjang hirarkinya dan hanya dikenal komunikasi sistem arus ke atas (upward) dan ke bawah (downword), yang artinya menganut hubungan komunikasi garis langsung (komando) baik ke atas atau ke bawah tanpa terjadinya suatu penyimpangan. Dalam artian seseorang (A) berkomunikasi pada sesorang yang lain (B) dan seterusnya ke (C), ke (D), dan (E).

Gambar 2.3 Pola Rantai

f. Pola Bintang

Pola bintang yakni semua anggota berkomunikasi dengan semua anggota. Pola bintang merupakan gabungan dan pengembangan dari pola lingkaran yang mana terjadi interaksi timbal balik antara anggota komunikasi tanpa mengenal siapa yang menjadi pimpinan sentralnya.

(47)

Semua anggotanya memiliki hak dan kekuatan yang sama untuk mepengaruhi anggota lainnya.

Gambar 2.4 Pola Bintang

g. Pola Y

Pola ini kurang tersentralisasi dibandingkan dengan pola roda, akan tetapi lebih tersentralisasi dibandingkan dengan pola lainnya.

Pola Y juga memiliki pimpinan yang jelas dalam proses aliran informasi.

Anggota ini mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya. Ketiga anggota lainnya memiliki komunikasi yang terbatas, hanya dengan satu orang lainnya.25

25 Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, Penerjemah Agus Maulana, h. 382-383

(48)

Gambar 2.5 Pola Y

B. Pembinaan Kedisiplinan 1. Pengertian Pembinaan

Dalam Kamus Bahasa Indonesi kata pembinaan berarti ―mebina, memperbarui, perbuatan, penyempurnaan, pembaharuan usaha, tindakan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil, guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.‖ 26 Dari pengertian di atas pembinaan dapat di ambil pengertiaannya secara umum pembinaan diartikan sebagai usaha untuk memberi pengarahan dan bimbingan guna mencapai suatu tujuan tertentu.

Kemudian usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Sedangakan pembinaan menurut Prof. Zkiyah Daradjat dalam bukunya yang berjudul ―Ilmu Jiwa Raga‖ mengatakan bahwa ―pembinaan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur, dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang,

26 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), h. 23

(49)

utuh dan selaras. Pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta prakarsa sendiri, menambah, meningkatkan dan mengembangkan kearah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusia yang optimal dan pribadi yang mandiri.‖27

Dari beberapa pendapat-pendapat di atas dapat dipahami bahwa pembimbing adalah seseorang yang memberikan bantuan atau pertolongan kepada orang lain baik itu individu maupun kelompok yang dilakukan secara berkesinambungan agar individu atau kelompok tersebut dapat mengembangkan dirinya secara maksimal sesuai dengan potensi atau kemampuannya.

2. Kedisiplinan

a. Pengertian Disiplin

Menurut M. Hafi Anshori, disiplin adalah ―suatu sikap mental yang dengan kesadaran dan keinsyafannya mematuhi peraturan- peraturan atau larangan yang ada terhadap suatu hal, karena mengerti betul-betul tentang pentingnya perintah dan larangan.‖28

Maka dapat juga diartikan bahwa disiplin dapat dilakukan dengan baik apabila seseorang mengerti betul tetang pentingnya larangan atau perintah itu, karena apabila tidak dimengerti dengan baik maka kemungkinan besar disiplin tidak dapat diterapkan.

Dari pendapat tentang definisi disiplin di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa disiplin merupakan suatu sikap mental yang terbentuk melalui proses dari serangkaian prilaku yang

27 Zakiyah Dradjat, Ilmu Jiwa Raga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), Cet-Ke 15, h. 36

28 M. Hafi Anshori, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: PT. Usaha Nasional, 1983), h. 66

(50)

menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban berdasarkan acuan nilai moral.

Disiplin adalah keputusan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, merupakan salah satu pintu meraih kesuksesan.

Kepakaran dalam bidang ilmu pengetahuan tidak akan memiliki makna signifikan tanpa disertai sikap disiplin. Tidak heran jika Allah memerintahkan kaum beriman untuk membiasakan disiplin. Perintah itu,antara lain, tersirat dalam Al-Qur‘an surat Al-Jumu‘ah (62) ayat 9 – 10.

اَهََُّأَََٰٓ

ٍََِزَّن ٱ ِو ۡىََ ٍِي ِة َٰىَهَّصهِن ٌَِدىَُ اَرِإ ْآىَُُياَء ِتَعًُُجۡن ٱ

َف ْا ۡىَع ۡس ٱ

ِش ۡكِر ًََٰنِإ َِّللّ ٱ

ْاوُسَرَو َۡۚعَُۡبۡن ٱ

ٌَىًَُه ۡعَت ۡىُتُُك ٌِإ ۡىُكَّن ٞشَُۡخ ۡىُكِن ََٰر اَرِئَف ٩

ِتَُِضُق ٱ

ُة َٰىَهَّصن َف

ْاوُشِشَتَ ٱ ٍِف

ِض ۡسَ ۡلۡ ٱ َو

ٱ ْاىُغَتۡب ِم ۡضَف ٍِي

َِّللّ ٱ

َو ٱ ْاوُشُك ۡر ََّللّ ٱ

ٌَىُذِهۡفُت ۡىُكَّهَعَّن ا ٗشُِثَك ٠٢

Artinya : “(9) Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum´at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (10) Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (Qs. Al-Jumu‘ah[62]: 9-10)

Maksud dari arti ayat di atas adalah bagaimana kita sebagai umat manusia harus berdisiplin dalam membagi waktu. Ketika waktunya untuk beribadah (akhirat) maka tinggalkanlah semua jual beli (dunia). Jadi, sesungguhnya Allah menyukai hambanya yang

(51)

dapat memanfatkan atau berdisiplin dalam mempergunakan waktu, yaitu antara perihal menyangkut akhirat maupun dunia. Karena Allah swt tidak menyukai hambanya yang hanya memikirkan untuk akhiratnya saja, begitu j

Gambar

Gambar 1.1   Kerangka Konsep
Gambar 2.1  Pola Lingkaran
Gambar 2.2  Pola Roda
Gambar 2.4  Pola Bintang
+6

Referensi

Dokumen terkait

Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT serta shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan rahmat,

Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT serta shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan rahmat,

Alhamdullilah segala puji syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidaytnya, juga shalawat dan salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW,

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya serta shalawat dan salam yang selalu tercurahkan untuk junjungan Nabi Besar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya serta shalawat dan salam yang selalu tercurahkan untuk junjungan Nabi Besar

SWT yang telah melimpahkan segala Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya, serta Sholawat dan Salam semoga tetap tercurahkan kepada Junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW sehingga

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT dan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya, shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,